Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Asuhan Persalinan


Persalinan merupakan kejadian pengeluaran bayi yang sudah
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) (Ari Kurniarum, 2016).
Persalinan terbagi menjadi empat tahap, yaitu kala I, kala II, kala III
dan kala IV. Pada persalinan kala I terbagi menjadi fase laten dan fase
aktif. Fase laten persalinan dimulai dengan (Ari Kurniarum, 2016) :
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap
 Pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
Sementara pada kala I fase aktif terbagi menjadi tiga fase yaitu
akselerasi, dilatasi maksimal, dan deselerasi dimulai dengan (Ari
Kurniarum, 2016) :
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
 Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm
atau lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)
 Terjadi penurunan bagian terendah janin
Secara fisiologi, pada proses persalinan hormon progesteron akan
menurun dan hormon oksitosin meningkat sehingga menstimulasi his
pada fundus dan menjalar ke bawah abdomen (Ari Kurniarum, 2016). His
tersebut dapat menimbulkan nyeri dan ketidaknyamanan pada persalinan.
Dalam penanganan nyeri tersebut, dapat ditangani dengan
farmakologi dan non – farmakologi, kebijakan pemerintah dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 15 Tahun 2018
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Komplementer, pada pasal 1 ayat 1 menyebutkan pelayanan kesehatan
Tradisional Komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional yang
memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta
manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah.
Dalam penyelenggaraannya, pemerintah menyerahkan kepada
organisasi profesi sebagai tempat untuk meningkatkan dan/ atau
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, martabat, dan etika profesi
Tenaga Kesehatan dalam memberikan asuhan tradisional komplementer.
Salah satu teknik untuk mengurangi nyeri persalinan secara non –
farmakologi adalah teknik rebozo.
B. Definisi Teknik rebozo
Teknik rebozo merupakan cara non – farmakologi untuk membantu
mengelola rasa sakit selama persalinan. Teknik rebozo berasal dari
Meksiko dimana wanita disana mempunyai tradisi menggunakan rebozo
sebelum, selama dan setelah kelahiran. Rebozo berarti selendang
tradisional meksiko yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari – hari
sebagai aksesoris, membantu mengangkat barang belanjaan, maupun
membantu membawa bayi.
Dalam tradisi meksiko, kain rebozo akan diberikan oleh ibu kepada
putrinya ketika menikah dan saat mau memasuki ruang persalinan.
Rebozo dapat menggambarkan ekspresi seni, sejarah, dan budaya
meksiko. Pilihan serat kain, warna, dan pola akan mewakili kepribadian
calon ibu. Bahkan, melalui kualitas kain rebozonya seseorang dapat
diketahui bagaimana statusnya dalam masyarakat.
Oleh bidan – bidan tradisional meksiko, teknik rebozo paling popular
disebut “Manteada” yang artinya mengayunkan perut dengan rebozo
(Simbolon, SST, M. Keb. & Siburian, SKM, M. Kes., 2021).
C. Manfaat
Lilitan yang tepat pada perut ibu dapat membuat ibu merasa seperti
dipeluk dan memicu keluarnya hormon oksitosin. Selain itu, juga dapat
memberikan ruang pelvic yang lebih luas untuk ibu sehingga bayi lebih
mudah menuruni panggul (Simbolon, SST, M. Keb. & Siburian, SKM, M.
Kes., 2021).
D. Penggunaan teknik Rebozo di Indonesia
Di Indonesia, teknik rebozo mulai diperkenalkan oleh tim
pengembangan Hipnobirthing dan Prenatal gentle birth. Lanny Kuswandy
dan Yessie Aprilia menyebutkan bahwa teknik rebozo mampu
memberikan manfaat dalam menambah kenyamanan ibu dan
mempercepat proses persalinan. Sudah ada beberapa jurnal penelitian di
Indonesia yang memberikan intervensi berupak teknik rebozo dalam
proses persalinan.
Berdasarkan penelitian berjudul Efektivitas Rebozo Dan
Aromaterapi Mawar Padadurasi Fase Aktif Dan Nyeri Persalinan oleh
(Lestari dkk., 2022) dengan memberikan intervensi teknik rebozo selama
1 menit sebanyak 3 kali selama 10 menit dan diberikan aromaterapi
mawar menggunakan diffuser selama 30 menit pada 30 sampel,
didapatkan hasil bahwa pemberian teknik rebozo dan aroma terapi mawar
lebih efektif dibandingkan pemberian aroma terapi mawar saja terhadap
pengurangan nyeri dan lama persalinan kala1 fase aktif. Rebozo
merupakan teknik yang memberi rongga yang lebih luas untuk bayi
melalui cara yang dapat menyenangkan ibu, rebozo bisa digunakan saat
persalinan guna membantu otot dan serat otot yang ada dalam ligamen
uterus agar lebih rileks, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri saat
adanya kontraksi.
Hal ini segalan dengan penelitian berjudul Persalinan Nyaman
Dengan Teknik Rebozo oleh (Yuriati & Khoiriyah, 2021) yang
menggunakan dua jenis teknik rebozo yaitu shifting dan shake apple tree.
Hasilnya ada pengaruh teknik rebozo terhadap tingkat nyeri pada
persalinan. Rebozo dapat digunakan selama persalinan untuk membantu
otot-otot dan serat otot dalam ligament uterus rileks sehingga mampu
mengurangi rasa sakit ketika adanya kontraksi.
Pada penelitian berjudul teknik Rebozo Terhadap Intensitas Nyeri
Kala I Fase Aktif Dan Lamanya Persalinan Pada Ibu Multigravida, oleh
(Nurpratiwi dkk., 2020) pada 34 responden, terjadi dari 17 responden
intervensi RSTA (rebozo shake the apples) dan 17 responden intervensi
RSWLD (rebozo sifting while lying down). Dengan memberikan lember
kuisioner karakteristik responden dan lembar observasi intensitas nyeri
persalinan kala I fase aktif dan lamanya persalinan dengan NRS (Numeric
Rating Scale), hasilnya menunjukkan rata-rata frekuensi dari pengukuran
pertama intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif sampai dengan
pengukuran keempat pada teknik RSTA dan RSWLD yang terbesar yaitu
pada pengukuran pertama yang memiliki rata-rata 8,59 responden dan
yang terendah pada pengukuran 3 pada Rebozo Shake The Apples dan
pengukuran 4 pada rebozo sifting while lying down yang memiliki nilai
rata-rata 7,41 responden, sehingga dari dua kelompok intervensi sama –
sama efektif dalam mengalihkan nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu
multigravida.
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, oleh (Purwanti, 2020)
berjudul Effect Of Application Rebozo Techniques On Pain Intensity And
Anxiety Levels To The Mother Gives Birth 1 St Phase Of Active, yang
dilakukan pada 17 responden ibu bersalin dengan kategori usia 20 – 35
tahun, presentasi kepala, kala I fase aktif pembukaan 4 – 6 cm, dan
bersedia menjadi responden. Untuk mengukur skala nyeri menggunakan
Numeric Rating Scale kategori: 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan), 4-6
(nyeri sedang), 7-9 (nyeri parah), 10 (nyeri yang sangat parah). Hasilnya
menunjukkan ada pengaruh intervensi teknik rebozo terhadap intensitas
nyeri persalinan kala I fase aktif. Peneliti menyebutkan, teknik rebozo
dapat menjadi distraksi nyeri persalinan tanpa memberikan risiko atau
efek samping berbahaya.
E. Teknik Rebozo saat Persalinan
1. Shifting
Biasanya teknik ini dilakukan pada fase laten. Gerakan ini
disebut ‘pengayakan’ dan kain dipindahkan dari satu sisi ke sisi lain
untuk memberikan gerakan ritmis panggul yang menyenangkan yang
dapat mendorong relaksasi dan dapat memudahkan pergerakan bayi.
Setelah 2 - 5 menit, tangan pendamping akan mulai merasa
lelah. Maka pendamping boleh memperlambat gerakannya secara
bertahap untuk beberapa detik sampai akhirnya berhenti dan rebozo
dilepaskan dari perut ibu (Simbolon, SST, M. Keb. & Siburian, SKM,
M. Kes., 2021).
2. Shakes the apple
Teknik ini dilakukan setelah memasuki fase aktif persalinan.
Gerakan teknik ini adalah dengan menyimpan kain di pinggul ibu lalu
di lilitkan seperti candy, lalu kain digoyangkan di pinggul ibu dengan
gerakan yang teratur.
Gerakan ini juga bisa disebut sebagai “pelvic massage: atau
shake the apple tree”. Gerakan ini dapat dilakukan 1 menit sebanyak
3 kali dalam 10 menit.
Ari Kurniarum. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Pusdik SDM Kesehatan.

Lestari, Y., Marsita, E., Hidayat, T., & Zakiyya, A. (2022). EFEKTIVITAS

REBOZO DAN AROMATERAPI MAWAR PADADURASI FASE AKTIF

DAN NYERI PERSALINAN. Jurnal Sains Kebidanan, 4(2), 52–58.

Nurpratiwi, Y., Hadi, M., & Idriani, I. (2020). Teknik Rebozo terhadap Intensitas

Nyeri Kala I Fase Aktif dan Lamanya Persalinan pada Ibu Multigravida.

Jurnal Keperawatan Silampari, 4(1), 293–304.

Purwanti, A. S. (2020). EFFECT OF APPLICATION REBOZO TECHNIQUES ON

PAIN INTENSITY AND ANXIETY LEVELS TO THE MOTHER GIVES

BIRTH 1 ST PHASE OF ACTIVE. International Conference On Health

Science, 70–76.

Simbolon, SST, M. Keb., G. A. H., & Siburian, SKM, M. Kes., U. D. (2021).

Menguji Efektifitas Teknik Rebozo Dalam Persalinan. Media Sains

Indonesia.

Yuriati, P., & Khoiriyah, E. (2021). PERSALINAN NYAMAN DENGAN TEKNIK

REBOZO. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 12(2), 287–291.

Anda mungkin juga menyukai