Anda di halaman 1dari 4

REVIEW MATERI EKOLOGI DAN KEADILAN SOSIAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Imam Santosa, M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Andree Satrio

Program Studi : Magister Ilmu Lingkungan

NIM : P2A019001

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 2020
A. Isi Perkuliahan
Untuk mewujudkan masyarakat yang mennganut azas keberlanjutan, maka perlu
adanya perpaduan perspektif Ekologi dan Keadilan Sosial. Dalam penerapannya
kedua perspektif tidak boleh saling dominan, dan perlu menyadari kelemahan
perspektifnya dan mengakui keunggulan lainnya demikian juga sebaliknya.

 Menurut Jim Ife dan Frank Tesoreiro, Terjadi kritik perspektif keadilan sosial
terhadap prinsip Ekologi.

 Perspektif Ekologis kurang mengandung prinsip-prinsip keadilan sosial dan


HAM. Perspektif ekologis dinilai gagal menangani isu-isu perubahan
struktural dan melegitimasi praktek-praktek yang konservatif. Konsep-konsep
mendasar keadilan sosial, seperti gender, etnisitas, dan kelas, sering terabaikan
dalam perspektif ekologis. Kalau muncul hanya di permukaan saja.
 Feminimasi isu lingkungan. Ditemukan banyak publikasi tentang cara-cara
merubah dunia dan menyelamatkan planet bumi terkonsentrasi pada hal-hal
yang seolah kecil, namun bisa berdampak besar. Contoh :
a. Membersihkan rumah
b. Mengendalikan hama secara hayati di rumah
c. Menentukan kemasan belanja
d. Menyiapkan makanan

 Hal Positif dari adanya Feminisme yaitu :


Perubahan besar tentang kelembagaan lingkungan bermula dari perempuan-
perempuan tradisional yang hidup di perdesaan, karena disanalah perempuan
banyak terlibat. Karena pada dasarnya secara tidak langsung pekerjaan harian
yang dilakukan oleh perempauan, berhubungan dengan penataan linngkungan
jadi perempuan dianggap dan menganggap diri mereka paham akan hal
kelembagaan lingkungan.
 Kritik Ekologis dari Perspektif Keadilan Sosial
 Kaum ekonom tradisional selalu berpedoman untuk menggenjot
kesejahteraan melalui pertumbuhan ekonomi. Oleh karenanya Kaum
Sosialis kesulitan untuk mengerem/mereduksi tingkat konsumsi kaum
kaya (the have), pada hal itu menjadi sumber kerusakan lingkungan
yaitu hasrat yang terus menerus untuk menaikkan konsumsi. There is
uncertainty relation between the level of income with happiness.
 Menurut perspeltif keadilan sosial pemenuhan orang untuk full job
adalah mutlak, namun bagi perpetif ekologis full job and full
employement adalah bagian dari kerusakan.
 Janji Integrasi antara Perspektif Ekologis dan Perspektif Keadilaan Sosial
 Kedua perspektif sama-sama memiliki kesamaan ingin mencapai
lingkungan hidup yang lebih baik
 Pentingnya reevaluasi dan dialog antara keduanya khususnya dalam
konteks lapangan kerja dan lingkungan hidup agar ada padanan yang
serasi
 Dari perspektif ekologis dan perspektif keadilan soisal melahirkan prinsip-
prinsip sebagai berikut :
 Keberlanjutan sosial
 Memadukan yang sosial dan yang non sosial
 Kesetaraan antar generasi
 Keadilan global
 Keadilan Ekosentris
 Hak Lingkungan hidup
 Kewajiban global dan lingkungan hidup

 diadopsi oleh beberapa negara di dunia sebagai langkah preventih kejadian yang
sama agar tidak terulang.
B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari materi “Ekologi dan Keadilan Sosial” adalah :
1. Menurut Jim Ife dan Frank Tesoreiro, Terjadi kritik perspektif keadilan sosial
terhadap prinsip Ekologi begitupun sebaliknya. Hal tersebut yang membuat
kedua perspektif sulit untuk berjalan serasi berdampingan
2. Kaum feminisme secara tidak langsung melakukan kegiatan sehari-hari yang
berhubungan dengan mengelola lingkungan. Hal tersebut membuat banyak
perubahan pada sturuktural kelembagaan lingkungan.
3. Dari perspektif ekologis dan perspektif keadilan soisal melahirkan prinsip-
prinsip yang menjadi jalan tengah bagi kelembagaan dalam pengelolaan
lingkungan
 Perlu strategi pengembangan kota nasional yang menempatkan kota
sebagai sistem yang saling menunjang, antara sistem demografi, sistem
fungsional dan sistem geografis fisis.
 Memfungsikan kota-kota sebagai tempat pengembangan wilayah
sekitarnya.
 Pengembangan kota-kota yang berwawasan lingkungan hidup. Dengan
demikian kelangsungan sumberdaya bisa berjalan beriringan.
3. Perlu melibatkan masyarakat dalam melakukan pembangunan sehingga
masyarakat mempunyai rasa memiliki (self of belongingness). Dengan demikian
masyarakat akan menjaga apa yang menjadi miliknya juga.
4. Namun Idealnya dalam konteks pembangunan Infrastruktur juga perlu adanya
keseimbangan antara pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
pengembangan lingkungan binaan (artificial environment).

C. Daftar Pustaka
Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. 2008. Community Development: Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai