Anda di halaman 1dari 86

PROYEK AKHIR – VE 190834

SISTEM DIAGNOSIS KERUSAKAN MOTOR KONVEYOR


PADA MESIN CARTON CASE PACKER MENGGUNAKAN
METODE FUZZY LOGIC SEBAGAI MAINTENANCE
DECISION SUPPORT SYSTEM

PANDU DINATA AL’AMIRI


NRP 10311810000003

Dosen Pembimbing
Ciptian Weried Priananda, S.ST.,M.T.
NIP 1990201711060
Joko Priambodo, S.T.,M.T.
NIP 1992202011021
Ir. Heru Suwondo

Program Studi Teknologi Rekayasa Otomasi


Departemen Teknik Elektro Otomasi
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022
“Halaman ini sengaja dikosongi”

ii
PROYEK AKHIR – VE 190834

SISTEM DIAGNOSIS KERUSAKAN MOTOR KONVEYOR


PADA MESIN CARTON CASE PACKER MENGGUNAKAN
METODE FUZZY LOGIC SEBAGAI MAINTENANCE
DECISION SUPPORT SYSTEM

PANDU DINATA AL’AMIRI


NRP 10311810000003

Dosen Pembimbing
Ciptian Weried Priananda, S.ST.,M.T.
NIP 1990201711060
Joko Priambodo, S.T.,M.T.
NIP 1992202011021
Ir.Heru Suwondo

Program Studi Teknologi Rekayasa Otomasi


Departemen Teknik Elektro Otomasi
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022

iii
“Halaman ini sengaja dikosongi”

iv
FINAL PROJECT – VE 190834

CONVEYOR MOTOR DAMAGE DIAGNOSTIC SYSTEM ON


CARTON CASE PACKER MACHINE USING FUZZY LOGIC
METHOD AS MAINTENANCE DECISION SUPPORT
SYSTEM

PANDU DINATA AL’AMIRI


NRP 10311810000003

Advisor
Ciptian Weried Priananda, S.ST.,M.T.
NIP 1990201711060
Joko Priambodo,S.T.,M.T.
NIP 1992202011021
Ir. Heru Suwondo

Study Program of Applied Automation Engineering Technology


Department of Electrical Engineering Automation
Faculty of Vocational Studies
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2022

v
“Halaman ini sengaja dikosongi”

vi
LEMBAR PENGESAHAN

SISTEM DIAGNOSIS KERUSAKAN MOTOR KONVEYOR PADA MESIN CARTON


CASE PACKER MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC SEBAGAI
MAINTENANCE DECISION SUPPORT SYSTEM

PROYEK AKHIR
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Teknik
Pada
Program Studi Teknologi Rekayasa Otomasi
Departemen Teknik Elektro Otomasi
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh : PANDU DINATA AL’AMIRI


NRP. 10311810000003

Disetujui oleh Dosen Pembimbing

1. Ciptian Weried Priananda, S.ST.,M.T. (Pembimbing I)


NIP. 1990201711060

2. Joko Priambodo, S.T.,M.T. (Pembimbing II)


NIP. 1992202011021

3. Ir. Heru Suwondo (Pembimbing III)

SURABAYA
Juni, 2022

vii
“Halaman ini sengaja dikosongi”

viii
APPROVAL SHEET

SISTEM DIAGNOSIS KERUSAKAN MOTOR KONVEYOR PADA MESIN CARTON


CASE PACKER MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC SEBAGAI
MAINTENANCE DECISION SUPPORT SYSTEM

FINAL PROJECT
Submitted to fulfill one of the requirements
For obtaining a degree Applied Bachelor at
Undergraduate Study Program of Applied Automation Engineering Technology
Department of Electrical Automation Engineering
Faculty of Vocation
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

By : PANDU DINATA AL’AMIRI


10311810000003

Approved by Final Project Examiner Team :

1. Ciptian Weried Priananda S.ST., M.T. (Advisor I)


NIP. 1990201711060

2. Joko Priambodo, S.T. M.T. (Advisor II)


NIP. 1992202011021

3. Ir. Heru Suwondo Advisor III

SURABAYA
June, 2022
“Halaman ini sengaja dikosongi”

x
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama mahasiswa / NRP : Pandu Dinata Al’amiri
Departemen : Teknik Elektro Otomasi
Dosen Pembimbing 1 / NIP : Ciptian Weried Priananda S.ST., M.T./ 1990201711060
Dosen Pembimbing 2 / NIP : Joko Priambodo, S.T. M.T./ 1992202011021
Dosen Pembimbing 3 / NIP : Ir. Heru Suwondo

Dengan ini menyatakan bahwa Proyek Akhir dengan judul “Sistem Diagnosis Kerusakan Motor
Konveyor Pada Mesin Carton Case Packer Menggunakan Metode Fuzzy Logic Sebagai
Maintenance Decision Support System” adalah hasil karya sendiri, bersifat orisinal, dan ditulis
dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Surabaya, 13 Juni 2022
Mahasiswa,

( Pandu Dinata Al’amiri )


NRP 10311810000003
Mengetahui,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 Dosen Pembimbing 3

(Ciptian Weried P, S.ST., M.T) ( Joko Priambodo, S.T.,M.T.) ( Ir. Heru Suwondo )

NIP 1990201711060 NIP 1992202011021


“Halaman ini sengaja dikosongi”

xii
STATEMENT OF ORIGINALITY

The undersigned below :

Name of student / NRP : Pandu Dinata Al’amiri / 10311810000003


Departement : Automation Electrical Engineering
Advisor 1 / NIP : Ciptian Weried Priananda, S.ST.,M.T. / 1990201711060
Advisor 2 / NIP : Joko Priambodo., S.T., M.T./ 1992202011021
Advisor 3 / NIP : Ir. Heru Suwondo

hereby declare that the Final Project with the title of “ Conveyor Motor Damage Diagnosis
System on Carton Case Packer Machine Using Fuzzy Logic Method as Maintenance Decision
Support System ” is the result of my own work, is original, and is written by following the rules
of scientific writing. If in the future there is a discrepancy with this statement, then I am willing
to accept sanctions in accordance with the provisions that apply at Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Student,

( Pandu Dinata Al’amiri )


NRP 10311810000003
Acknowledged,
Advisor 1 Advisor 2 Advisor 3

(Ciptian Weried P, S.ST. M.T ) ( Joko Priambodo, S.T.,M.T ) ( Ir. Heru Suwondo )

NIP 1990201711060 NIP 1992202011021


“Halaman ini sengaja dikosongi”

xiv
SISTEM DIAGNOSIS KERUSAKAN MOTOR KONVEYOR PADA MESIN CARTON
CASE PACKER MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC SEBAGAI
MAINTENANCE DECISION SUPPORT SYSTEM

Nama Mahasiswa / NRP : Pandu Dinata Al’amiri / 10311810000003


Departemen : Teknik Elektro Otomasi FV - ITS
Dosen Pembimbing : 1. Ciptian Weried Priananda.,S.ST.,M.T.
2. Joko Priambodo.,S.T.,M.T.
3. Ir. Heru Suwondo

Abstrak

PT. Puspetindo merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang desain industri,
rekayasa, serta manajemen konstruksi dan pengadaan. Pada salah satu project modernisasi
fasilitas alat yang dikerjakan pada PT. Pertamina Lubricants, PT Puspetindo mengalami kendala
pengerjaan sehingga mengakibatkan produksi berhenti. Kendala yang dialami oleh PT.
Puspetindo adalah rusaknya motor konveyor pada mesin carton case packer sehingga produksi di
berhentikan sampai motor konveyor tersebut bisa teratasi. Motor konveyor yang dipasang pada
mesin carton case packer yaitu Motor Induksi.
Kerusakan yang terjadi pada motor induksi di PT. Pertamina Lubricants adalah keausan
pada bearing, Hal ini di sebabkan karena baut pengikat motor induksi yang kurang rapat,
sehingga menimbulkan getaran pada motor induksi. Kemudian kerusakan selanjutnya yaitu
terjadi pada rotor motor induksi yang tidak bisa berputar karena rotor tidak mendapatkan
pelumas yang cukup sehingga putaran pada rotor sangat berat.
Sistem diagnosis kerusakan pada motor induksi menggunakan teknologi artificial
intelligence dengan metode Fuzzy Logic sehingga dapat mengenali pola, klasifikasi/identifikasi,
dan prediksi terhadap kerusakan yang terjadi pada motor induksi. Fuzzy Logic yang digunakan
pada sistem diagnosis kerusakan motor induksi menggunakan metode Mamdani. Pengujian
metode Fuzzy Logic dalam sistem diagnosis kerusakan pada motor induksi dilakukan dengan
mengkombinasikan beberapa sensor seperti sensor getaran,kecepatan,tegangan,arus,dan
temperatur pada motor induksi 3 phase. Sedangkan output yang diberikan adalah notifikasi
kerusakan motor induksi seperti motor tidak bisa startup, motor berputar lambat, dan motor
bertemperatur tinggi.
Dari pengujian yang sudah di lakukan, sistem dapat mendiagnosis kerusakan pada motor
induksi yaitu pada kerusakan motor tidak bisa startup menggunakan variabel sensor arus dengan
nilai 0.29 Ampere dan sensor kecepatan dengan nilai 11 RPM. Maka notifikasi yang keluar pada
sistem adalah kerusakan motor tidak bisa startup dengan kondisi maintenance. Sedangkan untuk
jenis kerusakan motor berputar lambat mendeteksi getaran pada motor induksi dengan nilai 0.05
m/s2, nilai arus dengan nilai 0.26 Ampere, dan sensor kecepatan dengan nilai 356 RPM. Maka
notifikasi yang keluar pada sistem adalah kerusakan motor berputar lambat dengan kondisi
maintenance. Kemudian untuk jenis kerusakan motor bertemperatur tinggi menggunakan
variabel sensor temperatur dengan nilai 36’C dan nilai arus sebesar 0,72 Ampere. Maka
notifikasi yang keluar pada sistem adalah kerusakan motor bertemperatur tinggi dengan kondisi
maintenance.
Kata Kunci: Diagnosis Motor Induksi,KonveyorLogika Fuzzy,Maintenance
“Halaman ini sengaja dikosongi”

xvi
CONVEYOR MOTOR DAMAGE DIAGNOSTIC SYSTEM ON CARTON CASE
PACKER MACHINE USING FUZZY LOGIC METHOD AS MAINTENANCE
DECISION SUPPORT SYSTEM

Student Name / NRP : Pandu Dinata Al’amiri / 10311810000003


Department : Automation Electrical Engineering
Advisor : 1. Ciptian Weried Priananda, S.ST.,M.T.
2. Joko Priambodo, S.T.,M.T.
3. Ir. Heru Suwondo

Abstract

PT. Puspetindo is a company engaged in industrial design, engineering, as well as


construction and procurement management. In one of the tool facilities modernization projects
carried out at PT. Pertamina Lubricants, PT Puspetindo experienced construction problems,
resulting in production stopping. The obstacle experienced by PT Puspetindo was the damage to
the conveyor motor on the carton case packer machine so that production was stopped until the
conveyor motor could be resolved. The conveyor motor mounted on the carton case packer
machine is the Induction Motor.
Induction motor is an electric machine that converts electrical energy into mechanical
energy. The damage that occurs to the induction motor at PT. Pertamina Lubricants is wear on
the bearings, this is caused by the induction motor fastening bolts that are not tight enough,
causing vibrations in the induction motor. Then the next damage occurs in the induction motor
rotor which cannot rotate because the rotor does not get enough lubrication so that the rotation of
the rotor is very heavy.
The fault diagnosis system for induction motors uses artificial intelligence technology with
the Fuzzy Logic method so that it can recognize patterns, classify/identify, and predict the
damage that occurs to induction motors. Fuzzy Logic is used in the induction motor damage
diagnosis system using the Mamdani method. Testing the Fuzzy Logic method in the fault
diagnosis system for induction motors is carried out by combining several sensors such as
vibration, speed, voltage, current, and temperature sensors. While the output given is an
induction motor damage notification
From the tests that have been carried out, the system can diagnose damage to the induction
motor, namely the damage to the motor cannot start using a current sensor variable with a value
of 0.29 Ampere sensor and a speed with a value of 11 RPM. Then the notification that comes out
on the system is that the motor damage cannot be turned on with maintenance conditions. As for
the type of damage to the slow rotating motor, it detects vibrations in the induction motor with a
value of 0.05 m/s2, the current value with a value of 0.26 Ampere, and the speed sensor with a
value of 356 RPM. Then the notification that comes out on the system is the damage to the motor
rotating slowly with maintenance conditions. Then for the type of damage to the high-
temperature motor using a temperature sensor variable with a value of 36'C and a current value
of 0.72 Ampere. Then the notification that comes out on the system is a high temperature motor
damage with maintenance conditions.

Keywords: Induction Motor Diagnosis, Artificial Intelligence, Fuzzy Logic


“Halaman ini sengaja dikosongi”

xviii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan buku proyek akhir. Penyusunan laporan ini sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan pada Program Studi Teknologi
Rekayasa Otomasi, Departemen Teknik Elektro Otomasi, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya dengan judul:

“ SISTEM DIAGNOSIS KERUSAKAN MOTOR KONVEYOR PADA MESIN CARTON


CASE PACKER MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC SEBAGAI MAINTENANCE
DECISION SUPPORT SYSTEM “

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian laporan. Melalui kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua dan saudara yang senantiasa memberikan motivasi dan doa dalam proses
pengerjaan proyek akhir.
2. Bapak Imam Arifin, ST., MT. selaku Kepala Departemen Teknik Elektro Otomasi
Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan proyek akhir.
3. Bapak Ciptian Weried Priananda, S.ST., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan ilmu dan bimbingan dalam penyusunan buku proyek akhir ini.
4. Bapak Joko Priambodo, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan ilmu dan bimbingan dalam penyusunan buku proyek akhir ini.
5. Bapak Ir Heru Suwondo selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan bimbingan
dan arahan pada saat pengerjaan proyek akhir ini di lapangan.
6. Bapak dan Ibu dosen pengajar hingga seluruh Civitas Akademika Departemen Teknik
Elektro Otomasi yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan dalam penyusunan
buku proyek akhir ini.
7. Serta seluruh teman-teman mahasiswa teknik elektro otomasi angkatan 2018 yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan buku ini, oleh
sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dikemudian
hari. Akhir kata, semoga buku proyek akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh Civitas
Akademika dan elemen masyarakat umum.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Surabaya, 28 Juni 2022

Penulis
xx
“Halaman ini sengaja dikosongi”
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................................vii
APPROVAL SHEET.....................................................................................................................ix
Abstrak..........................................................................................................................................xv
Abstract.......................................................................................................................................xvii
KATA PENGANTAR..................................................................................................................xix
DAFTAR ISI................................................................................................................................xxi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................xxv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................................xxvii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah...............................................................................................................2
1.4 Tujuan...............................................................................................................................2
1.5 Metodologi........................................................................................................................2
1.5.1 Pendekatan Penelitian.....................................................................................................2
1.5.2 Perancangan Desain dan Sistem.....................................................................................2
1.5.3 Pembuatan Alat..............................................................................................................2
1.5.4 Pengujian Sistem Kerja Alat..........................................................................................2
1.5.5 Penyusunan Laporan......................................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu................................................................................................5
2.2 Prediksi Kerusakan Motor Induksi...................................................................................5
2.3 Motor Induksi...................................................................................................................5
2.3.1 Konstruksi Motor Induksi..........................................................................................6
2.3.2 Jenis Kerusakan Motor Induksi.................................................................................7
2.4 Logika Fuzzy....................................................................................................................8
2.5 Akuisisi Data.....................................................................................................................9
2.6 Pemrosesan Data.............................................................................................................10
2.7 Sensor DS18B20.............................................................................................................11
2.8 Raspberry Pi....................................................................................................................12
2.9 Variable Speed Drive......................................................................................................12
2.10 Sensor Arus.....................................................................................................................14
2.11 Sensor Tegangan.............................................................................................................14
xxii
2.12 Sensor Getaran................................................................................................................14
2.13 Sensor Kecepatan............................................................................................................15
2.14 Visual Studio...................................................................................................................15
BAB III METODOLOGI..............................................................................................................17
3.1 Perancangan Sistem........................................................................................................17
3.2 Perancangan Flowchart System......................................................................................18
3.3 Perancangan Perangkat Keras.........................................................................................19
3.3.1 Desain Mekanik Keseluruhan..................................................................................19
Desain Penempatan Komponen.............................................................................................21
3.3.2 Implementasi Alat...................................................................................................21
3.3.3 Peletakan Sensor......................................................................................................22
3.4 Perancangan Perangkat Elektrikal..................................................................................23
3.4.1 Wiring Rangkaian Motor 3 Fasa.............................................................................23
3.4.2 Wiring Elektrikal Keseluruhan................................................................................23
3.4.3 Implementasi Wiring Elektrik.................................................................................24
3.5 Perancangan Perangkat Lunak........................................................................................24
3.5.1 Rancangan Tampilan Loading Screen.....................................................................25
3.5.2 Rancangan Tampilan Login....................................................................................25
3.5.3 Rancangan Tampilan Dashboard Utama.................................................................26
3.5.4 Rancangan Tampilan Layout Sensor.......................................................................26
3.5.5 Rancangan Tampilan System Fault.........................................................................27
3.6 Perancangan Logika Fuzzy.............................................................................................27
3.6.1 Anggota Himpunan Fuzzy.......................................................................................28
3.6.2 Fungsi Implikasi......................................................................................................34
3.6.3 Defuzzifikasi............................................................................................................36
BAB IV..........................................................................................................................................41
PENGUJIAN DAN ANALISA.....................................................................................................41
4.1 Pengujian Sensor Tegangan (ZMPT101B).....................................................................41
4.2 Pengujian Sensor Arus (PZEM-004t).............................................................................42
4.3 Pengujian Sensor Kecepatan...........................................................................................42
4.4 Pengujian Motor Induksi Secara Normal........................................................................43
4.5 Pengujian Motor Induksi Tidak Bisa Startup.................................................................43
4.6 Pengujian Motor Induksi Berputar Lambat....................................................................44
4.7 Pengujian Motor Induksi Bertemperatur tinggi..............................................................44
4.8 Pengujian Metode Logika Fuzzy....................................................................................45
4.8.1 Motor Tidak Bisa Startup........................................................................................45
4.8.2 Motor Bertemperatur Tinggi...................................................................................47
4.8.3 Motor Berputar lambat............................................................................................49
BAB V PENUTUP........................................................................................................................52
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................................53
5.2 Saran...............................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................xxviii
BIODATA PENULIS.................................................................................................................xxxi

xxiv
“Halaman ini sengaja dikosongi”
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Motor Induksi.............................................................................................................6


Gambar 2. 2Bagian Bagian Rotor...................................................................................................6
Gambar 2. 3 Isolasi Kertas Yang Ditempatkan Pada Alur Laminasi..............................................7
Gambar 2. 4 Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa...............................................................................7
Gambar 2. 5 Struktur Logika Fuzzy................................................................................................8
Gambar 2. 6 Diagram Fungsi Sistem Akuisisi data......................................................................10
Gambar 2. 7 Sensor DS18B20.......................................................................................................11
Gambar 2. 8 Raspberry Pi.............................................................................................................12
Gambar 2. 9 Inverter ATV12........................................................................................................13
Gambar 2. 10 Sensor Arus (ACS712)...........................................................................................14
Gambar 2. 11 Sensor Tegangan (ZMPT101B)..............................................................................14
Gambar 2. 12 Sensor Getaran (ADXL345)...................................................................................14
Gambar 2. 13 Rotary Encoder.......................................................................................................15

Gambar 3. 1 Perancangan Sistem..................................................................................................17


Gambar 3. 2 Flowchart System.....................................................................................................18
Gambar 3. 3 Desain Mekanik Box................................................................................................19
Gambar 3. 4 Desain Port Sensor....................................................................................................20
Gambar 3. 5 Desain Mekanik Keseluruhan...................................................................................20
Gambar 3. 6 Desain Penempatan Komponen................................................................................21
Gambar 3. 7 Implementasi Box Portable......................................................................................21
Gambar 3. 8 Peletakan Sensor Getaran.........................................................................................22
Gambar 3. 9 Peletakan Sensor Kecepatan.....................................................................................22
Gambar 3. 10 Peletakan Sensor Temperatur.................................................................................22
Gambar 3. 11 Rangkaian Motor 3 Fasa.........................................................................................23
Gambar 3. 12 Wiring Elektrikal Keseluruhan...............................................................................24
Gambar 3. 13 Implementasi Wiring Elektrik................................................................................24
Gambar 3. 14 Tampilan Loading Screen......................................................................................25
Gambar 3. 15 Rancangan Tampilan Login....................................................................................26
Gambar 3. 16 Rancangan Tampilan Dashboard Utama................................................................26
Gambar 3. 17 Rancangan Tampilan Layout Sensor......................................................................27
Gambar 3. 18 Rancangan Tampilan System Fault........................................................................27
Gambar 3. 19 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Arus..............................................................28
Gambar 3. 20 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Kecepatan.....................................................30
Gambar 3. 21 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Temperatur...................................................32
Gambar 3. 22 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Getaran.........................................................33
Gambar 3. 23 Variabel Output Motor Tidak Bisa Startup............................................................36

Gambar 4. 1 Input Sensor Kecepatan............................................................................................45


Gambar 4. 2 Input Sensor Arus.....................................................................................................45
Gambar 4. 3 Simulasi Mathlab Pengujian Motor Tidak Bisa StartUp..........................................46
Gambar 4. 4 Input Sensor Temperatur..........................................................................................47
Gambar 4. 5 Input Sensor Arus.....................................................................................................47
Gambar 4. 6 Simulasi Mathlab Motor Bertemperatur Tinggi.......................................................48
Gambar 4. 7 Input Sensor Getaran................................................................................................49

xxvi
Gambar 4. 8 Input Sensor Arus.....................................................................................................49
Gambar 4. 9 Input Sensor Kecepatan............................................................................................50
Gambar 4. 10 Simulasi Mathlab Motor Berputar Lambat.............................................................51
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Variabel Nilai Arus......................................................................................................28


Tabel 3. 2 Variabel Nilai Kecepatan.............................................................................................29
Tabel 3. 3 Variabel Nilai Temperatur............................................................................................31
Tabel 3. 4 Variabel Nilai Getaran..................................................................................................33
Tabel 3. 5 Fungsi Implikasi Motor Tidak Bisa Startup.................................................................34
Tabel 3. 6 Fungsi Implikasi Motor Berputar Lambat....................................................................35
Tabel 3. 7 Fungsi Implikasi Motor Bertemperatur Tinggi............................................................36

Tabel 4. 1 Pengujian Kalibrasi Sensor Tegangan..........................................................................41


Tabel 4. 2 Pengujian Kalibrasi Sensor Arus..................................................................................42
Tabel 4. 3 Pengujian Sensor Kecepatan........................................................................................42
Tabel 4. 4 Pengujian Motor Induksi Secara Normal.....................................................................43
Tabel 4. 5 Pengujian Motor Induksi Tidak Bisa StartUp..............................................................43
Tabel 4. 6 Pengujian Motor Berputar Lambat...............................................................................44
Tabel 4. 7 Pengujian Motor Induksi Bertemperatur Tinggi..........................................................44

xxviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap perusahaan selalu menginginkan peningkatan produktivitas terhadap proses
usahanya. Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas perusahaan adalah dengan
melakukan analisa dan evaluasi terhadap fasilitas produksi pada perusahaan. Secara umum,
ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja fasilitas alat produksi yaitu dikarenakan faktor
manusia,mesin,dan lingkungan. Dari ketiga faktor tersebut saling berhubungan dan dapat
mempengaruhi kinerja mesin produksi.
Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan fasilitas produksi dan untuk
mendukung peningkatan produktivitas adalah harus dilakukan evaluasi dan pemeliharaan
secara intensif dari peralatan-peralatan (mesin) produksi, sehingga dapat digunakan seoptimal
mungkin. Tetapi sering dijumpai tindakan perbaikan atau pemeliharaan yang dilakukan tidak
tepat sasaran terhadap permasalahan yang sebenarnya, misalnya seperti pemeliharaan pada
bagian yang tidak terjadi masalah atau melakukan pemeliharaan setelah terjadi masalah.
Akibatnya, banyak ditemukan permasalahan pada suatu perusahaan bahwa kontribusi terbesar
dari total biaya produksi adalah bersumber dari biaya pelaksanaan pemeliharaan peralatan,
baik secara langsung maupun tidak langsung (Blanchard, 1997).
PT.Puspetindo merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang desain industri,
rekayasa, serta manajemen konstruksi dan pengadaan. Perusahaan ini menawarkan jasa
rekayasa dan pembuatan peralatan pabrik dalam berbagai pilihan.PT Puspetindo juga
menciptakan berbagai solusi untuk berbagai macam permasalahan otomasi yang ada di
industri guna untuk meningkatkan efisiensi dalam proses produksi pada suatu industri. Pada
salah satu project modernisasi fasilitas alat yang dikerjakan pada PT.Pertamina Lubricants,
PT.Puspetindo mengalami kendala pengerjaan sehingga mengakibatkan produksi berhenti.
Kendala yang dialami oleh PT Puspetindo adalah rusaknya motor konveyor pada mesin carton
case packer sehingga produksi di berhentikan sampai motor konveyor tersebut bisa teratasi.
Motor konveyor yang dipasang pada mesin carton case packer yaitu Motor Induksi.
Motor Induksi adalah mesin listrik yang mengkonversi energi listrik menjadi energi
mekanik. Kerusakan yang terjadi pada motor induksi di PT. Pertamina Lubricants adalah
keausan pada bearing, Hal ini di sebabkan karena baut pengikat motor induksi yang kurang
rapat, sehingga menimbulkan getaran pada motor induksi. Kemudian kerusakan selanjutnya
yaitu terjadi pada rotor motor induksi yang tidak bisa berputar karena rotor tidak mendapatkan
pelumas yang cukup sehingga putaran pada rotor sangat berat.
Maka dari itu, diperlukan suatu sistem yang dapat menentukan kerusakan pada Mesin
carton case packer, khususnya pada motor konveyor. Sistem diagnosa ini berfungsi untuk
menentukan kerusakan yang terjadi pada motor konveyor sehingga mempermudah operator
untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan pada motor konveyor. Sistem diagnosa ini
dirancang menggunakan salah satu metode dari kecerdasan buatan atau artificial intelligence
(AI) yaitu Fuzzy Logic yang dapat mengenali pola,klasifikasi/identifikasi,dan pendekatan
fungsi yang berguna untuk menentukan kerusakan pada motor konveyor.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian pada tugas akhir ini adalah:

1
1. Bagaimana mengimplementasikan Fuzzy Logic untuk sistem diagnosis kerusakan pada
motor konveyor ?
2. Bagaimana hasil Fuzzy Logic terhadap sistem diagnosis kerusakan motor konveyor ?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan topik permasalahan dalam penelitian pada tugas akhir ini, penulis
memberikan batasan masalah yang meliputi:
1. Motor Induksi yang digunakan yaitu jenis 3 fasa 220 Volt, 0,18Kw/0,25HP.
2. Kerusakan motor induksi yang di prediksi hanya kerusakan elektrik yang terjadi pada
bearing,stator,dan rotor.
3. Variabel yang digunakan untuk memprediksi ialah tegangan,arus,kecepatan,getaran,dan
temperatur
4. Metode penelitian yang digunakan hanya Fuzzy Logic.

1.4 Tujuan
Tujuan yang diinginkan penulis dari penelitian ini yaitu:
1. Membangun sistem diagnosis kerusakan motor konveyor sebagai sistem pendukung
keputusan pemeliharaan
2. Mengimplementasikan Fuzzy Logic terhadap sistem diagnosis kerusakan motor konveyor

1.5 Metodologi
Dalam perancangan alat yanga kan dibangun diperlukan berbagai tahapan atau metode
yang perlu dilakukan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.5.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian dan
ilmu tentang alat penelitian. Dalam penelitian ini jenis yang digunakan adalah jenis studi
pustaka dan survey data awal. Materi yang berhubungan dengan diagnosis kerusakan
motor induksi dan penerapan metode fuzzy logic pada suatu sistem
1.5.2 Perancangan Desain dan Sistem
Setelah mendapatkan berbagai informasi dan data yang dibutuhkan, diperlukan
perancangan sistem dan bagaimana sistem ini nantinya bekerja dari awal mendeteksi
kerusakan motor induksi dengan variabel sensor yang ditentukan hingga output yang
diberikan oleh sistem tersebut berupa kondisi motor induksi yang akan ditampilkan pada
monitor. Selain itu penempatan lokasi sensor juga diperhatikan nantinya karena
penempatan sensor ini juga mempengaruhi hasil pengukuran pada motor induksi. Selain
itu, pemilihan komponen akhir juga harus segera ditentukan
1.5.3 Pembuatan Alat
Setelah melakukan perancangan desain dan sistem, realisasi berupa pemilihan
komponen dan membangun desain dan sistem yang telah dirancang perlu dilakukan.
Dalam pembuatan alat ada beberapa tahapan diantaranya ialah perancangan desain
mekanik, perancangan desain elektrik, dan perancangan software aplikasi yang dibuat
dengan visual studio.
1.5.4 Pengujian Sistem Kerja Alat
Pengujian pada sistem kerja alat bertujuan apakah dari perancangan dan membangun
sistem yang telah ada mampu bekerja secara berkelanjutan dan memiliki realibitas yang
handal. Ketika sedang melakukan analisa data, dipastikan data yang didapat memiliki
akurasi dan presisi yang diharapkan, sehingga pengujian dan analisa data perlu dilakukan
agar sistem ini mampu diimplementasikan.

2
1.5.5 Penyusunan Laporan
Dokumentasi mulai dari studi pustaka dan survey awal hingga hasil pengujian dan
Analisa data perlu dilakukan agar dalam melakukan penyusunan laporan, seluruh bukti,
dan dokumentasi pengerjaan proyek akhir yang dilakukan dapat teratur dengan baik.
Analisa data yang didapat juga harus mencakup seluruh parameter-parameter yang ada
dan dilampirkan pada bagian lampiran laporan.

1.6 Sistematika Penulisan


Pembahasan yang lebih rinci dan jelas terdapat pada Buku Proyek Akhir ini yang
memiliki susunan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab. Adapun sistematika
tersebut adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang uraian latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan buku
Proyek Akhir yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Menjelaskan materi yang berhubungan dengan kerusakan motor
induksi,struktur motor induksi,Pemrograman Bahasa C dan Visual Basic, dan
metode fuzzy logic

BAB III METODOLOGI


Dalam pembuatan alat ada beberapa tahapan diantaranya ialah perancangan
desain mekanik box portable, perancangan desain elektrik pada box portable,
perancangan sistem aplikasi yang dibuat oleh Bahasa visual basic yang akan
ditampilkan pada box portable.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA


Ketika sedang melakukan analisa data, dipastikan data yang didapat memiliki
akurasi dan presisi yang diharapkan, sehingga pengujian dan analisa data perlu
dilakukan agar sistem ini mampu diimplementasikan.

BAB V PENUTUP
Berisikan kesimpulan mengenai akhir dari penelitian dan juga terdapat
berbagai masukan dan saran untuk penelitian kedepannya.

3
“Halaman ini sengaja dikosongi”

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu


Kajian penelitian terdahulu ini bertujuan untuk mendapatkan referensi, wawasan,
bahan perbandingan serta untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian yang
dilakukan pada proyek akhir ini. Dalam kajian pustaka ini dicantumkan beberapa hasil
penelitian terdahulu pada subbab berikut:
1. Penelitian pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh M.Sudha dan P.Anbalagan
yang berjudul “A protection scheme for three fasa induction motor form incipient fault
using embedded controller” Penelitian ini membahas penggunaan mikrokontroller
PIC 16F877 untuk melakukan monitoring dan melindungimotor induksi dari
kerusakan total. Metode yang digunakan untuk mendeteksi kerusakan MI adalah rule
based (Herdianto, 2013).
2. Penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim sefa,Ilhami colak,Askin
bektas yang berjudul “Fault detection and protection of induction motors using
sensors” Penelitian ini bertujuan untuk monitoring dan melindungi motor induksi dari
Kerusakan total menggunakan ADC dan PLC(programmable logic controller)
agarvariabel-variabel yang diukur seperti tegangan,arus, temperatur, kecepatan dapat
ditampilkan nilainya pada monitor(Anggriawan & Huda, 2018).
3. Penelitian ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Herdianto yang berjudul
“Prediksi Kerusakan Motor Induksi menggunakan metode jaringan saraf tiruan
(backpropagation). Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kerusakan motor
induksi khususnya pada stator untuk 1 hari kedepan. Di mana variabel yang digunakan
adalah arus dan temperatur(Chow et al., 1991).
2.2 Prediksi Kerusakan Motor Induksi
Prediksi kerusakan motor induksi adalah suatu proses memperkirakan secara
sistematis keadaan baik, sedang,dan buruk yang akan terjadi pada motor induksi pada waktu
yang akan datang berdasarkan data yang diperoleh pada saat itu dengan pertimbangan data
sebelumnya.Waktu yang dimaksud di sini dapat diartikan sebagai (jam, hari, minggu, bulan,
tahun). Tetapi pada penelitian ini jangka waktu prediksi yang digunakan adalah hari karena
untuk meningkatkan akurasi prediksi. Sedangkan prediksi kerusakan motor induksi dapat
dipersempit dengan memilih salah satu jenis kerusakan yang sering terjadi pada motor induksi
seperti kerusakan pada bearing, stator atau rotor(Jurnal1.Pdf, n.d.).
2.3 Motor Induksi
Motor induksi adalah salah satu mesin asinkronous (asynchronous motor) karena
motor ini beroperasi dengan kecepatan sinkron. Kecepatan dari motor sinkron sendiri ialah
kecepatan rotasi medan magnetik pada mesin. Kecepatan sinkron ini dipengaruhi oleh besar
kecil frekuensi mesin dan banyaknya kutub pada mesin. Motor induksi terdiri dari dua bagian
yaitu stator atau bagian yang diam dan rotor atau bagian yang berputar, dimana kedua bagian
ini dipisahkan oleh suatu celah udara. Bagian stator dihubungkan ke catu tegangan bolak-
balik (AC), sedangkan bagian rotor tidak dihubungkan secara listrik ke pencatu tetapi
memiliki arus yang dihasilkan oleh adanya arus induksi yang ditimbulkan dari arus stator,
5
mirip dengan kerja suatu transformator. Cara kerja motor induksi bergantung pada medan
magnetik putar yang ditimbulkan dari dalam celah udara motor oleh adanya arus stator.
Lilitan stator 3 fasa dililitkan dengan lilitan fasanya berjarak 120 derajat listrik. Jika lilitan
diberi energi dari catu 3 fasa maka akan timbul fluks pada masing-masing fasa. Ketiga fluks
tersebut bergabung membentuk fluks yang bergerak mengelilingi permukaan stator pada
kecepatan konstan. Fluks ini disebut medan magnetik berputar. Dengan adanya medan putar
ini akan menyebabkan rotor berputar dengan arah yang sama dengan fluks putar. Kecepatan
medan putar dapat dirumuskan sebagai:

Dimana :
Ns = Kecepatan Motor
F = Frekuensi
P = Jumlah Kutub

Gambar 2. 1 Motor Induksi

Motor yang digunakan pada proyek akhir ini adalah motor induksi tiga fasa dengan
type A-Y3A-6314W-4 seperti pada gambar 2.1 yang memiliki daya sebesar 0.25 HP dan cos
pi sebesar 0.73.Motor yang digunakan termasuk dalam kelas isolasi motor tipe F dengan
frekuensi 50Hz(Anggriawan & Huda, 2018).

2.3.1 Konstruksi Motor Induksi


Konstruksi motor induksi satu fasa pada umumnya terdiri dari dua bagian yaitu:
stator dan rotor seperti pada Gambar 2.4. Rotor adalah bagian motor induksi yang berputar
seperti rotor (inti rotor), poros rotor, sirip pendingin seperti pada Gambar 2.2. Poros rotor
adalah coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng dengan inti rotor. Pada ujung inti
rotor biasanya dilengkapi dengan sirip yang berfungsi sebagai pendingin.

Gambar 2. 2Bagian Bagian Rotor

6
Sedangkan stator adalah bagian motor induksi yang tidak bergerak seperti inti stator
seperti pada Gambar 2.3. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur dan
menjadi tempat kumparan kawat tembaga yang telah dilapisi isolasi tipis dililitkan yang
berbentuk silinder.
Setiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi dan setiap lembaran besi
memiliki beberapa alur dan lubang pengikat untuk menyatukan inti. Alur pada laminasi inti
tersebut nantinya akan diisolasi dengan kertas untuk menghindari hubungan singkat(Chow et
al., 1993).

Gambar 2. 3 Isolasi Kertas Yang Ditempatkan Pada Alur Laminasi

Gambar 2. 4 Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa

2.3.2 Jenis Kerusakan Motor Induksi


Berdasarkan penelitian dan survey yang telah dilakukan, kerusakan pada motor
induksi dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu kerusakan pada bearing,stator,rotor,dan lain-
lain.

A. Kerusakan Bearing
Terjadinya keausan pada bearing merupakan tanda telah terjadi kerusakan pada
komponen tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena adanya baut pengikat motor induksi yang
kendor sehingga menimbulkan getaran yang berlebih, lamanya pemakaian, kondisi
lingkungan kerja (panas, berdebu), beban kerja yang berlebih dan terjadi ketidak seimbangan
jarak celah udara antara rotor dengan stator. (No, n.d.)

B. Kerusakan Stator
7
Kerusakan yang terjadi stator dapat dikarenakan rusaknya laminasi inti stator, isolasi
kawat tembaga dan isolasi stator. Hal ini dapat disebabkan oleh temperatur motor induksi
yang terlalu tinggi, tegangan listrik yang berlebih dan tidak stabil, terjadi kerusakan pada
sistem mekanik seperti bearing telah yang aus, serta dapat dikarenakan kondisi lingkungan
yang lembab, kotor atau berdebu(Chow et al., 1991).

C. Kerusakan Rotor
Bentuk kerusakan yang terjadi pada rotor seperti pecahnya bagian-bagian dari rotor.
Hal ini dapat disebabkan getaran, temperatur motor induksi yang terlalu tinggi, tegangan
listrik yang berlebih dan tidak stabil(Herdianto, 2013).

D. Kerusakan Lain-Lain
Bentuk kerusakan lainnya yang dapat terjadi pada motor induksi seperti terjadi
ketidakseimbangan jarak celah udara antara rotor dengan stator. Hal ini lebih disebabkan
karena kesalahan manufaktur (proses pembuatan di pabrik)(Herdianto, 2013).

2.4 Logika Fuzzy


Fuzzy memiliki arti samar atau kabur. Konsep fuzzy meniru cara berfikir manusia
dalam merepresentasikan fenomena di alam semesta yang serba samar. Logika manusia
memandang atau menilai suatu fenomena di alam semesta ini bukan hanya dengan nilai satu
atau nol, benar atau salah, tetapi dengan logika multi nilai yang berangsung-angsur dari nol
hingga satu atau bisa disebut dengan derajat keanggotaan. Logika fuzzy adalah logika yang
memungkinkan nilai antara 0 sampai 1. Logika ini pertama kali dikembangkan oleh Profesor
Lotfi A. Zadeh dari Universitas California di Berkeley pada tahun 1965

Gambar 2. 5 Struktur Logika Fuzzy


Konsep teori himpunan fuzzy didasarkan pada pengelompokan elemen-elemen
kedalam kelas-kelas yang mempunyai nilai berdasarkan derajat keanggotaan. Kelompok-
kelompok itulah yang disebut himpunan fuzzy. Berbeda dengan himpunan tegas(crisp) yang
menyatakan suatu objek merupakan anggota dari satu himpunan memiliki derajat
keanggotaan satu atau nol, benar atau salah. Pada logika fuzzy harga kebenaran diberikan
dalam terminologi linguistik dengan menyertakan predikat kekaburan (fuzziness). Derajat
kekaburan pada terminologi linguistik dapat dinyatakan dengan tolok ukur, misalnya agak,
cukup, sangat dan sebagainya. Kontroler logika fuzzy terdiri dari empat komponen penting
yaitu fuzzifikasi, basis aturan, mekanisme inferensi, dan defuzzifikasi. Struktur kontroler
logika fuzzy dapat dilihat pada Gambar 2.5.

8
Fuzzy Logic adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial Inteligence)
yang mengemulasi kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk algoritma yang
kemudian dijalankan oleh mesin. Algoritma ini digunakan dalam berbagai aplikasi
pemrosesan data yang tidak dapat direpresentasikan dalam bentuk biner. Fuzzy Logic
menginterpretasikan statemen yang samar menjadi sebuah pengertian yang.
Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai
dapatbernilai benar atau salah secara bersamaan. Fuzzy Logic merupakan suatu logika yang
memiliki nilai kekaburan atau kesamaran antara benar atau salah. Dalam teori Fuzzy Logic
suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Namun seberapa besar kebenaran
dan kesalahan tergantung pada bobot keanggotaan yang dimilikinya.
Fuzzy Logic memiliki derajat keanggotaan dalam rentang 0 (nol) hingga 1 (satu) dan
Fuzzy Logic menunjukkan sejauh mana suatu nilai benar dan sejauh mana suatu nilai itu
salah[4]. Fuzzy Logic adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke
dalam suatu ruang output dan mempunyai nilai kontiniu. Fuzzy dinyatakan dalam derajat
keanggotaan dan derajat kebenaran. Oleh sebab itu sesuatu dapat dikatakan sebagian benar
dan sebagian salah pada waktu yang sama.
Struktur dasar yang ada di Sistem Inferensi Fuzzy (Fuzzy Inference System) dapat
dijelaskan dalam beberapa tahapan proses yang meliputi[5]:
1. Langkah pertama : Fuzzyfikasi yaitu suatu nilai keanggotaan dikonversi ke suatu
derajat keanggotaan melalui grafik fungsi keanggotaan
2. Langkah 2 : Operasi Fuzzy Logic yaitu operasi yang menggunakan gerbang logika
AND, OR, NOT dengan masukan dua nilai derajat keanggotaan (anteseden 1 dan
anteseden 2), diperoleh derjat kebenaran MIN atau MAX.
3. Langkah 3 : Implikasi yaitu merupakan fungsi IF-THEN Rule atau aturan JIKA-
MAKA, menerima dua masukan berupa derajat kebenaran dari bagian Anteseden dan
fuzzy set dari bagian Konsekuen.
4. Langkah 4 : Agregasi/Komposisi yaitu mencari nilai MIN diantara nilai MAX, atau
nilai MAX diantara nilai MIN. Masukannya berupa dua kelompok himpunan Kaidah
Fuzzy OR, AND, NOT dengan IF-THEN Rule diperoleh sebuah Fuzzy Set Tunggal,
MAX (OR) atau MIN (AND), atau hasil dari operasi NOT.
5. Langkah 5 : Defuzzyfikasi yaitu proses menghitung suatu nilai crisp (nilai
keanggotaan) yang dicari menggunakan dua masukan berupa sejumlah derajat
keanggotaan dan sejumlah fungsi keanggotaan(Jurnal1.Pdf, n.d.).
2.5 Akuisisi Data
Sistem akuisisi data telah berkembang pesat sejak dari perekam elektro mekanik
yang biasanya berisi dari satu hingga empat saluran menjadi sistem elektronik yang mampu
mengukur bermacam variabel secara bersamaan. Sistem akuisisi data adalah instrumen
akuisisi data serba guna yang cocok untuk mengukur tegangan atau sinyal arus. Namun,
banyak sinyal keluaran sensor dan transduser harus dikondisikan sebelum board controller
dapat memperoleh dan mengubah sinyal digital [12]. Elemen dasar akuisisi data ditampilkan
pada Gambar 2.6.

9
Gambar 2. 6 Diagram Fungsi Sistem Akuisisi data

Sistem akuisisi data dapat didefinisikan sebagai suatu set sistem elektronik, yang
mana beberapa fungsinya adalah sebagai berikut.
1. Input: Pemrosesan dan konversi ke format digital menggunakan ADC. Data tersebut
kemudian ditransfer menuju ke komputer untuk ditampilkan, disimpan, dan dianalisis.
2. Pemrosesan : konversi ke format analog, menggunakan DAC. Sinyal kontrol analog
digunakan untuk mengontrol sistem atau proses.
3. Input sinyal digital, yang bersisi informasi dari suatu sistem atau proses.
4. Output dari sinyal kontrol digital.
Secara umum perangkat keras data akuisisi adalah antarmuka antara sinyal analog
dan komputer. Hal itu dalam bentuk modul yang bisa dihubungkan ke komputer melalui
komunikasi serial maupun USB. Sebagai contoh kartu yang dihubungkan ke slot pada
motherboard : contohnya adalah PCI atau PCI express [12].
Perangkat lunak dari akuisisi data adalah komponen utama dari sistem akuisisi data,
hal ini diperlukan supaya perangkat keras akuisisi data dapat bekerja dengan PC. Perangkat
lunak akuisisi data dapat ditulis dalam berbagai Bahasa, misalnya adalah bahasa C, dan dapat
ditulis untuk aplikasi tertentu dalam desain. Sebagai alternatif, ada sejumlah paket perangkat
lunak akuisisi data berlisensi yang tersedia dan dapat digunakan. Umumnya, perangkat lunak
akuisisi data terdiri dari antarmuka pengguna berbasis teks (TUI) yang terdiri dari dokumen
konfigurasi ASCII dan antarmuka pengguna grafis (GUI) yang tersedia dengan cara,
misalnya, dari browser web apa pun [12].

2.6 Pemrosesan Data


Menurut Mark Smallcombe dalam artikelnya pemrosesan data terbagi menjadi 5 tipe
yaitu transaction processing, di mana pada jenis ini digunakan apabila akan terjadi dampak
yang buruk apabila terdapat gangguan pada pengoperasiannya, secara perangkat keras sistem
ini harus memiliki perangkat keras yang terpasang redundant, atau dengan kata lain jika
terjadi sesuatu kegagalan masih ada perangkat yang akan mengambil alih proses tersebut
sehingga sistem dapat tetap berjalan.
Distributed processing pada tipe iki kumpulan data yang telalu besar untuk dimuat
dalam satu sistem sehingga perlu adanya pemecahan kumpulan data besar untuk disimpan ke
beberapa server, pada tipe distributed processing ini data yang diproses memiliki kesalahan
yang tinggi, yang mana jika satu server dalam jaringan ini gagal, pemrosesan data disini
bertugas untuk mengalokasikan kembali data ke server yang lain.

10
Real-time processing pada model ini hampir sama dengan transaction processing di
mana output dari pengiriman datanya diharapkan dapat terkirim secara real-time, namun
keduanya berbeda dalam hal penanganan kehilangan data, di mana real time processing
menghitung data masuk secepat mungkin, jika terdapat kesalahan pada data yang masuk akan
diabaikan dan berlanjut pada pengiriman data yang selanjutnya.
Batch processing pada tipe ini adalah ketika potongan data disimpan selama kurun
waktu tertentu dianalisis bersama atau dalam batch, contohnya adalah angka penjualan
perusahaan dalam kurun waktu tertentu akan diproses menggunakan metode ini, karena ada
sejumlah data besar yang terlibat, sehingga sistem akan membutuhkan waktu untuk memroses
data pada batch, pada model pemrosesan ini lebih diminati daripada real-time processing
ketika akurasi lebih penting daripada kecepatan, Selain itu, efisiensi pemrosesan batch juga
diukur dalam hal throughput. Throughput adalah jumlah data yang diproses per satuan waktu.
Dan yang terakhir adalah multiprocessing dimana lebih dari dua prosesor bekerja
pada dataset yang sama, hal ini mungkin terlihat sama dengan distributed processing, namun
terdapat perbedaan, di mana dalam multiprocessing, prosesor yang berbeda berada dalam
sistem yang sama, dengan demikian, hal ini hadir pada lokasi yang sama., sehingga apabila
terjadi kegagalan komponen dapat menurunkan kecepatan sistem [12].
2.7 Sensor DS18B20
Sensor DS18B20 adalah sensor temperature digital seri terbaru dari Maxim IC (dulu
yang buat ialah Dallas Semiconductor, lalu dicaplok oleh Maxim Integrated Products). Sensor
DS18B20 ini mampu membaca suhu dengan ketelitian 9 hingga 12-bit, range antara -55°C
hingga 125°C dengan ketelitian (+/-0.5°C ). Setiap sensor yang diproduksi memiliki kode
unik sebesar 64-Bit yang disematkan pada masing-masing chip, sehingga bisa memungkinkan
penggunaan sensor DS18B20 dalam jumlah besar hanya melalui satu kabel saja (single wire
data bus/1-wire protocol). Ini merupakan komponen yang luar biasa, dan merupakan batu
patokan dari banyak proyek-proyek data logging dan kontrol berbasis temperatur di luar sana.

Gambar 2. 7 Sensor DS18B20

Pada gambar 2.7 adalah gambar dari sensor DS18B20 jenis probe dengan bahan
pendeteksi panas terbuat dari besi sehingga bisa menjadikan sensor ini bisa tahan panas
hingga 125°C meskipun bersentuhan secara langsung dengan sumber panas.

11
2.8 Raspberry Pi
Raspberry Pi (juga dikenal sebagai RasPi) adalah sebuah SBC (Single Board
Computer) seukuran kartu kredit yang dikembangkan oleh Yayasan Raspberry Pi di Inggris
(UK) dengan maksud untuk memicu pengajaran ilmu komputer dasar disekolah-sekolah.
Raspberry Pi menggunakan sytem on a chip (SoC) dari Broadcom BCM2835 hingga BCM
2837 (Raspberry Pi 3), juga sudah termasuk prosesor ARM1176JZF-S MHz bahkan 1.2GHz
64-bit quad-core ARMv8 CPU untuk Raspberry Pi 3, GPU VideoCore IV dan kapasitas RAM
hingga 1 GB (Astri,2016). Tidak menggunakan hard disk, namun menggunakan SD Card
untuk proses booting dan penyimpanan data jangka-panjang.
Sistem operasi yang digunakan oleh Raspberry Pi biasa disebut Rasbian. Adalah
sistem operasi bebas berbasis Debian GNU / LINUX dan dioptimalkan untuk perangkat keras
Raspberry Pi (arsitektur prosesor ARMHF). Raspbian dilengkapi dengan lebih dari 35.000
paket, atau perangkat lunak precompiled paket dalam format yang bagus untuk kemudahan
instalasi pada Raspberry Pi. Seperti yang terdapat pada gambar 2.9, raspberry memiliki
beberapa bagian seperti 40 pin GPIO, 4 port USB 2.0, 10/100 LAN port, Audio jack, Micro
USB power input, display port, micro sd card slot, Bluetooth dan CPU.

Gambar 2. 8 Raspberry Pi

2.9 Variable Speed Drive

Pada umumnya variabel speed drive atau bisa disebut dengan inverter adalah
peralatan yang digunakan untuk mengatur kecepatan putaran motor. Penggunaan VSD bisa
untuk mengaplikasikan motor AC maupun DC. Akan tetapi istilah inverter sering digunakan
untuk aplikasi motor AC. Inverter menggunakan frekuensi tegangan masuk untuk mengatur
kecepatan putaran motor. Jadi dengan memainkan perubahan frekuensi tegangan yang masuk
pada motor, maka kecepatan putaran motor berubah. Karena itu inverter disebut juga variable
speed drive. Kecepatan putaran medan stator dapat di ditentukan dengan menggunakan
rumus:
N = 120f/P

Dimana :
N = Kecepatan putar medan stator

120 = Konstanta

12
F = Frekuensi (Hz)
P = Jumlah Kutub Motor (Pole)

N = 120.f/P

Gambar 2. 9 Inverter ATV12

Prinsip kerja dari variabel speed drive yang sederhana adalah sebagai berikut:
1. Tegangan yang masuk dari jala- jala 220/380 volt dan frekuensi 50 Hz merupakan
tegangan arus bolak-balik (AC) dengan nilai tegangan dan frekuensi yang konstan.
Kemudian tegangan dan frekuensi yang masuk dialirkan ke board Rectifier/ penyearah
DC, dan ditampung ke kapasitor bank.
2. Untuk meratakan tegangan DC, maka tegangan dimasukkan ke DC link. Komponen
yang terdapat pada DC link berupa kapasitor atau induktor.
3. Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC kembali
dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang komponen utamanya
adalah Semikonduktor aktif seperti IGBT. Dengan menggunakan frekuensi carrier
(bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah dan dimodulasi sehingga keluar tegangan
dan frekuensi yang diinginkan.
Pemilihan inverter yang benar dengan memperhatikan spesifikasi dari motor yang
digunakan serta keperluan dalam pemakaian inverter itu sendiri. Seperti: dengan
memperhatikan daya motor, tegangan motor, frekuensi motor. Dibawah ini merupakan
kelebihan maupun kekurangan dari penggunaan inverter
Kelebihan Inverter:
- Bisa mengatur Speed RPM
- Hemat Energi Listrik
- Proteksi elektro motor yang lengkap
- Bisa di integerasikan dengan komunikasi plc atau kontroller lain
Kekurangan Inverter:
- Harga inverter yang mahal
- Komponen yang memiliki dimensi yang besar
- Perlu keahlian untuk seting inverter bukan sembarang orang bisa

13
2.10 Sensor Arus

Gambar 2. 10 Sensor Arus (ACS712)

Sensor diatas merupakan salah satu contoh dari sensor arus. Sensor arus adalah suatu
komponen yang digunakan untuk mendeteksi suatu arus yang terdapat pada listrik. Nantinya
sensor arus akan mengeluarkan suatu sinyal proporsional dengan besarnya nilai arus berupa
tegangan analog atau tegangan digital. Salah satu contohnya sensor arus ACS712 adalah
sensor arus yang memiliki system hall effect, yaitu arus yang ada akan mempengaruhi hall
effect-nya seperti semakin besar arus maka semakin besar pula pengaruh hall effect pada
sensor begitu pula sebaliknya. Sensor arus ini dapat dibaca meggunakan mikrokontroller atau
arduino dan sensor ini juga dapat memonitoring arus listrik dengan internet.

2.11 Sensor Tegangan

Gambar 2. 11 Sensor Tegangan (ZMPT101B)

Tegangan listrik (Voltage) timbul dikarenakan ada beda potensi listrik antara dua titik
dalam rangkaian listrik. Besaran tegangan dinyatakan dalam satuan international volt.
Pengukuran ini dilakukan dikarenakan adanya beda potensial di suatu medan listrik yang
berefek pada aliran listrik yang mengalir pada material yang berbahan dari konduktor.

2.12 Sensor Getaran

Gambar 2. 12 Sensor Getaran (ADXL345)

14
Sensor getaran adalah sebuah alat ukur yang dapat mengukur getaran pada suatu beda
yang mana nantinya, data yang dihasilkan akan dipergunakan untuk kepentingan pada sebuah
percobaan atau akan digunakan untuk melakukan antisipasi jika terjadi hal yang tidak
diinginkan. Salah satu jenis alat ukur getaran ini adalah accelerometer, alat ini digunakan
untuk melakukan pengukuran pada percepatan dari sebuah benda. Dan percepatan tersebut
tidak akan diukur dengan menggunakan koordinat dari percepatan tersebut, akan tetapi akan
diukur dengan percepatan berdasarkan dengan fenomena pergerakan benda yang akan
dihubungkan dengan perubahan pada massa yang terjadi pada alat ukur tersebut. Salah satu
contoh sensor getaran yang dapat digunakan dalam mendeteksi getaran pada motor adalah
ADXL-345 seperti gambar diatas.
2.13 Sensor Kecepatan

Gambar 2. 13 Rotary Encoder

Untuk mengetahui kecepatan pada motor induksi 3 phasa menggunakan rotary


encoder.Rotary encoder adalah komponen elektromekanik yang dapat dipakai untuk
mengenali gerakan dan posisi. Umumnya, komponen satu ini digunakan pada pengendali
robot, motor dive dan lain sebagainya. Cara komponen satu ini bisa membaca gerakan
adalah dengan menggunakan sensor optik yang dapat menghasilkan serial pulsa. Serial pulsa
listrik tersebut yang diterjemahkan menjadi informasi gerakan, posisi dan arah. Rotary
encoder seakan membaca posisi sudut benda berputar kemudian dia konversikan menjadi
kode-kode digital dalam bentuk pulsa tadi, kode-kode itu dapat diteruskan ke rangkaian
kendali untuk melakukan output tertentu berdasarkan kode yang diterimanya.
2.14 Visual Studio
Visual Studio Code adalah editor source code yang dikembangkan oleh Microsoft
untuk Windows, Linux dan MacOS. Ini termasuk dukungan untuk debugging, GIT Control
yang disematkan, penyorotan sintaks, penyelesaian kode cerdas, cuplikan, dan kode
refactoring. Hal ini juga dapat disesuaikan. Sehingga pengguna dapat mengubah tema editor,
shortcut keyboard, dan preferensi. Visual Studio Code gratis dan open-source, meskipun
unduhan resmi berada di bawah lisensi proprietary. Kode Visual Studio didasarkan pada
Elektron, kerangka kerja yang digunakan untuk menyebarkan aplikasi Node.js untuk desktop
yang berjalan pada Blink layout. Meskipun menggunakan kerangka Elektron, Visual Studio
Code tidak menggunakan Atom dan menggunakan komponen editor yang sama (diberi kode
nama "Monaco") yang digunakan dalam Visual Studio Team Services yang sebelumnya
disebut Visual Studio Online (Lardinois, 2015)
15
“Halaman ini sengaja dikosongi”

16
BAB III
METODOLOGI

Dalam melakukan pembuatan alat system analisa kerusakan motor perlu adanya sebuah
rancangan, hal ini memberikan arahan kerja serta permodelan sistem alat yang dibuat agar
mempermudah penulis dalam melakukan pekerjaan pembuatan. Pada Bab ini menjelaskan
terkait perancangan sistem yang terbagi atas perangkat lunak dan perangkat keras. Alat ini
dirancang guna menyelesaikan permasalahan pada Perusahaan.

3.1 Perancangan Sistem

Gambar 3. 1 Perancangan Sistem

Pada Proyek Akhir ini dalam membuat alat system diagnose kerusakan motor
induksi 3 fasa menggunakan metode fuzzy logic Pada motor yang deteksi menggunakan
Inverter Altivar M2 untuk mengubah tegangan jala jala PLN 220V menjadi 380V agar dapat
menyalakan motor induksi 3 Fasa yang mana hubungan motor yang digunakan yakni
hubungan motor star.
Setelah motor bekerja atau aktif dipantau dengan menggunakan sensor
tegangan,arus,kecepatan,temperature,getaran dan Arduino Uno sebagai data acquisition atau
pengumpulan data yang mana dari data tersebut akan melalui proses fuzzy dengan batasan
batasan yang sesuai dengan standarisasi NEMA dan ISO 10816-3. Kemudian data dikirim
melalui USB serial ke Raspberry Pi. Data yang dikirim ditampilkan pada Software Visual
Studio sebagai interface.

17
3.2 Perancangan Flowchart System

Gambar 3. 2 Flowchart System

Pada gambar 3.2 diatas merupakan flowchart cara kerja system diagnosa kerusakan
motor induksi 3 fasa, yang mana motor induksi 3 fasa bekerja atau aktif dan dipasangkan
18
sensor tegangan,sensor arus,sensor kecepatan,sensor temperature,dan sensor getaran.
Kemudian data dari sensor akan diproses melalui system fuzzy yang ada di mikrokontroller
arduino setelah itu data akan ditampilkan pada interface visual studio yang ada di box berupa
data dan kondisi kesalahan sistem. Kemudian indikator akan menyala sesuai kondisi motor
yang sebelumnya diberikan parameter atau batasan, kemudian data tersimpan dalam bentuk
excel secara realtime yang telah dilengkapi tanggal, hari, beserta waktunya.

3.3 Perancangan Perangkat Keras


Dibawah ini merupakan desain perancangan pada perangkat keras guna
mempermudah dalam melakukan pemasangan. Desain perangkat keras terdapat 2 desain yaitu
desain mekanik keseluruhan alat dan desain penempatan komponen
2.14.1 Desain Mekanik Keseluruhan

Gambar 3. 3 Desain Mekanik Box

Gambar 3.3 menjelaskan desain mekanik dari alat yang dibuat dimana terdiri dari
beberapa komponen antara lain: Box, keyboard, monitor, speaker, Serta kerangka itu sendiri.
Dibawah ini penjelasan terkait ukuran keranka mekanik diatas.
- Box memiliki ukuran panjang 45,5 cm dan lebar 37,5 cm.
- Keyboard memiliki ukuran panjang 35 cm, dan lebar 14 cm.
- Monitor memiliki ukuran panjang 38 cm, dan lebar 23,7 cm.
- Speaker memiliki ukuran panjang 6,4 cm dan lebar 6,4 cm.

19
Gambar 3. 4 Desain Port Sensor

Gambar 3.4 menjelaskan desain mekanik penempatan socket sensor yang berada
pada box portable. Dimana socket yang digunakan pada box tersebut adalah socket 3 pin.
Socket yang berjumlah 16 pcs ini sebagai penghubung antara sensor dengan mikrokontoller.

Gambar 3. 5 Desain Mekanik Keseluruhan

Gambar 3.5 menjelaskan desain mekanik keseluruhan. Box portable yang berwarna
putih ini akan berfungsi untuk menampilkan hasil diagnose pada kerusakan motor induksi 3
fasa. Terdapat monitor sebagai tampilan interface.

20
Desain Penempatan Komponen

Gambar 3. 6 Desain Penempatan Komponen

Gambar 3.6 menjelaskan desain penempatan komponen pada box portable. Terdapat
box nya sendiri sebagai tempat utama nya, kemudian arduino sebagai mikrokontroller dan
raspberry pi sebagai interface pada alat. Box dibuat secara portabel agar dapat dioperasikan
oleh siapapun. Box portabel juga bisa dibawa ke beberapa tempat karena bentuk yang akan
dibuat seperti box yang mudah di bawa oleh pengguna.

2.14.2 Implementasi Alat

Gambar 3. 7 Implementasi Box Portable

Gambar 3.7 menjelaskan implementasi mekanik box portable. Terdapat box nya
sendiri berwarna putih yang memiliki ukuran dengan panjang 45,5 cm dan 37,5 cm. Box
tersebut juga sudah tersambung dengan monitor dengan ukuran 38 cm dan lebar 23,5 cm. Box
tersebut nantinya akan dipasang sensor yang kemudian sensor tersebut akan di pasangkan
kedalam port yang telah di sediakan oleh box portable.

21
2.14.3 Peletakan Sensor

Untuk mendeteksi getaran digunakanlah sensor SW-420 dimana sensor ini untuk
mengetahui getaran yang terjadi pada motor. Sensor SW-420 ditempatkan pada body motor
induksi 3 fasa.

Gambar 3. 8 Peletakan Sensor Getaran

Untuk mendeteksi kecepatan digunakanlah sensor rotary encoder dimana sensor ini
untuk mengetahui kecepatan yang terjadi pada motor. Sensor kecepatan di kopel dengan rotor
pada motor induksi 3 fasa.

Gambar 3. 9 Peletakan Sensor Kecepatan

Gambar 3. 10 Peletakan Sensor Temperatur

22
Untuk mendeteksi temperatur digunakanlah sensor ds18b20 dimana sensor ini untuk
mengetahui temperature yang terjadi pada motor. Sensor temperature ditempatkan pada body
motor yang ada di samping motor induksi 3 fasa.

3.4 Perancangan Perangkat Elektrikal


Pada tahap ini, dilakukannya perancangan elektrikal pada rangkaian. Perancangan
ini meliputi beberapa wiring terhadap komponen yang saling terhubung.

2.14.4 Wiring Rangkaian Motor 3 Fasa


Pada rangkaian wiring motor 3 fasa ini yaitu rangkaian tenaga yang terdiri dari
komponen antara lain: Mini circuit breaker yang berfungsi untuk memutus apabila terjadi
short circuit arus berlebih. Kemudian ada komponen inverter yang berfungsi merubah
tegangan jala jala PLN 220V menjadi 380V, komponen selanjutnya yakni terdapat ampere
meter yang berfungsi untuk mengukur arus yang terdapat pada setiap Fasa nya kemudian
terdapat Voltmeter yang berfungsi untuk mengukur tegangan yang terdapat di setiap fase R-N,
S-N, T-N dan motor itu sendiri sebagai objek yang diamati yang banyak fungsinya didunia
industry.

Gambar 3. 11 Rangkaian Motor 3 Fasa

2.14.5 Wiring Elektrikal Keseluruhan


Pada gambar 3.12 menerangkan rangkaian elektrikal pada alat yang akan dibuat.
Dimana terdapat arduino sebagai mikrokontroller. Kemudian terdapat sensor
tegangan,arus,kecepatan,temperature,dan getaran. Dimulai dari power supply sebesar 12 volt
yang kemudian diturunkan dengan komponen stepdown LM2596 sebesar 5v untuk
memberikan supply pada arduino dan beberapa sensor yang lain. Untuk sensor tegangan
dengan type ZMPT101B mendapatkan supply sebesar 5v dari boost converter LM2596 dan
untuk pin datanya akan di hubungkan pada pin A1,A2,A3 arduino. Kemudian terdapat sensor
kecepatan yaitu rotary encoder yang mendapatkan supply sebesar 12v dari power supply
eksternal dan untuk pin datanya akan di hubungkan pada pin D10 arduino. Setelah itu terdapat
sensor temperature dengan type ds18b20 yang mendapatkan supply sebesar 5v dari boost
23
converter, dan untuk pin datanya akan dihubungkan pada pin D9 arduino. Setelah itu terdapat
sensor getaran dengan SW-420 yang mendapatkan supply sebesar 5v dari boost converter.
Dan untuk pin datanya akan di hubungkan pada pin D8 arduino.

Gambar 3. 12 Wiring Elektrikal Keseluruhan

2.14.6 Implementasi Wiring Elektrik


Gambar 3.13 menjelaskan implementasi wiring elektrik pada box portable. Terdapat
Arduino UNO sebagai mikrokontroller yang sudah terintegrasi dengan raspberry Pi 3B+ yang
fungsinya sebagai monitor pada alat tersebut. Kemudian sudah terpasang boost converer
LM2598 untuk memberikan supply kepada Arduino UNO. Setelah itu sudah terpasang juga
socket untuk sensor yang sudah tersambung ke mikrokontroller Arduino UNO.

Gambar 3. 13 Implementasi Wiring Elektrik

3.5 Perancangan Perangkat Lunak


Perancangan yang dibuat setelah perangkat keras dan elektronika maka selanjutnya
melakukan perancangan perangkat lunak. Dimana pada perangkat lunak dilakukan
perancangan sofware yang meliputi sofware pemograman visual basic yang terhubung dengan
arduino sebagai pembaca dan visual studio sebagai interface.
24
2.14.7 Rancangan Tampilan Loading Screen
Pada proses di loading page, aplikasi memberi waktu komputer untuk
menyambungkan dirinya dengan sensor dan juga dengan database melalui alamat ip. Apabila
komputer gagal tersambung dengan alat pemindai, maka aplikasi tidak akan bisa terbuka.
Mekanisme ini diterapkan untuk mencegah terjadinya kesalahan apabila komputer gagal
terkoneksi dengan database yang dapat menyebabkan aplikasi mengalami kerusakan ataupun
kesalahan yang membuat komputer akan freeze.

Gambar 3. 14 Tampilan Loading Screen

2.14.8 Rancangan Tampilan Login


Halaman login adalah halaman yang tampil setelah loading page, Pada halaman ini,
pengguna akan diperintahkan untuk mengisi username dan juga password sesuai hak akses
yang diberikan.
Pada halaman login inilah akan diseleksi pengguna yang login. Seleksi akan
bergantung dengan username yang telah didaftarkan sebagai operator mesin. Apabila
username tidak terdaftar, maka pengguna tidak akan bisa masuk ke halaman berikutnya.

25
Gambar 3. 15 Rancangan Tampilan Login

2.14.9 Rancangan Tampilan Dashboard Utama


Pada menu dashboard terdapat beberapa tampilan untuk menampilkan nilai kondisi
pada motor induksi 3 fasa. Yang pertama, terdapat tampilan monitoring 3 fasa, akan
ditampilkan tegangan dan arus yang mengalir pada setiap fasa nya. Kemudian terdapat
tampilan nilai temperatur yang terukur pada motor induksi 3 fasa. Tampilan yang selanjutnya
yaitu nilai getaran yang akan didapatkan dari sensor getaran yang terpasang pada motor
induksi 3 fasa. Yang terakhir terdapat tampilan kecepatan yaitu menampilkan kecepatan
dengan satuan rpm dan nilai yang didapatkan dari sensor rotary encoder yang di kopelkan
pada rotor motor induksi 3 fasa.

Gambar 3. 16 Rancangan Tampilan Dashboard Utama

2.14.10 Rancangan Tampilan Layout Sensor


Pada menu tampilan menu layout sensor menerangkan kondisi berfungsi atau
tidaknya setiap sensor. Jika sensor itu tidak berfungsi maka kondisi notifikasi pada tampilan
akan berubah menjadi merah, dan jika sensor itu berfungsi maka kondisi notifikasi pada
tampilan akan berubah menjadi hijau.

26
Gambar 3. 17 Rancangan Tampilan Layout Sensor

2.14.11 Rancangan Tampilan System Fault


Pada tampilan System Fault menerangkan kondisi kerusakan yang terjadi pada
motor induksi 3 fasa. Jika masalah yang ada pada motor induksi itu menandakan rusak maka
tampilan akan berwarna merah, dan jika masalah pada motor menandakan perlu maintenance,
maka tampilan akan berwarna kuning, dan jika masalah pada motor menandakan normal
maka tampilan akan berwarna hijau.

Gambar 3. 18 Rancangan Tampilan System Fault

3.6 Perancangan Logika Fuzzy


Pada sistem yang dibuat diterapkan dengan Metode Fuzzy Logic yang mana
memiliki 6 inputan yaitu nilai arus R, arus S, arus T, kecepatan, getaran, dan temperature
dengan keluaran output berupa klasifikasi atau statement deteksi kondisi mesin. Pada sistem
ini berguna untuk menentukan kondisi motor. Selain itu fuzzy logic juga digunakan untuk
peringatan pendeteksi kondisi motor pada saat sudah mendekati nilai yang tidak aman.

27
2.14.12 Anggota Himpunan Fuzzy
Himpunan Fuzzy merupakan suatu kelompok yang mewakili suatu keadaan atau
kondisi tertentu dalam suatu variable fuzzy. Pada sistem ini terdapat lima variable dengan
masing masing tiga himpunan atau parameter yang mana digunakan kurva trapezium.

Parameter Nilai Arus Kondisi

0 – 0,12 Rendah
0,11 – 0,45 Normal

0,40 – 1,1 Tinggi


3.6.1.1 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Arus

Tabel 3. 1 Variabel Nilai Arus

Variabel input yang pertama yaitu nilai arus dengan kondisi rendah, normal, dan
tinggi. Pada parameter rendah ditentukan pada angka [0 0.05 0.11 0.12], parameter normal
bernilai [0.11 0.18 0.4 0.45], sedangkan parameter tinggi bernilai [0.4 0.5 1 1 ]

Gambar 3. 19 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Arus

{
0 ; x ≤ 0 atau x ≥0 ,12
x−0
; 0 ≤ x ≤ 0.05
xRendah 0.05−0
1 ; 0.05 ≤ x ≤ 0.11
0.12−x
; 0.11≤ x ≤0.12
0.12−0.11

Seperti pada gambar 3.19, Fungsi keanggotaan pada variable arus terdapat 3, yaitu
yang pertama adalah pada range arus rendah bernilai 0 hingga 0,05 dengan kurva linear naik
sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1.Kemudian di range arus 0,05 hingga 0,11 bernilai 1.
Pada range 0,11 hingga 0,12 terdapat kurva linear turun yang menjadikan nilai diantara 0
hingga 1.

28
{
0 ; x ≤ 0.11 atau x ≥ 0 , 45
x−0.11
; 0.11≤ x ≤ 0.18
xNormal 0.18−0.11
1 ; 0.18 ≤ x ≤ 0.40
0.45−x
; 0.40 ≤ x ≤ 0.45
0.45−0.40

Fungsi keanggotaan pada parameter normal yaitu yang pertama adalah pada range arus
0,11 hingga 0. Kemudian di range arus 0,18 hingga 0,40 terdapat kurva linear turun yang
menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

{
0 ; x ≤ 0. 40
xTinggi x−0. 4 0 ; 0. 4 0 ≤ x ≤ 0.50
0.50−0 . 40
1; x ≥ 0.50

Pada parameter tinggi yaitu yang pertama adalah pada range arus 0,40 hingga 0,45
dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga satu. Kemudian di range lebih
dari 0,5 bernilai 1.
3.6.1.2 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Kecepatan

Parameter Nilai Arus Kondisi

0 – 150 Sangat Lambat


130 - 450 Lambat
400 - 1200 Normal

1100 - 1600 Cepat


1500 - 2000 Sangat Cepat

Tabel 3. 2 Variabel Nilai Kecepatan

Variabel input yang kedua yaitu nilai kecepatan dengan kondisi sangat lambat,
lambat, normal, cepat, sangat cepat. Pada parameter sangat lambat ditentukan pada angka [0
75 100 150], parameter lambat bernilai [130 200 400 500], sedangkan parameter normal
bernilai [ 400 500 1100 1200], parameter cepat bernilai [ 1100 1200 1500 1600 ], kemudian
untuk parameter sangat cepat bernilai [ 1500 1600 2000 2000 ]

29
Gambar 3. 20 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Kecepatan

{
0 ; x ≤ 0 atau x ≥150
x−0
; 0 ≤ x ≤75
xSangat lambat 75−0
150−x
; 100≤ x ≤150
150−100
1; 75 ≤ x ≤ 100

Seperti pada gambar 3.20, Fungsi keanggotaan pada variable kecepatan parameter
sangat lambat terdapat 3 kurva, yaitu yang pertama adalah pada range kecepatan sangat
lambat bernilai 0 hingga 75 dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1.
Kemudian di range kecepatan 75 hingga 100 bernilai 1. Pada range 100 hingga 150 terdapat
kurva linear turun yang menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

{
0 ; x ≤ 130 atau x ≥ 450
x−130
; 130 ≤ x ≤ 200
xLambat 200−130
450−x
; 400 ≤ x ≤ 450
450−400
1; 200 ≤ x ≤ 400

Pada variable kecepatan parameter lambat yaitu yang pertama adalah pada range
kecepatan lambat bernilai 130 hingga 200 dengan kurva linear naik sehingga nilai nya
diantara 0 hingga 1. Kemudian di range kecepatan 200 hingga 400 bernilai 1. Pada range 400
hingga 450 terdapat kurva linear turun yang menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

{
0 ; x ≤ 400 atau x ≥ 1200
x−400
; 400 ≤ x ≤ 500
xNormal 500−400
1200−x
; 1100≤ x ≤ 1200
1200−1100
1 ;500 ≤ x ≤ 1100

30
Pada variable kecepatan parameter normal yaitu yang pertama bernilai 400 hingga
500 dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di range
kecepatan 500 hingga 1100 bernilai 1. Pada range 1100 hingga 1200 terdapat kurva linear
turun yang menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

{
0 ; x ≤ 1100
x−1100
; 1100 ≤ x ≤1200
x Cepat 1200−1100
1200−x
; 1500≤ x ≤ 1600
1200−1500
1; 1500 ≤ x ≤ 1600

Pada variable kecepatan parameter cepat yaitu yang pertama bernilai 1100 hingga
1200 dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di range
kecepatan 1200 hingga 1500 bernilai 1. Pada range 1500 hingga 1600 terdapat kurva linear
turun yang menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

{
0; x ≤1500
xSangat Cepat x−1500 ; 1500 ≤ x ≤ 1600
1600−1500
1; x ≥1600

Pada variable kecepatan parameter sangat cepat yaitu yang pertama bernilai 1100
hingga 1200 dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di
range kecepatan 1200 hingga 1500 bernilai 1. Pada range 1500 hingga 1600 terdapat kurva
linear turun yang menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

3.6.1.3 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Temperatur

Parameter Nilai Temperatur Kondisi

15 – 35 Normal

32 – 65 Hangat

55 – 100 Panas

Tabel 3. 3 Variabel Nilai Temperatur

Variabel input yang ketiga yaitu nilai temperatur dengan kondisi normal, hangat, dan
panas. Pada parameter normal ditentukan pada angka [15 20 30 35], parameter hangat bernilai
[32 35 55 65], sedangkan parameter panas bernilai [ 55 65 100 100].

31
Gambar 3. 21 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Temperatur

{
0 ; x ≤ 15 atau x ≥35
x −15
; 15 ≤ x ≤20
x Normal 20−15
35−x
; 30 ≤ x ≤35
35−30
1; 20 ≤ x ≤ 30

Seperti pada gambar 3.21, Fungsi keanggotaan pada variable temperatur parameter
normal terdapat 3 kurva, yaitu yang pertama adalah pada range temperatur normal bernilai 15
hingga 20 dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di range
temperature 20 hingga 30 bernilai 1. Pada range 30 hingga 35 terdapat kurva linear turun yang
menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

{
0 ; x ≤ 32 atau x ≥ 6 5
x −32
; 32≤ x ≤ 35
x Hangat 35−32
65−x
; 55≤ x ≤ 6 5
65−55
1 ; 35 ≤ x ≤ 55

Pada variable temperatur parameter hangat yaitu yang pertama bernilai 32 hingga 35
dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di range
temperatur 35 hingga 55 bernilai 1. Pada range 55 hingga 65 terdapat kurva linear turun yang
menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

{
0 ; x ≤55
x Panas x−55 ;55 ≤ x ≤ 65
65−55
1; x ≥65

Pada variable temperatur parameter panas yaitu yang pertama bernilai 55 hingga 65
dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di range

32
temperatur 35 hingga 55 bernilai 1. Pada range 65 hingga 100 terdapat kurva linear turun
yang menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

3.6.1.4 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Getaran

Tabel 3. 4 Variabel Nilai Getaran

Parameter Nilai Temperatur Kondisi

0 – 0.2 Lemah

0.1 – 0.8 Sedang

0.7 - 2 Kuat

Variabel input yang keempat yaitu nilai temperatur denganlemah,sedang,dan kuat.


Pada parameter lemah bernilai [0 0 0.1 0.2], parameter sedang bernilai [0.1 0.3 0.5 0.8],
sedangkan parameter kuat bernilai [ 0.7 1 2 2].

Gambar 3. 22 Anggota Himpunan Fuzzy Variabel Getaran

{
0; x ≤ 0 atau x ≥ 0.2
xLemah 0 , 2−x ; 0.1 ≤ x ≤ 0.2
0 , 2−0 , 1
1 ; 0 ≤ x ≤ 0.1

Seperti pada gambar 3.22, Fungsi keanggotaan pada variable getaran parameter
lemah terdapat 3 kurva, yaitu yang pertama adalah pada range getaran lemah bernilai 0 hingga
0.1 dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di range
temperature 0.1 hingga 0.2 bernilai 1. Pada range lebih dari 0,2 terdapat kurva linear turun
yang menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

33
{
0 ; x ≤ 0.1 atau x ≥ 0.8
x −0.1
; 0.1 ≤ x ≤0.3
xSedang 0.3−0.1
0.8−x
; 0.5 ≤ x ≤ 0.8
0.8−0.5
1 ; 0.3 ≤ x ≤ 0.5

Pada variable getaran parameter sedang yaitu yang pertama bernilai 0,1 hingga 0,1
dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di range getaran
dengan nilai 0.3 hingga 0.5 bernilai 1. Pada range 0.5 hingga 0.8 terdapat kurva linear turun
yang menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

{
0 ; x ≤ 0.7
x Kuat x −0.7 ; 0.7 ≤ x ≤1
1−0.7
1; x≥1

Pada variable getaran parameter kuat yaitu yang pertama bernilai 0,7 hingga 1
dengan kurva linear naik sehingga nilai nya diantara 0 hingga 1. Kemudian di range getaran
dengan nilai 1 hingga 2 bernilai 1. Pada range lebih dari 2 terdapat kurva linear turun yang
menjadikan nilai diantara 0 hingga 1.

2.14.13 Fungsi Implikasi


Tahap setelah menentukan anggota himpunan Fuzzy adalah fungsi implikasi yaitu
menentukan aturan Fuzzy atau Rule Set. Aturan fuzzy dibentuk untuk menentukan hubungan
antara masing masing parameter dari setiap input. Operator yang digunakan adalah Operator
AND, dengan fungsi IF-THEN.

3.6.2.1 Motor Tidak Bisa StarUp


Berdasarkan hasil dari fungsi keanggotaan yang telah ditentukan sebelumnya, maka
dibuat sebuah aturan Fuzzy pada tabel berikut.

Tabel 3. 5 Fungsi Implikasi Motor Tidak Bisa Startup

Rule Arus Kecepatan Kondisi


1 Rendah Rendah Normal
2 Rendah Normal Normal

3 Rendah Tinggi Tidak akan terjadi


4 Normal Rendah Rusak
5 Normal Normal Normal
6 Normal Tinggi Normal
7 Tinggi Rendah Perlu maintenance
8 Tinggi Normal Perlu maintenance
9 Tinggi Tinggi Tidak akan terjadi

34
3.6.2.2 Motor Berputar Lambat
Berdasarkan hasil dari fungsi keanggotaan yang telah ditentukan sebelumnya, maka
dibuat sebuah aturan Fuzzy pada tabel berikut.

Tabel 3. 6 Fungsi Implikasi Motor Berputar Lambat

Rule Getaran Arus Kecepatan Kondisi


1 Lemah Rendah Rendah Normal
2 Lemah Rendah Normal Normal

3 Lemah Rendah Tinggi Tidak akan terjadi


4 Lemah Normal Rendah Perlu maintenance
5 Lemah Normal Normal Normal
6 Lemah Normal Tinggi Perlu maintenance
7 Lemah Tinggi Rendah Tidak akan terjadi
8 Lemah Tinggi Normal Tidak akan terjadi
9 Lemah Tinggi Tinggi Tidak akan terjadi
10 Sedang Rendah Rendah Perlu maintenance
11 Sedang Rendah Normal Perlu maintenance
12 Sedang Rendah Tinggi
13 Sedang Normal Rendah Perlu maintenance
14 Sedang Normal Normal Normal
15 Sedang Normal Tinggi Perlu maintenance
16 Sedang Tinggi Rendah Perlu maintenance

17 Sedang Tinggi Normal Perlu maintenance


18 Sedang Tinggi Tinggi Tidak akan terjadi
19 Kuat Rendah Rendah Tidak akan terjadi
20 Kuat Rendah Normal Tidak akan terjadi
21 Kuat Rendah Tinggi Tidak akan terjadi
22 Kuat Normal Rendah Perlu maintenance
23 Kuat Normal Normal Perlu maintenance
24 Kuat Normal Tinggi Rusak
25 Kuat Tinggi Rendah Perlu maintenance
26 Kuat Tinggi Normal Perlu maintenance
27 Kuat Tinggi Tinggi Tidak akan terjadi

3.6.2.3 Motor Bertemperatur Tinggi


Berdasarkan hasil dari fungsi keanggotaan yang telah ditentukan sebelumnya, maka
dibuat sebuah aturan Fuzzy pada tabel berikut.

35
Tabel 3. 7 Fungsi Implikasi Motor Bertemperatur Tinggi

Rule Temperatur Arus Kondisi


1 Normal Rendah Normal
2 Normal Normal Normal

3 Normal Tinggi Perlu maintenance


4 Hangat Rendah Perlu maintenance

5 Hangat Normal Perlu maintenance


6 Hangat Tinggi Perlu maintenance
7 Panas Rendah Tidak akan terjadi
8 Panas Normal Perlu maintenance
9 Panas Tinggi Rusak

2.14.14 Defuzzifikasi

Defuzzyfikasi merupakan proses akhri dari kendali logika fuzzy. Pada komposisi
aturan mamdani dengan menggunakan metode centroid atau Central of Area (CoA). Dimana
pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy.
(Much Djunaidi, Eko Setiawan, Fajar Whedi Andista, 2005). Tujuan dari pengambilan nilai
pusat yaitu untuk menentukan besaran nilai output yang dihasilkan dari proses kendali logika
fuzzy.
Pada metode centroid untuk penegasan ulang defuzzyfikasi yang artinya titik tengah
dari setiap fungsi keanggotaan dapat dicari terlebih dahulu, untuk mencari nilai tengah dari
fungsi keanggotaan digunakan persamaan luas segitiga/daerah. (Damara Achmad Fenanda,
2021). Pada keanggotaan besaran nilai dari output kondisi motor maka dapat dicari untuk nilai
pusatnya dengan luas segitiga sebagai berikut :

3.6.3.1 Motor Tidak Bisa Startup

Gambar 3. 23 Variabel Output Motor Tidak Bisa Startup

Output 1, Motor Tidak Bisa Startup :

Kondisi Normal

36
1 (3.1)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2

Kondisi Maintenance
1 (3.2)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2
Titik Tengah = 2 + 1 = 3

Kondisi Rusak
1 (3.2)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2
Titik Tengah = 4 + 1 = 5

3.6.3.2 Motor Berputar Lambat

Gambar 3. 24 Variabel Output Motor Berputar Lambat

37
Output 2, Motor Berputar Lambat :

Kondisi Normal
1 (3.4)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2

Kondisi Maintenance
1 (3.5)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2
Titik Tengah = 2 + 1 = 3

Kondisi Rusak
1 (3.6)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2
Titik Tengah = 4 + 1 = 5

3.6.3.3 Motor Bertemperatur Tinggi

Gambar 3. 25 Variabel Output Motor Bertemperatur Tinggi

38
Output 3, Motor Bertemperatur Tinggi:

Kondisi Normal
1 (3.7)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2

Kondisi Maintenance
1 (3.8)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2
Titik Tengah = 2 + 1 = 3

Kondisi Rusak
1 (3.9)
Rumus Luas Daerah= ×a × t .
2

Dengan alas = 2
Tinggi = 1
1
Rumus Luas Daerah= ×2 ×1=1
2
Titik Tengah = 4 + 1 = 5

39
“Halaman ini sengaja dikosongi”

40
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini dilakukan pengujian dan analisa terkait dengan sistem yang telah
dirancang dan dibuat. Adapun pada pengujian dan analisa data yang akan dilakukan yaitu:
1. Pengujian Kalibrasi Sensor Tegangan (ZMPT101B)
2. Pengujian Kalibrasi Sensor Arus (PZEM-004t)
3. Pengujian Kalibrasi Sensor Kecepatan (Rotary Encoder)
4. Pengujian Motor Induksi Secara Normal
5. Pengujian Motor Induksi Tidak Bisa StartUp
6. Pengujian Motor Induksi Berputar Lambat
7. Pengujian Motor Induksi Bertemperatur Tinggi
8. Pengujian Metode Logika Fuzzy
9. Pengujian Tampilan Aplikasi
Dari pengujian diatas diharapkan mampu berjalan sebagaimana perancangan yang
telah dibuat agar bisa mengatasi permasalahan yang ada.

3.7 Pengujian Sensor Tegangan (ZMPT101B)

Pengujian sensor dilakukan untuk mengetahui kesesuaian nilai sensor dengan alat
kalibrasi yang ada. Hal ini merupakan hal penting dikarenakan dengan sensor ini akan
diketahui apakah sensor ini berfungsi dengan normal atau tidak.
Pengujian sensor ini dilakukan dengan membandingkan nilai hasil dari voltage
regulator dengan sensor ZMPT101B. Lalu hasil yang didapat akan dibandingkan dengan
Multimeter yang ada. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa nilai tegangan yang
dihasilkan sesuai dengan kondisi sebenarnya

Tabel 4. 1 Pengujian Kalibrasi Sensor Tegangan

No Voltage Regulator (V) Sensor Tegangan (V) Multimeter (V) Error (%)
1 20 22.87 20 0.14
2 40 43.72 40 0.09
3 60 61.12 60 0.02
4 80 80.28 80 0.00
5 100 100.4 100 0.00
6 120 119.7 120 0.00
7 140 141.5 140 0.01
8 160 160.4 160 0.00
9 180 180.8 180 0.00
10 200 200.1 200 0.00
Rata Rata Error pada Sensor Tegangan (V) 0.028

Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan rata rata nilai error sebesar 0.028% dari
10 percobaan yang dilakukan. Pencocokan pada proses pengujian ini adalah dengan
menggunakan voltage regulator dari tegangan 20V – 200 V.
41
3.8 Pengujian Sensor Arus (PZEM-004t)

Tabel 4. 2 Pengujian Kalibrasi Sensor Arus

No Beban Lampu (W) Sensor Arus (A) Multimeter (A) Error (%)
1 10 0.07 0.08 0.13
2 20 0.15 0.17 0.12
3 30 0.23 0.23 0.00
4 40 0.31 0.31 0.00
5 50 0.39 0.4 0.03
6 60 0.47 0.5 0.06
7 70 0.54 0.58 0.07
8 80 0.62 0.67 0.07
9 90 0.7 0.75 0.07
10 100 0.78 0.85 0.08
Rata Rata Error pada Sensor Arus (A) 0.062

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa persentase nilai rata error
sensor arus adalah 0,062%. Persentasi error sensor tersebut berkurang drastis dan memiliki
nilai dibawah 1%. Hal ini menunjukan proses kalibrasi berhasil dilakukan sehingga sensor
memiliki keakuratan pembacaan arus yang lebih optimal.

3.9 Pengujian Sensor Kecepatan

Tabel 4. 3 Pengujian Sensor Kecepatan

No Frekkuensi (HZ) Sensor Rotary Encoder (RPM) Tacho Meter (RPM) Error (%)
1 5 131 133 0.015
2 10 290 295 0.017
3 15 440 442 0.005
4 20 589 592 0.005
5 25 738 744 0.008
6 30 886 891 0.006
7 35 1035 1040 0.005
8 40 1195 1214 0.016
9 45 1342 1346 0.003
10 50 1490 1494 0.003
Rata - Rata Error pada Sensor Kecepatan (%) 0.008

Berdasarkan data pada Tabel 4.3, dapat diketahui bahwa persentase nilai rata error
sensor kecepatan adalah 0,008%. Hal ini menunjukan proses kalibrasi berhasil dilakukan
sehingga sensor memiliki keakuratan pembacaan kecepatan yang lebih optimal.

42
3.10 Pengujian Motor Induksi Secara Normal

Tabel 4. 4 Pengujian Motor Induksi Secara Normal

No Frekuensi (HZ) Tegangan R (V) Tegangan S (V) Tegangan T (V) Arus R (A) Arus S (A) Arus T (A) Kecepatan (RPM) Temperatur ('C) Getaran (m/s²)
1 5 234 196 190 0.1 0.1 0.1 131 31.2 0.043
2 10 215 218 221 0.25 0.25 0.25 287 31.2 0.064
3 15 224 211 214 0.26 0.26 0.26 429 31.2 0.057
4 20 225 237 221 0.19 0.19 0.19 577 31'4 0.101
5 25 211 181 210 0.19 0.18 0.18 711 31'4 0.103
6 30 246 244 215 0.19 0.19 0.19 872 31'4 0.052
7 35 225 156 151 0.2 0.2 0.2 1014 31'4 0.734
8 40 233 223 220 0.2 0.2 0.2 1160 31'3 0.067
9 45 232 216 227 0.2 0.2 0.2 1314 31'5 0.511
10 50 231 224 158 0.2 0.2 0.2 1448 31'3 0.052

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai tegangan phase R,S,dan T pada motor
Induksi 3 phase memiliki rata-rata nilai sebesar 230 V. Tegangan pada motor Induksi
mengalami fluktuasi dikarenakan frekuensi yang diberikan pada sensor ZMPT101B kurang
dari 50 HZ. Dari frekuensi yang diberikan pada sensor tersebut mengakibatkan pembacaan
nilai tegangan pada motor Induksi 3 phase yang kurang stabil. Kemudian untuk nilai arus
pada setiap fasa motor Induksi 3 phase bernilai 0.26 A pada frekuensi sebesar 15 HZ. Nilai
arus pada motor Induksi mengalami perubahan ketika motor Induksi berputar dengan
kecepatan 1014 RPM. Pada frekuensi 50 HZ, Arus pada motor Induksi memiliki nilai sebesar
0,20 A. Pengujian yang di lakukan pada motor induksi 3 phase ini tanpa memiliki beban,
sehingga nilai arus yang di keluarkan pada motor induksi tersebut tidak terlalu besar.
Kemudian dari data motor Induksi secara normal ini juga sebagai acuan untuk mendiagnosis
kerusakan pada motor induksi.

3.11 Pengujian Motor Induksi Tidak Bisa Startup

Tabel 4. 5 Pengujian Motor Induksi Tidak Bisa StartUp

No Frekuensi (HZ) Arus R (A) Arus S (A) Arus T (A) Kecepatan (RPM) Kondisi Motor
1 9.5 0.29 0.29 0.29 11 Maintenance
2 10 0.28 0.27 0.27 10 Maintenance
3 12 0.26 0.27 0.27 356 Normal
4 15 0.26 0.26 0.26 467 Normal
5 20 0.26 0.26 0.26 661 Normal

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pengujian yang di lakukan pada motor
induksi tidak bisa startup di lakukan dengan cara menurunkan frekuensi pada motor induksi
sampai motor induksi di asumsikan tidak bisa berputar. Motor induksi tidak bisa startup
dikarenakan kecepatan yang menurun dan arus yang tinggi. Ada beberapa hal yang
menyebabkan motor tidak bisa startup, diantaranya adalah tidak ada arus yang mengalir pada
stator, motor mengalami beban yang berlebih, dan tidak ada putaran pada rotor. Sedangkan
untuk kerusakan yang hanya bisa dilakukan observasi secara langsung adalah bearing berkarat

43
sehingga menyebabkan motor induksi berputar, bearing tidak berpelumas, bearing pecah, dan
bagian rotor pecah.

3.12 Pengujian Motor Induksi Berputar Lambat

Tabel 4. 6 Pengujian Motor Berputar Lambat

No Frekuensi (HZ) Getaran (m/s²) Arus R (A) Arus S (A) Arus T (A) Kecepatan (RPM) Kondisi Motor
1 9.5 0.04 0.29 0.29 0.29 11 Normal
2 10 0.04 0.28 0.27 0.27 10 Normal
3 12 0.05 0.26 0.27 0.27 356 Maintenance
4 15 0.01 0.26 0.26 0.26 467 Normal
5 20 0.02 0.26 0.26 0.26 475 Normal

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pengujian yang dilakukan pada motor
Induksi berputar lambat dilakukan dengan cara memberikan frekuensi rendah terhadap motor
induksi sampai motor induksi berputar secara lambat. Motor induksi berputar lambat
dikarenakan Kerusakan pada stator yaitu motor induksi mengalami beban berlebih, dan pada
rotor yaitu kecepatan motor induksi menurun. Sedangkan kerusakan yang hanya bisa di
observasi secara langsung yaitu bearing tidak berpelumas,dan bearing berkarat. Motor induksi
berputar lambat terjadi ketika kecepatan pada motor induksi sebesar 356 RPM, arus pada
phase R,S,T bernilai 0,26 A, dan getaran pada motor induksi bernilai 0.05 m/s2.

3.13 Pengujian Motor Induksi Bertemperatur tinggi

Tabel 4. 7 Pengujian Motor Induksi Bertemperatur Tinggi

No Frekuensi (HZ) Waktu (Menit) Arus R (A) Arus S (A) Arus T (A) Temperatur (C) Kondisi Motor
5 0.74 0 0.75 32.4 Normal
10 0.68 0 0.67 33.8 Normal
15 0.66 0 0.67 36.3 Maintenance
20 0.65 0 0.66 37.8 Maintenance
1 50
25 0.66 0 0.66 38.1 Maintenance
30 0.64 0 0.65 39.6 Maintenance
35 0.63 0 0.64 39.6 Maintenance
40 0.62 0 0.63 40.5 Maintenance
Berdasarkan pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengujian yang dilakukan pada
motor induksi bertemperatur tinggi dilakukan dengan cara melepas salah satu fasa pada motor
induksi. Fasa yang di lepas pada motor induksi adalah fasa S sehingga arus yang mengalir
pada fasa tersebut bernilai 0, sedangkan arus pada fase R dan fasa T bernilai 0.75 dalam
kondisi normal. Pengujian dilakukan dengan mencatat waktu Ketika salah satu fasa mulai di
lepas. Dengan frekuensi yang diberikan adalah 50 HZ, maka waktu yang di capai ketika
motor induksi dalam keadaan maintenance yaitu 15 menit dengan arus R bernilai 0,66 A, arus
S bernilai 0 A, dan arus T bernilai 0.67 A. Motor induksi mencapai kondisi maintenance
ketika suhu pada motor induksi mencapai 36,3 ‘C. Kemudian pengujian terus dilakukan
dengan mencatat waktu dari 5 menit sampai 40 menit. Dari percobaan diatas, semakin lama
waktu dari fasa R lepas maka suhu pada motor induksi akan semakin panas dan kondisi motor
induksi akan semakin rusak.

44
3.14 Pengujian Metode Logika Fuzzy

2.14.15 Motor Tidak Bisa Startup


Pada pengujian ini adalah tahap percobaan metode fuzzy, nilai output yang
dihasilkan dari simulasi mathlab dibandingkan dengan perhitungan manual.

Gambar 4. 1 Input Sensor Kecepatan

Input sensor kecepatan = 1140 RPM

1200−1 1 40
xNormal=
1200−1100

60
¿ =0 ,6
100

1140−1100
x Cepat =
1200−1 100
40
¿ =0 , 4
100

Gambar 4. 2 Input Sensor Arus

45
Input sensor arus = 0.43 A

0.45−0.43
xNormal=
0.45−0.40

0.02
¿ =0 , 4
0.05

0.43−0.40
xTinggi=
0.50−0.40
0.03
¿ =0. 3
0.1

Gambar 4. 3 Simulasi Mathlab Pengujian Motor Tidak Bisa StartUp

(R14) IF Kecepatan is Normal AND Arus is Normal THEN (Kondisi Motor Normal)
𝛼 – predikat 1 = 𝜇 Kecepatan ∩ 𝜇 Arus
= min ((𝜇 Normal[1140]), (𝜇 Normal[0.43])
= min (0.6;0.4)
= 0,4

(R15) IF Kecepatan is Normal AND Arus is Tinggi THEN (Kondisi Motor Rusak)
𝛼 – predikat 1 = 𝜇 Kecepatan ∩ 𝜇 Arus
= min ((𝜇 Normal[1140]), (𝜇 Tinggi[0.43])
= min (0.6;0.3)
= 0,3

Langkah selanjutnya yaitu perhitunhan deffuzifikasi menggunakan metode Center of Area.


n (4,1)
∑ rule ( i ) ×CoA × luas ( i )
Output = i=1 n

∑ rule ( i ) ×luas ( i )
i=1

46
0 , 4 ×3 × 1+ 0 ,3 × 3× 1
¿
0 , 4 × 1+ 0 ,3 × 1
1 , 2+ 0 , 9
¿
0 , 4+ 0 ,3
2 ,1
¿
0 ,7
¿3

2.14.16 Motor Bertemperatur Tinggi

Gambar 4. 4 Input Sensor Temperatur

Input sensor temperatur = 57’C

65−57
x Hangat =
65−55

8
¿ =0 , 8
10

57−55
x Panas=
65−55
2
¿ =0 , 2
10

Gambar 4. 5 Input Sensor Arus

47
Input sensor arus = 0.44 A

0.45−0.4 4
xNormal=
0.45−0.40

0.0 1
¿ =0 ,2
0.05

0.4 4−0.40
xTinggi=
0.50−0.40
0.0 4
¿ =0. 4
0.1

Gambar 4. 6 Simulasi Mathlab Motor Bertemperatur Tinggi

(R32) IF Temperatur is Hangat AND Arus is Normal THEN (Kondisi Motor Normal)
𝛼 – predikat 1 = 𝜇 Temperatur ∩ 𝜇 Arus
= min ((𝜇Hangat[57]), (𝜇 Normal[0.44])
= min (0.8;0.2)
= 0,2

(R37) IF Temperatur is Panas AND Arus is Tinggi THEN (Kondisi Motor Rusak)
𝛼 – predikat 1 = 𝜇 Temperatur ∩ 𝜇 Arus
= min ((𝜇 Panas[57]), (𝜇 Tinggi[0.43])
= min (0.2;0.4)
= 0,2

Langkah selanjutnya yaitu perhitunhan deffuzifikasi menggunakan metode Center of Area.


n

∑ rule ( i ) ×CoA × luas ( i )


Output = i=1 n

∑ rule ( i ) ×luas ( i )
i=1

0 ,2 ×3 × 1+ 0 ,2 ×3 × 1
¿
0 , 2× 1+ 0 ,2 ×1

48
0 ,6 +0 , 6
¿
0 , 2+0 , 2
1,2
¿
0,4
¿3

2.14.17 Motor Berputar lambat

Gambar 4. 7 Input Sensor Getaran

Input sensor getaran = 0.15 A

0. 2−0. 15
x Lemah=
0. 2−0. 10

0.0 5
¿ =0 , 25
0. 1

0.15−0. 1
x Sedang=
0.3−0. 1

0.0 5
¿ =0. 25
0. 2

49
Gambar 4. 8 Input Sensor Arus

Input sensor arus = 0.115 A

0. 12−0.115
x Rendah=
0.12−0.11

0.0 05
¿ =0 , 5
0.0 1

0.115−0.11
x Normal=
0. 18−0.11

0.0 05
¿ =0. 071
0. 07

Gambar 4. 9 Input Sensor Kecepatan

Input sensor kecepatan = 140 RPM

150−140
x Sangat Lambat=
150−100

50
10
¿ =0 , 5
50

140−130
x Lambat =
200−130

10
¿ =0.7
70

Gambar 4. 10 Simulasi Mathlab Motor Berputar Lambat

(R21) IF Getaran is Lemah AND Arus is Rendah AND Kecepatan is Sangat Lambat THEN
(Kondisi Motor Normal)
𝛼 – predikat 1 = 𝜇 Getaran ∩ 𝜇 Arus ∩ 𝜇 Kecepatan
= min ((𝜇Lemah[0.25]), (𝜇 Rendah[0,5]), (𝜇 Sangat Lambat[0,5])
= min (0.25;0.5;0,5)
= 0,25

(R22) IF Getaran is Sedang AND Arus is Normal AND Kecepatan is Lambat THEN (Kondisi
Motor Maintenance)
𝛼 – predikat 1 = 𝜇 Getaran ∩ 𝜇 Arus ∩ 𝜇 Kecepatan
= min ((𝜇Sedang[0.25]), (𝜇 Normal[0.071]), (𝜇Lambat[0.7])
= min (0.25;0.4;0,071;0,7)
= 0,071

Langkah selanjutnya yaitu perhitunhan deffuzifikasi menggunakan metode Center of Area.


n

∑ rule ( i ) ×CoA × luas ( i )


Output = i=1 n

∑ rule ( i ) ×luas ( i )
i=1

0 ,2 5 ×3 ×1+ 0 ,071 ×3 × 1
¿
0 , 25 ×1+ 0 ,071 ×1

51
0 ,75+ 0 ,213
¿
0 ,2 5+0 , 071
0,963
¿
0 ,321
¿3

52
“Halaman ini sengaja dikosongi”

53
BAB V
PENUTUP
3.15 Kesimpulan
Setelah melalui beberapa proses perencanaan, pembuatan, pengujian alat dan
pengambilan data yang didapat dari pengujian Proyek Akhir ini, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Sistem dapat mendiagnosis kerusakan pada motor induksi yaitu pada kerusakan motor
tidak bisa startup menggunakan variabel sensor arus dengan nilai 0.29 Ampere dan
sensor kecepatan dengan nilai 11 RPM. Dari kombinasi 2 variabel sensor arus dan
kecepatan, maka notifikasi yang keluar pada sistem adalah jenis kerusakan motor tidak
bisa startup dengan kondisi maintenance. Sedangkan untuk jenis kerusakan motor
berputar lambat mendeteksi getaran pada motor induksi dengan nilai 0.05 m/s2, nilai
arus dengan nilai 0.26 Ampere, dan sensor kecepatan dengan nilai 356 RPM. Maka
notifikasi yang keluar pada sistem adalah jenis kerusakan motor berputar lambat
dengan kondisi maintenance. Kemudian untuk jenis kerusakan motor bertemperatur
tinggi menggunakan variabel sensor temperatur dengan nilai 36’C dan nilai arus
sebesar 0,72 Ampere. Maka notifikasi yang keluar pada sistem adalah jenis kerusakan
motor bertemperatur tinggi dengan kondisi maintenance.
2. Hasil dari implementasi metode fuzzy pada sistem diagnosis kerusakan motor
dibuktikan dengan cara membandingkan pengujian metode fuzzy pada simulasi
mathlab dan perhitungan secara manual. Percobaan hasil metode fuzzy dilakukan pada
jenis kerusakan motor tidak bisa startup, motor berputar lambat, dan motor
bertemperatur tinggi. Untuk pengujian implementasi metode fuzzy pada sistem dengan
jenis kerusakan motor induksi tidak bisa startup memiliki nilai 2,77 pada simulasi
mathlab. Sedangkan pada perhitungan mendapatkan nilai 3 yang artinya motor tidak
bisa startup dalam keadaan maintenance. Nilai error yang didapatkan dari
implementasi metode fuzzy jenis kerusakan motor tidak bisa startup sebesar 7,6 %.
Untuk kerusakan motor berputar lambat memiliki nilai 1,55 pada simulasi mathlab,
sedangkan pada perhitungan secara manual mendapatkan nilai 3 yang artinya motor
berputarlambat dalam kondisi maintenance. Nilai error yang didapatkan dari
implementasi metode fuzzy jenis kerusakan motor berputar lambat sebesar 19 %.
3.16 Saran
Dalam pengerjaan dan penyelesaian Proyek Akhir ini tentu tidak lepas dari berbagai
macam kekurangan dan kesalahan, baik itu pada perancangan sistem atau dalam proses
pembuatan alat. Untuk memperbaiki kekurangan tersebut perlu dilakukan:
1. Perlu diperhatikan jenis sensor yang digunakan agar pembacaan pemantauan kondisi
motor induksi 3 phase lebih akurat
2. Perlu dilakukan pengujian pada motor induksi 3 phase dengan kondisi yang rusak
(bearing pecah,rotor pecah,bola-bola bearing pecah).

54
“Halaman ini sengaja dikosongi”

xxviii
DAFTAR PUSTAKA

Anggriawan, A., & Huda, F. (2018). Deteksi Kerusakan Motor Induksi Dengan
Menggunakan Sinyal Suara. Jom FTEKNIK, 5(1), 1–7.
Chow, M. Y., Sharpe, R. N., & Hung, J. C. (1993). On the Application and
Design of Artificial Neural Networks for Motor Fault Detection—Part II.
IEEE Transactions on Industrial Electronics, 40(2), 189–196.
https://doi.org/10.1109/41.222640
Chow, M. Y., Yee, S. O., & Mangum, P. M. (1991). A Neural Network
Approach to Real-Time Condition Monitoring of Induction Motors. IEEE
Transactions on Industrial Electronics, 38(6), 448–453.
https://doi.org/10.1109/41.107100
Herdianto. (2013). Prediksi Kerusakan Motor Induksi Menggunakan Tesis Oleh
Herdianto Fakultas Teknik. Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,
Medan, 184.
Jurnal1.pdf. (n.d.).
No, P. R. (n.d.). FAULT DETECTION AND PROTECTION OF INDUCTION
MOTORS USING SENSORS PROJECT REFERENCE NO .: 39S _ BE _
1600 OBJECTIVE : METHODOLOGY :

xxix
“Halaman ini sengaja dikosongi”

xxx
BIODATA PENULIS

Nama : Pandu Dinata Al’amiri


TTL : Surabaya, 22 April 2000
Email : pandudinata31@gmail.com
No. HP : 083854772914
Agama : Islam
Alamat : Jl Putat Gede Barat II Surabaya, Jawa Timur

RIWAYAT PENDIDIKAN
2012 – 2015 SMP Negeri 34 Surabaya
2015 - 2018 SMA Negeri 4 Surabaya
2018 - 2022 Departemen Teknik Elektro Otomasi – Fakultas
Vokasi – Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PENGALAMAN KERJA
Maret 2021– September 2021 PT. Sumber Makmur Sejati Sejahtera
Oktober 2021 – Juni 2022 PT. Puspetindo

PENGALAMAN ORGANISASI
2019 - 2020 Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Otomasi – Sekretaris PSDM
2020 - 2022 Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro Otomasi – Ketua Himpunan
2020 - 2022 Bayucaraka ITS UAV Research Team

xxxi

Anda mungkin juga menyukai