Anda di halaman 1dari 16

EKOFEMINISME

Dosen Pengampu :
Nunik Ekawandani

Disusun Oleh :
Rian Syach A (30621032)
Randi Sutriaman (30621060)
Syauqi Nabil G (30621043)
M. Haidar R (30621019)
Nizar Faiz (30621025)
Henry Yanwar (30621047

UNIVERSITAS WANITA INTERNASIONAL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI DKV
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, penulis menyampaikan salam dan salam sejahtera bagi kita semua.

Kami ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas kesempatan dan
dukungan yang diberikan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Makalahl ini disusun
sebagai langkah awal untuk mewujudkan ide dan konsep yang kami yakini memiliki potensi
besar dalam memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar.

Dalam rangka mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, kami merasa
perlu untuk merinci rencana dan gagasan yang telah kami susun secara matang. Makalah ini
mencakup latar belakang, tujuan, manfaat, serta langkah-langkah yang akan diambil untuk
mencapai hasil yang diharapkan.

Semua usaha ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung proses penyusunan makalahl ini. Semoga ide dan upaya yang kami
perjuangkan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perkembangan yang
berkelanjutan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan masukan dan saran yang
membangun. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak agar makalah ini dapat terus ditingkatkan dan menjadi landasan yang kuat untuk
pelaksanaan rencana di masa depan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat menjadi langkah awal yang positif dan bermanfaat
bagi semua pihak yang terlibat. Dengan penuh harap, kami menyerahkan proposal ini untuk
dipertimbangkan dan dilaksanakan demi terwujudnya visi dan misi yang telah kami susun.

Terima kasih.

Bandung, 26 November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................4
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
LANDASAN TEORI.....................................................................................................................6
2.1 Sejarah Ekofeminisme...........................................................................................................11
2.2 Hubungan Antara Perempuan dan Alam...........................................................................11
2.3 Dampak Lingkungan Terhadap Kesehatan Perermpuan.................................................11
2.4 Masa Depan Ekofeminisme...................................................................................................11
2.5 Tantangan Dan Peluang........................................................................................................11
2.6 Peran Penting.........................................................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
A. KESIMPULAN........................................................................................................................11
B. SARAN.....................................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ekofeminisme adalah suatu paham yang menyoroti keterkaitan antara perempuan dan
alam, terutama dalam konteks ketidakberdayaan dan ketidakadilan perlakuan terhadap
lingkungan. Paham ini menekankan bahwa perempuan dan alam seringkali menjadi korban dari
dominasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh struktur sosial dan budaya. Ekofeminisme juga
menyoroti dampak dari kerusakan lingkungan terhadap perempuan secara global, serta
mengaitkan dominasi antar manusia dengan hubungannya terhadap lingkungan yang
mengakibatkan penderitaan bagi manusia dalam bentuk kerusakan lingkungan hidup.Pemikir
ekofeminis menggunakan konsep gender untuk menganalisis hubungan antara manusia dan alam.
Mereka berpendapat bahwa sebagian besar masalah lingkungan dapat ditelusuri kembali ke
prioritas global yang dianggap maskulin, dan bahwa perempuan secara tidak proporsional
dipengaruhi oleh isu-isu lingkungan.
Ekofeminisme juga menyoroti fakta bahwa perempuan di seluruh dunia biasanya
memiliki lebih sedikit kekayaan moneter dan lebih bergantung pada lingkungan alam, sehingga
lebih cenderung terdampak oleh perubahan iklim.Selain itu, ekofeminisme menarik perhatian
pada fakta bahwa perempuan secara tidak proporsional dipengaruhi oleh isu-isu lingkungan.
Menurut satu laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, karena wanita di seluruh dunia
biasanya memiliki lebih sedikit kekayaan moneter dan lebih bergantung pada lingkungan alam,
mereka lebih cenderung tergusur oleh perubahan iklim dan harus melakukan perjalanan lebih
jauh untuk sumber daya, seperti air, karena musim kemarau meluas.Ekofeminisme juga
menyoroti bahwa perempuan lebih banyak terpapar radiasi dibandingkan pria. Para pemikir
ekofeminis juga menekankan bahwa dominasi maskulin telah menyebabkan renggangnya alam
dan budaya, yang berdampak buruk pada kelompok-kelompok yang terpinggirkan serta alam itu
sendiri.Dalam praktiknya, ekofeminisme mendorong kesetaraan akses, peningkatan kondisi
hidup, menjaga hak setiap makhluk hidup, mengurangi dan menghapuskan perlakuan keji
terhadap makhluk hidup, menghormati keberagaman dan sumbangan dari semua makhluk hidup,
serta meregulasi kependudukan. Konsep ini juga menekankan perlunya mengakhiri permainan
kekuatan, dan mulai berbagi serta membangun solidaritas antar penghuni bumi, sehingga setiap
penghuni dapat tinggal dengan aman dan damai bersama-sama.
Ekofeminisme merupakan gerakan sosial dan politik yang memadukan advokasi
lingkungan dengan perjuangan hak perempuan. Gerakan ini memandang lingkungan sebagai
ruang hidup yang bersamaan untuk semua makhluk hidup. Ekofeminisme diilhami oleh tokoh-
tokoh seperti Vandana Shiva, Wangari Mathai, dan Aleta Baun, yang menggabungkan teori
tentang ekologi dan feminisme. Mereka memandang kemerosotan alam sebagai kemerosotan
prinsip feminitas, yang disebabkan oleh sistem patriarki-kapitalis. Ekofeminisme mendorong
peran perempuan dalam advokasi lingkungan dan memperjuangkan keadilan gender serta
kelestarian lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana ketidaksetaraan gender mempengaruhi akses perempuan terhadap sumber daya
alam dan pengambilan keputusan terkait lingkungan?
2. Apa dampak dari ketidaksetaraan tersebut terhadap keberlanjutan ekosistem dan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengidentifikasi dan menganalisis dampak konkrit dari ketidaksetaraan gender terhadap
pemanfaatan sumber daya alam dan keberlanjutan ekosistem.
2. Menilai peran perempuan dalam menghadapi tantangan lingkungan dan bagaimana
pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan upaya pelestarian alam.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Ekofeminisme
Ekofeminisme adalah gerakan sosial dan politik yang memadukan advokasi lingkungan
dengan perjuangan hak perempuan. Gerakan ini memandang lingkungan sebagai ruang hidup
yang bersamaan untuk semua makhluk hidup. Ekofeminisme diilhami oleh tokoh-tokoh seperti
Vandana Shiva, Wangari Mathai, dan Aleta Baun, yang menggabungkan teori tentang ekologi
dan feminisme. Mereka memandang kemerosotan alam sebagai kemerosotan prinsip feminitas,
yang disebabkan oleh sistem patriarki-kapitalis. Ekofeminisme mendorong peran perempuan
dalam advokasi lingkungan dan memperjuangkan keadilan gender serta kelestarian lingkungan.
Sejarah ekofeminisme dimulai pada tahun 1970-an, ketika gerakan feminis dan gerakan
lingkungan mulai berkembang pesat. Pada saat itu, para aktivis feminis mulai menyadari bahwa
perempuan dan alam seringkali diperlakukan dengan cara yang sama oleh sistem patriarki-
kapitalis. Mereka menyadari bahwa perempuan dan alam seringkali dieksploitasi dan
diperlakukan sebagai objek yang dapat dimanfaatkan semata-mata untuk kepentingan ekonomi.
Pada tahun 1980-an, gerakan ekofeminisme semakin berkembang dan mulai menarik
perhatian dunia internasional. Pada tahun 1985, Vandana Shiva, seorang aktivis lingkungan dan
feminis asal India, memperkenalkan konsep ekofeminisme dalam bukunya yang berjudul
"Staying Alive: Women, Ecology, and Development". Konsep ini kemudian menjadi dasar bagi
gerakan ekofeminisme di seluruh dunia.
Tujuan dari gerakan ekofeminisme adalah untuk memperjuangkan keadilan gender dan
kelestarian lingkungan. Gerakan ini mendorong peran perempuan dalam advokasi lingkungan
dan memperjuangkan hak-hak perempuan serta kelestarian lingkungan.
Sejarah perkembangan ekofeminisme ini dapat dibagi menjadi beberapa tahapan
2.1.1 Kelahiran Ekofeminisme
Kelahiran ekofeminisme terjadi sekitar tahun 1974 dalam buku karya Francoise
d’Eaubonne yang berjudul Le Feminisme ou la Mort. Ekofeminisme adalah istilah yang
menggabungkan perspektif feminis dengan masalah ekologi. Gerakan ini menyesuaikan kritik
ekologi dengan kritik gender yang tertuju pada ilmu pengetahuan Barat yang berciri dualistik,
cenderung didominasi teknologi, dan buta gender. Dalam konteks ini, ekofeminisme menjadi
sumber daya yang kuat untuk mengkaji bagaimana sistem patriarki-kapitalis berdampak pada
kuasa sapi dan kekuatan alam.
Ekofeminisme mengkaji bagaimana kuasa patriarki berdampak pada ekspoitasi dan
kekerasan terhadap alam. Gerakan ini membangun kritik terhadap ilmu pengetahuan Barat yang
berdasarkan pemisahan antara teknologi dan alam, serta fokus pada penggunaan teknologi
sebagai cara untuk mengatasi masalah ekologi. Dalam konteks ekofeminisme, teknologi
dianggap sebagai salah satu dengan banyak peranekonomian dan patriarki yang disebabkan oleh
sistem melanda-melanda.
Beberapa poin penting dalam kelahiran ekofeminisme meliputi
1. Penggabungan perspektif feminis dengan masalah ekologi.
2. Kritik terhadap ilmu pengetahuan Barat yang berdasarkan pemisahan antara teknologi
dan alam.
3. Fokus pada penggunaan teknologi sebagai cara untuk mengatasi masalah ekologi.
4. Peranekonomian dan patriarki yang disebabkan oleh sistem melanda-melanda.
Dalam beberapa tahun terakhir, ekofeminisme telah menarik perhatian kita di seluruh
dunia. Beberapa tokoh terkemuka dalam gerakan ekofeminisme meliputi Vandana Shiva,
Wangari Mathai, dan Aleta Baun. Mereka menggabungkan teori tentang ekologi dan feminisme,
serta membangun konsep ekofeminisme yang mengacu pada kemerosotan prinsip feminitas yang
disebabkan oleh sistem patriarki-kapitalis
2.1.2 Pemikiran ekofeminisme
Ekofeminisme menyatakan bahwa perempuan memiliki kedekatan dengan alam untuk
memimpin mereka untuk bertahan dan berlindung. Ekofeminisme menunjikan bahwa dominasi
atas alam secara langsung berkaitan dengan faktor ekonomi, budaya, psikologi yang
menciptakan hirarki, dan dalam praktiknya menindas perempuan serta mengeksploitasi ala.
Ekofeminisme, sebagai kerangka pemikiran yang mengintegrasikan perspektif ekologi
dan feminisme, mengusung gagasan bahwa perempuan memiliki kedekatan yang khusus dengan
alam yang mendorong mereka untuk memainkan peran penting dalam melindungi dan
mempertahankan lingkungan. Dasar pemikiran ini bersumber dari pandangan bahwa perempuan
secara historis terlibat secara intensif dalam aktivitas-aktivitas yang secara langsung terkait
dengan keberlanjutan alam, seperti pertanian, pengelolaan sumber daya, dan pemeliharaan
kehidupan sehari-hari.
Ekofeminisme menyoroti bahwa dominasi atas alam tidak terlepas dari sistem-sistem
sosial yang lebih luas, termasuk ekonomi, budaya, dan psikologis. Adanya ketidakseimbangan
kekuasaan ini menciptakan hirarki yang tidak hanya menindas perempuan, tetapi juga
mengeksploitasi alam. Ketidaksetaraan gender dan eksploitasi lingkungan dipandang sebagai dua
sisi dari koin yang sama, yang tumbuh dari struktur kekuasaan patriarki yang mendominasi
banyak masyarakat.
Dalam praktiknya, ekofeminisme mencoba menyatukan gerakan perempuan dan gerakan
lingkungan dengan menyelidiki hubungan mendalam antara pemiskinan, ketidaksetaraan gender,
dan kerusakan lingkungan. Gagasan bahwa perempuan, sebagai kelompok yang seringkali
terpinggirkan, dapat memainkan peran sentral dalam perjuangan melawan degradasi lingkungan
menjadi poin penting. Perempuan dianggap memiliki wawasan alamiah terhadap keberlanjutan
dan perawatan terhadap kehidupan, yang kemudian dapat memberikan kontribusi positif
terhadap upaya pelestarian dan pemulihan ekosistem.
Ekofeminisme, sebagai pemikiran yang terus berkembang, tidak hanya menyoroti
masalah, tetapi juga mencoba menawarkan solusi dan alternatif konkret. Pemberdayaan
perempuan, pengakuan nilai-nilai perawatan dalam kebijakan, dan restrukturisasi sistem
ekonomi yang tidak berkelanjutan menjadi beberapa dari banyak langkah yang diusulkan oleh
ekofeminisme untuk mencapai harmoni antara manusia, perempuan, dan alam. Dengan
demikian, pemikiran ini mendorong dialog dan tindakan yang berkelanjutan menuju masyarakat
yang lebih adil dan berkelanjutan.
2.1.3 Gerakan ekofeminisme
Gerakan ekofeminisme dalam memutus mata rantai patriarki menjadi pelestari bumi
dengan membuatnya menjadi lebih baik dengan cara mengembalikan keadaannya seperti
semula. Ekofeminisme menerangkan tentang ketidakberdayaan perempuan dan kerusakan
lingkungan hidup secara global dalam pandangan struktur sosial dan budaya.
Gerakan ekofeminisme merupakan upaya untuk memutus mata rantai patriarki dengan
menjadikan pelestarian bumi sebagai fokus utama, dengan tujuan membuatnya menjadi lebih
baik dan mengembalikan keadaannya seperti semula. Ekofeminisme menerangkan tentang
ketidakberdayaan perempuan dan kerusakan lingkungan hidup secara global dalam pandangan
struktur sosial dan budaya. Gerakan ini menggabungkan kritik ekologi dengan kritik gender yang
tertuju pada ilmu pengetahuan Barat yang berciri dualistik, cenderung didominasi teknologi, dan
buta gender. Para ekofeminis menyatakan bahwa dominasi atas alam berkaitan dengan faktor
ekonomi, budaya, dan psikologi yang menciptakan hirarki, menindas perempuan, serta
mengeksploitasi alam.
Ekofeminisme berhasil mendekonstruksikan pola pikir patriarki yang menindas
perempuan dan alam. Gerakan ini juga mengubah cara pandang yang salah terhadap alam dan
perempuan, serta memberikan pemahaman yang lebih kontekstual dan membumi terkait dengan
etika lingkungan. Meskipun gerakan ekofeminisme masih marak di dunia Barat, di Indonesia,
corak gerakan ini belum kuat pengaruhnya. Ekofeminisme berhasil menyadarkan masyarakat
bahwa akar penindasan terhadap alam dan perempuan bersumber pada budaya patriarki.
2.1.4 Ekofeminisme dalam konteks antroposen
Ekofeminisme dalam konteks antroposen menyangkut relasi antara gerakan ekologi dan
gerakan ekofeminis yang saling memperkuat. Kehancuran ekologi tidak hanya akibat dari
pandangan praktik antroposentris, tetapi juga androposentris. Ekofeminisme mengupayakan
pemecahan masalah antara manusia dan alam, dengan mengangkat pengalaman perempuan
menjadi sumber pembelajaran baru dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Gerakan ini
menggabungkan kritik ekologi dengan kritik gender yang tertuju pada ilmu pengetahuan Barat
yang berciri dualistik, cenderung didominasi teknologi, dan buta gender. Para ekofeminis
menyatakan bahwa dominasi atas alam berkaitan dengan faktor ekonomi, budaya, dan psikologi
yang menciptakan hirarki, menindas perempuan, serta mengeksploitasi alam.
Ekofeminisme berhasil mendekonstruksikan pola pikir patriarki yang menindas
perempuan dan alam. Gerakan ini juga mengubah cara pandang yang salah terhadap alam dan
perempuan, serta memberikan pemahaman yang lebih kontekstual dan membumi terkait dengan
etika lingkungan. Meskipun gerakan ekofeminisme masih marak di dunia Barat, di Indonesia,
corak gerakan ini belum kuat pengaruhnya. Ekofeminisme berhasil menyadarkan masyarakat
bahwa akar penindasan terhadap alam dan perempuan bersumber pada budaya patriarki.
2.1.5 Ekofeminisme dalam filsafat lingkungan hidup
Vandana Shiva, seorang tokoh ekofeminisme, mengembangkan pemikiran ekofeminisme
dalam filsafat lingkungan hidup. Menurut Shiva, kemerosotan alam termasuk kemerosotan
prinsip feminitas, dan kerusakan ini disebabkan oleh adanya sistem patriarki-kapitalis. Shiva
menekankan bahwa pandangan antroposentris dan androposentris yang dominan dalam
masyarakat saat ini telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang semakin parah. Oleh karena
itu, ekofeminisme menawarkan solusi alternatif untuk memecahkan masalah antara manusia dan
alam, dengan mengangkat pengalaman perempuan menjadi sumber pembelajaran baru dalam
pengelolaan dan pelestarian lingkungan.
Shiva menekankan bahwa ekofeminisme menggabungkan kritik ekologi dengan kritik
gender yang tertuju pada ilmu pengetahuan Barat yang berciri dualistik, cenderung didominasi
teknologi, dan buta gender. Para ekofeminis menyatakan bahwa dominasi atas alam secara
langsung berkaitan dengan faktor ekonomi, budaya, psikologi yang menciptakan hirarki, dan
dalam praktiknya menindas perempuan serta mengeksploitasi alam. Karakteristik ide-ide
maskulin seperti perang dan kekerasan, diskriminasi, pandangan etnosentrik, yang difasilitasi
teknologi dan ilmu pengetahuan Barat dilihat oleh kaum ekofeminis menjadi ancaman besar atas
kesinambungan alam dan lingkungan.
Ekofeminisme dalam filsafat lingkungan hidup menawarkan pendekatan holistik dalam
kaitannya dengan prinsip feminitas dan ekologi. Pemikiran ekofeminisme memiliki kelebihan,
yaitu dapat membantu menyadarkan masyarakat bahwa akar penindasan terhadap alam dan
perempuan bersumber pada budaya patriarki. Struktur patriarki menghancurkan lingkungan
karena tidak memberikan peran secara manusiawi terhadap perempuan dan tidak memikirkan
kelestarian lingkungan. Ekofeminisme berhasil mendekonstruksikan pola pikir patriarki yang
menindas perempuan dan alam. Kajian etika ekofeminisme lebih kontekstual dan membumi
sehingga hasilnya dapat dengan mudah dipahami.
Meskipun gerakan ekofeminisme masih marak di dunia Barat, di Indonesia, corak
gerakan ini belum kuat pengaruhnya. Namun, gerakan ekofeminisme berhasil menyadarkan
masyarakat bahwa akar penindasan terhadap alam dan perempuan bersumber pada budaya
patriarki. Gerakan ini memberikan pemahaman yang lebih kontekstual dan membumi terkait
dengan etika lingkungan, sehingga dapat membantu memecahkan masalah antara manusia dan
alam.
Dalam sejarah perkembangan ekofeminisme, beberapa tokoh terkemuka di dunia, seperti
Vandana Shiva dari India, yang menghasilkan ide-ide ekofeminisme yang relevan dengan
konteks lokal dan budaya. Ekofeminisme telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan,
termasuk pendidikan, politik, dan praktik yang menghancurkan lingkungan.
2.2 Hubungan Antara Perempuan dan Alam
Hubungan antara perempuan dan alam telah menjadi fokus perhatian dalam gerakan
ekofeminisme. Pandangan ini menekankan keterkaitan erat antara perempuan dan lingkungan
hidup, serta bagaimana penindasan terhadap perempuan dan penindasan terhadap alam saling
terkait. Ekofeminisme menyoroti bahwa perempuan sering kali dianggap memiliki hubungan
yang erat dengan alam, dan persoalan lingkungan saat ini sangat tidak netral. Teori
ekofeminisme menyoroti penindasan yang terjadi terhadap perempuan dan alam, serta
menawarkan solusi alternatif untuk memecahkan masalah antara manusia dan alam dengan
mengangkat pengalaman perempuan sebagai sumber pembelajaran baru dalam pengelolaan dan
pelestarian lingkungan.
Vandana Shiva, seorang tokoh ekofeminisme, mengembangkan pemikiran ekofeminisme
dalam filsafat lingkungan hidup. Menurut Shiva, kemerosotan alam termasuk kemerosotan
prinsip feminitas, dan kerusakan ini disebabkan oleh adanya sistem patriarki-kapitalis. Shiva
menekankan bahwa pandangan antroposentris dan androposentris yang dominan dalam
masyarakat saat ini telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang semakin parah. Oleh karena
itu, ekofeminisme menawarkan solusi alternatif untuk memecahkan masalah antara manusia dan
alam, dengan mengangkat pengalaman perempuan menjadi sumber pembelajaran baru dalam
pengelolaan dan pelestarian lingkungan.
Ekofeminisme juga menyoroti bahwa dominasi atas alam berkaitan dengan faktor
ekonomi, budaya, dan psikologi yang menciptakan hirarki, menindas perempuan, serta
mengeksploitasi alam. Gerakan ini berhasil mendekonstruksikan pola pikir patriarki yang
menindas perempuan dan alam. Kajian etika ekofeminisme lebih kontekstual dan membumi
sehingga hasilnya dapat dengan mudah dipahami. Meskipun gerakan ekofeminisme masih marak
di dunia Barat, di Indonesia, corak gerakan ini belum kuat pengaruhnya. Namun, gerakan
ekofeminisme berhasil menyadarkan masyarakat bahwa akar penindasan terhadap alam dan
perempuan bersumber pada budaya patriarki. Gerakan ini memberikan pemahaman yang lebih
kontekstual dan membumi terkait dengan etika lingkungan, sehingga dapat membantu
memecahkan masalah antara manusia dan alam.
2.3 Dampak Lingkungan Terhadap Kesehatan Perempuan
Dampak lingkungan terhadap kesehatan perempuan sangatlah besar. Pencemaran
lingkungan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit pernapasan, kanker,
dan gangguan reproduksi. Perempuan lebih rentan terhadap dampak pencemaran lingkungan
karena peran sosial mereka yang lebih peka terhadap masalah lingkungan. Selain itu, perempuan
juga lebih sering terpapar zat-zat berbahaya karena pekerjaan mereka yang lebih banyak
berhubungan dengan rumah tangga dan pertanian. Pencemaran lingkungan juga dapat
mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan, seperti gangguan menstruasi, kesulitan hamil,
dan kelahiran prematur.
Selain dampak langsung terhadap kesehatan perempuan, kerusakan lingkungan juga
dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Pencemaran udara, air, dan
tanah dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti asma, kanker, dan penyakit jantung.
Pencemaran lingkungan juga dapat mempengaruhi kesehatan anak-anak, terutama pada masa
pertumbuhan dan perkembangan mereka.
Gerakan ekofeminisme menyoroti bahwa penindasan terhadap perempuan dan
penindasan terhadap alam saling terkait. Oleh karena itu, gerakan ini menawarkan solusi
alternatif untuk memecahkan masalah antara manusia dan alam dengan mengangkat pengalaman
perempuan sebagai sumber pembelajaran baru dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan.
Gerakan ini juga menekankan pentingnya kesetaraan gender dalam upaya pelestarian
lingkungan. Dengan memperkuat peran perempuan dalam gerakan lingkungan, diharapkan dapat
tercipta lingkungan yang lebih sehat dan lestari bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini
Dampak lingkungan terhadap kesehatan perempuan merupakan salah satu aspek penting dalam
konteks ekofeminisme. Beberapa poin penting terkait dengan hal ini adalah sebagai berikut :
a. Kesehatan Perempuan
Ekofeminisme menyoroti dampak lingkungan terhadap kesehatan perempuan.
Misalnya, kemiskinan dapat menimbulkan dampak pada kesehatan perempuan dan juga
rawannya kekerasan pada perempuan
b. Keterkaitan dengan Kesehatan
Ekofeminisme menekankan pada keterkaitan antara lingkungan dan kesehatan
perempuan. Hal ini mencakup dampak lingkungan terhadap kesehatan fisik dan mental
perempuan
c. Pengaruh Sistem Patriarki
Ekofeminisme menyoroti bagaimana sistem patriarki-kapitalis mempengaruhi
kesehatan perempuan dan lingkungan. Misalnya, kemerosotan alam termasuk
kemerosotan prinsip feminitas, dan kerusakan ini disebabkan oleh adanya sistem
patriarki-kapitalis
d. Pendidikan Lingkungan
Ekofeminisme menyoroti pentingnya pendidikan lingkungan untuk menyadarkan
masyarakat akan realitas yang ada, dan bahwa perempuan menempati posisi utama dalam
membantu menciptakan paradigma ekologi baru
e. Kritik terhadap Sistem
Ekofeminisme juga mengkritik sistem yang menyebabkan dampak buruk terhadap
kesehatan perempuan dan lingkungan. Hal ini mencakup kritik terhadap kemiskinan, kekerasan
terhadap perempuan, dan dampak buruk kebijakan pemerintah terhadap alam dan perempuan
Dalam konteks ekofeminisme, dampak lingkungan terhadap kesehatan perempuan
menjadi salah satu fokus utama. Hal ini mencakup keterkaitan antara lingkungan dan kesehatan
perempuan, pengaruh sistem patriarki-kapitalis, pentingnya pendidikan lingkungan, serta kritik
terhadap sistem yang menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan perempuan dan
lingkungan.

2.4 Masa depan ekofeminisme


Banyak wanita tetap tidak puas dengan batas-batas gerakan. Yang menjadi perhatian
khusus adalah kegagalan perempuan di negara-negara maju untuk mengakui cara-cara di mana
gaya hidup mereka sendiri mengarah pada degradasi lebih lanjut dari rekan-rekan mereka di
negara-negara kurang berkembang dan Bumi secara keseluruhan. Perempuan dari negara-negara
berkembang menunjukkan dampak produksi pangan komersial, tenaga kerja sweatshop, dan
kemiskinan pada keluarga dan lanskap mereka. Mereka menuduh ekofeminis kulit putih
mempromosikan eksploitasi itu dengan membeli barang-barang yang dibuat sebagai akibat dari
ketidakadilan. Mereka juga mempermasalahkan perampasan budaya dan agama pribumi untuk
tujuan memajukan posisi filosofis.
Dengan demikian, ekofeminisme kontemporer harus dikembangkan untuk mengakui efek
yang sangat nyata dari ras, kelas, etnis, dan seksualitas pada posisi sosial perempuan. Perempuan
yang terlibat dalam isu-isu keadilan lingkungan dan perempuan yang mewakili budaya minoritas
telah bekerja untuk membangun rasa ekofeminisme mereka sendiri untuk memasukkan budaya
dan spiritualitas lokal, perayaan peran mereka sebagai ibu dan pengasuh, dan pengakuan atas
cara-cara di mana penjajahan Barat mengkompromikan keyakinan tersebut.
Masa depan ekofeminisme menawarkan potensi yang besar dalam mengatasi tantangan
lingkungan dan kesetaraan gender. Gerakan ini berhasil memperkaya sumber daya alam untuk
masa depan dengan mengangkat pengalaman perempuan sebagai sumber pembelajaran baru
dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Ekofeminisme juga menawarkan solusi alternatif
untuk memecahkan masalah antara manusia dan alam dengan menggabungkan kritik ekologi
dengan kritik gender yang tertuju pada ilmu pengetahuan Barat yang berciri dualistik, cenderung
didominasi teknologi, dan buta gender. Dengan demikian, gerakan ini dapat membantu
menyadarkan masyarakat bahwa akar penindasan terhadap alam dan perempuan bersumber pada
budaya patriarki.
Selain itu, ekofeminisme juga memberikan pemahaman yang lebih kontekstual dan
membumi terkait dengan etika lingkungan. Hal ini dapat membantu memperbaiki kualitas
lingkungan hidup dan menciptakan kesetaraan gender dalam upaya pelestarian lingkungan.
Dengan memperkuat peran perempuan dalam gerakan lingkungan, diharapkan dapat tercipta
lingkungan yang lebih sehat dan lestari bagi seluruh makhluk hidup di bumi ini.
Dalam konteks Islam, ekofeminisme juga telah menjadi topik penelitian yang menarik,
seperti yang tergambar dalam penelitian tentang penggambaran peran perempuan dalam film
dokumenter "Tanah Ibu Kami" dari perspektif ekofeminisme Islam. Hal ini menunjukkan bahwa
ekofeminisme memiliki potensi untuk terus berkembang dan diadopsi dalam berbagai konteks
budaya dan agama, sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga
keseimbangan lingkungan dan kesetaraan gender di masa depan.
Dengan demikian, masa depan ekofeminisme menawarkan harapan dalam menciptakan
dunia yang lebih berkelanjutan, adil, dan seimbang baik dari segi lingkungan maupun kesetaraan
gender. Melalui pemahaman yang lebih holistik dan inklusif, gerakan ini dapat menjadi kekuatan
yang mendorong perubahan positif dalam menjaga bumi sebagai rumah bersama bagi semua
makhluk hidup.
2.5 Tantangan dan Peluang
Ekofeminisme sebagai gerakan yang menggabungkan kritik ekologi dengan kritik gender,
memiliki tantangan dan peluang dalam masa depan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah
masih minimnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan hidup dan
kesetaraan gender. Selain itu, gerakan ini juga masih dianggap sebagai gerakan minoritas dan
belum mendapat dukungan yang cukup dari pemerintah dan masyarakat luas.
Namun, di sisi lain, gerakan ekofeminisme juga memiliki peluang besar dalam mengatasi
tantangan lingkungan dan kesetaraan gender. Gerakan ini menawarkan solusi alternatif untuk
memecahkan masalah antara manusia dan alam dengan mengangkat pengalaman perempuan
sebagai sumber pembelajaran baru dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan. Selain itu,
gerakan ini juga menekankan pentingnya kesetaraan gender dalam upaya pelestarian lingkungan.
Dalam konteks Indonesia, gerakan ekofeminisme juga memiliki peluang besar untuk
berkembang. Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat kaya,
memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam gerakan pelestarian lingkungan dan
kesetaraan gender di Asia Tenggara. Selain itu, gerakan ekofeminisme juga dapat diintegrasikan
dengan nilai-nilai lokal, seperti nilai-nilai kearifan lokal dan agama, sehingga dapat lebih mudah
diterima oleh masyarakat.
Dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang tersebut, gerakan
ekofeminisme perlu terus melakukan kampanye dan edukasi kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan hidup dan kesetaraan gender. Selain itu, gerakan ini juga perlu
memperkuat jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, LSM, dan
masyarakat sipil, untuk mencapai tujuan bersama dalam menjaga lingkungan hidup dan
kesetaraan gender.
Dalam kesimpulannya, gerakan ekofeminisme memiliki tantangan dan peluang dalam
masa depan. Dengan terus melakukan kampanye dan edukasi, serta memperkuat jaringan dan
kerjasama dengan berbagai pihak, gerakan ini dapat menjadi kekuatan yang mendorong
perubahan positif dalam menjaga bumi sebagai rumah bersama bagi semua makhluk hidup.
Tantangan dan peluang dalam menerapkan konsep ekofeminisme di Indonesia
melibatkan beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa poin penting
yang dapat diidentifikasi dari sumber yang diberikan :
a) Peran Perempuan dalam Pengelolaan Sampah
Tantangan dan peluang bagi perempuan Indonesia dalam pengelolaan sampah
yang ramah lingkungan menjadi salah satu aspek penting dalam menerapkan konsep
ekofeminisme di Indonesia
b) Keterkaitan dengan Budaya
Budaya yang mengharapkan perempuan untuk menjadi figur yang senang dengan
kebersihan dan bertanggung jawab terhadap kegiatan bersih-bersih di lingkungan
rumahnya menjadi tantangan dan peluang dalam menerapkan konsep ekofeminisme di
Indonesia
c) Pendidikan Lingkungan
Peran perempuan dalam pendidikan lingkungan, pengelolaan sampah secara
ramah lingkungan, dan penggiat isu-isu lingkungan hidup menjadi peluang dalam
menerapkan konsep ekofeminisme di Indonesia
d) Kesetaraan dan Harmonisasi
Munculnya dan makna dari ekofeminisme bertujuan untuk memperjuangkan
kesetaraan dan pembangunan yang harmonis antara laki-laki dan perempuan
e) Pergerakan Organisasi Perempuan
Pergerakan organisasi perempuan di Indonesia bertujuan untuk memajukan status
perempuan pribumi di bidang sosial, politik, dan pendidikan

2.6 Peran penting


Ekofeminisme memainkan peran penting dalam memperjuangkan keadilan sosial dan
lingkungan. Berikut adalah beberapa poin penting yang menyoroti pentingnya ekofeminisme
dalam konteks ini :
a. Advokasi Keadilan Sosial dan Ekologi :Ekofeminisme mengadvokasi keadilan sosial dan
ekologi, bertujuan untuk menciptakan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan bagi
semua.
b. Tantangan terhadap Paradigma Dominan : Ekofeminisme menantang paradigma dominan
yang telah melanggengkan penindasan terhadap perempuan dan degradasi alam.
Ekofeminisme menyoroti kesamaan antara objektifikasi dan penaklukan perempuan dengan
eksploitasi dan penyalahgunaan lingkungan
c. Keterkaitan Gender dan Lingkungan : Ekofeminisme mengakui pentingnya merangkul
pemahaman yang holistik dan saling berhubungan tentang dunia, yang mengakui saling
ketergantungan antara manusia dan lingkungan alam
d. Pentingnya Kesetaraan : Ekofeminisme bertujuan untuk kesetaraan dalam masyarakat dan
menghilangkan patriarki. Dalam konteks tujuan awalnya, ekofeminisme penting karena
setiap kontribusi terhadap kesetaraan dalam masyarakat dapat memicu perubahan positif
e. Kaitan dengan Krisis Iklim : Ekofeminisme menjadi penting karena kita secara kolektif
tengah menghadapi dampak perubahan iklim. Dengan mengenali hubungan antara gender
dan lingkungan, ekofeminisme memiliki potensi untuk menciptakan dunia yang lebih
berkelanjutan dan adil
Ketidaksetaraan gender memiliki dampak signifikan terhadap akses perempuan terhadap
sumber daya alam dan partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan. Pada
tingkat masyarakat yang diwarnai oleh ketidaksetaraan gender, perempuan seringkali
menghadapi batasan dan hambatan yang menghambat potensi kontribusi mereka terhadap
pengelolaan sumber daya alam. Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana keterbatasan akses
perempuan terhadap sumber daya menciptakan ketergantungan yang lebih besar pada
lingkungan.
Ketidaksetaraan gender menciptakan disparitas dalam akses terhadap tanah, air, dan
sumber daya alam lainnya. Dalam banyak komunitas, norma-norma sosial dan hukum adat dapat
membatasi hak milik perempuan atas tanah atau membatasi partisipasi mereka dalam kegiatan
pertanian. Akibatnya, perempuan seringkali tidak memiliki kontrol penuh atas keputusan terkait
pengelolaan sumber daya alam, yang pada gilirannya dapat merugikan keberlanjutan ekosistem.
Dampak dari ketidaksetaraan gender terhadap keberlanjutan ekosistem juga tercermin
dalam pola-pola penggunaan sumber daya yang tidak berkelanjutan. Ketika perempuan memiliki
akses terbatas terhadap pendidikan dan informasi, mereka mungkin kurang mampu
mempraktikkan metode pertanian berkelanjutan atau memanfaatkan sumber daya alam secara
efisien. Selain itu, pembatasan akses terhadap keputusan dan pengaruh sosial-ekonomi dapat
mengarah pada keputusan yang tidak berkelanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Dari perspektif keberlanjutan ekosistem, ketidaksetaraan gender juga dapat merugikan
keseimbangan ekologis. Keterlibatan perempuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan
lingkungan mengurangi keberagaman perspektif dan pengetahuan dalam perencanaan kebijakan.
Dengan demikian, kebijakan dan praktik yang dihasilkan mungkin kurang sensitif terhadap
kebutuhan dan pengetahuan lokal, berpotensi merugikan keberlanjutan ekosistem dan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, ekofeminisme menawarkan perspektif yang holistik
dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam serta mengangkat pengalaman
perempuan sebagai sumber pembelajaran baru dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan.
Gerakan ini menggabungkan kritik ekologi dengan kritik gender yang tertuju pada ilmu
pengetahuan Barat yang berciri dualistik, cenderung didominasi teknologi, dan buta gender.
Dalam konteks Indonesia, gerakan ekofeminisme memiliki potensi besar untuk berkembang dan
dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai lokal, seperti nilai-nilai kearifan lokal dan agama,
sehingga dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat. Ekofeminisme juga memiliki peran
penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan
hidup dan kesetaraan gender. Dengan terus melakukan kampanye dan edukasi, serta memperkuat
jaringan dan kerjasama dengan berbagai pihak, gerakan ini dapat menjadi kekuatan yang
mendorong perubahan positif dalam menjaga bumi sebagai rumah bersama bagi semua makhluk
hidup. Oleh karena itu, ekofeminisme memiliki peran yang signifikan dalam menjaga
keseimbangan lingkungan dan kesetaraan gender di masa depan.

B. SARAN
1. Peneliti dapat memperluas penelitian terkait ekofeminisme dengan fokus pada konteks lokal,
seperti nilai-nilai kearifan lokal dan agama, sehingga gerakan ini dapat lebih mudah diterima
oleh masyarakat Indonesia.
2. Peneliti dapat mengkaji lebih lanjut mengenai dampak ekofeminisme dalam konteks politik
dan pembangunan di Indonesia, terutama terkait dengan partisipasi politik perempuan dan
kebijakan terkait kesetaraan gender.
3. Peneliti dapat memperluas penelitian terkait dampak lingkungan terhadap kesehatan
perempuan, serta upaya-upaya konkrit dalam mengatasi dampak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai