Disusun Oleh:
Jesyka Lorenza
421074
Tanggal Praktikum:
04 April 2024
Tempat Praktikum:
Laboratorium Farmasi Komunitas
Dosen Pengampu:
apt. Anak Agung Pradnya Paramitha Vidiani, M.Farm
apt. Anisa Nova Puspitaningrum, M.Farm
STIKES TELOGOREJO
SEMARANG
2024
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu Mengidentifikasi promlem medik sesuai prioritas, data objektif,
dan data klinik.
2. Mahasiswa mampu melakukan pharmaceutical care dengan analisis
SOAP dan Menyusun Rencana Pelayanan Kefarmasian (RPK)
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian profil terapi pasien secara
benar.
4. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data laboratorium dan data
klinik sesuai kasus.
B. LANDASASAN TEORI
1. Pengertian Infark Miokard Akut (IMA)
IMA atau serangan jantung adalah penyakit yang diakibatkan karena
aliran darah tiba-tiba tersumbat sehingga memutus suplai darah ke
miokardoum (sel otot yang terdapat di jantung). IMA dapat
mengakibatkan jantung berhenti berdetak atau henti jantung. Hal ini
disebabkan karena oklusi atau penyumbatan pada arteri koroner setelah
aterosklerosis pecah. Aterosklerosis merupakan kumpulan kolesterol dan
asam lemak (lipid) yang tidak stabil pada dinding arteri (Rathore, 2018).
IMA menghasilkan kerusakan pada otot jantung karena otot jantung
kekurangan oksigen. IMA dapat menyebabkan penurunan fungsi pada
sistol maupun diastol sehingga membuat pasien IMA rentan terhadap
aritmia. IMA dapat menyebabkan komplikasi serius. Semakin cepat
pengobatan pada IMA (6 jam sejak timbul gejala) maka semakin baik
prognosisnya (Rathore, 2018).
Tabel 1
Kriteria strategi invasif pada penderita NSTEMI
C. PROSEDUR
1. Melakukan analisis data Rekam Medik Kesehatan Pasien
2. Melakukan Assesment profil terapi yang diberikan berdasarkan Analisa
DRP’s menggunakan metode SOAP dengan mengintegrasikan data
objektif dan data subjektif pasien dalam lembar kerja
3. Konfirmasikan ke penulis resep dan berdiskusilah dengan apoteker
terkait DRP’s yangterjadi
4. Membuat rencana pelayanan kefarmasian meliputi rekomendasi dan
monitoringnya
5. Berikan konseling kepada pasien setelah mendapatkan persetujuan dari
penulis resepdi dalam pembahasan
6. Mahasiswa mempresentasikan hasil analisis SOAP
D. CONTOH KASUS
Data Pasien
Inisial Pasien : Ny. S Berat Badan :-
Umur : 50 tahun Tinggi Badan :-
Alamat : Salatiga
Keluhan Utama : Nyeri dada 3 hari yang lalu (50 jam), dada terasa
panas seperti tertusuk sampai ke belakang, nyeri
hilang timbul
Diagnosis : Infark Miokard Akut inferior + anterior luas
Riwayat penyakit :-
Riwayat Pengobatan :-
Riwayat alergi :-
Merokok / alkohol :-
Kepatuhan : patuh
Status pasien : ASKES
Tanggal masuk RS : 13 Februari 2010
Pindah ke ruang Jantung : 19 Februari 2010
Tanggal keluar RS : Tidak ada data
Komentar dan Alasan Pada awal MRS tekanan darah pasien tinggi,
sehingga perlu penanganan cepat. Penanganan yang
diberikan oleh dokter adalah kombinasi ACE
Inhibitor dan Beta Bloker untuk menstabilkan
tekanan darah pasien. Nadi pasien relatif tetap tinggi.
Suhu badan pasien pada tanggal 15-17 Februari
mengalami kenaikan, sehingga perlu diberikan
antipiretik untuk menurunkan suhu badan pasien,
yaitu parasetamol. Sejak awal MRS terdapat tanda-
tanda SIRS pada pasien, yaitu peningkatan suhu dan
nadi pasien yang menandakan adanya infeksi yang
terjadi. Sebaiknya pemberian antibiotik empiris
diberikan sejak awal MRS pada pasien ini.
Padatanggal 16-17 Februari pasien mengalami
hipotensi yaitu tekanan sistolik arteri < 100 mmHg,
sehingga perlu terapi tambahan obat vasoaktif, yaitu
dopamin.
DATA LABORATORIUM PASIEN
Data Tanggal
No Nilai Normal
Laboratorium 13/2 14/2 15/2 16/2 17/2 18/2
1 Hb 12-16 g/dl (P) 16,7 14 13,6
2 Leukosit 4,5-12,5 k/ul 13.200 16.800 11.300
3 Albumin 3,8-5,1 4,2
4 BUN 10-20 12 7 17,6 17,6
5 RBC 4,33-5,95 5,73 4,87 4,85
6 HCT 38-42 (P) 49,9 43,3 43
7 Ureum 15 37,8
8 GDA <200 196 183
9 SGOT <29,3 77
10 SGPT 24,3 25
11 Kreatinin <1,2 (P) 1,0 0,2 0,7 0,7
12 Na+ 136-144 147 142 141 150 139,5
13 K+ 3,8-5,0 5 3,4 3,4 3,36 4,72
14 Cl- 97-103 108 97 100 100 94,5
15 Trombosit 150.000- 357.000 269.000 287.000
400.000
16 Granulosit 78,2 78,9 75,2
17 CKMB 0% 61,9
18 LDH 1,2 1032
19 Ca2+ 9,0 – 10,5 7,1 7,9 0,39
20 PH 7,35 – 7,46 7,41 7,53 7,565
21 PCO2 35 – 45 mmHg 27 26 28,3
22 PO2 80-100 mmHg 77 76 132,9
23 HCO3 21 – 28 mEq/L 17,1 21,7
PROFIL PENGOBATAN PASIEN
Jenis Obat Regimen Tanggal pemberian obat (mulai MRS) Bulan Februari
No
Nama Generik Dosis 13/2 14/2 15/2 16/2 17/2 18/2 13/2
1 ISDN 5 mg SL √
1000 cc/2jam (14
2 Infus PZ √ √
tts/menit)
3 Inj. Ranitidin 2 x 50 mg √ √ √ √ √ √
LD 300 mg MD 1
4 Asetosal 0-1-0 √ √ √ √ √
x 100 mg
LD 300 mg MD 1
5 Clopidogrel 1-0-0 √ √ √ √ √ √
x 75 mg
6 Simvastatin 0-0-1 20 mg √ √ √ √ √
Trimetazidine di
7 √ √ √ √
HCl 1-0-1 35 mg x 2
8 Syrup Pencahar 3 x 15 mL √ √ √ √ √ √
9 Diazepam 0-0-1 5 mg √ √ √ √ √
10 Inj. Metoklopramid 3 x 10 mg √ √
11 Captopril 3 x 6,25 mg √ √ √ 3 x 12,5 √ 3 x 12,5
12 Bisoprolol 1-0-0 1,25 mg √
13 O2 2 lpm 3 lpm
500 cc (7
14 Infus RL √ √ 500 cc 14 tts/menit 500 cc
tts/menit)
3 mg/Kg
15 Dobutamin Pump √ √ 5 mg
BB/menit
Inj. Fondaparinux
16 1 x 2,5 mg √ √ √ √ √
Na
17 Dopamin Pump 3g √ √
Inj. Ceftriaxon 0-1-
18 2x1g √ √ √
1
19 KSR 1x 600 mg √
20 Ka-en Mg3 500 cc/24 jam √
21 Furosemid Extra 1 cup √ √ 1,5 mg/jam
22 KCl 25 mEq √ √ √
23 Paracetamol 500 mg √ √ √
24 Digoxin 2 x 0,25 mg √ √ 1 x 0,25
ANALISIS SOAP
● K+ 3,4
● Ca2+ 7,1
● PH 7,53
● PCO2 26
● PO2 76
● Suhu 37,5
belakang(+++)
● Suhu 38,3
● nyeri hilang timbul
Data Lab:
(+++)
● K+ 3,4
● Ca2+ 7,9
● TD 80/65
seperti tertusuk ke
● Nadi 130
belakang(+++)
(+++)
Data Lab:
● HCT 43
● Na+ 150
● K+ 3,36
● Suhu 37,6
E. PEMBAHASAN
Praktikum yang dilakukan kali ini yaitu Pharmaceutical Care Gangguan
Kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular (CVD) merupakan kelainan yang
berhubungan dengan jantung dan sistem peredaran darah. Aterosklerosis
adalah penyebab utamanya. CVD bersifat kronis dan dapat tetap tersembunyi
untuk waktu yang lama. Dalam praktikum ini dilakukan DRPs dengan
metode SOAP, Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat adalah
bagian dari asuhan kefarmasian yang menggambarkan suatu keadaan, dimana
profesional kesehatan (apoteker) menilai adanya ketidaksesuaian pengobatan
dalam mencapai terapi yang sesungguhnya (Musdalipah & Nurhikma, 2017).
Dalam pengambilan keputusan secara sistematis, dibutuhkan empat langkah
proses yang dikenal dengan sebutan SOAP (Subjective, Objective, Assesment,
Planning).
Definisi SOAP dijelaskan oleh SNARS (Standart Nasional Akreditasi RS
Indonesia) yaitu, S (Subjective) adalah keluhan pasien saat ini yang
didapatkan dari anamnesa. O (Obejective) adalah hasil pemeriksaan fisik
termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital, skala nyeri dan hasil pemeriksaan
penunjang pasien pada saat ini. A (Assesment) atau penilaian keadaan adalah
berisi diagnosis kerja, diagnosis diferensial yang didapatkan dari penilaian
subjektif dan obyektif. P (Plan) atau rencana asuhan adalah rencana terapi
(tindakan, diet, obat-obatan), rencana monitoring dan informasi atau
pengetahuan tentang apa yang boleh dilakukan dan yang perlu dihindari
(Chumairo, 2022).
Kasus dalam praktikum ini yaitu Ny. S dengan diagnose Infark Miokard
Akut Inferior dan Arterior Luas dengan keluhan nyeri dada, dada terasa
panas seperti tertusuk sampai ke belakang, nyeri hilang timbul. Dari hasil
laboratorium, leukosit pasien sangat tinggi disertai dengan demam, dari hal
tersebut menandakan adanya infeksi. Infark miokard akut (IMA)
didefinisikan sebagai nekrosis miokard yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut arteri koroner. Sumbatan ini
sebagian besar disebabkan oleh ruptur plak ateroma pada arteri koroner, yang
kemudian diikuti oleh terjadinya trombosis, vasokonstriksi, reaksi inflamasi
dan mikroembolisasi distal. Meski jarang, sumbatan akut ini dapat pula
disebabkan oleh spasme arteri koroner, emboli atau vaskulitism (Perki, 2015).
Infark miokardium merupakam penyebab utama kematian pada orang
dewasa di seluruh dunia. Infark RV biasanya menyertai 30-50% infark
inferior dan 10% infark anterior LV. Seseorang dikatakan mengalami
serangan IMA, jika didapati 2 dari 3 kriteria berikut:
1. Nyeri dada khas infark.
Nyeri dada akibat IMA biasanya berlangsung lebih dari 20 menit,
retrosternal, bisa di tengah atau di dada kiri, menjalar ke rahang,
punggung atau lengan kiri. Rasa nyeri ini dapat digambarkan oleh pasen
sebagai rasa tertekan benda berat, diremas-remas, rasa terbakar atau
ditusuk-tusuk. Kadangkala rasa nyeri ini terasa di daerah epigastrium,
sehingga sering disalah interpretasikan sebagai dispepsia.
Keluhan nyeri dada seringkali diikuti keringat dingin, rasa mual dan
muntah, rasa lemas, pusing, rasa melayang, bahkan pingsan karena
rangsang parasimpatis. Jika gejala-gejala ini timbul tiba-tiba dengan
intensitas yang tinggi, kecurigaan terhadap IMA harus pikirkan. Pada
pasen yang sudah diketahui menderita penyakit jantung koroner,
peningkatan kualitas nyeri dada merupakan indikasi adanya plak ateroma
yang tidak stabil yang dapat memburuk menjadi IMA. Pada pasen DM,
usia lanjut, dan perempuan, keluhan mungkin tidak khas, seperti sesak
napas, nyeri ulu hati, mual, muntah dan nyeri dada atipikal.
2. Perubahan EKG
Perubahan EKG yang terjadi berupa perubahan segmen ST (baik
elevasi ataupun depresi) dengan cut off point > 0,2 mV pada infark
dinding anterior, septal dan lateral, atau > 0,1 mV pada infark dinding
inferior, posterior dan RV; minimal pada 2 lead yang berkaitan).
F. KESIMPULAN
ARB diindikasikan bagi pasien infark mikoard yang intoleran terhadap
ACE inhibitor dan mempunyai fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40%, dengan atau
tanpa gejala klinis gagal jantung.
1. Penggunaan antikoagulan pada pasien IMA
Pada pasien yang mengalami infark miokard akut, penting untuk
memperhatikan penggunaan antikoagulan guna mengurangi risiko
komplikasi. Dalam konteks ini, fondaparinux merupakan salah satu
pilihan antikoagulan yang dapat dipertimbangkan. Berdasarkan hasil dari
Studi OASIS-6, fondaparinux telah terbukti memberikan manfaat yang
signifikan pada pasien STEMI dengan mengurangi angka kematian tanpa
meningkatkan risiko perdarahan yang berat. Hal ini berbeda dengan agen
antikoagulan lainnya seperti plasebo atau heparin tidak terfraksinasi
(UFH).
Manfaat fondaparinux juga terlihat pada pasien yang menerima
trombolitik dengan tingkat perdarahan yang lebih rendah, serta pada
pasien yang tidak menjalani terapi reperfusi. Namun, fondaparinux tidak
menunjukkan manfaat pada pasien yang menjalani PCI primer. Dengan
demikian, data dari studi OASIS menunjukkan bahwa fondaparinux
dapat mempertahankan atau bahkan meningkatkan manfaat antikoagulan
konvensional sambil mengurangi risiko perdarahan (Turpie, 2006).
2. Penggunaan antiplatelet pada pasien IMA
Pada kasus ini, pasien diberikan obat antiplatelet klopidogrel dan
aspirin untuk mengatasi Infark Miokard Akut (IMA). Penggunaan kedua
obat ini telah didukung oleh beberapa penelitian yang menunjukkan
efektivitasnya. Salah satu studi yang menyoroti efektivitas klopidogrel
adalah Studi CURE, yang melibatkan 12.562 pasien dengan angina
pektoris tidak stabil atau IMA tanpa elevasi segmen ST. Pasien dalam
studi ini menerima dosis awal klopidogrel 300 mg diikuti dengan dosis
pemeliharaan 75 mg setiap hari, yang dikombinasikan dengan aspirin
selama periode pengobatan 3 hingga 12 bulan. Hasil dari studi ini
menunjukkan penurunan risiko kematian kardiovaskular, serangan
jantung, dan stroke sebesar 20% dibandingkan dengan pasien yang hanya
menerima aspirin.
Manfaat terapi ini terutama terlihat pada pasien yang segera
menjalani intervensi setelah IMA tanpa elevasi segmen ST (seperti yang
terlihat dalam studi PCI-CURE), di mana terjadi penurunan frekuensi
kematian kardiovaskular, serangan jantung, dan stroke sebesar 31%
dibandingkan dengan kelompok yang hanya menerima aspirin dan
plasebo. Oleh karena itu, hasil dari Studi CURE dan studi terkait lainnya
menegaskan bahwa penggunaan klopidogrel bersama aspirin dapat
memberikan manfaat yang signifikan pada pasien dengan IMA,
khususnya pada pasien yang menjalani intervensi yang cepat setelah
kejadian tersebut (Komosa et al., 2014).
3. Penggunaan antihipertensi pada pasien IMA
Dalam kasus ini, pasien menerima obat antihipertensi bisoprolol dan
captopril. Namun karena adanya interaksi antara captopril dan aspirin
yang mengakibatkan ketidakcocokan dalam pemberian bersama, maka
pengobatan captopril dihilangkan. Sejauh ini, beberapa penelitian klinis
telah mengungkapkan efek menguntungkan dari bisoprolol dalam
mengatasi risiko kardiovaskular, terutama pada pasien yang memiliki
risiko tinggi setelah operasi pembuluh darah jantung besar.
Oleh karena itu, bisoprolol dianggap sebagai pilihan yang aman dan
efektif untuk pasien dengan risiko kardiovaskular sedang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pretreatment dengan bisoprolol dapat
membantu memperbaiki cedera iskemia/reperfusi pada miokardium
melalui penghambatan jalur pensinyalan UPR (unfolded protein
response) dan faktor intraseluler terkait stres. Temuan ini menegaskan
efek kardioprotektif bisoprolol dalam mengurangi kerusakan
miokardium. Meskipun demikian, studi klinis lebih lanjut mungkin
diperlukan untuk mengkonfirmasi manfaat bisoprolol dalam konteks ini
(Zhang et al., 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, J. H., & Smith, P. K. (2016). Coronary-Artery Bypass Grafting. New England Journal
of Medicine, 374(20), 1954–1964. https://doi.org/10.1056/NEJMra1406944
Bob-Manuel, T., Ifedili, I., Reed, G., Ibebuogu, U. N., & Khouzam, R. N. (2017). Non-
ST Elevation Acute Coronary Syndromes: A Comprehensive Review. Current
Problems in Cardiology, 42(9), 266–305.
https://doi.org/10.1016/j.cpcardiol.2017.04.006
Eko, Antono. , dkk. (2007). Laporan Kasus Infark Miokard Ventrikel Kanan. Jurnal
Kardiologi Indonesia, 28.
Ibanez, B., James, S., Agewall, S., Antunes, M. J., Bucciarelli-Ducci, C., Bueno, H.,
Caforio, A. L. P., Crea, F., Goudevenos, J. A., Halvorsen, S., Hindricks, G.,
Kastrati, A., Lenzen, M. J., Prescott, E., Roffi, M., Valgimigli, M., Varenhorst, C.,
Vranckx, P., Widimský, P., … Gale, C. P. (2018). 2017 ESC Guidelines for the
management of acute myocardial infarction in patients presenting with ST-
segment elevation. European Heart Journal, 39(2), 119–177.
https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehx393
Kato, M., Kitada, S., Kawada, Y., Nakasuka, K., Kikuchi, S., Seo, Y., & Ohte, N.
(2020). Left Ventricular End-Systolic Volume Is a Reliable Predictor of New-
Onset Heart Failure with Preserved Left Ventricular Ejection Fraction. Cardiology
Research and Practice, 2020, 1–7. https://doi.org/10.1155/2020/3106012
Korespondensi, A., & Alvenus Willim, H. (2020). TINJAUAN PUSTAKA 407 CDK-
287/ vol. 47 no. 6 th. 2020 Endokarditis Infektif: Diagnosis, Tatalaksana, dan
Pencegahan.
Zhang, C., He, S., Li, Y., Li, F., Liu, Z., Liu, J., & Gong, J. (2017). Bisoprolol protects
myocardium cells against ischemia/reperfusion injury by attenuating unfolded
protein response in rats. Scientific Reports, 7(1), 1–12.
https://doi.org/10.1038/s41598-017-12366-8