Riset Pemasaran
Riset Pemasaran
1. Kemananan / safety
2. Nilai keagamaan / religious
value
LABEL HALAL (X1)
3. Kesehatan / health
4. Kekhususan / exclusivicity
INDIKATOR
PENGETAHUAN INDIKATOR
1. Subjective knowledge PRODUK (X2)
1. Rutinitas konsumen dalam
2. Objective Knowledge
melakukan pembelian
3. Experience-based knowledge KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Y) 2. Kualitas yang diperoleh dari
suatu keputusan pembelian
3. Komitmen atau loyalitas
INDIKATOR konsumen untuk tidak mengganti
1. Periklanan yang sudah biasa dibeli dengan
produk pesaing
PROMOSI (X3)
2. Penjualan personal
3. Promosi penjualan
4. Hubungan masyarakat
INDIKATOR
Menurut Swastha (2007) berpendapat bahwa lima peran individu dalam sebuah keputusan membeli, yaitu:
a. Pengambilan inisiatif (initiator): individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu atau yang mempunyai
kebutuhan atau keinginan tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri.
b. Orang yang mempengaruhi (influencer): individu yang mempengaruhi keputusan untuk membeli baik secara sengaja
maupun tidak sengaja.
c. Pembuat keputusan (decider): individu yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana
membelinya, kapan dan dimana membelinya.
d. Pembeli (buyer): individu yang melakukan pembelian yang sebenarnya.
e. Pemakai (user): individu yang menikmati atau memakai produk atau jasa yang dibeli.
Sebuah perusahaan perlu mengenai peranan tersebut karena semua peranan mengandung implikasi guna merancang produk,
menentukan pesan dan mengalokasikan biaya anggaran promosi serta membuat program pemasaran yang sesuai dengan
pembeli.
(sumber : jurnal – Siti Nurhayati
Judul : PENGARUH CITRA MEREK, HARGA, DAN PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
HANDPHONE SAMSUNG DI YOGYAKARTA)
HUBUNGAN ANTARVARIABEL
1. Pengaruh Label Halal terhadap Keputusan Pembelian
Menurut Muhammad Muhtar (2012) mengungkapkan bahwa religiusitas seseorang memengaruhi permintaan produk
halal karena itu di beberapa negara Muslim seperti Turki pemerintah secara serius mempersiapkan standardisasi untuk produk
halal (Anonim, 2011). Menurut Olson (dalam Sangadji, 2013:332) yang dimaksud keputusan pembelian adalah suatu proses
penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian
sumber-sumber seleksi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian.
Menurut Sumarwan (2011:148) mendefinisikan pengetahuan produk sebagai kumpulan berbagai macam informasi
mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga
produk, dan kepercayaan mengenai produk. Waluyo dan Pamungkas (2003), mengemukakan bahwa pengetahuan
produk merupakan serangkaian kumpulan informasi akurat yang tersimpan dalam ingatan konsumen yang sesuai dan
mencerminkan pengetahuannya tentang suatu produk.
Konsumen yang memiliki pengetahuan lebih tentang suatu produk cenderung berpikir lebih realistis saat memilih
produk yang mereka inginkan. Dalam pembelian produk, jika pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang suatu produk
semakin tinggi, maka konsumen akan memiliki kemampuan yang semakin meningkat dalam memilih produk yang akan dibeli.
Promosi adalah bagian dari strategi pemasaran, di mana promosi memiliki fungsi untuk memberikan informasi,
membujuk, dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap suatu produk yang dijual
(Kotler dan Keller, 2012). Promosi adalah segala bentuk komunikasi yang digunakan untuk menginformasikan (to inform),
membujuk (to persuade) atau mengingatkan orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi, individu ataupun rumah
tangga (Simamora, 2000).
Tujuan promosi secara sederhana menurut Kuncoro (2009) terbagi menjadi tiga jenis yaitu, memberikan informasi
pelanggan tentang produk atau fitur baru seperti menciptakan kebutuhan, mempengaruhi pelanggan untuk membeli merek dan
mengingatkan pelanggan tentang merek yang termasuk memperkuat penetapan ancangan merek. Pada dasarnya, tujuan
promosi mengandung tiga unsur yakni memberikan informasi, mempengaruhi dan mengingatkan kepada pelanggannya tentang
perusahaan dan produk yang ditawarkan.
4. Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian dan Minat Beli Ulang
Kotler & Keller (2009:346) menyatakan citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen,
seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Citra merek itu sendiri dibentuk dari adanya realitas
yang ada sehingga jika suatu produk Nike melakukan sesuatu pemesaran berupa iklan haruslah sesuai dengan apa yang
ada di dalam produk tersebut. Hal ini membuat citra merek merupakan salah satu factor penting dalam memenangkan pasar
terhadap konsumen.
Menurut Aaker di Simamora , (2003: 96) citra merek adalah serangkaian asosiasi unik yang ingin dibuat atau dipelihara
oleh pemasar. Asosiasi menyatakan apa merek itu dan apa yang dijanjikannya kepada konsumen.
5. Pengaruh Label Halal, Pengetahuan Produk, Promosi, dan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian
Menurut Mukhtar dan Muhammad Muhsin (2012) menemukan hubungan yang signifikan antara norma agama dan
hukum dalam permintaan produk halal, dan pertimbangan subyektif merupakan penandaan yang tinggi. Sertifikat Label Halal
adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diberikan kepada perusahaan yang mengajukan uji kehalalan
produk (Basyaruddin, 2015). Sertifikat halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan
syariat islam (www.halalmui.org). berdasarkan pengertian di atas, sertifikat halal adalah penyataan halal suatu produk yang
telah lulus uji kriteria kehalalan. Waluyo dan Pamungkas (2003), mengemukakan bahwa pengetahuan produk
merupakan serangkaian kumpulan informasi akurat yang tersimpan dalam ingatan konsumen yang sesuai dan mencerminkan
pengetahuannya tentang suatu produk.
Promosi adalah bagian dari strategi pemasaran, di mana promosi memiliki fungsi untuk memberikan informasi,
membujuk, dan mengingatkan konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap suatu produk yang dijual
(Kotler dan Keller, 2012). Kartajaya (2006:11) mengatakan merek merupakan indikator nilai yang ditawarkan kepada
pelanggan dan atau asset yang menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memperkuat loyalitasnya.
Dengan diberikannya label halal pada suatu produk, tentu akan mempermudah konsumen khususnya wanita muslim
dalam membeli produk kosmetik yang mereka inginkan. Dengan label halal tersebut pastinya konsumen akan memberi
keputusan untuk membeli dan jika sudah membeli akan mempertimbangkan kembali untuk membeli ulang produk tersebut
berdasarkan pengetahuan tentang produk tersebut, promosi dan citra merek produk kosmetik tersebut.