Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU LINGKUNGAN DAN MIGRASI BENCANA

EKOFEMINISME

DOSEN PENGAMPU : Dr. Syahril, S.Si., M.H., M.T

DISUSUN OLEH

RIBKA ISABELLA SARAGIH (2305113589)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

T.A 2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis mengucapkan rasa puji syukur Penulis
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia- Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah di mata kuliah Ilmu Lingkungan dengan
judul “Ekofeminisme”.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dr.


Syahril, S.Si., M.H., M.T yang menjadi dosen pengampuh mata kuliah Ilmu
Lingkungan dan Migrasi Bencana yang telah memberikan banyak bimbingan
kepada mahasiswa selama proses pembelajaran mata kuliah ini. Tak lupa juga
kami mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah memberikan
bantuan yang besar terhadap terselesainya tugas ini.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan
baik dalam penulisan dan tata bahasa yang penulis gunakan dalam makalah
ini. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna kesempurnaan makalah ini di masa yang akan mendatang.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI …………………………………………………….……………..……iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH..................................................................................1
3. MANFAAT........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
1. PENGERTIAN DAN SEJARAH EKOFEMINISME...................................2
2. CIRI – CIRI EKOFEMINISME.....................................................................3
3. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN EKOFEMINISME.............................4
4. UPAYA PENGGERAKAN EKOFEMINISME.............................................4
BAB III PENUTUP.......................................................................................................6
1. KESIMPULAN.................................................................................................6
2. SARAN..............................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perempuan dalam satu sisi seringkali
dikaitkan dengan suatu istilah yang mengenai
posisinya dalam media yaitu ketidakadilan.
Ketidakadilan terhadap Perempuan dalam
lingkungan pertama kali dari pengertian adanya
ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia
terhadap yang non manusia atau dengan kata
lain terhadap alam lingkungan sekitar. Bumi
adalah perwujudan “Ibu Pertiwi”, simbolisasi
ini menempatkan kedudukan bumi sebagai
kerahiman yang penuh kasih. Ia menjadi
pelindung isinya termasuk manusia di Sifat
pengasih dan pelindung seringkali dikontruksi
sebagai sifat alam yang mana kedua sifat ini
identic dengan sifat-sifat feminim.
Cara pandang yang hierarkis
masyarakat seolah menghantarkan perempuan
pada posisi yang rendah dan menempatkan laki-
laki sebagai pemegang dominasi dalam berbagai
aspek dan bidang. Klasifikasi berdasarkan
gender ini terus berlanjut menjadi permasalahan
yang tidak disadari oleh masyarakat. Pokok
persoalan mengapa krisis lingkungan yang
terjadi terletak pada kesalahan cara pandang
manusia tentang dirinya, alam, dan hubungan
antara manusia dengan alam dalam keseluruhan
alam semesta. Manusia keliru memandang alam
dan keliru menempatkan diri dalam konteks
alam semesta seluruhnya.Oleh sebab itu, krisis
lingkungan hanya bisa diatasi dengan
melakukan perubahan fundamental pada cara
pandang dan perilaku manusia (Keraf, 2006:
123).
2. RUMUSAN MASALAH

1
Adapun rumusan masalah yang disusun oleh penulis :
 Apa yang dimaksud ekofeminisme dan jelaskan dengan rinci?
 Apa ciri – ciri pandangan ekofeminisme?
 Apa kelebihan dan kekurangan teori ekofeminisme?
 Apa Upaya pergerakan ekofemisme?

3. MANFAAT
 Mahasiswa mampu mengikuti tugas mata kuliah Ilmu Lingkungan dan
Migrasi Bencan sebagai syarat dari efektifnya proses pembelajaran.
 Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian dan ciri–
ciriEkofeminisme
 Mahasiswa mengetahui kelebihan dan kekurangan teori ekofeminisme
 Mahasiswa mengetahui upaya penggerakan ekofeminisme

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN DAN SEJARAH EKOFEMINISME
Ekofeminisme merupakan salah satu cabang dari gerakan feminisme yang
berbicara tentang hubungan antara perempuan dan lingkungan sebagai dasar analisis
dan praktiknya. Ekofeminisme sendiri berasal dari ekosistem kata ekologi dan
feminisme. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh seorang tokoh feminis asal
perancis Francoise d'Eaubonne pada tahun 1974. Apabila dijabarkan, ekologi
merupakan sebuah kajian yang menaruh perhatian pada keterkaitan antara
kehidupan manusia dan lingkungannya, sedangkan feminisme adalah gerakan yang
bertujuan untuk melindungi hak-hak perempuan. Perempuan dan alam memiliki
kesamaan sebagai sumber penghidupan karena kemampuannya dalam melahirkan
kehidupan. Namun, kesamaan simbolik ini juga yang menyamakan perempuan dan
alam sebagai kaum yang dibesarkan oleh manusia yang berciri maskulin.
Ekofeminisme adalah sebuah gerakan filosofis dan sosial yang berusaha
mengeksplorasi dan membahas hubungan antara penindasan perempuan dan
eksploitasi lingkungan. Gerakan ini muncul pada tahun 1970-an sebagai respons
terhadap keprihatinan yang saling bersinggungan antara feminisme dan
environmentalisme, yang mengakui bahwa perempuan dan alam secara historis
telah dipinggirkan dan didominasi dalam Masyarakat patriarki.

2
Ekofeminisme berasal dari berbagai disiplin ilmu, termasuk etika
lingkungan, teori feminis, ekologi sosial, dan aktivisme politik. Ekofeminisme
mengakui pentingnya merangkul pemahaman yang holistik dan saling berhubungan
tentang dunia, yang mengakui saling ketergantungan antara manusia dan lingkungan
alam. Salah satu konsep utama dalam ekofeminisme adalah gagasan "etika
kepedulian". Perspektif ini menekankan nilai-nilai pengasuhan, empati, dan
keterkaitan, yang secara tradisional dikaitkan dengan peran perempuan dalam
pengasuhan. Para ekofeminis berpendapat bahwa pergeseran ke arah praktik-praktik
yang lebih peduli dan berkelanjutan diperlukan untuk mengatasi krisis lingkungan
yang kita hadapi saat ini.
Posisi dari ekofeminis sendiri disebut dalam ' Post-Victimology Stance
'(Shiva 1989) yang memercayai bahwa perempuan mampu memobilisasi
perlindungan untuk lingkungan. Ekofeminis memercayai bahwa perempuan
memiliki kedekatan dengan alam untuk memimpin mereka untuk bertahan dan
berlindung. Ekofeminisme hadir dengan konsep (1) wanita adalah makhluk yang
lembut, tidak galak, dan penuh perhatian terhadap lingkungan, termasuk dalam
sastra; (2) Wanita adalah pelaku sastra ekologis yang ramah lingkungan (Endraswara,
2016: 221).

Berbicara tentang ekofeminisme berarti kita berbicara tentang


ketidakadilan yang diterima alam dan perempuan akibat konstruksi budaya patriarki
yang berkembang di masyarakat. Pembangunan di banyak negara telah menjadikan
alam dan perempuan sebagai korban dari dampak buruk yang ditimbulkan oleh
kebijakan pemerintah. Misalnya adalah kemiskinan. Kemiskinan dapat
menimbulkan dampak pada kesehatan perempuan dan juga rawannya kekerasan
pada perempuan. Oleh karena itu, pembangunan suatu negara harus didasarkan pada
pertimbangan pada kondisi generasi mendatang. Keterlibatan perempuan dalam
pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan juga diharapkan mampu
mewakili peran dan kepentingan kaum perempuan. Berangkat dari hal tersebut,
tentunya perempuan memiliki peran yang besar dalam penjagaan lingkungan.
Meskipun demikian, bukan berarti perempuan menjadi satu-satunya pihak yang
memiliki tanggung jawab atas hal tersebut. Baik laki-laki maupun perempuan,
tentunya memiliki kewajiban yang sama dalam merawat dan melestarikan
lingkungan. Karena ekofeminisme merupakan sebuah gerakan sosial ( social
Movement ), maka perubahan ini harus dilakukan bersama-sama oleh semua elemen
masyarakat.
Alam memang kerap dikaitkan karena dekat dengan sosok perempuan baik
secara konseptual, simbolik dan lingusitik. Contohnya adalah istilah Ibu Bumi atau

3
Ibu Pertiwi yang menggambarkan sifat feminin yaitu menyayangi, merawat dan
menghidupi. Ibu bumi menjadikannya seolah-olah perempuan dan alam harus
dirawat dan dilindungi, namun tidak berarti mengembalikan perempuan di ranah
domestik. Mitos-mitos seperti kisah Dewi Sri (Jawa dan Bali) membuktikan bahwa
meskipun dahulu negara-negara tersebut tidak saling terhubung, namun mereka
memiliki kesamaan yaitu sama-sama menjadikan perempuan dan alam sebagai
simbol dari sumber kehidupan. Contoh penamaan lain istilah alam dengan nama
perempuan adalah badai katarina, aurora dan bumi pertiwi.
2. CIRI – CIRI EKOFEMINISME
Ciri-ciri yang paling jelas mengenai
pandangan ekofeminisme ini adalah:

 Pola pikir berdasarkan nilai hirarkis. Pola pikir ini berupa memberikan nilai,
status, dan prestise yang lebih tinggi kepada yang memiliki kelas lebih tinggi
daripada kelas bawah.
 Adanya dualisme nilai. Misalnya, pasangan yang berbeda tidak dianggap sebagai
satu sama lain yang saling melengkapi namun dianggap sebagai kontradiksi dan
eksklusif. Selain itu juga menempatkan diri lebih tinggi dibandingkan yang lain.
 Memiliki dominasi logika. Dimana strukturasi yang menuju pada pembenaran
adanya subordinasi.
3. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN EKOFEMINISME
Pemikiran ekofeminisme memiliki kelebihan, yaitu dapat membantu
menyadarkan masyarakat bahwa akar permasalahannya terhadap alam dan
perempuan bersumber pada budaya patriarki. Struktur patriarki menghancurkan
lingkungan karena tidak memberikan peran secara manusiawi terhadap perempuan
dan tidak memikirkan kelestarian lingkungan (Darmawati, 2002). Ekofeminisme
berhasil mendekonstruksi pola pikir patriarki yang menindas perempuan dan alam.
Kelemahan pandangan ekofeminisme adalah terlalu memberikan nilai
tinggi pada kualitas perempuan dan bersikap apriori negatif terhadap kualitas
maskulin dapat memunculkan hirarki baru. Selain itu ekofeminisme melakukan
generalisasi dan universalisasi terhadap nilai-nilai feminimitas secara seragam
melekat pada semua perempuan. Pada kenyataan pertumbuhan nilai lebih banyak
dipengaruhi oleh pendidikan dan pengalaman hidupnya.(Bernadus, 2011:117).
4. UPAYA PENGGERAKAN EKOFEMINISME
Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menggerakkan ekofeminisme yaitu
pertama, adalah memberikan edukasi tentang lingkungan hidup. Pendidikan menjadi

4
dasar dari sebuah gerakan. Tanpa adanya pengetahuan, kita tidak akan bisa
memahami hakikat sebuah perjuangan. Adanya pemahaman dan sikap kritis pro
aktif akan menimbulkan rasa kepekaan pada sebuah fenomena yang terjadi.
Kedua adalah rekonstruksi pemikiran. Dalam membangun paradigma ekofeminisme
hendaknya didefinisikan sebagai perjuangan untuk mengembalikan rasa hormat
terhadap alam dan perempuan. Nilai-nilai feminitas juga sudah seharusnya menjadi
kekuatan moral dalam memecahkan masalah ekologis.
Ketiga adalah terbentuknya watak hukum yang kuat. Sebelum dirumuskan, sebuah
aturan hukum kiranya perlu diwacanakan secara rasional dan demokratis agar dapat
memberikan keadilan pada seluruh lapisan masyarakat.
keempat adalah penerapan sistem 3R atau reuse (penggunaan Kembali),
pengurangan (mengurangi,) dan recycle (daur ulang). Meskipun tindakan sederhana,
penerapan sistem ini dapat memberikan dampak yang signifikan dalam mengatasi
permasalahan sampah.
Gerakan Ekofeminisme dalam tataran praksis relatif banyak di dunia Barat,
terutama berhubungan dengan pola pikir yang didasarkan perhatian pada alam.
Walaupun begitu, para ekofeminisme sepakat bahwa fokus dari wacana lingkungan
dan perempuan bukan terletak pada kedekatan antara perempuan/alam sebagai
model yang lebih baik daripada budaya laki-laki/lingkungan. Maksudnya, tradisi
dan nilai-nilai perempuan dianggap mempunyai nilai lebih sehingga model
lingkungan hidup yang mengadopsi nilai-nilai feminis akan lebih baik bagi sistem
lingkungan hidup secara keseluruhan. Sementara dalam tataran praktis gerakan
ekofeminisme masih marak di Barat, sedang di Indonesia, corak gerakan
ekofeminisme ini belum kuat pengaruhnya di kalangan feminis Indonesia
dibandingkan pengaruh gerakan liberal dan feminisme marxis-sosialis, corak
feminisme yang diusung Kartini misalnya adalah lebih dominan unsur
keharmonisan antara laki-laki dan perempuan, corak feminisme Kartini lebih dekat
dengan ekofeminisme, meskipun tidak identik. Dapat dikatakan, pemikiran Kartini
bercorak ekofeminisme dengan nuansa Jawa-Islam.

5
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Ekofeminisme merupakan salah satu cabang dari gerakan feminisme yang


berbicara tentang hubungan antara perempuan dan lingkungan sebagai dasar analisis
dan praktiknya. Ekologi merupakan sebuah kajian yang menaruh perhatian pada
keterkaitan antara kehidupan manusia dan lingkungannya, sedangkan feminisme
adalah gerakan yang bertujuan untuk melindungi hak-hak perempuan. Perempuan
dan alam memiliki kesamaan sebagai sumber penghidupan karena kemampuannya
dalam melahirkan kehidupan.
Ekofeminis memercayai bahwa perempuan memiliki kedekatan dengan
alam untuk memimpin mereka untuk bertahan dan berlindung. Ekofeminisme hadir
dengan konsep (1) wanita adalah makhluk yang lembut, tidak galak, dan penuh
perhatian terhadap lingkungan, termasuk dalam sastra; (2) Wanita adalah pelaku
sastra ekologis yang ramah lingkungan (Endraswara, 2016: 221).
2. SARAN

6
Penulis berharap pembaca dapat
mengetahui dan memahami materi
Ekofeminisme ini terutama pada pemahaman
dasar mengenai pengertian Ekofeminisme,
Kelebihan dan kelemahan serta Upaya
penggerakan Ekofeminisme karena pada materi
ini diperlukan dalam kehidupan sehari – hari
bagaimana Tindakan kita kepada lingkungan
alam. Jika ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini penulis mengharapkan kritikan atau
saran dari pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA
Arivia, Gadis. 2002. “Ekofeminisme: Lingkungan Hidup Berurusan dengan
Perempuan”. Jurnal Perempuan. No. 21. hal. 111-120.
Astuti, Tri Marhaeni Pudji, ‘Ekofeminisme Dan Peran Perempuan Dalam
Lingkungan’, Indonesian Journal of Conservation, 1.1 (2012), 49–60.
Darmawati, Intan. 2002. “Dengarlah Tangisan Ibu Bumi! Sebuah Kritik
Ekofeminisme atas Revolusi Hijau”, dalam Jurnal Perempuan. No. 21.
hal. 7-24.
Endraswara, S. (2016). SASTRA EKOLOGIS: Teori dan Praktik Pengkajian (Ke-
1st ed.). CAPS (Center For Academic Publishing Service).
Keraf, AS. (2006). Etika Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada. (2022, Maret 11).
Perempuan dan Pelestarian Lingkungan. Yogyakarta, DI Yogyakarta,
Indonesia.
Satmaidi, Edra, ‘Konsep Deep Ecology Dalam Pengaturan Hukum Lingkungan’,
Supremasi Hukum: Jurnal Penelitian Hukum, 24.2 (2015), 192–105
https://doi.org/10.33369/jsh.24.2.192-105

Anda mungkin juga menyukai