Anda di halaman 1dari 48

PENGARUH PERSEPSI HALAL, PENGETAHUAN,

IKLAN DAN CITRA MEREK TERHADAP


KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN MINAT BELI
ULANG PRODUK KOSMETIK WARDAH

(Studi Kasus Pada Mahasiswi Program Studi Manajemen


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Tanjungpura
Pontianak)

SKRIPSI

MAT KHORI NIM : B1023171001

MELLY AMALIA NIM : B1023171007

UMIYANI NIM : B1023171013

MUHAMMAD INDRA NIM : B1023171021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan segala rahmat, karunia, dan petunjuk Nya, sehingga
kelompok kami dapat mengerjakan tugas skripsi yang berjudul “Pengaruh
Persepsi Halal, Pengetahuan, Iklan dan Citra Merek terhadap Keputusan
Pembelian dan Minat Beli Ulang Produk Kosmetik Wardah (Studi Kasus pada
Mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Tanjungpura Pontianak)” dengan lancar dan baik. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini, kelompok kami dengan ketulusan
dan kerendahan hati ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah dengan ikhlas memberikan masukan dan kontribusi berarti dalam
proses penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Dr. Ramadhania, SE, M.Si, selaku dosen mata kuliah Metode Penelitian, terima
kasih atas kesempatan waktu, bimbingan dan masukan-masukan yang diberikan
untuk mengerjakan tugas skripsi ini.
2. Teman-teman jurusan Manajemen Angkatan Tahun 2017 khususnya
konsentrasi Manajemen Pemasaran Kelas A PPAK.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
proses penyusunan skripsi ini.
Kelompok kami menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, merupakan harapan besar bagi
kami bila skripsi ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan menjadi satu
karya yang bermanfaat.

Pontianak, 25 November 2019

i|Page
Kelompok 1

ii | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2. Permasalahan.......................................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian...............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
2.1. Landasan Teori.....................................................................................................6
2.1.1. Keputusan Pembelian...................................................................................6
2.1.2. Minat Beli Ulang........................................................................................13
2.1.3. Persepsi Halal.............................................................................................16
2.1.4. Pengetahuan Produk...................................................................................21
2.1.5. Iklan...........................................................................................................21
2.1.6. Citra Merek (Brand Image)........................................................................24
2.2. Kajian Empiris...................................................................................................26
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesa Penelitian..................................................27
2.3.1. Kerangka Konseptual.................................................................................27
2.3.2. Hipotesis Penelitian....................................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................................33
3.1. Jenis Penelitian...................................................................................................33
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................33
3.3. Data....................................................................................................................34
3.4. Populasi dan Sampel..........................................................................................34
3.4.1. Populasi......................................................................................................34
3.4.2. Sampel........................................................................................................34
3.5. Variabel Penelitian.............................................................................................34
3.5.1. Variabel Independen..................................................................................35
3.5.2. Variabel Dependen.....................................................................................37
3.6. Metode Analisis.................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................39

iii | P a g e
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kajian Empiris........................................................................................ 26
Tabel 2. Variabel Independen............................................................................... 35
Tabel 3. Variabel Dependen.................................................................................. 37

iv | P a g e
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian.......................................... 9
Gambar 2. Tahapan Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian......... 11
Gambar 3. Logo Label Halal................................................................................. 19
Gambar 4. Model Penelitian................................................................................. 31

v|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam lingkungan bisnis dengan tingkat persaingan yang semakin
kompetititf, setiap perusahaan dituntut untuk mempertahankan pelanggan. Dalam
hal ini, perusahaan dituntut untuk selalu kreatif dan berinovasi untuk dapat
bertahan, sehingga dalam mengembangkan produk, produsen harus menentukan
mutu dimana mutu tersebut akan menempatkan posisi produk tersebut dipasar.
Mutu atau kualitas produk yang ditawarkan diharapkan lebih unggul dan memiliki
value yang lebih dari produk yang dihasilkan oleh pesaing. Dengan demikian
produk tersebut akan selalu memiliki daya tarik bagi konsumen.
Saat ini, industri kosmetik di dalam negeri bertambah sebanyak 153
perusahaan pada tahun 2017, sehingga saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 760
perusahaan, dari total tersebut sebanyak 95% industri kosmetik nasional
merupakan sektor industri kecil dan menengah (IKM) dan sisanya industri skala
besar (kemenperin.go.id,2019). Dengan jumlah tersebut, Indonesia merupakan
potential market bagi para penguisahaan industry kecantikan baik dari luar
maupun dalam negeri. Produk kosmetik sudah menjadi kebutuhan primer bagi
kaum wanita yang merupakan target utama dari industri kosmetik. Selain itu,
seiring dengan perkembangan zaman, industri kosmetik juga mulai berinovasi
pada produk kosmetik untuk pria dan anak-anak (kemenperin.go.id,2019).
Wardah adalah salah satu kosmetik lokal yang terkenal dan banyak
diminati oleh kalangan wanita muslim di Indonesia saat ini. Wardah berhasil
mendapatkan gelar Top Brand Award 2014 dalam kategori bedak muka berhasil
memperoleh nilai sebesar 14.4% dan 12,6 % dalam kategori lipstik. Perusahaan
kosmetik Wardah yang didirikan pada tahun 1995 ini menyadari bahwa
banyaknya wanita muslim yang kini menggunakan hijab merupakan sebuah
peluang yang tidak bisa diabaikan. Inilah yang dimanfaatkan oleh Wardah, salah
satu produk kosmetik keluaran PT. Paragon Technology and Innovation.

1|Page
Perilaku pembelian konsumen didasarkan adanya kesadaran tehadap need
approval (perasaan puas) yang merupakan suatu manifestasi atas pemenuhan
kebutuhan dan keinginan. Disamping itu didukung oleh majunya tingkat
pendidikan dan pola pikir, bertambanhnya pendapatan masyarakat serta life style
(gaya hidup), maka konsumen akan lebih kritis dan selektif dalam melakukan
pembelian. Hal ini perlu diperhatikan oleh pihak penjual atau produsen,
mengingat tuntutan konsumen tidak hanya sekedar terpenuhinya suatu kebutuhan
saja, tetapi lebih pada penilaian terhadap jenis-jenis produk dan atribut-atribut
yang menyertainya yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian
terhadap suatu produk dan jasa.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan proses keputusan pembelian dan


minat beli ulang sebagai indikator penelitian. Kotler dan Keller (2007: 235)
mengemukakan bahwa terdapat lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses
pengambilan keputusanpembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan minat beli ulang pasca
pembelian.

Menurut Kotler dan Amstrong (2003: 227), keputusan pembelian adalah


tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar-
benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang
ditawarkan. Keputusan pembelian konsumen yang tinggi dapat mengakibatkan
tingginya volume penjualan sehingga keuntungan yang akan didapat oleh
perusahaan semakin tinggi dan dapat membawa pengaruh yang baik bagi
keberlangsungan hidup perusahaan. Sedangkan Minat beli ulang merupakan
perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan
keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Minat beli ulang adalah
tahap kecenderungan konsumen untuk bertindak sebelum keputusan membeli
benar-benar dilaksanakan (Kotler dan Keller, 2009:235).

2|Page
Jadi, faktor pertama yang mempengaruhi keputusan pembelian dan minat
beli ulang adalah persepsi halal. Kotler & Keller (2009:228) mengemukakan
persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih,
mengorganisasi dan menginterpretasi masukan informasi guna menciptakan
gambaran dunia yang memiliki arti. Menurut Stanton dan William (2004:282)
label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang
produk atau tentang penjualnya.

Sedangkan faktor kedua adalah pengetahuan, menurut Sumarwan


(2011:148) mendefinisikan pengetahuan produk sebagai kumpulan berbagai
macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk,
merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk, dan
kepercayaan mengenai produk. Zeithaml (1998) dalam Roslina (2009)
menyebutkan bahwa Pengetahuan produk merupakan petunjuk instrinsik yang
sangat penting bagi konsumen untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi.

Faktor selanjutnya yaitu iklan (advertising) merupakan salah satu cara


yang paling umum digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi
persuasif pada target audiens. Media ini dirasa paling efektif dalam
mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Citra merek merupakan
faktor selanjutnya yang dianggap mampu mempengaruhi minat beli ulang.
Menurut Kotler dan Keller (2009:346) citra merek adalah persepsi dan keyakinan
dilakukan konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori
konsumen. Citra merek dapat dianggap sebagai asosiasi yang muncul dalam benak
konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Merek memiliki image (brand
image) dan memudahkan deskripsi image, konsumen melakukan asosiasi merek.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, tersebut kelompok


kami tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Persepsi Halal,
Pengetahuan, Iklan dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian dan Minat
Beli Ulang Produk Kosmetik Wardah” (Studi Kasus Pada Mahasiswi Program
Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura
Pontianak).

3|Page
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh persepsi halal,
pengetahuan, iklan, citra merek terhadap keputusan pembelian dan minat beli
ulang pada produk kosmetik wardah.
1. Apakah persepsi halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada
kosmetik wardah?
2. Apakah pengetahuan diperlukan dalam memutuskan pembelian pada
kosmetik wardah?
3. Apakah iklan berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan minat beli
ulang pada produk kosmetik wardah?
4. Apakah citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan minat
beli ulang pada produk kosmetik wardah?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh persepsi halal terhadap
keputusan pembelian dan minat beli ulang pada produk kosmetik wardah
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengetahuan dalam memutuskan
pembelian dan minat beli ulang pada produk kosmetik wardah
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh iklan terhadap keputusan
pembelian dan minat ulang pada produk kosmetik wardah
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh citra merek terhadap keputusan
pembelian dan minat beli ulang pada kosmetik wardah

4|Page
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan
pengetahuan mengenai persepsi halal, pengetahuan, iklan, dan citra merek
terhadap keputusan pembelian dan minat beli ulang produk kosmetik
Wardah.
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan-masukan
kepada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
kosmetik, khususnya Wardah sehingga dapat menyusun kebijakan atau
strategi perusahaan dengan persepsi halal, pengetahuan, iklan dan citra
merek yang lebih baik sesuai perkembangan yang terjadi yang dinilai lebih
berkualitas untuk dipilih oleh konsumen.

5|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.5. Landasan Teori
1.5.1. Keputusan Pembelian
Pengertian perilaku konsumen menurut Sciffman dan Kanuk yang dikutip
oleh Dra. Ristiyanti Prasetejo, MBA dan Prof. Jhon J.O.L Ihalauw, Ph.D. (2005:
9) adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk, jasa maupun
ide yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.

Keputusan pembelian menurut Kotler dan Amstrong (2003: 227),


keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembelian dimana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan
merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Kebanyakan
perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk
menyatakan pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, bagaimana dan
berapa banyak mereka beli, serta mengapa mereka membeli. Salah satu cara untuk
membentuk hal tersebut adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelian. Menurut Kotler dan Keller (2007: 262), faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkah laku konsumen itu sendiri adalah:

1.5.1.1. Budaya
1) Budaya (culture) adalah kumpulan nilai dasar, persepsi, keinginan dan
perilaku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan institusi
penting lainnya.
2) Sub budaya (subculture) adalah kelompok masyarakat yang berbagi sistem
nilai berdasarkan pengalaman hidup dan situasi yang umum.

6|Page
3) Kelas Sosial (social class) adalah pembagian yang relatif dan berjenjang
dalam masyarakat dimana anggotanya berbagi nilai, minat dan perilaku
yang sama.

1.5.1.2. Sosial
1) Kelompok referensi adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh
langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
orang tersebut.
2) Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan anggota keluarga merepresentasikan kelompok
referensi utama yang paling berpengaruh.
3) Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dapat dilakukan seseorang.
Setiap peran menyandang status. Orang biasanya memilih produk yang
mencerminkan dan mengkomunikasikan peran mereka serta status aktual
atau status yang diinginkan dalam masyarakat. Jadi pemasar harus
menyadari potensi simbol status dari produk dan merek yang mereka
ciptakan.

1.5.1.3. Pribadi
1) Usia dan siklus hidup adalah Orang membeli barang dan jasa yang
berbeda-beda sepanjang hidupnya menurut usia dan dipengaruhi juga oleh
tahap siklus hidupnya.
2) Pekerjaan adalah Pekerjaan dan lingkungan juga mempengaruhi pola
konsumsinya karena berkaitan juga dengan penghasilan yang dapat
dibelanjakan.
3) Situasi ekonomi adalah Situasi ekonomi mempengaruhi pilihan produk.
Pemasaran produk yang peka terthadap pendapatan mengamati
kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat.
4) Gaya hidup adalah Gaya hidup (lifestyle) adalah pola kehidupan seseorang
yang diwujudkan dalam psikografisnya. Gaya hidup yang dimaksud
adalah mengenai aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga dan
kegiatan sosial), minat (makanan, mode, keluarga dan rekreasi) dan opini
(isu sosial, bisnis dan produk).

7|Page
5) Kepribadian dan konsep diri : Kepribadian adalah ciri bawaan psikologi
manusia yang membedakan dan menghasilkan tanggapan yang relatif
konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Semua
itu merupakan faktor pribadi yang dapat mempengaruhi prilaku konsumen
dalam membeli suatu produk atau jasa.

1.5.1.4. Psikologis
1) Motivasi adalah kebutuhan dengan tekanan kuat yang mendorong
seseorang untuk mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut.
2) Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang
berarti.
3) Pembelajaran adalah perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman.
4) Kepercayaan dan sikap (belief) adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki
seseorang mengenai sesuatu. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan dan
tendensi yang relatif konsisten dari seseorang terhadap sebuah objek atau
ide.

1.5.1.5. Pembeli
Menurut Kotler (2000) dalam Fadli (2008: 52) ada empat tipe dalam prilaku
pembelian konsumen, yaitu:

1) Perilaku membeli yang kompleks


Konsumen menjalankan prilaku membeli yang kompleks ketika mereka
benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang
berbeda antar merek yang satu dengan yang lain.
2) Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan
Perilaku membeli mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen
sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang atau yang berisiko
tapi hanya melihat-lihat sedikit perbedaan di antara merek-merek yang
ada.
3)

8|Page
4) Perilaku membeli karena kebiasaan
Perilaku membeli konsumen dalam situasi ini bercirikan keterlibatan
konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar merek. Contohnya
dalam pembelian garam.
5) Perilaku membeli yang mencari variasi
Perilaku membeli konsumen dalam situasi ini bercirikan rendahnya
keterlibatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti.
Sebuah perusahaan perlu mengenali peranan-peranan tersebut karena hal
tersebut mempengaruhi dalam kaitan merancang produk, menentukan
pesan dan mengalokasikan biaya anggaran promosi. Dengan mengetahui
pelaku utama dan peranan yang mereka mainkan akan membantu para
pemasar menyelaraskan program pemasaran yang tepat untuk produknya.
Kotler dan Keller (2007: 235) mengemukakan bahwa terdapat lima tahap
yang dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian,
yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Seperti yang
tergambar di gambar 18 ini :

9|Page
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan proses keputusan pembelian
sebagai indikator penelitian. Dari gambar di atas menunjukkan sebuah model
berdasarkan tahapan secara berurutan mengenai proses keputusan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen yang terdiri atas:

1) Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
Kasus pertama yaitu yang dicetuskan oleh rangsangan internal, salah satu
kebutuhan umum seseorang misalkan haus mencapai ambang batas tertentu
dan mulai menjadi pendorong untuk mencari air minum. Kasus kedua,
kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal. Seseorang bisa mengagumi
mobil baru rekan kerjanya yang memicu pemikiran tentang kemungkinan
melakukan pembelian.
2) Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang terangsang akan terdorong untuk mencari informasi
yang lebih banyak. Dalam hal ini dapat dibagi kedalam dua level rangsangan.
Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian.
Pada level ini, orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk.
Pada level selanjutnya, orang itu mungkin mulai aktif untuk mencari
informasi: mencari bahan bacaan, menelepon temannya, mengunjungi toko
untuk mengetahui detail mengenai produk tertentu.
3) Evaluasi Alternatif
Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua
konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat
beberapa proses evaluasi keputusan dan model-model terbaru yang
memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi
kognitif. Model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas
produk dengan sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar akan
membantu kita memahami proses evaluasi konsumen yaitu:

10 | P a g e
a) Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan.
b) Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk.
c) Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai
sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.
4) Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi merek produk yang
ada dalam kumpulan pilihan mereka. Konsumen juga dapat membentuk niat
untuk membeli merek yang paling disukai. Berikut ini adalah tahapan
evaluasi alternatif dan keputusan pembelian:

Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen bisa mengambil lima


sub keputusan yaitu merek (merek produk apa yang akan dipilih), dealer
(penyalur), kuantitas (berapa banyak produk yang akan dibeli), waktu (kapan akan
melakukan pembelian) dan metode pembayaran (keputusan tentang cara dan
prosedur pembelian). Kotler dan Keller (2007: 242) mengungkapkan dua faktor
yang berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu:

a) Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain
mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal:
i. Pertama, intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang
disukai konsumen.

11 | P a g e
ii. Kedua, motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin
gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut
dengan konsumen akan semakin mengubah niat pembeliannya. Keadaan
sebaliknya berlaku preferensi pembeli terhadap merek tertentu akan
meningkat jika orang yang konsumen sukai juga sangat menyukai merek
yang sama. Pengaruh orang lain menjadi rumit jika beberapa orang yang
dekat dengan konsumen memiliki pendapat yang saling berlawanan.
a) Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul
dan mengubah nilai pembelian. Preferensi dan bahkan niat pembelian bukan
merupakan peramal perilaku pembelian yang benar-benar handal. Keputusan
konsumen untuk memodifikasi, menunda dan menghindari keputusan
pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang dipikirkan (perceived risk).
Besarnya resiko yang dipikirkan berbeda-beda menurut besarnya uang yang
dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut dan besarnya kepercayaan diri
konsumen. Para konsumen mengembangkan rutinitas tertentu untuk
mengurangi resiko seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi
dari teman-teman dan preferensi atas nama merek dalam negeri serta garansi.
Para pemasar harus memahami faktor-faktor yang menimbulkan perasaan
dalam diri konsumen akan adanya risiko dan memberikan informasi serta
dukungan untuk mengurangi risiko yang dipikirkan itu.
5) Perilaku Pasca Pembelian
Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli oleh konsumen, melainkan
berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah pembelian produk terjadi,
konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan.
Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap produk akan mempengaruhi
tingkah laku konsumen berikutnya. Konsumen yang merasa puas akan
memperlihatkan peluang membeli dalam kesempatan berikutnya dan akan
cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang
bersangkutan serta merekomendasikannya kepada orang lain.

12 | P a g e
Apabila konsumen dalam melakukan pembelian merasa ketidakpuasan dengan
produk yang telah dibelinya, maka konsumen akan merubah sikapnya
terhadap merek tersebut menjadi sikap yang negatif, bahkan mungkin tidak
akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Oleh karena itu,
para pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca
pembelian dan pemakaian produk pasca pembelian.
Sub Indikator pada penelitian ini diambil dari indikator proses keputusan
pembelian yaitu:
a) Pengenalan Masalah: identifikasi kebutuhan.
b) Pencarian Informasi: informasi dari sumber pribadi yaitu keluarga, teman
dan tetangga, informasi dari sumber komersial seperti iklan dan wiraniaga.
c) Evaluasi alternatif: membandingkan dengan produk lain.
d) Keputusan pembelian: keputusan memilih produk
e) Perilaku pasca pembelian: merasakan kepuasan, melakukan pembelian
ulang, merekomendasikan produk kepada orang lain.

1.5.2. Minat Beli Ulang


1.5.2.1. Pengertian Minat Beli Ulang
Posisi pasar suatu produk terbentuk karena adanya konsumen yang
mau membeli produk tersebut dan sebagian besar konsumen tersebut
kemudian membeli lagi produk tersebut. Pembelian produk baru selalu
dimulai dengan pembelian pertama, yaitu kemauan untuk melakukan
pembelian pertama kali dengan niat mencoba produk baru tersebut (Lindawati,
2005). Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali
diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar
dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari
lingkungannya.
Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai dengan
karakteristik pribadinya sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.
Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses
rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah motivasi
konsumen untuk membeli.

13 | P a g e
Suatu produk dapat dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila
produk tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Keputusan
untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi.
Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan
untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi.
Sebaliknya jika manfaatnya lebih kecil dibanding pengorbanannya maka
biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan umumnya beralih
mengevaluasi produk lain yang sejenis (Budiyono, 2004). Minat beli adalah
tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli
benar-benar dilaksanakan. Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan
minat pembelian ulang. Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-
benar dilakukan oleh konsumen, maka minat pembelian ulang adalah niat
untuk melakukan pembelian kembali pada kesempatan mendatang (Kinnear &
Taylor, 1995).
Menurut Assael (1995) keinginan untuk membeli merupakan tendensi
konsumen untuk membeli suatu produk. Pengukuran keinginan untuk membeli
tersebut merupakan suatu hal yang penting dalam pengembangan strategi
pemasaran. Para pemasar biasanya mencoba-coba elemen dari bantuan
pemasaran mana yang menentukan atau berpengaruh pada konsumen untuk
membeli produk. Selain itu perlu diperhatikan bahwa keputusan untuk
membeli suatu produk dipengaruhi oleh dua hal yaitu sikap dan pendirian
orang lain dan faktor situasi yang tidak diantisipasi. Sampai dimana pengaruh
orang lain tersebut terhadap minat membeli konsumen ditentukan oleh
intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disuka
konsumen, dan motivasi konsumen untuk menuruti orang lain. Sedangkan
pengaruh faktor situasi yang diantisipasi terhadap minat membeli konsumen
didasarkan pada faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan,
dan melihat produk yang diharapkan.
Minat beli ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas
pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu. Minat beli ulang
yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika
memutuskan untuk mengadopsi suatu produk.

14 | P a g e
Keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu produk timbul
setelah konsumen mencoba suatu produk tersebut dan kemudian timbul rasa
suka atau tidak suka terhadap produk tersebut.
Menurut Ferdinand (2002) minat beli ulang dapat diidentifikasi
melalui indikator-indikator sebagai berikut:
1) Minat transaksional : yaitu kecenderungan seseorang untuk selalu
membeli ulang produk yang telah dikonsumsinya.
2) Minat referensial : yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk yang sudah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain, dengan
referensi pengalaman konsumsinya.
3) Minat preferensial : yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang selalu memiliki preferensi utama pada produk yang telah dikonsumsi.
Preferensi ini hanya dapat diganti bila terjadi sesuatu dengan produk
preferensinya.
4) Minat eksploratif : minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari
informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk yang
dilanggananinya. Tujuan melakukan pembelian ulang merupakan suatu
tingkat motivasional seorang konsumen untuk mengalami perilaku
pembelian suatu produk pada saat konsumen memiliki tujuan untuk
melakukan pembelian ulang suatu produk dengan merek tertentu, maka
pada saat itu pula secara tidak langsung konsumen tersebut telah memiliki
perilaku loyal serta puas terhadap merek tersebut.
Minat beli adalah tahap kecenderungan individu untuk bertindak sebelum
keputusan membeli benar – benar dilakukan.Minat beli ulang merupakan niat
untuk melakukan pembelian dimasa mendatang. Minat beli ulang
mencerminkan tingkat kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi suatu
produk, sehingga konsumen memiliki keinginan untuk mengkonsumsi produk
atau jasa (Kusumawati,2012). Menyimpulkan minat beli ulang adalah sebuah
minat dari seorang konsumen untuk melakukan pembelian kembali sebuah
produk atau jasa yang diakibatkan pengalaman positif yang didapat setelah
penggunaan produk atau jasa tersebut.

15 | P a g e
Konsumen yang puas akan barang atau jasa yang telah dibelinya, sehingga
akan berfikir untuk melakukan pembelian kembali terhadap barang dan jasa
tersebut.

1.5.3. Persepsi Halal


1.5.3.1. Pengertian Persepsi
Terbentuknya persepsi dimulai dengan pengamatan yang melalui proses
hubungan melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, dan menerima sesuatu hal
yang kemudian seseorang menseleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan
informasi yang diterimanya menjadi suatu gambaran yang berarti. Terjadinya
pengamatan ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau dan sikap seseorang
dari individu. Dan biasanya persepsi ini hanya berlaku bagi dirinya sendiri dan
tidak bagi orang lain. Selain itu juga persepsi ini tidak bertahan seumur hidup
dapat berubah sesuai dengan perkembangan pengalaman, perubahan kebutuhan,
dan sikap dari seseorang baik laki-laki maupun perempuan.

Menurut Philip Kotler (1993) persepsi adalah proses bagaimana seseorang


menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan – masukan informasi
untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan
sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif. Adapun
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah katakteristik orang yang
dipersepsi dan faktor situasional.

1.5.3.2. Pengertian Label


Label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa tentang keterangan-
keterangan tentang produk tersebut (Fajar Laksana, 2008: 83). Label merupakan
cirri lain dari produk yang perlu diperhatikan. Label adalah bagian dari sebuah
produk yang membawa informasi verbal tentang penjualannya. Label bisa
merupakan bagian sebuah kemasan, atau merupakan etiket lepas yang
ditempelkan pada produk. Sewajarnya jika antara kemasan, label, dan merek
terjalin satu hubungan yang erat sekali (Stanton, William J., 1984: 282).

16 | P a g e
1.5.3.3. Label Halal
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label
Halal dan Iklan Pangan menyebutkan label adalah setiap keterangan mengenai
pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain
yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian kemasan pangan. Label halal adalah label yang dicantumkan
pada kemasan pangan yang mengindikasikan bahwa suatu produk telah menjalani
proses pemeriksaan kehalalan dan telah dinyatakan halal (Departemen Ilmu
Tekonologi PanganIPB, 2010). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 Pasal
10, setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke
dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dan menyatakan bahwa pangan
tersebut halal bagi umat Islam, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan
tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atu tulisan halal pada label.

a) Indikator untuk Mengukur Persepsi Label Halal

Jagdish Sheth (1999) mengukur persepsi label halal menggunakan empat indikaor,
antara lain:

i. Keamanan/ safety. Sebuah proses di mana individu (konsumen muslim)


memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi tentang produk makanan
halal memiliki aspek keselamatan, dari sisi sumber/ bahan baku maupun
proses.
ii. Nilai keagamaan/ religious value. Sebuah proses di mana individu
(konsumen muslim) memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi
tentang produk makanan halal memiliki aspek nilai – nilai agama.
iii. Kesehatan/ health. Sebuah proses di mana individu (konsumen muslim)
memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi tentang produk makanan
halal memiliki aspek kesehatan.

17 | P a g e
iv. Kekhususan/ exclusivity. Sebuah proses di mana individu (konsumen
muslim) memilih, mengatur, dan menafsirkan informasi tentang produk
makanan halal memiliki aspek ke eksklusifan, dimana produk makanan
halal harus dipisah dari produk makanan haram. Upaya pemisahan ini
dilakukan untuk menghindari kontak langsung dengan produk haram,
menghindari resiko kontaminasi, dan memastikan bahwa pengelolaan
produk makanan halal sesuai dengan persepsi konsumen muslim.
b) Ajaran Mengkonsumsi Makanan dan Minuman Halal
i. Al Qur‟an, Surat Al Maidah : 88 yang artinya, “Dan makanlah makanan
yang halal lagi baik (thayib) dari apayang telah dirizkikan kepadamu dan
bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya.”
ii. Surat Al Maidah : 3 yang artinya, “Diharamkan bagimu (memakan)
bangkai, darah daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama
selain Allah, yang tecekik, yang dipukul, yang jatuh ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya.”
iii. Surat Al Baqarah : 173 yang artinya, “Sesungguhnya Allah yang
mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan yang disembelih
dengan nama selain Allah.”
iv. Surat Al Maidah : 4 yang artinya, “Dan makanlah binatang yang ditangkap
dalam buruan itu untukmu dan sebutlan nama Allah ketika melepaskan
hewan(anjing) pemburunya.”
v. Surat Al An‟ am : 121 yang artinya, “Dan janganlah kamu makan
sembelihan yang tidak menyebut nama Allah dan sesungguhnya yang
demikian itu fasik.”

Dari serangkaian ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa yang


diharamkan adalah bangkai, darah, babi, binatang yang disembelih selain
menyebut nama Allah SWT, dan khamer atau minuman yang memabukkan.

18 | P a g e
c) Fungsi Label
i. Merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada para
konsumen yangberupa pelaksanaan tertib suatu undang-undang bahan
makanan dan minuman atau obat. Dalam hal ini pemerintah mewajibkan
produsen untuk melekatkan label/ etiket pada hasil produksinya sesuai
dengan peraturan yang tercantum dalam undang-undang bahan makan.
ii. Dengan melekatkan label sesuai dengan peraturan berarti produsen
memberikan keterangan yang diperlakukan oleh para konsumen agar dapat
memilih membeli serta meneliti secara bijaksana.
iii. Merupakan jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidak berbahaya bila
digunakan, untuk megatasi hal ini maka para konsumen membiasakan diri
untuk membaca label terlebihdahulu sebelum membelinya.
iv. Bagi produsen label dipergunakan untuk alat promosi dan perkenalan
terhadap barang tersebut.

1.5.3.4. Logo Label Halal

1.5.3.5. Sertifikasi Halal


Sertifikasi halal adalah fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari‟at Islam. Sertifikasi halal
ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada
kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang (DPHI, 2011: 32).

19 | P a g e
Menurut Panduan Umum Sistem Jaminan Halal LPPOM MUI (Lembaga
Pengawasan dan Pengedaran Obat dan Makanan – Majelis Ulama Indonesia),
sertifikasi halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikasi halal melalui
beberapa tahap untuk membuktikan bahwa bahan, proses produksi dan SJH
(Sistem Jaminan Halal) memenuhi standar LPPOM-MUI. Menurut DPHI
(Direktori Produk Halal Indonesia) Produk halal adalah produk yang memenuhi
syarat kehalalan sesuai dengan syari‟at Islam yaitu:

i. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.


ii. Tidak mengandung khamr dan produk turunannya.
iii. Semua bahan asal hewan harus berasal dari hewan halal yang disembelih
menurut tata cara syari‟at Islam.
iv. Tidak mengandung bahan-bahan lain yang diharamkan atau tergolong
najis seperti: bangkai, darah, bahan-bahan yang berasal dari organ
manusia, kotoran dan lain sebagainya.
v. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat
pengolahan dan alat transportasi untuk produk halal tidak boleh digunakan
babi atau barang tidak halal lainnya.

Jika fasilitas tersebut pernah digunakan untuk babi atau barang tidak halal
lainnya dan kemudian akan digunakan untuk produk halal, maka terlebih dahulu
harus dibersihkan sesuai dengan tata cara yang diatur menurut syari‟at Islam.
Penggunaan fasilitas produksi untuk produk halal dan tidak halal bergantian tidak
diperbolehkan.

1.5.3.6. Tujuan Sertifikasi Halal


Sertifikasi halal dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan
suatu produk sehingga dapat menentramkan batin para konsumen yang
mengkonsumsinya (Lukmanul Hakim, “Sertifikasi Halal Untuk Tentramkan
Konsumen”). Bagi konsumen, terutama konsumen muslim, keuntungan dari
sertifikat halal sudah jelas, mengetahui sebuah produk telah bersertifikat halal
berarti keamanan dan ketenangan batin dalam mengkonsumsi dan menggunakan
produk tersebut.

20 | P a g e
Konsumen mendapat kepastian dan jaminan bahwa produk tersebut tidak
mengandung sesuatu yang tidak halal dan juga diproduksi dengan cara yang halal.
Selain itu, jaminan kualitas dan mutu akan berjalan beriringan untuk melindungi
kepentingan konsumen dan dalam usaha mewujudkan ketenangan berproduksi
bagi produsen.

1.5.4. Pengetahuan Produk


Menurut Sumarwan (2011:148) mendefinisikan pengetahuan produk
sebagai kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini
meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk,
harga produk, dan kepercayaan mengenai produk. Zeithaml (1998) dalam Roslina
(2009) menyebutkan bahwa Pengetahuan produk merupakan petunjuk instrinsik
yang sangat penting bagi konsumen untuk dipertimbangkan ketika mengevaluasi
produk sebelum dilakukannya pembelian.

1.5.5. Iklan
Menurut Tjiptono (2008: 226), iklan adalah bentuk komunikasi tidak
langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu
produk, yang disusun sedemikian rupa untuk melakukan pembelian. Menurut
American Marketing Association (2008: 226), iklan adalah semua bentuk bayaran
untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara
nonpersonal oleh sponsor yang jelas. Menurut Kriyantono (2008: 174), iklan
adalah sebagai bentuk komunikasi nonpersonal yang menjual pesan-pesan
persuasif dari sponsor yang jelas untuk mempengaruhi orang membeli produk
dengan membayar sejumlah biaya untuk media. Menurut Lee dan Johnson (2007:
3), iklan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi
dan produkproduknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media
bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail (pengeposan
langsung), reklame luar ruang atau kendaraan umum.

21 | P a g e
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa melalui periklanan
perusahaan dapat menawarkan atau mempromosikan produknya dengan
memberikan suatu gagasan mengenai ide yang dibiayai oleh sponsor dengan
tujuan untuk menarik minat calon pembeli agar melakukan pembelian yang
didasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk. Kotler
dan Keller (2006: 245), menyebutkan bahwa tujuan periklanan dapat digolongkan
menurut sasarannya, seperti sasaran untuk menginformasikan, membujuk dan
mengingatkan atau memperkuat.

1.5.5.1. Periklanan untuk Memberi Informasi (Informative)


Iklan informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan
pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada. Biasanya
iklan dengan cara ini dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal peluncuran
suatu jenis produk dengan tujuan membentuk permintaan awal. Dalam hal ini,
kebutuhan suatu produk yang sebelumnya tersembunyi atau masih berupa
persepsi dapat diperjelas lewat iklan. Pada umumnya, iklan yang bersifat
informative digunakan untuk merek (brand) yang siklus hidupnya berada di tahap
perkenalan (introduction stage).

1.5.5.2. Periklanan untuk Membujuk (Persuasive)


Iklan persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi,
keyakinan dan pembelian suatu produk atau jasa. Jenis iklan ini dilakukan dalam
tahap kompetitif, tujuannya adalah membentuk permintaan selektif produk
tertentu. Dalam hal ini, perusahaan melakukan persuasi secara tidak langsung
dengan memberikan informasi tentang kelebihan produk yang akan merubah
pikiran orang untuk melakukan tindakan pembelian. Pada umumnya, periklanan
yang bersifat membujuk digunakan untuk merek yang siklus kehidupannya pada
taraf pertumbuhan (growth stage).

1.5.5.3. Periklanan untuk Mengingatkan (Reminding)


Jenis iklan ini dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa
kembali. Iklan ini sangat penting untuk produk yang sudah mapan.

22 | P a g e
Bentuk iklan jenis ini adalah ikan penguat (reinfocement advertising) yang
bertujuan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan
tindakan pembelian yang tepat.

Umumnya, iklan jenis ini digunakan pada fase kedewasaan (maturity)


suatu merek. Menurut Frank Jefkins (1997: 227), dalam suatu iklan terdapat
beberapa atribut iklan yang merupakan isi dari periklanan, yaitu:

i. Pesan Iklan (message)


Yaitu penjumlahan dari tanda atau sinyal yang berusaha mengungkapkan
satu atau lebih gagasan.
ii. Naskah Iklan (copywrite)
Pesan yang paling persuasive dan kuat. Tujuh unsur naskah iklan adalah
headline, sub judul, teks, harga, nama, alamat dan signature slogan.
iii. Desain Iklan
Yaitu rancangan layout iklan atau gambar iklan yang menyertakan naskah
iklan, kata, kalimat headline, sub-heading dan teks.
iv. Model Iklan
Seorang atau sekelompok orang atau sesuatu yang dijadikan sebagai daya
tarik atau pendukung bahkan dijadikan maskot bagi produk iklan yang
diiklankan.
v. Warna dan Musik
Warna iklan dan musik merupakan atribut yang akan membuat iklan itu
semakin menarik.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media periklanan sebagai


indikator penelitian. Menurut Alma (2009: 182), beberapa media periklanan ialah
surat kabar, majalah, surat (direct mail), televisi, radio, bioskop, papan reklame,
car cards, lampu-lampu, katalog buku, telepon dan sebagainya. Penelitian
difokuskan pada media periklanan televisi, media sosial dan spanduk.

23 | P a g e
1.5.6. Citra Merek (Brand Image)
1.5.6.1. Pengertian Citra Merek
Merek (brand) bukanlah sekedar nama, istilah (term), tanda (sign), simbol atau
kombinasinya. Lebih dari itu merek adalah janji perusahaan secara konsisten
memberikan features, benefits, dan services kepada para pelanggan. Dan “janji”
inilah yang membuat masyarakat luas mengenal merek tersebut, lebih dari yang
lain (Aaker, 2001). Citra merek adalah seperangkat keyakinan konsumen
mengenai merek tertentu (Kotler dan Amstrong, 2001:225). Citra merek adalah
kumpulan persepsi tentang sebuah merek yang saling berkaitan yang ada dalam
pikiran manusia (Ouwersoot dan Tudorica, 2001).

1) Komponen – komponen dalam Citra Merek


a) Menurut Simamora (2002), komponen citra merek terdiri dari 3 bagian:
b) Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu barang
atau jasa.
c) Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.
d) Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa.

1.5.6.2. Identitas Merek


Identitas suatu merek adalah pesan yang disampaikan oleh suatu merek
melalui bentuk tampilan produk, nama, simbol, iklan, dsb. Identitas merek
berkaitan erat dengan citra merek (brand image) karena citra merek merujuk pada
bagaimana persepsi konsumen akan suatu merek. Fakta di lapangan adalah
seringkali dijumpai bahwa ada perbedaan persepsi antara pesan yang hendak
disampaikan oleh pemasar dengan pesan yang diterima oleh konsumen. Inilah
letak tantangan seorang pemasar di dalam merencanakan pesan sebuah merek
yang hendak dikomunikasikan kepada target pasar yang hendak dituju (Doyle,
1998).

24 | P a g e
1.5.6.3. Dimensi Citra Merek
Menurut Davidson (1998) dimensi citra merekterdiri dari:

a) Reputation (nama baik), tingkat atau status yang cukup tinggi dari sebuah
merek produk tertentu.
b) Recognition (pengenalan), yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh
konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal maka produkdengan merek
tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga yang murah.
c) Affinity (hubungan emosional), hubungan emosional yang terjadi antar
brand dengan pelanggan. Yaitu suatu emotional relationship yang timbul
antara sebuah merek dengan konsumennya. Sebuah produk dengan merek
yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk
yang dipersepsikan memiliki kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi
yang baik. Affinity ini berparalel dengan positive association yang
membuat konsumen menyukai suatu produk.
d) Brand Loyalty (kesetiaan merek), seberapa jauh kesetiaan konsumen
menggunakan produk dengan brand tertentu.

1.5.6.4. Memulihkan Kepercayaan terhadap Merek


Komitmen perusahaan sangat krusial dalam mendengar dan merespon
suara konsumen. Diharapkan dengan kesungguhan upaya itu tumbuh kepercayaan
pelanggan pada kejujuran, integritas, dan keandalan merek. Kepercayaan atau
trust tersebut cerminan dari rasa aman pada diri pelanggan karena mereka yakin
bahwa merek yang mereka pilih serta experiential process yang mereka jalani
akan memenuhi ekspektasi mereka. Pemasar tidak bisa lagi mengambil resiko
kehilangan sejumlah pelanggan hanya lantaran ketidakpuasan pelanggan
diabaikan. Lebih baik perusahaan mengorbankan uang yang relatif sedikit untuk
mengkompensasikan kekecewaan konsumen tersebut melalui program service
recovery atau win-back marketing program. Tidak sekedar dengan merespon
komplain, namun Sterutama juga penanganan pada saat-saat kritis.

25 | P a g e
1.6. Kajian Empiris
Beberapa Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dan digunakan sebagai acuan serta pembanding di
antaranya dapat dilihat pada tabel berikut:

No Peneliti Judul Variabel Metode Hasil


Terdapat
Pengaruh pengaruh
Citra Merek X1 : Citra yang
Dan Merek signifikan
Kesadaran dan positif
Label Halal dari citra
Produk merek dan
Kusnandar, Kosmetik kesadaran
Imam La Tulipe X2 : label halal
Confirmatory
1 Suroso, Terhadap Kesadaran hrpoduk
Research
Adi Minat Label Halal kosmetik La
Prasodjo Konsumen Tulipe
Untuk terhadap
Membeli minat
Ulang Di konsumen
Kota Y :Minat Beli untuk
Banyuwang Konsumen membeli
i ulang di Kota
Banyuwangi
Pengaruh Gaya hidup,
Gaya label halal,
Hidup, harga tidak
Label Halal X1 : Gaya menjadi
dan Harga Hidup pertimbangan
Terhadap utama bagi
Keputusan mahasiswa
Pembelian Program
Eka Dewi Kosmetik Metode Studi
X2 : Label
Setia Wardah penelitian Manajemen
2 Halal
Tarigan pada kuantitatif Fakultas
(2016) Mahasiswa asosiatif Ekonomi
Proram Universitas
Studi X3 : Harga Medan Area
Manajemen dalam
Fakultas melakukan
Ekonomi pembelian
Universitas Y : Keputusan produk
Medan Area Pembelian kosmetik
Medan Wardah.

26 | P a g e
No Peneliti Judul Variabel Metode Hasil
X1 : Halal The study
Perception indicates that
X2 : millennial
Knowledge Muslim
X3 : cosmetic
Advertisement purchase
behavior falls
under the
“Limited
Suraiya
Decision
Ishak,
Making ”
Ahmad The survey
classification.
Raflis Che data were
The class if
Omar, Cosmetics analyzed
X4 : Brand cation is due
Kartini purchase using
name to the pattern
Khalid, behavior of descriptive,
of pro-active
3 Intan educated t-test and
behaviors
Safiena millennial correlation
exhibit
Ab. Muslim analyses to
through the
Ghafarand females accomplish
information
Mohd the study
search for
Yusof objectives.
details about
Hussain
ingredients,
(2019)
halal clue,
countries of
origin, health
Y : Purchase safety
decision guarantee
and the
benefits of
the cosmetic
products.
Tabel 1. Kajian Empiris

1.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesa Penelitian


1.7.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara
teoritis pertautan antara variabel yang diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Variabel X dalam
penelitian ini yaitu persepsi halal (X1), pengetahuan (X2), iklan (X3), citra merek
(X4). Kemudian variabel Y1 dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian dan
Y2 adalah minat beli ulang.

27 | P a g e
1.7.1.1. Pengaruh Persepsi Halal terhadap Keputusan Pembelian dan
Minat Beli Ulang
Label halal adalah label yang dicantumkan pada kemasan pangan yang
mengindikasikan bahwa suatu produk telah menjalani proses pemeriksaan
kehalalan dan telah dinyatakan halal (Departemen Ilmu Tekonologi Pangan-IPB,
2010). Label halal berfungsi sebagai tanda pemberi kepastian akan status
kehalalan suatu produk, mulai dari segi kandungan bahan pangan, proses
pengolahan, dan tempat produksinya. Konsumen akan memandang suatu produk
berdasarkan apa yang ada di dalam persepsinya. Konsumen akan memandang
produk kosmetik yang ditawarkan Wardah merupakan produk kosmetik halal,
karena tertera label halal yang terdapat di kemasan setiap produk kosmetik
Wardah. Persepsi label halal yang ada di benak konsumen tersebut akan
menimbulkan kepercayaan konsumen pada keamanan halal. Persepsi tersebut
akan ditampilkan melalui sikap dan perilaku konsumen dalam menentukan
keputusan pembelian dan minat beli ulang produk kosmetik Wardah.

Joop de Boer (2003) menyatakan bahwa dampak dari label pada keputusan
pembelian ulang bergantung pada cara konsumen merasakan kualitas dan tingkat
kepercayaan pada label. Banyaknya penduduk Indonesia yang sebagian besar
merupakan muslim membawa pengaruh besar bagi masyarakat Indonesia. Dengan
demikian seharusnya ajaran ini menjadi persepsi yang sangat kuat di benak
konsumen, terlebih karena masih banyaknya kosmetik di Indonesia yang tidak
memiliki sertifikasi halal. Philip Kotler (1993) mendefinisikan persepsi adalah
proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan
masukan – masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang
berarti.

1.7.1.2. Pengaruh Pengatahuan terhadap Keputusan Pembelian dan Minat


Beli Ulang
Menurut Sumarwan (2011:148) mendefinisikan pengetahuan produk
sebagai kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini
meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk,
harga produk, dan kepercayaan mengenai produk.

28 | P a g e
Zeithaml (1998) dalam Roslina (2009) menyebutkan bahwa Pengetahuan
produk merupakan petunjuk instrinsik yang sangat penting bagi konsumen untuk
dipertimbangkan ketika mengevaluasi produk sebelum dilakukannya pembelian.
Pengetahuan sangat diperlukan dalam memilih produk yang ingin digunakan,
apalagi kosmetik sangat berpengaruh bagi penampilan. Dengan adanya
pengetahuan dapat menjadikan bahan acuan atau petunjuk dalam memilih produk
kosmetik apa saja yang diinginkan agar melakukan keputusan pembelian dan
minat beli ulang.

1.7.1.3. Pegaruh Iklan terhadap Keputusan Pembelian dan Minat Beli


Ulang
Menurut Lee dan Johnson yang dialih bahasakan oleh Munandar dan
Priatna (2007: 3), iklan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang
sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak
target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct
mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang atau kendaraan umum. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan media periklanan sebagai indikator penelitian
yaitu iklan televisi, iklan sosial media dan iklan spanduk. Iklan sangatlah
berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan minat beli produk, dengan adanya
iklan konsumen dapat tertarik akan produk apa saja yang ada pada kosmetik
Wardah. Apalagi banyak Brand Ambassador dari Wardah yang merupakan artis
papan atas seperti Inneke Koesherawati, Dewi Sandra, Zaskia Sungkar, Dian
Pelangi, Tatjana Saphira, Natasya Rizky, Raline Shah, Amanda Rawles, Mesty
Ariotedjo, Annisa Aziza, Febby Rastanty, Citra Kirana, Ria Miranda, Lisa
Namuri, Patricia Gunawan. Tentu menjadikan publik figure sebagai brand
ambassador sangat berpengaruh terutama dikalangan anak muda saat ini. Tidak
hanya baik dalam segi produk saja, brand kecantikan ini juga menebarkan kesan
yang mendorong perempuan Indonesia untuk menjadi sosok inspiratif. Hal itu
bisa dilihat dari para selebriti brand ambassador Wardah yang banyak
menginspirasi dalam prestasi dan karya-karya mereka. (Sumber : Spice
Indonesia). Maka dari iklan sangatlah penting untuk mempengaruhi konsumen
melalui daya tari iklan tersebut yang membuat konsumen bergairah untuk
melakukan pembelian dan minat beli ulang.

29 | P a g e
30 | P a g e
1.7.1.4. Pegaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian dan Minat
Beli Ulang
Dalam pemasaran lebih lanjut telah dibuktikan bahwa kesadaran dan
image sebuah reputasi akan mempengaruhi keputusan membeli. Reputasi yang
baik dari penyedia layanan akan mengakibatkan pelanggan akan kembali
memesan atau menggunakan layanan, hal ini menunjukkan bentuk loyalitas
pelanggan yang mau kembali dan melakukan pemesanan ulang (Andreassen,
1994). Dan sebaliknya, apabila reputasi yang dibentuk dari image dari penyedia
layanan buruk akan membuat pelanggan menjadi enggan untuk melakukan
pembelian dan minat beli ulang. Dengan pembelian yang berulang kali terhadap
satu merek dan merek tersebut memuaskan, maka kemungkinan besar konsumen
akan menunjukkan satu proses keputusan pembelian yang rutin, yang dalam tahap
– tahap pembelian selanjutnya akan terstruktur dengan baik, sehingga mendorong
percepatan proses pengambilan keputusan pembelian. Didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Kusnandar (2015) menyatakan bahwa brand image
berpengaruh positif signifikan terhadap minat membeli ulang. Dengan demikian
berdasar pada hasil penelitian terdahulu tersebut dapat dikatakan bahwa citra
merek (brand image) akan mempengaruhi keputusan pembelian minat beli ulang
konsumen.

1.7.1.5. Pengaruh Persepsi Halal, Pengetahuan, Iklan dan Citra Merek


terhadap Keputusan Pembelian dan Minat Beli Ulang
Seiring perkembangaan zaman, perusahaan dituntut untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen dengan berbagai cara. Adanya label halal sangatlah
penting dalam memilih produk apalagi di Indonesia mayoritas penduduk
beragama islam. Sesuai dengan ajaran yang dianut agama Islam yaitu kebutuhan
akan mengkonsumsi makanan, minuman, dan barang yang halal sudah menjadi
persepsi yang melekat bagi konsumen muslim. Hal ini membutuhkan
pengetahuan dalam memilah produk apa saja yang memenuhu kriteria halal
tersebut. Pengetahuan akan produk sangatlah penting sebelum melakukan
pembelian, karena jika salah pilihakan berdampak pada diri sendiri. Agar kita
dapat mengetahui tentang produk Wardah ini maka diperlukan iklan untuk

31 | P a g e
menambah pengetahuan atau rangsangan agar konsumen dapat tertarik untuk
melakukan pembelian dan minat beli ulang.

32 | P a g e
Selain itu, citra merek kosmetik Wardah yang sudah positif di mata
konsumen, akan menambah ambisi masyarakat untuk membeli produk Wardah
tersebut, maka dari itu persepsi halal, pengetahuan, iklan dan citra merek sangat
berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan minat beli ulang konsumen.

Berdasarkan dari kerangka pemikiran di atas, maka model penelitiannya sebagai


berikut:

1.7.2. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan pertimbangan teori dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan,
maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha1 Persepsi Halal berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan
minat beli ulang produk kosmetik Wardah.
Ho1 Persepsi Halal tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
dan minat beli ulang produk kosmetik Wardah.
Ha2 Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan
minat beli ulang produk kosmetik Wardah.
Ho2 Pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
dan minat beli ulang produk kosmetik Wardah.
Ha3 Iklan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan minat beli
ulang produk kosmetik Wardah.

33 | P a g e
Ho3 Iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan
minat beli ulang produk kosmetik Wardah.
Ha4 Citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian dan
minat beli ulang produk kosmetik Wardah.
Ho4 Citra merek tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
dan minat beli ulang produk kosmetik Wardah.
Ha5 Persepsi halal, pengetahuan, iklan dan citra merek berpengaruh simultan
atau secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian dan minat beli
ulang produk kosmetik Wardah.
Ho5 Persepsi halal, pengetahuan, iklan dan citra merek berpengaruh tidak
signifikan secara simultan terhadap keputusan pembelian dan minat beli
ulang produk kosmetik Wardah.

34 | P a g e
BAB III
METODE PENELITIAN
1.8. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode pendekatan explanatory research. Menurut Sugiyono (2012: 8), metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pangambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.

Sedangkan jenis penelitian eksplanatori (explanatory research) bertujuan


untuk menguji teori. Menurut Ferdinand (2006: 5), metode explanatory research
membangun teori yang dikembangkan, penelitian dapat dibedakan menjadi
penelitian yang bertujuan membangun proporsi dan hipotesis serta penelitian yang
bertujuan menguji hipotesis.

Berdasarkan jenis penelitian tingkat penjelasan, maka tipe penelitian ini


adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada akhirnya hasil
penelitian ini menjelaskan hubungan kausal antar variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis.

Pada penelitian ini penulis berusaha menjelaskan hubungan antar variabel


persepsi halal (X1), pengetahuan (X2), iklan (X3), citra merek (X4) dan
keputusan pembelian produk (Y1) serta minat beli ulang produk (Y2).

1.9. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada mahasiswi program studi manajemen.
Pengambilan data dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis tepatnya di
Universitas Tanjungpura Pontianak mulai bulan Oktober-Desember 2019.

35 | P a g e
1.10. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer. Data
primer digunakan sebagai bahan untuk menganalisis variabel – variabel
penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara memberikan daftar
pertanyaan berupa kuesioner kepada responden yang berisi tentang persepsi halal,
pengetahuan, iklan, citra merek (brand image), keputusan pembelian dan minat
beli ulang.

1.11. Populasi dan Sampel


1.11.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi program studi manajemen
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak yang pernah
melakukan pembelian produk kosmetik Wardah.

1.11.2. Sampel
Teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan non probability
sampling dengan teknik purposive sampling. Adapun kriteria konsumen yang
dijadikan sampel merupakan mahasiswi program studi manajemen di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak yang telah melakukan
pembelian minimal sekali sejak tahun 2018. Dari bermacam – macam kelompok
masyarakat yang menjadi konsumen, yang dipilih sebagai responden adalah
masyarakat yang beragama Islam dengan batas usia minimal 18 tahun. Pemilihan
berdasarkan usia dianggap telah dewasa dan dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan dalam penelitian.

1.12. Variabel Penelitian


Untuk mendapatkan data yang relevan dengan hipotesis penelitian, maka
dilakukan pengukuran terhadap variabel-variabel yang telah didefinisikan secara
konseptual. Pengukuran tersebut dapat dilakukan setelah dibuat definisi variabel
secara operasional. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
bersumber pada empat variabel yaitu persepsi halal, pengetahuan, iklan, dan citra
merek sebagai variabel independen (X1, X2, X3,X4) sedangkan keputusan
pembelian dan minat beli ulang sebagai variabel dependen (Y1 dan Y2). Secara
rinci operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

36 | P a g e
1.12.1. Variabel Independen
No Variabel Definisi Indikator Sub Indikator
1 Persepsi Persepsi halal 1. Keamanan 1. Tidak mengandung
Halal (X1) adalah kesan yang (safety) bahan-bahan yang
telah dianalisa, tidak halal dalam
diintepretasi dan ajaran islam
dievaluasi oleh
individu yang
menghasilkan 2. Nilai 2. Mencantumkan logo
sebuah makna halal dalam kemasan
keagamaan
bahwa apapun yang produk
(religious
berlabel halal telah value)
terjamin akan
kehalalannya dan
3. Kesehatan 3. Tidak mengandung
diizinkan menurut
(health) bahan-bahan
hukum Islam
berbahaya yang akan
merusak kulit

4. Kekhususan 4. Memiliki banyak jenis


(exclusivity) produk yang menarik
dan berbeda dengan
produk kosmetik lain
2 Pengetahuan Zeithaml (1998) 1. Kategori 1. Kategori dalam
(X2) dalam Roslina produk produk ini yaitu
(2009) kosmetik dan memiliki
menyebutkan banyak varian
bahwa Pengetahuan
produk merupakan 2. Merek, 2. Dalam produk wardah
petunjuk instrinsik terminologi memiliki citra merek
yang sangat penting produk yang positif di mata
bagi konsumen konsumen
untuk 3. Atribut atau 3. Banyak fitur yang
dipertimbangkan fitur produk disediakan dalam
ketika produk kosmetik
mengevaluasi wardah
produk sebelum
dilakukannya 4. Harga produk 4. Harga yang disediakan
pembelian terjangkau berbagai
kalangan

5. kepercayaan 5. Harga yang disediakan


mengenai terjangkau berbagai
produk kalangan memiliki
sertifikat halal dan
logo halal

37 | P a g e
3 Iklan (X3) Menurut Lee dan 1. Pemasangan 1. Televisi menjadi
Johnson yang dialih media yang
iklan di televisi
bahasakan oleh menyampaikan pesan
Munandar dan dengan penglihatan,
Priatna (2007: 3), suara dan gerak
iklan adalah
komunikasi
komersil dan
nonpersonal
tentang sebuah
organisasi dan
produk-produknya 2. Pemasangan 2. Iklan yang
yang ditampilkan menarik,
iklan sosial
ditransmisikan ke singka dan mudah
suatu khalayak media mengerti di media
target melalui sosial seperti web,
media bersifat instagram, facebook,
massal seperti twitter, dll.
televisi, radio,
koran, majalah, 3. Pemasangan 3. Dalam penggunaannya
direct mail spanduk biasa
iklan spanduk.
(pengeposan dibentangkan di
langsung), reklame tempat-tempat yang
luar ruang atau sering dilalui
kendaraan umum

4 Citra Merek Menurut Kotler dan 1. Keunikan 1. Kosmetik Wardah


(X4) Keller (2007: 346), adalah kosmetik yang
citra merek memiliki sertifikasi
merupakan persepsi halal yang paling
dan keyakinan dikenal
konsumen, seperti 2. Desain kemasan
tercermin dalam (bentuk, warna, dan
asosiasi yang lain-lain) Wardah
terjadi dalam menarik
memori konsumen 3. Produk Wardah
menawarkan berbagai
variasi

1. Merek kosmetik
2. Kesukaan Wardah mudah diingat
2. Merek kosmetik
Wardah mudah
diucapkan

Tabel 2. Variabel Independen

38 | P a g e
1.12.2. Variabel Dependen
No Variabel Definisi Indikator Sub Indikator
1 Keputusan Menurut Kotler dan 1. Pengenalan Identifikasi kebutuhan
Pembelian Amstrong (2003: masalah
(Y1) 227), keputusan 2. Pencarian 1. Informasi dari sumber
pembelian adalah pribadi: kerabat
informasi
tahap dalam proses 2. Informasi dari sumber
pengambilan komersial: iklan dan
keputusan wiraniaga
pembelian dimana Membandingkan Wardah
3. Evaluasi
konsumen benar- dengan produk lain
alternatif
benar membeli.
4. Keputusan Keputusan memilih produk
pembelian setelah beberapa
pertimbangan dan
informasi yang didapatkan
5. Perilaku pasca 1. Merasakan kepuasan
pembelian setelah memmbeli
2. Melakukan pembelian
ulang karena merasa
puas
3. Merekomendasikan
produk kepada orang
lain
2 Minat Beli Minat beli ulang 1. Minat Kecenderungan seseorang
Ulang (Y2) merupakan minat eksploratif untuk selalu membeli ulang
pembelian yang produk yang telah
didasarkan atas dikonsumsinya
pengalaman 2. Minat referensial Kecenderungan seseorang
pembelian yang untuk mereferensikan
telah dilakukan produk yang sudah
dimasa lalu. Minat dibelinya, agar juga dibeli
beli ulang yang oleh orang lain, dengan
tinggi referensi pengalaman
mencerminkan konsumsinya
tingkat kepuasan 3. Minat menggambarkan perilaku
yang tinggi dari pereferensial seseorang yang selalu
konsumen ketika memiliki preferensi utama
memutuskan untuk pada produk yang telah
mengadopsi suatu dikonsumsi. Preferensi ini
produk hanya dapat diganti bila
terjadi sesuatu dengan
produk preferensinya.

4. Minat menggambarkan perilaku


transaksional seseorang yang selalu
mencari informasi
mengenai produk yang
diminatinya dan mencari
informasi untuk
mendukung sifat-sifat
positif dari produk yang
dilanggananinya
Tabel 3. Variabel Dependen

39 | P a g e
1.13. Metode Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda, yaitu analisis regresi yang mampu menjelaskan hubungan
antara variabel terikat (dependen) dengan variabel bebas (independen) yang lebih
dari satu (Sugiyono, 2015). Analisis linier berganda dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh persepsi halal, pengetahuan, iklan, dan
citra merek (brand image), terhadap keputusan pembelian dan minat beli ulang
konsumen produk kosmetik Wardah pada mahasiswi program studi manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis tepatnya di Universitas Tanjungpura Pontianak.

40 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ishak, Suraiya, Ahmad Raflis Che Omar, Kartini Khalid, Intan SafienaAb.Ghafar
dan Mohd Yusof Hussain. 2019. Cosmetics Purchase Behavior Of
Educated Millennial Muslim Females. Journal Of Islamic Marketing,
Emerald Publishing Limited, 1759-0833. Doi : 10.1108/JIMA-01-2019-
0014.
Nurfitriana, Silvia dan Francy Iriani. Citra Merek, Kualitas Produk, Harga dan
Pengaruhnya Pada Minat Beli Ulang Produk Kecantikan Wardah. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, SEBATIK 2621-069X.
Kusnandar, Imam Suroso, dan Adi Prasodjo. 2015. Pengaruh Citra Merek Dan
Kesadaran Label Halal Produk Kosmetik La Tulipe Terhadap Minat
Konsumen Untuk Membeli Ulang Di Kota Banyuwangi. Artikel Ilmiah
Mahasiswa.
Yoesmanam, Indiarto Candra. 2015. Pengaruh Pengetahuan Produk dan Persepsi
Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada Kosmetik Organik.
Jurnal Bisnis dan Manajemen (BISMA), Volume 7 No. 2.
Tarigan, Eka Dewi Setia. 2016. Pengaruh Gaya Hidup, Label Halal, dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah Pada Mahasiswa
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Medan Area
Medan. Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen, Vol. 3 No. 1. ISSN :2407-
2648 E-ISSN :2407-263X.
Sari, Fenti Mayang, Andy Makhrian, dan Khairil Buldani. 2018. Pengaruh Label
Halal dan Harga Terhadap Keputusan Membeli Produk Kosmetik Wardah
(Studi Pada Mahasiswi Prodi Manajemen Universitas Bengkulu). Jurnal
Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1.
Anggraeni, Maya. 2016. Pengaruh Persepsi Label Halal, Citra Merek (Brand
Image), dan Word Of Mouth (WOM) Terhadap Minat Beli Ulang Produk
(Studi Kasus pada Restoran Solaria Ambarukmo Plaza Yogyakarta)
[skripsi]. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Nursari, Nenden Tresna. 2018. Pengaruh Iklan, Citra Merek dan Promosi
Penjualan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Lipstik Wardah (Studi
pada Pengunjung Store Wardah di Bandar Lampung) [skripsi]. Bandar
Lampung Universitas Bandar Lampung.
Putri, Jiemi Niki. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli
Ulang Kosmetik Wardah (Studi Empiris pada Mahasiswi Universitas
Muhammadiyah Surakarta) [skripsi]. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

41 | P a g e
Soleha, Illiatus, Rois Arifin dan Afi Rahmad S. Pengaruh Citra Merek dan
Persepsi Label Halal Terhadap Minat Pembelian Ulang Produk Kosmetik
Zoya Malang, e – Jurnal Riset Manajemen Prodi Manajemen.

42 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai