Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMUTUSKAN


PERAWATAN SEPATU PADA “SHOELICIOUS”
JALAN ALIANYANG NO. 3
JALAN JOHAR NO. 71
PONTIANAK

DOSEN : H. MACHROES EFFENDI, SE, M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK
MAT KHORI B1023171001
KOYRUL IMAN B1023171002
SELLY LEORISTA B1023171004
MELLY AMALIA B1023171007

MANAJEMEN A MALAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Analisis
Perilaku Konsumen Dalam Memutuskan Perawatan Sepatu Di SHOELICIOUS Jalan
Alianyang / Jalan Johar no71”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan dalam matakuliah Manajemen Pemasaran Lanjutan di Universitas
Tanjungpura.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen kami
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini

Pontianak, 3 Desember 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah...........................................................................................5
1.3. Tujuan.............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7
2.1. Pengertian perilaku konsumen........................................................................7
2.2. Model perilaku konsumen...............................................................................8
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen..................................9
2.3.1. Faktor budaya..........................................................................................9
2.3.2. Faktor sosial.............................................................................................9
2.3.3. Faktor pribadi........................................................................................10
2.3.4. Faktor psikologis...................................................................................10
2.4. Hubungan pemasaran dan perilaku konsumen.............................................10
2.5. Proses pengambilan keputusan.....................................................................12
2.6. Tipe proses pembelian konsumen.................................................................12
2.6.1. Proses “ Complex Decision Making “...................................................12
2.6.2. Proses “ Brand Loyalty “.......................................................................13
2.7. Gambaran umum tentang SHOELICIOUS...................................................13
2.7.1. Profil SHOELICIOUS...........................................................................13
2.7.2. Sejarah SHOELICIOUS........................................................................14
2.7.3. Operasional jam kerja SHOELICIOUS.................................................15
2.7.4. Pendapatan SHOELICIOUS..................................................................15
2.8. Faktor-faktor yang di pertimbangkan konsumen sebelum pengambilan
keputusan menggunakan jasa SHOELICIOUS.......................................................15
2.8.1. Harga.....................................................................................................15
2.8.2. Kualitas..................................................................................................16
2.8.3. Pelayanan...............................................................................................16
BAB III PENUTUP.....................................................................................................17
3.1. Kesimpulan...................................................................................................17
3.2. Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Persaingan dalam industri sepatu saat ini semakin ketat. Para produsen sepatu
berlomba-lomba menciptakan berbagai inovasi dalam memasarkan produk sepatu
mereka. Saat ini para produsen sepatu harus bisa menemukan celah-celah di mana
mereka bisa masuk dan mengerti keinginan konsumen agar bisa berhasil dalam
persaingan industri yang sangat ketat. Para produsen sepatu saat ini harus
mengerti keinginan dan kebutuhan dari konsumen sebagai syarat utama sebelum
meluncurkan produk baru. Inovasi dan kreativitas sangat dibutuhkan agar bisa
bersaing dengan produk pesaing dan menarik minat konsumen. Menjadi pionir
dalam pasar industri bukanlah sebuah jaminan, produsen sepatu harus mencari
cara-cara baru dalam mempertahankan pelanggan atau mencari pembeli-pembeli
baru. Hal ini bisa kita lihat dengan persaingan ketat Adidas dengan Nike di
kancah sepatu bolanya, Adidas Samba Primeknit dan Nike Magista. Kedua sepatu
ini memiliki inovasi teknologi terbaru untuk sepatu sepak bola, seakan kedua
merek ini tidak ada habisnya menciptakan produk yang paling diminati oleh pasar
sepatu olah raga.
Menurut Kotler (2000:293) para pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang
memuaskan pelanggan yang sama. Begitu perusahaan mengidentifikasi
pesaingnya, maka harus mengetahui dengan pasti karakteristik, khususnya
strategi, tujuan, kelemahan, dan pola reaksi pesaing ketika mendapat ancaman
pasar. Persaingan yang semakin ketat saat ini untuk semua kategori produk
melahirkan berbagai macam merek yang semakin menjadi identitas
masingmasing produk tersebut. Merek tidak lagi berperan hanya sekedar nama
atau pembeda dengan produk pesaing, tetapi menjadi salah satu faktor penting

1
dalam keunggulan bersaing, dan merek memberikan konsumen suatu sumber
pilihan, menyederhanakan keputusan, menawarkan jaminan mutu, dan
mengurangi resiko, membantu ekspresi diri, serta menawarkan persahabatan dan
kesenangan.
Konsumen saat ini memiliki banyak pilihan dalam pasar industri sepatu.
Berbagai macam produk diluncurkan dengan teknologi, inovasi, serta strategi
pemasaran yang baru. Produsen sepatu berlomba-lomba untuk memberikan
produk dengan kualitas, pelayanan, dan tingkat kepuasan tinggi kepada
konsumennya untuk mempertahankan posisinya di pasar industri sepatu, terutama
pasar sepatu olah raga. Pada umumnya konsumen yang loyal tidak akan mencari
alternatif dan tidak mudah berpaling pada merek produk lain. Maka dari itu,
perusahaan berusaha untuk menciptakan konsumen yang loyal. Persaingan yang
semakin ketat untuk semua kategori produk melahirkan berbagai macam merek
yang semakin menjadi identitas masing-masing produk tersebut. Peranan merek
bukan lagi sekedar nama atau pembeda dengan produk-produk pesaing, tetapi
sudah menjadi salah satu faktor penting dalam keunggulan bersaing. Merek
memberikan konsumen suatu sumber pilihan, menyederhanakan keputusan,
menawarkan jaminan mutu dan mengurangi resiko, membantu ekspresi diri, serta
menawarkan persahabatan dan kesenangan.
Selama bertahun-tahun, beberapa faktor telah memperkuat tantangan bagi
pemasar untuk mengelola merek dan juga memperkuat pentingnya mereka bagi
konsumen. Pertama, meningkatnya jumlah merek baru dan produk telah
mengubah lingkungan branding, sehingga menciptakan kesulitan bagi konsumen
dalam memilih dari berbagai macam produk. Kedua, pelanggan telah menjadi
cerdas. Pengetahuan mereka tentang pemasaran telah miningkat dan mereka telah
menjadi lebih penuntut, lebih skeptis tentang yang merek yang akan dipilih.
Ketiga, fragmentasi media dan erosi dari periklanan tradisional telah memaksa
pemasar untuk mencari alternatif baru untuk mempromosikan merek mereka.
Selain itu meningkatnya penggunaan jejaring sosial, internet, dan video online

2
membuat perusahaan merefleksikan strategi pemasaran mereka sehingga dapat
beradaptasi lebih baik terhadap perubahan konsumsi di lingkungan mereka.
Meningkatnya persaingan, globalisasi, bergerak dari barang logika dominan ke
layanan logika dominan , dan peningkatan biaya memperkenalkan produk baru
atau merek baru di pasar telah membuat pemasar merenenungkan manajemen
merek dan strategi merek mereka (Keller, 2008 : 35 – 36).
Pasar fashion nasional dengan produk lokal sedang gencar-gencarnya
dibangun oleh para pengusaha yang rata-rata adalah anak muda, yaitu salah
satunya produk sepatu. Hal ini disebabkan karena pasar sepatu lokal sedang ingin
bersaing di ranah global demi menunjukkan identitasnya seiring dengan majunya
zaman, maka dari itu konsumen di Indonesia tidak mau ketinggalan jaman dengan
perkembangan fashion yang sedang tren.
Oleh karena itu produsen sepatu membuat berbagai macam varian dari
sepatunya dan dengan dukungan dari segi design yang hampir menyerupai produk
global. Hal itu menyebabkan konsumen di Indonesia tertarik untuk membelinya.
Selain itu, pengrajin Indonesia juga memiliki kualitas yang tidak kalah dengan
kualitas global. Sepatu lokal pun tidak hanya membuat design yang kuno dan
kaku, tetapi mereka berinovasi dengan cara membuat designnya berdasarkan
fashion yang sedang tren di dunia untuk di jadikan referensi.
Namun, sekarang ini sudah semakin banyak pesaing yang berlomba untuk
merebut pangsa pasar sepatu lokal dengan berbagai cara, salah satunya adalah
gempuran dari brand global dan pertumbuhan pendapatan masyarakat kelas
menengah juga disertai dengan perubahan perilaku konsumsi. Mereka sangat
kritis dalam memilih produk unggulan, berdaya tahan tinggi, dan fungsional.
Begitu juga dengan menjadikan produk fashion berkualitas atau fashion dengan
merek tertentu sebagai kebutuhan. Produk alas kaki Indonesia memang cukup
diterima di luar negeri namun sayangnya di negerinya sendiri belum mendapat
respon yang cukup baik. Pangsa pasar produk sepatu lokal yang dapat dikuasai
untuk kelas menengah atas telah mencapai 70% dan untuk kelas menengah

3
kebawah baru mampu menguasai 30%, sisanya masih dikuasai sepatu impor.
Beribicara tentang sepatu tentu saja tidak terlepas dari yang namanya merawat
sepatu, selain agar terlihat lebih rapi dan bersih tentu dengan rutin merawat sepatu
diharapkan agar sepatu yang kita punya menjadi lebih tahan lama, banyak cara
untuk merawat sepatu seperti menyimpan nya kembali kedalaman kantong atau
tas sepatu sebelum meletakkan kedalam rak sepatu agar tidak bercampur dengan
sepatu-sepatu lainnya, namun bagaimana bila sepatu kita kotor karena seringnya
beraktivitas diluar rumah? Bagaimana solusi dari masalah sepatu kotor tersebut?
Peneliti melihat fenomena sepatu lokal yang kini sedang menjadi trend di
kalangan anak muda sebagai peluang bagi industri lain seperti laundry sepatu,
yang tentunya memberi solusi bagi orang yang malas untuk merawat/ mencuci
sepatunya.
Penelitian yang dilakukan yaitu di SHOELICIOUS. SHOELICIOUS adalah
suatu usaha dimana konsumen dapat melakukan perawatan sepatu atau yang biasa
disebut laundry sepatu. Seperti mencuci, mewarnai ulang sepatu dan lain
sebagainya. Alasan peneliti memilih SHOELICIOUS adalah karena usaha ini
memiliki keunikannya sendiri. Keberanian usaha ini mampu bertahan ditengah
persaingan laudry sepatu yang sedang tren di kalangan masyarakat Kota
Pontianak dan sekitarnya. Omset yang didapat perbulannya selalu mengalami
peningkatan. SHOELICIOUS memperkenalkan usahanya sendiri yang
kualitasnya tidak kalah bagus dari laundry sepatu yang ada di Kota Pontianak dan
sekitarnya. Menurut Solomon (2012,p.490), fashion adalah proses penyebaran
sosial (social-diffusion) dimana sebuah gaya baru diadopsi oleh kelompok
konsumen. Fashion atau gaya mengacu pada kombinasi beberapa atribut. Dan
agar dapat dikatakan ’in fashion’, kombinasi tersebut haruslah dievaluasi secara
positif oleh sebuah reference group (pp.490).
Mengatasi perubahan ini, pemasar tidak hanya dipaksa untuk berkembang
dalam kegiatan branding dan strategi komunikasi untuk menarik pelanggan baru,
tetapi mereka juga telah diwajibkan untuk menciptakan cara-cara baru dan

4
inovatif untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Memperoleh
pelanggan baru dapat menghabiskan biaya lima kali lebih besar daripada biaya
untuk memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada (Kotler,
Keller, Bradey, Goodman, & Hansen, 2009 : 400).
Janji dari keuntungan jangka panjang dan pangsa pasar yang lebih besar lagi
membuat eksekutif bisnis dan pemasar bersama berjuang untuk menemukan
“cawan suci” yaitu loyalitas merek (McAlexander, Schouten, & Koenig, 2002 :
38). Beberapa dari mereka percaya telah menemukan itu dalam bentuk komunitas
merek, pertama kali digambarkan dalam studi oleh Muniz & O’Guinn (2001).
Selama dekade terakhir, semakin banyak perusahaan yang menyadari potensi
komunitas merek dalam membangun hubungan konsumen dengan merek dan
membudidayakan makna dari merek yang didorong oleh konsumen.
Komunitas merek di dalam praktik aplikasi komunikasi menjadi salah satu
cara mempromosikan produk kepada khalayak. Cara ini menjadi efektif karena
dengan sendirinya kegiatan promosi produk dilakukan oleh para anggota
komunitas merek, dengan inisiatif pribadi dari para anggotanya. Anggota
komunitas menjadi duta merek yang akan menciptakan word of mouth di
kalangan konsumen.
Menurut Goostain (Tjiptono, 2005: 296), nilai pelanggan adalah suatu ikatan
emosional yang dapat menciptakan suatu nilai tambah sehingga akan
mempengaruhi loyalitas konsumen terhadap merek yang digunakan. Setelah
anggota komunitas merek mendapatkan manfaat atau nilai tambah seperti yang
telah disebutkan, maka akan mempengaruhi kesetiaan anggota komunitas tersebut
terhadap merek

1.2. Rumusan masalah

1. Bagaimana gambaran umum tentang “SHOELICIOUS” ?


2. Apa saja produk yang dijual di “SHOELICIOUS” ?

5
3. Bagaimana perilaku konsumen dalam memutuskan melakukan perawatan
sepatu di “SHOELICIOUS” ?
4. Apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
memutuskan melakukan sepatu di “SHOELICIOUS” ?

1.3. Tujuan

1. Untuk menjelaskan gambaran umum tentang “SHOELICIOUS”


2. Untuk menjelaskan apa saja produk yang dijual di “SHOELICIOUS”
3. Untuk menjelaskan bagaimana perilaku konsumen dalam memutuskan
melakukan perawatan sepatu di “SHOELICIOUS”
4. Untuk menjelaskan apa saja faktor-faktor yang dipertimbangkan
konsumen dalam memutuskan melakukan perawatan sepatu di
“SHOELICIOUS”

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian perilaku konsumen

Perilaku Konsumen merupakan suatu tindakan yang tunjukkan oleh konsumen


dalam hal mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa
yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam arti lain
perilaku ditunjukkan, yakni bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber
dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan/
menukarkan dengan barang atau jasa yang diinginkannya. Analisis tentang
berbagai faktor yang berdampak pada perilaku konsumen menjadi dasar dalam
pengembangan strategi pemasaran. Untuk itu pemasar wajib memahami
konsumen, seperti apa yang dibutuhkan, apa seleranya, dan bagaimana konsumen
mengambil keputusan
menurut Kotler (2007) bahwa, “perilaku konsumen merupakan studi tentang
cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan
memposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka”.
Perilaku konsumen bersifat dinamis. Itu berarti bahwa perilaku seorang
konsumen, grup konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak
sepanjang waktu. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara afeksi
(perasaan) dan kognisi (pemikiran), perilaku dan kejadian di sekitar. Perilaku
konsumen melibatkan pertukaran, karena itu peran pemasaran adalah untuk
menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan
strategi pemasaran.

7
2.2. Model perilaku konsumen

Model perilaku konsumen dari Kotler disajikan pada gambar dibawah


menunjukkan bahwa stimuli pemasaran dan stimuli lain masuk pada kotak hitam
konsumen. Stimuli pemasaran terdiri dari: produk (product), harga (price), tempat
(place), promosi (promotion). Stimuli yang lain yaitu kekuatan dan peristiwa yang
berpengaruh signifikan yang berada di lingkungan konsumen, yaitu ekonomi,
teknologi, politik dan budaya. Semua stimuli ini masuk pada kotak hitam
konsumen, dimana konsumen menyerap semua stimuli tersebut dan memberikan
responnya berupa: pilihan produk, pilihan merek, pilihan dealer, waktu pembelian
dan jumlah pembelian.
Stimuli berubah menjadi respon melalui dua bagian. Pertama, karakteristik
pembeli mempengaruhi bagaimana menerima dan bereaksi terhadap stimuli.
Kedua, proses keputusan pembeli yang mempengaruhi perilaku pembeli.
Pembelian oleh konsumen banyak dipengaruhi oleh karakteristik: (1)
kebudayaan yang terdiri dari: budaya, subbudaya dan kelas sosial, (2) sosial yang
terdiri dari: kelompok acuan, keluarga, peran dan status, (3) personal yang terdiri
dari: usia dan siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian
serta konsep diri, (4) Psikologi yang terdiri dari: motivasi, persepsi, proses
belajar, kepercayaan dan sikap.
Dalam proses keputusan, tahap-tahap yang dilewati oleh pembeli adalah:
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
membeli dan tingkah laku setelah pembelian.
Tetapi pada pembelian yang lebih rutin, konsumen seringkali melompati atau
membalik beberapa tahap ini. Pengenalan kebutuhan pada tahap pertama proses
keputusan membeli, adalah ketika konsumen mengenali adanya masalah atau
kebutuhan. Pencarian informasi pada tahap proses keputusan membeli, yang
merangsang konsumen untuk mencari informasi lebih banyak; adalah konsumen
mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mungkin aktif mencari informasi.

8
Evaluasi alternatif pada tahap proses keputusan membeli, adalah ketika konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi alternatif dalam perangkat pilihan.
Keputusan membeli pada tahap proses keputusan membeli, adalah ketika
konsumen benar-benar membeli produk. Tingkah laku setelah pembelian pada
tahap proses keputusan membeli, adalah ketika konsumen mengambil tindakan
lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Kotler (2007) mengatakan bahwa, “perilaku pembelian konsumen dipengaruhi


oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut :

2.3.1. Faktor budaya


Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling
dasar. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih
menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya.
Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah
geografis. Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki
stratifikasi sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas
sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang
tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat,
dan perilaku serupa.

2.3.2. Faktor sosial


Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling

9
dasar. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih
menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya.
Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah
geografis. Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki
stratifikasi sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas
sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang
tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat,
dan perilaku serupa.

2.3.3. Faktor pribadi


Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup,
pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan
gaya hidup pembeli

2.3.4. Faktor psikologis


Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik
konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan
pembelian. Empat proses psikologis penting-motivasi, persepsi,
pembelajaran, dan memori-secara fundamental mempengaruhi tanggapan
konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran

2.4. Hubungan pemasaran dan perilaku konsumen

Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses


sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan

10
proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak
ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap
menciptakan, menawarkan, dan pertukaran.
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi:
kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands),
nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar,
pemasar, serta prospek.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan perusahaan
terhadap pemasarannya, yaitu:
1. Lingkungan Eksternal Sistem Pemasaran. Lingkungan ini tidak dapat
dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan masyarakat dalam menerima
atau menolak produk perusahaan, politik dan peraturan pemerintah, keadaan
perekonomian, kependudukan serta munculnya pesaing.
2. Variabel Internal Sistem Pemasaran. Variabel ini dapat dikendalikan oleh
perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan pemasaran
(kemampuan produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen
bauran pemasaran yang meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi.

Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:


1. Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan
berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya
meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh
kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini
sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari
pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain.
2. Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis
individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang
psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena
proses mental tidak dapat diamati secara langsung.

11
3. Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu
kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan,
kelas-kelas sosial dan sebagainya

2.5. Proses pengambilan keputusan

Menurut Kotler (1997) ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan
untuk melakukan pembelian, anatara lain:
1. Pengenalan Masalah merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses
pembelian, dimana pembeli akan mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk
mencari informasi. Apabila dorongan tersebut kuat dan obyek yang dapat
memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan bersedia untuk
membelinya.
3. Evaluasi Alternatif konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan
membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap produk yang akan dibelinya.
Keputusan Pembeli setelah konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka
konsumen akan membuat keputusan untuk membeli. Penilaian keputusan
menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara beberapa merek
yang tersedia.

2.6. Tipe proses pembelian konsumen

2.6.1. Proses “ Complex Decision Making “


Terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan
yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli produk sepatu. Dalam
kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi untuk
mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan

12
menetapkan kriteria tertentu seperti sepatu olahraga,seperti sepatu roda
dapat mempercepat waktu berjalan dan menghemat tenaga.

2.6.2. Proses “ Brand Loyalty “


Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan
membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada
proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian
sepatu karet basket merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam
setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen, sepatu
basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, sepatu sekolah
dan sepatu kerja untuk dapat beraktivitas. Loyalitas merek muncul dari
kepuasan pembelian yang lalu.

2.7. Gambaran umum tentang SHOELICIOUS

2.7.1. Profil SHOELICIOUS


SHOELICIOUS merupakan toko usaha yang menjual jasa perawatan
sepatu. Jasa yang dijual adalah yang pertama Deep Cleaning. Deep
Cleaning adalah membersihkan seluruh bagian sepatu secara detail mulai
dari midsole, outsole, insole, upper, dan lace dengan waktu pengerjaan 5
hari. Kedua, Fast Cleancing. Fast Cleansing adalah teknik mencuci
sepatu hanya pada bagian luar sepatu dan bawah sol sepatu agar terlihat
bersih dan segar dengan waktu pengerjaan 3 hari. Ketiga, Express
Cleaning. Express Cleaning biasanya pencucian sepatu yang paling cepat
dengan waktu pengerjaan 1 hari. Keempat , Special treatment. Untuk
perawatan ini biasanya hanya untuk sepatu dengan kondisi khusus dengan
waktu pengerjaan 3-5 hari. Dan terakhir adalah Repaint. Repaint adalah
proses pewarnaan ulang pada sepatu yang berbahan canvas dan suede

13
dengan waktu pengerjaan 1 minggu. SHOELICIOUS terletak di Jalan
Alianyang dan Jalan Johar No. 71. Dalam 1 cabang usaha,
SHOELICIOUS memiliki 2 orang karyawan. 1 orang bertugas mencuci
sepatu, dan 1 orang lainnya bertugas menjaga kasir. SHOELICIOUS
melayani pesanan melalui media sosial Instagram , Facebook dan Line .
Instagram (@shoelicious_ptk), Facebook (shoelicious_ptk), dan Line
(SHOELICIOUS). Harga setiap produk yang dijual tergolong mahal dari
laundry sepatu yang lain. Akan tetapi, biarpun tergolong mahal konsumen
masih sangat menyukai laundry ini karena kualitasnya terbaik
dibandingkan dengan laundry sepatu yang lain. SHOELICIOUS tidak
pernah memberikan promo. Kecuali, disaat usaha mereka sepi pelanggan.
Contoh promo cuci dua pasang sepatu gratis cuci sepasang sepatu dan
cuci tiga pasang sepatu dengan harga Rp. 100.000,00,-

2.7.2. Sejarah SHOELICIOUS


Awal berdirinya SHOELICIOUS ini pada tahun 2015 yang didirikan oleh
Gerry Sugianto. Saat ini ia berumur 32 tahun. Berawal dari pengalaman
pribadinya yang kesulitan mencuci dan merawat koleksi running shoes
miliknya, Gerry mulai iseng-iseng coba belajar sendiri teknik mencuci
yang tepat. Menyadari bahwa ada banyak orang yang juga memiliki
masalah yang sama dengannya, Gerry pun berpikir untuk menyeriusinya
menjadi usaha. Apalagi, sebelumnya dia sudah pernah berkecimpung di
bidang usaha cuci mencuci ketika mendirikan bisnis laundry pakaian
sehingga lebih mudah untuk mengembangkan usaha. Gerry
menghabiskan modal sekitar Rp 15 juta- Rp 20 juta ketika merintis
SHOELICIOUS untuk membeli keperluan alat-alat pembersih sepatu dan
promosi. SHOELICOUS menawarkan 5 jenis treartment dengan range
tarif mulai dari Rp. 40.000 sampai dengan Rp. 150.000. waktu pengerjaan

14
mulai dari 1 hari sampai dengan 1 minggu, tergantung kondisi sepatu.
Kendati sudah berjalan selama 5 tahun, Gerry sudah mendapatkan
kepercayaan konsumen. Pelanggannya cukup luas dan tidak terbatas
hanya dari Pontianak. Dia juga menerima sepatu dari konsumen yang ada
di daerah Pekanbaru, Semarang, dan Bali. Dalam satu bulan, Gerry
menangani minimal 100 pasang sepatu. Sejauh ini, layanan
SHOELICIOUS yang paling diminati adalah Deep Cleaning.

2.7.3. Operasional jam kerja SHOELICIOUS


Berdasarkan hasil wawancara, operasional jam kerja yang diberlakukan
oleh SHOELICIOUS adalah hari Senin-Sabtu. Pukul 10:00 – 20:00 WIB.

2.7.4. Pendapatan SHOELICIOUS


Menurut hasil wawancara SHOELICIOUS, hasil yang diperoleh
perharinya sekitar 15 pasang sepatu. Omset penjualan perbulan kira-kira
mencapai Rp. 31.500.000,00,-

2.7.5. Media pengiklanan SHOELICIOUS


SHOELICIOUS melakukan pendekatan kepada konsumen dengan cara
membuat media sosial pada instagram dan facebook sebagai platform bagi
para konsumennya

15
Gambar 1.

Gambar diatas adalah salah satu media sosial milik SHOELICIOUS di


Instagram

16
Gambar 2.

Gambar di atas adalah sebelum dan seduah hasil dari service laundy
sepatu SHOELICIOUS

2.8. Faktor-faktor yang di pertimbangkan konsumen sebelum pengambilan


keputusan menggunakan jasa SHOELICIOUS

2.8.1. Harga
Dari survei yang telah peneliti lakukan ternyata SHOELICIOUS adalah
laundry sepatu paling mahal di kota pontianak, tetapi harga ini tidak akan
mengecewakan konsumen karena service yang di berikan sangat tidak
mengecewakan hal ini peneliti dapatkan langsung dari hasil wawancara
dimana komplain konsumen sangat jarang terjadi. Bila pun terjadi

17
komplain, kesalahan yang terjadi tidak fatal seperti sepatu robek atau
berubah warna tetapi hanya seperti sepatu yang masih lembab atau kurang
kering.

2.8.2. Kualitas
Kualitas cucian sepatu di SHOELICIOUS sudah tidak perlu diragukan,
karena hal ini berbanding lurus dengan harga yang di tawarkan, banyak
konsumen yang setelah memcuci sepatu di tempat lain (pesaing lain) lalu
kemudian kurang puas dengan hasil cucian tersebut kemudian membawa
sepatu tersebut ke SHOELICIOUS untuk minta di cuci kembali, ini
membuktiakan bahwa SHOELICIOUS memberi service yang memuaskan
bagi pelanggan.

2.8.3. Pelayanan
Owner dari laundry SHOELICIOUS selalu menekan kan kepada seluruh
pekerjanya untuk memberi pelayanan yang baik, menyapa dengan wajah
yang senyum menghadapi konsumen baik itu yang ingin mencuci sepatu
atau sekedar bertanya-tanya mengenai harga.

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Proses pengambilan keputusan terdapat 3 tahap yaitu, pengenalan masalah,


pencarian informasi, evaluasi alternative. Perilaku konsumen dalam membeli produk
terdapat dua tipe pembelian konsumen yaitu, proses “complex decision making”,
proses “brand loyalty”. Proses complex decision making terjadi bila keterlibatan
kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan terhadap SHOELICIOUS,
sedangkan proses brand loyalty konsumen belajar dari pengalaman masa lalu..
Adanya tiga faktor yang dipertimbangkan konsumen SHOELICIOUS dalam
memutuskan pembelian yaitu, faktor harga, faktor kualitas, faktor pelayanan, Dari
faktor harga sudah tidak mengecewakan konsumen karena kualitasnya sangat bagus.
Faktor kualitas sudah tidak perlu diragukan karena hal ini berbanding lurus dengan
harga yang ditawarkan.Faktor pelayanan sangat bagus karena owner dari
SHOELICIOUS selalu menekan kan kepada seluruh karyawannya untuk memberi
pelayanan yang baik.

3.2. Saran

Dalam metode pembayaran, SHOELICIOUS masih menggunakan cara yang


konvensional. Di zaman yang sudah modern ini, seharusnya SHOELICIOUS
menyediakan beberapa metode pembayaran yang lebih mudah dan praktis.
Contohnya pembayaran menggunakan kartu debit atau kartu kredit.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26286/4/Chapter%20II.pdf

http://muthiadewi28.blogspot.com/2011/10/makalah-tentang-perilaku-konsumen-
dalam.html

http://muthiadewi28.blogspot.com/2011/10/makalah-tentang-perilaku-
konsumen-dalam.html

http://fatiamnisa.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-perilaku-
konsumen.html

http://sabrina-ferbella.blogspot.com/2013/10/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html

http://laelatulafifah.blogspot.com/2013/11/proses-pengambilan-keputusan-
konsumen.html

20

Anda mungkin juga menyukai