Anda di halaman 1dari 2

Tema: Tantangan OSC bermisi di luar Eropa

Judul: Pengaruh Keputusan spontan Terhadap Misi Ordo Salib Suci

Peralihan antara kehidupan kontemplatif ke dalam kehidupan bermisi merupakan sebuah


keputusan yang sangat besar dalam suatu Ordo. Tidak terkecuali Ordo Salib Suci pada periode 1919-
1927. Ketika Kardinal Van Rossum menawarkan Ordo Salib Suci bermisi, para Krosier sebenarnya
terkejut karena belum pernah terlintas dalam pikiran mereka bermisi di negara-negara ‘kafir’. Para
Krosier belum siap menerima tantangan tersebut. Jawaban prokurator general Ordo Salib Suci,
Antonius Henricus van Asseldonk, untuk menerima tugas bermisi merupakan sebuah jawaban yang
dipenuhi spontanitas tanpa pemikiran yang panjang. Keputusan tersebut dibuat tanpa
memperhatikan situasi dan kehidupan Ordo pada saat itu. Hal inilah yang menimbulkan banyak
tantangan dari dalam diri Ordo Salib Suci itu sendiri untuk bermisi di luar Eropa. Peralihan yang
berdasarkan spontanitas tanpa perencanaan yang holistik membuat Ordo Salib Suci harus
mengeluarkan energi lebih untuk dapat menjalankan suatu misi di luar Eropa.

Kurangnya sumber daya manusia menjadi salah satu tantangan awal yang dihadapi para Krosier
dalam bermisi. Pada Saat itu Krosier, baik Krosier Belanda maupun Krosier Belgia, tidak memiliki
cukup anggota yang siap ditempatkan di tempat misi. Di satu sisi Krosier Belanda merasa antusias
dengan tawaran tersebut di sisi lain Krosier Belgia tidak bersemangat karena anggotanya didominasi
oleh anggota tua. Anggota Ordo Salib Suci di Belanda masih didominasi oleh mereka yang masih
menjalani proses formasi. Memaksa tawaran misi saat tanpa kerjasama antara Krosier Belanda dan
Belgia merupakan bunuh diri karena proses formasi akan terlantarkan. Kendati demikian, Krosier
Belanda membutuhkan waktu lama bergumul dengan rasa ‘gengsi’ untuk akhirnya dapat menerima
kerjasama dengan Krosier Belgia bermisi ke Kongo. Krosier Belanda merasa bahwa Krosier Belgia
tidak memiliki cukup kompetensi untuk memimpin. Selain itu, Krosier Belanda ingin memiliki daerah
misi sendiri tanpa dicampurkan dengan misi Belgia. Tantangan ini sebenarnya terjawab dengan
sendirinya dengan kerendahan hati untuk bekerja sama dan kesabaran menunggu hingga akhirnya
Krosier Belanda mampu memiliki daerah misi sendiri di Jawa. Keputusan yang berdasarkan
spontanitas tersebut setidaknya sempat membuat ‘gap’ antara Krosier Belanda dan Krosier Belgia
yang tidak mencerminkan nilai regula ‘sehati sejiwa tertuju pada Allah’.

Terbukanya daerah misi untuk para Krosier Belanda sebenarnya tantangan baru selain masalah
kekurangan anggota. Para Krosier yang sudah terbiasa dengan hidup kontemplatif dengan rutinitas
yang jelas kini harus terjun kedalam ketidakpastian di tanah misi. Keputusan berdasarkan
spontanitas yang dibuat oleh Antonius Van Asseldonk berbuah pada ketidaksiapan ordo membuat
Statuta misi dan penyesuaian konstitusi yang menyajikan ‘apa saja yang harus dilakukan, apa saja
batasan para misionaris, dan siapa yang bertanggungjawab.’ Keputusan yang berdasarkan
spontanitas tersebut akhirnya melahirkan tindakan misionaris yang situasional. Para misionaris
harus hidup fleksibel bertahan pada ketidakpastian bagaimana menghidupi kehidupan doa dan
kehidupan misi. Mana yang perlu didahulukan? Kegiatan misi atau kehidupan sesuai regula dan
konstitusi yang ideal? Lebih jauh lagi hal ini nantinya berdampak pada ketegangan antara Prefek
apostolik dan superior regularis yang dua-duanya berasal dari Ordo Salib Suci. Ordo Salib suci lewat
superior regularis merasa bahwa daerah misi adalah miliki Ordo, sedangkan Prefek Apostolik yang
juga anggota Ordo perlu mempertanggungjawabkan semua hal misi kepada Takhta Suci.
Dari Uraian tantangan yang dihadapi oleh Ordo Salib Suci tersebut dapat disimpulkan bahwa
keputusan yang berdasarkan spontanitas menjadi salah satu penyebab utama sulitnya Ordo Salib
Suci menjalani kegiatan bermisi di luar Eropa. Memang dalam hal ini Ordo Salib Suci berhasil
mengubah keputusan yang berdasarkan spontanitas tersebut menjadi suatu berkat bagi Ordo.
Namun jangan sampai keputusan yang berdasarkan spontanitas tersebut menjadi mentalitas Ordo
Salib Suci dari waktu ke waktu karena akan berdampak pada para krosier itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai