Anda di halaman 1dari 38

DAYA TARIK PROGRAM KUNJUNGAN HOME

INDUSTRI OLEH DIVISI MARKETING HUMAS


KARTIKASARI BANDUNG TERHADAP CITRA
PERUSAHAAN DIKALANGAN PESERTA KEGIATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas besar mata kuliah Metode Penelitian


Komunikasi (Kualitatif)

Oleh:
Leon Petra

41819205

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................................. 8

1.3.1. Maksud Penelitian ............................................................................. 8

1.3.2. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

1.4. Kegunaan teoritis ...................................................................................... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis ............................................................................. 9

1.4.2. Kegunaan Praktis .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS ......................................................................................................... 11

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................................... 11

2.2. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi ........................................................... 12

2.2.1. Definisi Ilmu Komunikasi ............................................................... 12

2.2.2. Unsur-unsur Komunikasi......................................................................... 14

2.2.3. Fungsi Komunikasi.................................................................................. 15

2.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal ......................................... 16

2.3.1. Definisi Komunikasi Interpersonal ................................................. 16

1
2.3.2. Sifat Komunikasi Interpersonal...........................................................

2.3.3. Prinsip Komunikasi Interpersonal .......................................................

2.4. Tinjauan Tentang Marketing Humas ..........................................................

2.4.1. Sejarah Marketing Humas ...................................................................

2.4.2. Peran Marketing Humas ......................................................................

2.4.3. Tujuan Marketing Humas ....................................................................

2.4.4. Ruang Lingkup Pekerjaan Marketing Humas .....................................

2.5. Tinjauan Tentang Daya Tarik .....................................................................

2.6. Tinjauan Tentang Citra ...................................................................................

2.6.1. Proses Pembentuk Citra .......................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................

3.1. Desain Penelitian ........................................................................................

3.2. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................

3.2.1. Studi Pustaka .......................................................................................

3.2.2. Studi Literatur .....................................................................................

3.2.3. Internet serching ..................................................................................

3.2.4. Operasional Variabel ...........................................................................

3.3. Teknik Analisis Data ..................................................................................

Daftar Pustaka ......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bisnis adalah kegiatan memperjual belikan barang atau jasa dengan tujuan

memperoleh laba. Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki

oleh pihak swasta dan pemerintah, seiring berjalannya waktu bisnis juga di geluti

perorangan atau biasa disebut bisnis rumahan, mulai dari baju,bahan makanan dan

cemilan. Berbicara mengenai cemilan salah satu contoh usaha bisnis yang ada dan

masih berjalan sampai saat ini yaitu bisnis makanan yang saat ini bervariasi, tidak

hanya lauk pauk atau makanan pokok saja, melainkan berupa roti, kue, mulai dari

kue tradisional, kue kering sampai makanan mancanegara yang mulai digemari

masyarakat Indonesia.

Banyaknya kue dan pastry yang berkembang pesat di Bandung dengan

persaingan di bidang bisnis sejenis semakin ketat, karena disebabkan oleh

banyaknya pilihan hidangan kue dengan variasi bentuk serta rasa, tekstur, maupun

harga yang sesuai dengan kualitas produk yang dihadirkan. Hal ini membuat para

pengusaha dalam bidang ini berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam

bidangnya dengan berbagai macam program terobosan mereka agar unggul dari

yang lainnya, terutama untuk membentuk citra perusahaan mereka sendiri.

Setiap perusahaan yang bergerak dibidang apapun pasti memerlukan citra

positif dimata konsumennya. Hal itu perlu dilakukan untuk mempertahankan


keyakinan konsumen supaya tetap menggunakan produk/jasa yang ditawarkan. Citra positif harus

dibentuk terus menerus, supaya pandangan konsumen menjadi lebih baik dan konsumen akan

menjadi loyal. Jika citra perusahaan baik, maka respon yang diberikan oleh konsumen juga baik,

begitupun sebaliknya jika citra perusahaan buruk dan dalam waktu dekat tidak ada perbaikan maka

kepercayaan konsumen akan hilang dan secara otomatis konsumen akan mencari pelayanan lain

yang bisa memenuhi kebutuhannya.

Sama halnya dengan Perusahaan Kue Kering dan pastry Home Made, Kartikasari yang

terlibat dalam persaingan ketat kuliner di Bandung ini harus tetap menjaga citra perusahaannya di

mata konsumen. Hal ini mendorong Kartikasari untuk mengeluarkan program-program baru dan

inovasi-inovasi baru agar konsumen lebih percaya kepada Kartikasari mengenai kualitas dan rasa

kue mereka dan tertarik untuk membeli kue dan pastry produksi Kartikasari dan menjadi pelanggan

setia.

Kartika Sari Dewi Bandung adalah sebuah toko oleh-oleh khas Bandung, yang menyediakan

berbagai kue-kue dan roti, yang berlokasi di Jalan Akbar. Berbagai jenis kue yang dijual ditempat

ini memiliki cita rasa yang lezat. Awalnya Kartika Sari Bandung ini adalah sebuah bisnis rumahan

yang didirikan pada tahun 1970–an. Saat itu, tempat ini hanya menyediakan berbagai kue-kue

sederhana seperti kue lapis, bolu kukus, dan berbagai kue rumahan lainnya.Seiring dengan

berjalannya waktu, banyak dari masyarakat yang gemar dengan rasa kue-kue yang

ditawarkan.Menyebar dari mulut ke mulut membuat Kartika Sari menjadi salah satu toko kue

terkenal seperti sekarang ini.

Pentingnya pembentukan citra dalam sebuah perusahaan didasari pada kemampuan (tingkat dasar

dan lanjut) dalam menghadapi sebuah krisis persaingan ketat yang terjadi, baik itu dari segi rasa,

penampilan, cara penyajian, hingga lokasi tempat toko itu berada. Keberadaan Public Relations (PR)
sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting diperhitungkan mempunyai kredibilitas yang tinggi

dalam mengatasi persaingan dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam perusahahaan atau

sebuah organisasi menjadi lebih piawai. Keberadaan PR dalam sebuah perusahaan/organisasi

diharapkan dapat menjadi tonggak utama berdiri dan bertahannya suatu perusahaan. Menurut Jefkins

“Public Relations senantiasa berkenaaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan

dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak yakni berupa perubahan

yang positif” (Yadin dan Munandar, 2003 : 2).

Sehingga divisi Marketing Humas dari Kartikasari Bandung berinisasi untuk melakukan

program Kunjungan Home Industri kepada konsumen yang ingin melihat langsung bagaimana proses

pembuatan kue andalan mereka, mulai dari pemilihan bahan baku mereka, bagaimana adonan di olah

dan komposisi apa saja yang dimasukan dalam pembuatan kue, bagaimana kue dipanggang hingga kue

kering jadi dan dikemas dalam kemasan yang telah mereka persiapkan dengan beberapa bentuk

kemasan yang berbeda variasinya.

Program ini ditujukkan kepada kepada peserta Kunjungan Home Industri ini lebih mengetahui

seluk beluk dari produk yang akan mereka beli ataupun konsumsi, mulai dari bahan baku hingga

kemasannya. Sehingga diharapkan timbul kepercayaan dari konsumen sehingga citra dari Kartikasari

lebih unggul dari perusahaan kue dan pastry lainnya yang ada di Bandung.
1.2. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah peneliti tertarik untuk mengambil garis merah dari
sebuah permasalahan yang terjadi sebagai berikut:
“Sejauhmana Daya Tarik Program Kunjungan Home Industri oleh Divisi Marketing Humas
Kartikasari Bandung terhadap Citra Perusahaan dikalangan Peserta Kegiatan?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan “Sejauhmana
Daya Tarik Program Kunjungan Home Industri oleh Divisi Marketing Humas
Kartikasari Bandung terhadap Citra Perusahaan dikalangan Peserta Kegiatan?

1.3.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Sejauhmana Daya Tarik Program

Kunjungan Home Industri oleh Divisi Marketing Humas Kartikasari Bandung

terhadap Citra Perusahaan dikalangan Peserta Kegiatan?

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu

komunikasi dalam kajian kehumasan, khususnya mengenai program yang dibuat

oleh humas. Penelitian ini pun diharapkan dapat berguna bagi penelitian-penelitian

relevan selanjutnya, yakni sebagai studi perbandingan, dan penerapan teori-teori

yang berkaitan mengenai Daya Tarik program Kunjungan Home Industri oleh

Divisi Marketing Humas Kartikasari Bandung terhadap Citra Perusahaan

dikalangan Peserta Kegiatan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

a. Kegunaan untuk Peneliti

Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai pengaplikasian ilmu yang selama ini
diterima oleh peneliti baik teori maupun praktik, serta guna menambah

wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam kajian kehumasan terutama

mengenai Daya Tarik Program Kunjungan Home Industri oleh Divisi

Marketing Humas Kartikasari Bandung terhadap Citra Perusahaan dikalangan

Peserta Kegiatan.

b. Kegunaan untuk Akademik / Program Studi

Kegunaan penelitian ini yaitu bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, ilmu

komunikasi konsentrasi Humas secara khusus mengenai tinjauan daya tarik

terhadap kepuasan konsumen sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya

terutama yang melakukan penelitian dengan kajian yang sama.

c. Kegunaan untuk Masyarakat

Kegunaan penelitian ini yaitu untuk menjadi referensi masyrakat terutama

pecinta kuliner terhadap Daya Tarik Program Kunjungan Home Industri oleh

Divisi Marketing Kartikasari Bandung terhadap Citra Perusahaan dikalangan

Peserta Kegiatan.

d. Kegunaan untuk Kartikasari Bandung

Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai evaluasi Daya Tarik Program Kunjungan

Home Industri oleh Divisi Marketing Humas Kartikasari Bandung terhadap

Citra Perusahaan dikalangan Peserta Kegiatan yang lebih baik


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian terdahulu yang

berkaitan serta relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dengan demikian,

peneliti mendapat rujukan pendukung, pelengkap, serta pembanding dalam menyusun skripsi ini

hingga lebih memadai. Selain itu, telaah pada penelitian terdahulu berguna untuk memberikan

gambaran awal mengenai kajian terkait dengan masalah dalam penelitian ini.

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai daya tarik dari program kunjungan Home

Industry yang dilakukan oleh divisi Marketing Humas Kartikasari Bandung terhadap citra

perusahaan dikalangan peserta kegiatannya. Untuk pengembangan pengetahuan, peneliti

melakukan tinjauan terhadap penelitian terdahulu mengenai daya tarik dan citra.

Hal tersebut penting dilakukan untuk mengetahui teori dan indikator yang dilakukan

peneliti terdahulu, sehingga menjadi rujukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

Setelah peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian terdahulu, peneliti mendapatkan

beberapa penelitian mengenai daya tarik dan citra yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu,

yaitu:
No. Judul Peneliti Metode Penelitian Universitas Tahun

1 Daya Tarik Program Rahmat Menggunakan Universitas 2010

Pengenalan Kereta Api Gojali pendekatan Komputer

Oleh Humas PT. penelitian Indonesia

Kereta Api (Persero) Kuantitatif dengan

DAOP 2 Bandung metode Survey,

Terhadap Citra dan teknik analisis

Perusahaan Dikalangan korelasional

Peserta Kegiatan

2 Daya Tarik Pasar Dan Yusuf Osman Menggunakan Universitas 2011

Keunikan Kompetensi Raihin pendekatan padjajaran

Pengaruhnya Terhadap penelitian

Kemitraan Strategis Kuantitatif dengan

Serta Implikasinya metode Survey,

Pada Keunggulan dan Pendekatan

Posisional Perusahaan Ilmu Ekonomi

2.1. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

2.1.1. Definisi Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin

communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya
adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi

atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si

penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2005:42).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah.

Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan fenomena

yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya

“Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya

“Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami

pesan yang disampaikannya.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang

di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi

Teori dan Peraktek” ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara

tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.(Effendy, 2001:10)

Hovland juga menungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan

hanya penyampain informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan

sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan

peranan yang amat penting. Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland mengatakan

Komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify

the behafavior of other individuals).

Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya

mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang

diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau
perilaku orang lain, hal itu bisaterjadi apabila komunikasi yang disampaikanya bersifat

komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar di mengerti

dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif.

Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam karyanya

“Communication Research In The United States”. Menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil

apabila pesan yang disampaikan oleh komunikastor cocok dengan kerangka acuan (frame of

reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of expreiences and meanings)

yang pernah di peroleh komunikan.

2.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

a. Komunikator (pengirim pesan)

Pengirim pesan yang dimaksud disini adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam

berkomunikasi. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujukan motif komunikasi.

b. Komunikan

Komunikan disebut juga penerima. Dalam konteks komunikasi massa, komunikan disebut

khalayak, tujuan, pemirsa, pendengar, pembaca, target sasaran.

c. Pesan

Pesan pada dasarnya bersipat abstrak. Untuk membuatnya kongkret agar dapat dikirim dan

diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambing

komunikasi berupa suara, mimic, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.
d. Saluran komunikasi dan media komunikasi

Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai kepada

komunikannya, yaitu tanpa media (nonmediated communication yang berlangsung face-

to-face, tatap muka) atau dengan media. Media yang dimaksud disini adalah media

komunikasi. Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat dibedakan

atas media massa dan media nonmedia massa.

e. Umpan balik
Umpan balik dapat diartikan sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikatoryang

disampaikan kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan

terus-menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada dasarnya pesan juga,

yakni ketika komunikan berperan sebagai komunikator.

2.1.3. Fungsi Komunikasi

a. Fungsi Informasi (information function)

Komunikasi memungkinkan penyampaian informasi, petunjuk, dan pedoman yang

disampaikan seseorang dalam suatu organisasi untuk menjalankan pekerjaannya.

b. Fungsi perintah dan intruksi (Comand and instructive function)

Fungsi ini merupakan fungsi komunikasi antara atasan dan bawahan

c. Fungsi pengaruh dan persuasi atau motivasi (influence and persuasion function)
Komunikasi dapat menumbuhkan motivasi karyawan dan dapat mempengaruhi perilaku

karyawan.

d. Fungsi integrasi (Integrative function)

Komunikasi memungkinkan terciptanya kerjasama yang harmonis antara atasan-bawahan

dan antara rekan kerja

e. Fungsi pengungkapan emosi (Emotional exspresion)

Komunikasi yang mengungkapkan perasaan seseorang, misalnya sedih, senang, riang,

marah, dan lain sebaginya.

f. Fungsi Evaluative (Evaluation function)

Adalah komunikasi yang berfungsi untuk memberikan laporan, dari bawahan kepada

atasan

2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal

2.2.1. Definisi Komunikasi Interpersonal

Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi interpersonal menurut para ahli,

diantaranya adalah sebagai berikut :

• G.R Miller dan M. Steinberg (1975): Komunikasi interpersonal dapat dipandang sebagai

komunikasi yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal.

• Judy C. Pearson, dkk (2011) : Komunikasi interpersonal sebagai proses yang

menggunakan pesan-pesan untuk mencapai kesamaan makna antara-paling tidak-antara

dua orang dalam sebuah situasi yang memungkinkan adanya kesempatan yang sama bagi

pembicara dan pendengar.


• Joseph A. DeVito (2013) : Komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan

nonverbal antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling tergantung

satu sama lain.

• Ronald B. Adler, dkk (2009) : Komunikasi interpersonal adalah semua komunikasi antara

dua orang atau secara kontekstual komunikasi interpersonal.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah

komunikasi yang dilakukan dalam suatu hubungan interpersonal antara dua orang atau lebih, baik

secara verbal maupun nonverbal, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan makna.

2.2.2. Sifat Komunikasi Interpersonal

Menurut Joseph A. DeVito (2013), komunikasi interpersonal memiliki beberapa sifat, yaitu

• Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua individu atau lebih

yang masing-masing saling bergantung.

Pada umumnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang atau biasa

disebut juga dengan komunikasi diadik. Misalnya komunikasi antara seorang anak dan ayah dan

lain-lain. Meskipun begitu, komunikasi interpersonal juga merujuk pada komunikasi dalam

kelompok kecil seperti misalnya keluarga. Walau dalam keluarga, komunikasi berlangsung dalam

bentuk komunikasi diadik seperti ibu kepada anak.

• Komunikasi interpersonal adalah secara inheren bersifat relasional.


Karena sifatnya yang saling bergantung, komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari

dan bersifat sangat penting. Komunikasi interpersonal berperan dalam sebuah hubungan yang

berdampak pada hubungan dan mengartikan hubungan itu sendiri. Komunikasi yang berlangsung

dalam sebuah hubungan adalah bagian dari fungsi hubungan itu sendiri. Oleh karena itu, cara kita

berkomunikasi sebagian besar ditentukan oleh jenis hubungan yang ada antara kita dan orang lain.

Perlu dipahami pula bahwa cara kita berkomunikasi, cara kita berinteraksi, akan mempengaruhi

jenis hubungan yang dibangun.

• Komunikasi interpersonal berada pada sebuah rangkaian kesatuan.

Komunikasi interpersonal berada dalam sebuah rangkaian kesatuan yang panjang yang

membentang dari impersonal ke personal yang lebih tinggi. Pada titik impersonal, kita

berkomunikasi secara sederhana antara orang-orang yang tidak saling mengenal, misalnya pembeli

dan penjual. Sedangkan pada titik personal yang lebih tinggi, komunikasi berlangsung antara

orang-orang yang secara akrab terhubung satu sama lain, misalnya ayah dan anak.

• Komunikasi interpersonal melibatkan pesan verbal maupun pesan nonverbal.

Komunikasi interpersonal melibatkan pertukaran pesan baik pesan verbal maupun pesan

nonverbal. Kata-kata yang kita gunakan dalam komunikasi tatap muka dengan orang lain biasanya

disertai dengan petunjuk nonverbal seperti ekspresi wajah, kontak mata, dan gerak tubuh atau

bahasa tubuh. Kita menerima pesan interpersonal melalui panca indera yang kita miliki seperti

mendengar, melihat, mencium, dan menyenuh. Kita bersikap diam pun sebernarnya mengirimkan

suatu pesan interpersonal. Pesan-pesan yang disampaikan sebagian besar bergantung pada faktor-

faktor lain yang terlibat dalam interaksi.


• Komunikasi interpersonal berlangsung dalam berbagai bentuk.

Komunikasi interpersonal pada umumnya berlangsung secara tatap muka, misalnya ketika kita

berbicara dengan ibu atau ayah kita. Di era kemajuan teknologi komunikasi seperti sekarang,

komunikasi interpersonal berlangsung melalui jaringan komputer. Kehadiran internet sebagai

media komunikasi serta media komunikasi modern lainnya menjadikan komunikasi interpersonal

dapat dilakukan melalui surat eletronik atau media sosial. Beberapa bentuk komunikasi

interpersonal masa kini bersifat real time, dalam artian pesan yang dikirim dan diterima pada satu

waktu sebagaimana dalam komunikasi tatap muka. Pesan yang dikirimkan dan diterima melalui

berbagai media sosial dalam konteks komunikasi interpersonal jelas memiliki pengaruh media

sosial serta efek media sosial bagi hubungan interpersonal yang dibangun.

• Komunikasi interpersonal melibatkan berbagai pilihan.

Pesan-pesan interpersonal yang kita komunikasikan kepada orang lain adalah hasil dari

berbagai pilihan yang telah kita buat. Dalam kehidupan interpersonal kita dan interaksi kita dengan

orang lain, kita disajikan dengan berbagai pilihan. Maksudnya adalah momen ketika kita harus

membuat pilihan kepada siapa kita berkomunikasi, apa yang akan kita katakan, apa yang tidak

boleh kita katakan, apakah pilihan frasa yang ingin kita katakan, dan lain sebagainya. Pilihan-

pilihan komunikasi interpersonal beserta alasannya, dalam beberapa situasi, berbagai pilihan yang

dipilih dapat bekerja dengan baik dibanding yang lainnya

2.2.3. Prinsip Komunikasi Interpersonal

Menurut Joseph A. DeVito (2013), prinsip-prinsip komunikasi interspersonal adalah

sebagai berikut :
1. Komunikasi interpersonal adalah suatu proses transaksional. Komunikasi interpersonal

adalah sebuah proses, atau kejadian yang berkelanjutan, dimana masing-masing elemen

saling bergantung satu sama lain. Komunikasi interpersonal secara konstan terus terjadi dan

mengalami perubahan. Agar dapat memahami gambaran komunikasi interpersonal sebagai

proses transaksional maka model komunikasi transaksional dapat menjadi jawabannya.

2. Komunikasi interpersonal memiliki tujuan. Komunikasi interpersonal memiliki 5 (lima)

tujuan, yaitu untuk :

o belajar – komunikasi interpersonal membuat kita dapat belajar memahami orang lain

dan dunia secara lebih baik.

o membina hubungan – komunikasi interpersonal membantu kita untuk berhubungan

dengan orang lain.

o mempengaruhi – melalui komunikasi interpersonal kita dapat mempengaruhi sikap dan

perilaku orang lain.

o bermain – komunikasi interpersonal dapat berfungsi sebagai kegiatan bermain.

o membantu – melalui komunikasi interpersonal seorang terapis menggunakan teknik

penyebuhan jiwa yang dikenal dengan metode komunikasi terapeutik dalam

keperawatan.

3. Komunikasi interpersonal adalah ambigu. Semua pesan-pesan berpotensi ambigu,

masing-masing orang akan memberikan makna yang berbeda terhadap pesan yang sama.

Terdapat ambiguitas dalam semua hubungan.

4. Hubungan interpersonal dapat berbentuk simetris atau komplementer. Interaksi

interpersonal dapat merangsang pola perilaku yang sama atau berbeda.


5. Komunikasi interpersonal merujuk pada isi dan hubungan diantara para partisipan.

Dalam sistem komunikasi interpersonal, hubungan interpersonal memegang peranan yang

sangat penting karena hubungan interpersonal yang baik merupakan penandabagi

komunikasi yang efektif.

6. Komunikasi interpersonal adalah dapat diberi tanda atau ditandai karenanya setiap orang

memisahkan bagian-bagian komunikasi ke dalam stimuli atau rangsangan dan respon

terhadap perspektif dasar yang dimiliki oleh masing-masing partisipan.

7. Komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari, tidak dapat diulang, dan tidak dapat diubah.

Ketika berada dalam sebuah situasi interpersonal, kita tidak dapat tidak berkomunikasi, dan

kita tidak dapat mengulang secara tepat sebuah pesan secara spesifik. (baca: Konvergensi

Media)

Sementara itu, menurut Paul Watzlawick, Janet Beavin, dan Don Jackson, terdapat 5

(lima) prinsip-prinsip komunikasi atau aksioma komunikasi yang dapat membantu kita memahami

interaksi komunikasi interpersonal secara lebih utuh, yaitu :

1. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi.

2. Setiap interaksi memiliki dimensi isi dan dimensi hubungan.

3. Setiap interaksi dimaknai dengan bagaimana interaksi tersebut diberi tanda.

4. Pesan berupa simbol-simbol verbal dan petunjuk nonverbal. Pertukaran pesan bersifat

simetris atau komplementer.


2.3. Tinjauan Tentang Marketing Humas

2.3.1. Sejarah Marketing Humas

Berawal dari pertentangan, Public Relations itu fungsi tersendiri dalam organisasi, Public

Relations merupakan bagian dari pemasaran. Akan tetapi dibanding berkonflik lebih baik kita

menemukan solusi. Dan pemasaran dalam hal ini mendominasi, menurunkan teori, serta

menggenggam Marketing Public Relations. Dimulai dari konsep pemasaran. Turun kepada bauran

pemasaran yang telah begitu menggema produk, harga, distribusi, dan promosi. Promosi pun

demikian mempunyai bauran iklan, promosi penjualan, pemasaran langsung, penjualan langsung,

Public Relations. Public Relations terpecah ke dalam Marketing Public Relations, Corporate

Public Relations. Tampak jelas disini Public Relations yang bergrand teori pemasaran tidak lain

Marketing Public Relations dimana berlangsung percampuran konsep Public Relations dengan

pemasaran. Apabila ditanyakan, Untuk apa Marketing Public Relations? terjawab singkat ternyata

membentuk citra perusahaan yang berdampak terhadap keputusan pembelian.

Pada awalnya kegiatan pemasaran dan Public Relations merupakan bagian yang terpisah. Satu perbedaan utama

adalah pemasaran berorientasi pada hasil akhir berupa pencapaian tujuan- tujuan pemasaran yang salah satunya

adalah penjualan, sedangkan Public Relations adalah kegiatan menyiapkan dan menyebarkan informasi dengan

tujuan mendidik dan menanamkan pemahaman yang baik pada publik sasaran. Namun perbedaan tersebut sudah

mulai hilang karenaperusahaan membentuk Public Relations yang lebih berorientasi kepada pasar dan perusahaan

membentuk kelompok Public Relations yang berorientasi pemasaran untuk secara langsungmendukung promosi

dan citra perusahaan. Sinergi antara pemasaran dan Public Relations ini kemudian dinamakan sebagai Marketing

Public Relations
.

“Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan, pelakasanaan dan


pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan
konsumen melalui komunikasi yang baik mengenai informasi dari perusahaan terhadap citra merek
(Brand Image)terhadap suatu produk tertentu”. (Saka abadi,1994:p.46).

“Marketing Public Relations diciptakan untuk menambah atau memberikan nilai bagi produk

melalui kemampuan yang unik untuk menunjukkan kredibilitas pesan produk”. (Ruslan, 2002,

p.254).

Belch and Belch (1998;518) MPR adalah kegiatan Public Relations yang mendukung

pemasaran

“Fill (1995:401) menyatakan bahwa MPR adalah salah satu fungsi manajemen untuk
mengidentifikasi, membangun, dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan antara
organisasi dan publik yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan, dan juga dengan
public khusus yaitu pelanggan, konsumen, dan klien yang menentukan apakah suatu transaksi akan
dilakukan atau tidak.”

Hal tersebut, telah diteliti sendiri Marketing Public Relations berpengaruh terhadap citra

perusahaan, citra perusahaan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Namun, secara langsung

Marketing Public Relations tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Singkatnya,

Marketing Public Relations tidak begitu serta merta mendorong keputusan pembelian melainkan

meski secara tidak langsung melalui citra perusahaan. Tidak sekedar berguna meningkatkan

volume penjualan, Marketing Public Relations lebih bertenaga untuk mempertahankan dan

memperbaiki keberadaan citra perusahaan.

2.3.2. Peran Marketing Humas

Marketing Humas atau biasa disebut dengan Marketing Public Relation (MPR) sebagai suatu

proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan

terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen (nasabah) melalui komunikasi yang baik mengenai
impresi dari perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan

kesan dari konsumen. Keberadaan MPR di perusahaan dianggap efektif, hal ini dikarenakan :

1. MPR dianggap mampu dalam membangun brand awareness ( kesadaran akan merek) dan

brand knowledge (pengetahuan akan merek).

2. MPR dianggap potensial untuk membangun efektivitas pada area ”increasing category

usage” dan “icreasing brand sales”.

3. Dengan adanya MPR dalam beberapa hal dianggap lebih hemat biaya bila dibandingkan

dengan perusahaan memasukkan produknya melalui iklan. Lebih cost-effective dari biaya

media yang semakin meningkat.

Peranan Marketing Public Relations dalam upaya mencapai tujuan utama organisasi menurut

Rosady Ruslan :

1. Menumbuhkembangkan kesadaran konsumennya terhadap produk yang tengah diluncurkan

itu.

2. Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat (benefit) atas

produk yang ditawarkan / digunakan

3. Mendorong antusiasme (sales force) melalui suatu artikel sponsor (advertorial) tentang

kegunaan dan manfaat suatu produk.

4. Menekan biaya promosi iklan komersial, baik di media elektronik maupun media cetak dan

sebagainya demi tercapainya efisiensi biaya.

5. Komitmen untuk meningkatkan pelayanan-pelayanan kepada konsumen, termasuk upaya

mengatasi keluhan-keluhan (complain handling) dan lain sebagainya demi tercapainya

kepuasan pihak pelanggannya.


6. Membantu mengkampanyekan peluncuran produk-produk baru dan sekaligus merencanakan

perubahan posisi produk yang lama

7. Mengkomunikasikan terus menerus melalui media Public Relations (House PR Journal)

tentang aktivitas dan program kerja yang berkaitan dengan kepedulian sosial dan lingkungan

hidup agar tercapainya publikasi yang positif di mata masyarakat / publik.

8. Membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk barang dan jasa, baik dari segi

kuantitas maupun kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumennya

9. Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian negatif yang mungkin akan

muncul di masa mendatang.

2.3.3. Tujuan Marketing Humas

Marketing Public Relations mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan positif publik eksternal atau masyarakat dan


konsumen.
2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan
3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan Public Relations
4. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek
5. Mendukung bauran pemasaran keberadaan Marketing Public Relations yang dilandasi
tujuan telah dikemukakan semakin penting dengan berperannya beberapa faktor.

Menurut Saka Abadi (1994:49) faktor faktor tersebut, yaitu :

1. Pecahnya pasar yang bersifat masal


2. Peledakan informasi dan teknologi
3. Peningkatan persaingan
4. Jaringan periklanan semakin kurang kuat
5. Peningkatan biaya iklan
6. Penekanan biaya promosi
7. Ketahanan iklan berkurang

2.3.4. Ruang Lingkup Pekerjaan Marketing Humas

1. Memposisikan perusahaan sebagai “leader” atau “expert”.

2. Membangun kepercayaan ( confidence and trust) konsumen

3. Memperkenalkan produk baru

4. Menghapus, meluncurkan kembali (relaunch) produk-produk yang sudah dewasa (mature)

5. Mengkomuniksikan keuntungan-keuntungan produk lama

6. Mempromosikan cara-cara pemakain baru atas produk-produk yang sudah dikenal

7. Melibatkan menggerakkan masyarakat terhadap produk kita

8. Menjangkau “secondary markets”

9. Menekan pasar yang lemah

10. Memperluas jangkauan iklan

11. Menyebarkan berita sebelum beriklan

12. Membuat iklan lebih berbunyi (menjadi bahan pembicaraan)

13. Menjelaskan “product story” dengan lebih detail

14. Memperoleh publisitas atas produk-produk yang tidak boleh diiklankan

15. Memperoleh pemberitaan televisi atas produk-produk yang tabu diiklankan di TV


16. Mengetes konsep pemasaran

17. Mengidentifikasikan produk (merek) dengan nama perusahaan

18. Mendapatkan dukungan konsumen dengan menjelaskan misi perusahaan

19. Mendorong motivasi tenaga-tenaga penjual (sales force)

20. Memperoleh dukungan dari para penyalur ( pengecer)

2.4. Tinjauan Tentang Daya Tarik

Menurut Onong Uchjana Effendi yang ditulis dalam kamus komunikasi dijelaskan, ”Daya tarik

adalah kekuatan atau penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga seseorang

mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi”. (Effendy,

1989: 18)

Sedangkan Menurut Drs. Moh. As’ad, S.U.,Psi. dalam bukunya “Psikologi

Industri”, mengemukakan bahwa, ”Daya tarik adalah sikap yang membuat orang senang

akan objek situasi atau ide – ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan

kecenderungan untuk mencari objek yang disenanginya itu”. (As’ad, 1992: 89)

Dengan demikian program Kunjungan Home Industry ini merupakan stimulus yang harus

menampilkan daya tarik tertentu yaitu baik dari kekuatan, penampilan komunikator, pesan,

maupun medianya sehingga dapat mempengaruhi citra JNC Cookies Bandung dikalangan peserta

kegiatan.
2.5. Tinjauan Tentang Citra

2.5.1. Definisi Citra

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah: (1) kata benda: gambar, rupa,

gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau

produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat,

dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi; (4) data atau informasi dari potret

udara untuk bahan evaluasi.

Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah cara bagaimana pihak lain

memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan

mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya.

Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf

perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor

perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan.

2.6. Jenis-Jenis Citra

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang

dikemukakan, yakni:

a. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota

organisasi––biasanya adalah pemimpinnya––mengenai anggapan pihak luar tentang

organisasinya.

b. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh

pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

c. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak

manajemen.
d. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan,

jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.

e. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau

perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum

tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhannya.

2.6.1. Proses Pembentuk Citra

Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari komunikasi sangat

mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan

informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan

perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang

lingkungan. Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah

pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau

perilaku tertentu.

Efektivitas PR di dalam pembentukan citra (nyata, cermin dan aneka ragam) organisasi, erat

kaitannya dengan kemampuan (tingkat dasar dan lanjut) pemimpin dalam menyelesaikan tugas

organisasinya, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh praktek berorganisasi (job

design, reward system, komunikasi dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/ perubahan

dalam mengelola sumberdaya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan

efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan

dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang mencakup aspek fisik,

personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak pengguna, respons dan mentalitas pengguna

(Hubeis, 2001).
Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam

fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan

komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Citra

humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan,

serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seharusnya “dipoles agar

lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru dapat mengacaukannya (Anggoro, 2002).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif, peneliti menggunakan penelitian kualitatif

ini karena peneliti bermaksud untuk meanalisis semiotika tentang “Sejauhmana Daya Tarik Program

Kunjungan Home Industri oleh Divisi Marketing Humas Kartikasari Bandung terhadap Citra Perusahaan

dikalangan Peserta Kegiatan?

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini selain menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik

pengumpulan data yang relevan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

3.2.1. Studi Pustaka

Menurut J. Supranto seperti yang dikutip Ruslan dalam bukunya metode Penelitian Public

Relations dan Komunikasi, bahwa studi kepustakaan adalah dilakukan mencari data atau

informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-baham

publikasi yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, 2008:31). Studi kepustakaan digunakan untuk

mempelajari sumber bacaan yang dapat memberikan informasi yang ada hubungannya dengan

masalah yang sedang diteliti.


- Studi Literatur

Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan

data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Menurut Danial dan

Warsiah Studi Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan

penelitian.

Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang

relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam

pembahasan hasil penelitian. Pengertian Lain tentang Studi literatur adalah mencari referensi

teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan.

Secara Umum Studi Literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan

menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah

Studi Literatur ini juga sangat familier dengan sebutan studi pustaka. Dalam sebuah penelitian

yang hendak dijalankan, tentu saja seorang peneliti harus memiliki wawasan yang luas terkait

objek yang akan diteliti. Jika tidak, maka dapat dipastikan dalam persentasi yang besar bahwa

penelitian tersebut akan gagal.

- Internet Searching

Internet Searching atau pencarian secara online adalah pencarian dengan mengunakan

komputer yang dilakukan melalui internet dengan alat atau software pencarian tertentu pada

server-server yang tersambung dengan internet yang tersebar di berbagai penjuru dunia.

(Sarwono, 2005 : 229).


Adapun pengertian lain mengenai Internet Searching yaitu “ Suatu pencarian data melalui

website guna melengkapi data penelitian yang saling terhubung ke seleuruh dunia dan

merupakan sumber daya informasi suatu database atau perpustakaan multimedia yang sangat

besar dan lengkap”. (Lani Sidharta, 1996:10)

Penggunaan internet sebagai salah satu sumber dalam teknik pengumpulan data

dikarenakan dalam internet terdapat banyak informasi yang berkaitan dengan penelitian.

Beragam informasi ini tentunya sangat berguna bagi penelitian, serta dilengkapi sengan

beragam literatur yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari berbagai

belahan dunia. Aksesibilitas yang fleksibel dan aplikasi yang mudah juga menjadi point

penting untuk menjadikan pencarian data dalam intenet sebagai salah satu teknikpengumpulan

data dalam penelitian ini.

3.2.2. Studi Lapangan

1. Wawancara

Wawancara yaitu tanya jawab secara terbuka dan langsung kepada responden yang

menjadi sampel dalam penelitian ini. Wawancara atau interview adalah sebuah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan bertatap

muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarainya. (Nazir,

1999 : 234).

Sedangkan menurut Kartono menjelaskan bahwa:“Wawancara adalah suatu

percakapan yang diarahkan pada suatu tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan,

dimana 2 orang atau lebih yang berhadapan secara fisik. Untuk mendukung kegiatan ini

digunakan daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai alat bantu”.(Kartono, 1986:171)


Wawancara yang dilakukan adalah dengan mengadakan tanya jawab secara tatap muka

atau lisan dengan Kepala Humas Rumah Sakit Advent Bandung. Bentuk wawancara yang

digunakan adalah wawancara berstruktur, yaitu semua daftar pertanyaan-pertanyaan telah

disusun terlebih dahulu dalam daftar dengan maksud agar semua pertanyaan tidak

menimpang dari tujuan penelitian.

2. Angket

Angket adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden”, (Arikunto 2006 : 151) dalam arti laporan tentang pribadinya,

atau hal-hal yang ia (responden) ketahui. Adapun pengertian lain dari angket adalah

sebagai berikut :

“Kuesioner atau angket adalah suatu masalah yang umumnya banyak


menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan dengan jalan
mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-formulir, yang diajukan
secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan (respon) tertulis seperlunya”. (Kartono, 1996:200).

Mengumpulkan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan yang sehubungan

dengan masalah yang diteliti, untuk diisi oleh para responden.

Peneliti menyebarkan daftar pernyataan kepada peserta kunjungan yang hadirdalam

Kegiatan Kunjungan Home Industri. Angket yang digunakan adalah angket tertutupyaitu

daftar pernyataan yang sudah memiliki alternatif jawaban, responden tinggal memilih

alternatif jawaban yang dianggap sesuai.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan

menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.


Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisis (diurai), dibandingkan dan dipadukan

(sintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.

Jadi dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan

dalam bentuk kutipan-kutipan tentang sejumlah dokumuen yang dilaporkan dalam

penelitian adalah hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.


3.3. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di
fahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Proses analisis data dalam penelitian ini antara lain sebagai
berikut:

1. Reduksi Data
Reduksi data adalah siatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, membuang yang
tak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan akhir
dan diverivikasi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dalam hal ini,ketika
peneliti memperoleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak. Maka perlu segera
dilakukan analisis data melalui reduksi data. Adapun hasil darimereduksi data, peneliti telah
memfokuskan bagaimana Daya Tarik Program Kunjungan Home Industri oleh Divisi Marketing
Humas Kartikasari Bandung terhadap Citra Perusahaan dikalangan Peserta Kegiatan. Hal ini dilakukan
peneliti dengan mengamati serta meninjau kembali hasil wawancara.

2. Menyajikan Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan
data. Dengan mendisplaykan data atau menyajikan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang telah dipahami tersebut. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada Daya
Tarik Program Kunjungan Home Industri oleh Divisi Marketing Humas Kartikasari Bandung
terhadap Citra Perusahaan dikalangan Peserta Kegiatan. Dengan demikian, hasil dari data
display ini mampumemudahkan peneliti dalam upaya pemeparan dan penegasan kesimpulan.

3. Menyimpulkan Data dan Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis kualitatif menurut Miles dan Hubermanadalah penarikan
kesimpulan berdasarkan data-data yang telah ada. Dalam hal ini, peneliti berusaha dan
berharapkesimpulan yang dicapai mampu menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan
sejak awal yaitu yang berkaitan pada Daya Tarik Program Kunjungan Home Industri oleh Divisi
Marketing Humas Kartikasari Bandung terhadap Citra Perusahaan dikalangan Peserta Kegiatan.
Daftar Pustaka

https://www.google.com/search?q=sejarah+kartoka+sari&oq=sejarah+kartoka+sari&aqs
=chrome..69i57j0i13.7202j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF8

https://emakalahonline.blogspot.com/2017/04/sejarah-marketing-public-relation.html
https://www.studilmu.com/blogs/details/apa-saja-unsur-unsur-komunikasi-yang-perlu-
kita-ketahui

Danial, E, & Warsiah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Laboraterium Pendidikan
Kewarganegaraan.

Rismawaty, Desayu Eka Surya, Sangra Juliano Prakasa, 2014. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Bandung: Rekayasa Sains

Silalahi, UIber, 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Mulyana, D. (2013). Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya

mmanuelle, O. (2019). repository UNIKA. Retrieved from BAB III Metode Penelitian:
http://repository.unika.ac.id/19538/4/14.M1.0028%20OEI%20TIARA%20AZALLIA
%20IMMANUELLE%20%20%288.1%29..pdf%20BAB%20III.pdf

Anda mungkin juga menyukai