Kode Etik Dalam Kegiatan Ekonomi Rumah Sakit Menegakkan Integritas Dan Pelayanan Bermutu
Kode Etik Dalam Kegiatan Ekonomi Rumah Sakit Menegakkan Integritas Dan Pelayanan Bermutu
Disusun Oleh :
Nama
NIM
Program Studi:
Salam sejahtera,
Dalam dunia kesehatan, rumah sakit adalah pilar utama yang menyediakan pelayanan
medis kepada masyarakat. Namun, selain sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit
juga merupakan entitas ekonomi yang kompleks, melibatkan transaksi keuangan yang besar
dan beragam. Kegiatan ekonomi ini mencakup segala hal mulai dari pembelian peralatan medis
hingga biaya pelayanan kepada pasien.
Dalam makalah ini, kami akan membahas secara mendalam tentang peran kode etik
dalam mengatur kegiatan ekonomi di rumah sakit. Kami akan menguraikan implementasi kode
etik dalam praktik sehari-hari di rumah sakit, tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah
untuk meningkatkan efektivitasnya.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pentingnya kode etik dalam menjaga integritas, pelayanan bermutu, dan perlindungan hak
pasien dalam konteks kegiatan ekonomi di rumah sakit. Kami berharap makalah ini dapat
menjadi bahan referensi yang berguna bagi para praktisi kesehatan, peneliti, serta pihak-pihak
terkait lainnya dalam membangun sistem kesehatan yang lebih baik dan bermartabat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang mengatur tentang hak dan kewajiban pasien, termasuk hak untuk
mendapatkan informasi yang jelas dan transparan mengenai biaya perawatan yang
akan diterima.
Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit juga merupakan pedoman penting dalam
mengatur praktik ekonomi rumah sakit di Indonesia. Peraturan ini menetapkan
standar-standar pelayanan kesehatan yang harus dipatuhi oleh rumah sakit,
termasuk dalam hal penetapan harga, pengelolaan keuangan, dan perlindungan hak
pasien.
Kaitannya dengan Kodarsi, berbagai pasal dalam peraturan tersebut sejalan
dengan nilai-nilai etika yang tercantum dalam Kodarsi. Misalnya, ketentuan-
ketentuan tentang transparansi informasi kepada pasien dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 mencerminkan nilai kejujuran dan transparansi yang
ditekankan dalam Kodarsi.
Dengan mengacu pada peraturan-peraturan tersebut dan mengintegrasikan
nilai-nilai etika yang tercantum dalam Kodarsi, rumah sakit di Indonesia
diharapkan dapat menjalankan kegiatan ekonominya dengan mematuhi standar-
standar etika yang tinggi dan memastikan perlindungan yang maksimal bagi hak-
hak pasien.
Dalam menjalankan kegiatan ekonomi, rumah sakit perlu
mempertimbangkan nilai-nilai etika yang mendasari praktik-praktik mereka.
Beberapa nilai yang relevan antara lain adalah keadilan, transparansi, akuntabilitas,
kejujuran, dan mengutamakan kepentingan pasien. Nilai-nilai ini mencerminkan
komitmen rumah sakit untuk bertindak secara etis dan mempertimbangkan dampak
sosial serta moral dari keputusan ekonomi yang mereka ambil.
Kodarsi sebagai kerangka kerja yang disepakati secara nasional di
Indonesia, turut memperkuat pentingnya penerapan nilai-nilai etika dalam kegiatan
ekonomi rumah sakit. Pasal-pasal dalam Kodarsi mengatur berbagai aspek praktik
ekonomi rumah sakit, mulai dari penetapan harga, pengelolaan keuangan, hingga
transparansi informasi kepada pasien. Sebagai contoh, Pasal 4 Kodarsi
menekankan pentingnya kejujuran dan transparansi dalam penyampaian informasi
2
mengenai biaya pelayanan kepada pasien. Hal ini menggarisbawahi komitmen
untuk memastikan bahwa pasien memiliki akses yang jelas dan adil terhadap
informasi finansial terkait dengan perawatan medis yang mereka terima.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai etika dengan ketentuan-ketentuan
dalam Kodarsi, rumah sakit di Indonesia diharapkan dapat menciptakan lingkungan
yang etis, transparan, dan bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatan
ekonominya. Dengan demikian, mereka dapat menjaga kepercayaan masyarakat,
memastikan kualitas pelayanan yang optimal, dan melindungi hak-hak pasien
dengan sebaik-baiknya.
3
agar keputusan yang diambil selalu berorientasi pada kepentingan yang lebih
besar, yaitu kesejahteraan pasien dan masyarakat.
4
Rumah sakit memiliki tanggung jawab kemanusiaan untuk menyediakan
pelayanan gawat darurat. Ini berarti rumah sakit harus siap dan mampu
memberikan pelayanan medis darurat sesuai dengan kapasitas dan fasilitas yang
dimilikinya. Pelayanan gawat darurat ini merupakan prioritas utama dalam upaya
menyelamatkan nyawa pasien.
Pasal 4: Standar Pelayanan Rumah Sakit
Standar pelayanan rumah sakit harus memastikan bahwa setiap pasien
mendapatkan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang aman dan efektif. Rumah
sakit harus mengutamakan kepentingan pasien dan keluarga, memastikan kualitas
pelayanan yang tinggi, menerapkan prinsip non-diskriminasi, menyediakan
layanan yang relevan dengan kebutuhan pasien, dan memadai sesuai dengan
standar layanan rumah sakit yang telah ditetapkan.
Dengan mematuhi dan mengimplementasikan KODERSI, rumah sakit di
Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perumahsakitan.
Pasal 5: Persetujuan Umum Rumah Sakit (General Consent)
Rumah sakit harus mendapatkan persetujuan umum dari pasien, keluarga,
atau pihak yang bertanggung jawab sebelum melakukan tindakan medis atau
prosedur lain yang diperlukan. Ini menjamin bahwa pasien atau keluarga
memahami prosedur yang akan dilakukan dan memberikan persetujuan atas
tindakan tersebut.
Pasal 6: Perkembangan Perumahsakitan
Dalam menjalankan kegiatannya, rumah sakit harus terus mengikuti
perkembangan dunia perumahsakitan baik dari segi teknologi, penelitian, maupun
standar pelayanan. Hal ini penting untuk memastikan pelayanan yang diberikan
selalu update dan sesuai dengan standar internasional.
Pasal 7: Tanggung Jawab
Rumah sakit memiliki kewajiban untuk mengawasi seluruh proses
pelayanan yang dilakukan dan bertanggung jawab terhadap setiap kejadian yang
terjadi di dalam rumah sakit. Untuk memastikan kualitas pelayanan, rumah sakit
harus melakukan audit kinerja dan audit klinis secara berkala.
5
Pasal 8: Tata Kelola Rumah Sakit
Tata kelola rumah sakit harus mengikuti prinsip-prinsip good corporate
governance, good clinical governance, dan good ethical governance. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa asuhan pasien diberikan sesuai dengan norma
moral, bisnis, sosial, dan hukum yang berlaku.
Pasal 9: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Rumah sakit wajib menjaga dan bertanggung jawab atas semua catatan atau
arsip medis dan non-medik. Semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit,
termasuk insiden keselamatan pasien, harus dicatat, disimpan, dan dilaporkan
melalui Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dengan baik dan
akurat.
Pasal 10: Promosi Pelayanan
Dalam melakukan promosi pelayanan atau pemasaran, rumah sakit harus
memastikan informasi yang disampaikan bersifat informatif, benar, dan lengkap.
Promosi harus didasarkan pada fakta yang nyata, tidak bersifat komparatif, tidak
berlebihan, dan selalu mengacu pada Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERSI) serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6
Rumah sakit seringkali terlibat dalam berbagai transaksi bisnis dengan pihak
eksternal. Oleh karena itu, kode etik juga harus mencakup pedoman-pedoman
mengenai etika bisnis, termasuk penghindaran konflik kepentingan, praktik
anti-monopoli, dan keterbukaan dalam hubungan bisnis.
4. Penegakan Kode Etik
Penting untuk memiliki mekanisme penegakan yang efektif terkait dengan
kode etik ini, termasuk sanksi bagi pelanggar dan pelaporan yang aman bagi
para pelapor pelanggaran etika.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu, penting untuk memastikan bahwa semua pihak memahami dan
menerima kode etik tersebut. Ini dapat melibatkan diskusi terbuka, pertemuan
kelompok, atau bahkan penyuluhan individu untuk menjawab pertanyaan atau
kekhawatiran yang mungkin timbul. Keterlibatan aktif dari seluruh anggota staf
dalam proses implementasi akan membantu memperkuat komitmen terhadap kode
etik.
8
harus ditetapkan untuk pelanggaran, sementara penghargaan atau pengakuan juga
dapat diberikan kepada mereka yang secara konsisten mematuhi kode etik.
Permasalahan:
Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam proses implementasi kode etik
adalah kurangnya pemahaman atau kesadaran akan kode etik tersebut di kalangan
staf rumah sakit. Terkadang, meskipun kode etik telah disusun dan disebarkan,
beberapa individu mungkin tidak sepenuhnya memahami implikasi atau pentingnya
mematuhi kode etik tersebut. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpatuhan yang tidak
disengaja atau bahkan pelanggaran yang disengaja terhadap kode etik.
Solusi:
Untuk mengatasi permasalahan ini, rumah sakit dapat mengadakan pelatihan dan
workshop yang berkaitan dengan kode etik secara teratur. Misalnya, mereka dapat
menyelenggarakan sesi pelatihan tahunan atau semesteran yang dihadiri oleh
seluruh staf, di mana prinsip-prinsip kode etik dijelaskan secara rinci dan contoh
kasus nyata disajikan untuk memperjelas konsepnya. Selain itu, mereka juga dapat
membuat materi pendidikan online atau buku panduan yang mudah diakses oleh
semua staf sebagai referensi yang dapat mereka konsultasikan kapan pun
diperlukan.
9
kefarmasian di rumah sakit, termasuk aspek-aspek terkait dengan etika dan kode
etik dalam pengelolaan farmasi di lingkungan rumah sakit.
Kedua peraturan tersebut memberikan pedoman yang jelas bagi rumah sakit
dalam mengatur kegiatan ekonominya sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan nilai-
nilai yang dijunjung tinggi dalam pelayanan kesehatan. Misalnya, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2012 menetapkan standar etika yang harus
dipatuhi oleh tenaga farmasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien,
sementara Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 mengatur tentang
transparansi biaya pelayanan kesehatan kepada pasien.
Permasalahan:
Salah satu contoh konkret dari kontribusi implementasi kode etik terhadap menjaga
integritas rumah sakit adalah dalam pengelolaan konflik kepentingan. Dalam
lingkungan rumah sakit yang kompleks, konflik kepentingan antara aspek ekonomi
10
dan kesehatan seringkali dapat muncul. Misalnya, ketika keuntungan finansial
bertentangan dengan kebutuhan pasien atau standar medis yang ditetapkan, ada
risiko bahwa integritas rumah sakit dapat terganggu.
Solusi:
Salah satu solusi untuk mengatasi konflik kepentingan ini adalah dengan
menerapkan kebijakan yang transparan dan terukur. Misalnya, rumah sakit dapat
menyusun pedoman yang jelas mengenai hubungan dengan pemasok atau
perusahaan farmasi yang menghindari konflik kepentingan atau penyalahgunaan.
Selain itu, pembentukan sebuah komite atau lembaga independen yang bertugas
untuk meninjau dan menilai situasi-situasi yang berpotensi mengarah pada konflik
kepentingan dapat membantu memastikan bahwa keputusan-keputusan yang
diambil oleh rumah sakit tetap mengutamakan kepentingan pasien dan kesehatan
masyarakat.
11
2.3 Peran Kode Etik dalam Menjaga Kualitas Pelayanan Medis
Selain menjaga integritas, implementasi kode etik juga memiliki dampak
yang signifikan terhadap kualitas pelayanan medis yang disediakan oleh rumah
sakit. Kualitas pelayanan medis bukan hanya merupakan indikator keberhasilan
operasional suatu rumah sakit, tetapi juga faktor penentu dalam kepuasan dan
kepercayaan pasien. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa
kegiatan ekonomi rumah sakit tidak merugikan atau mengorbankan kualitas
pelayanan medis yang diberikan.
Permasalahan:
Dalam konteks ini, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah penekanan
terhadap keuntungan finansial yang mungkin mengarah pada pemangkasan atau
pengurangan kualitas pelayanan medis. Misalnya, pemangkasan staf medis atau
penyediaan peralatan medis yang kurang memadai untuk menghemat biaya dapat
berdampak negatif pada pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Kondisi
ini dapat memengaruhi ketersediaan layanan, waktu tunggu, dan akhirnya, hasil
pengobatan pasien.
Solusi:
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, rumah sakit perlu mengadopsi pendekatan
yang seimbang antara keberlanjutan keuangan dan kualitas pelayanan medis. Salah
satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan analisis biaya-manfaat
yang cermat terhadap setiap keputusan ekonomi yang diambil. Hal ini
memungkinkan rumah sakit untuk mengidentifikasi area-area di mana
penghematan biaya dapat dilakukan tanpa mengorbankan kualitas pelayanan medis
yang diberikan kepada pasien.
Selain itu, penting untuk memastikan bahwa semua keputusan terkait alokasi
sumber daya didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat. Pembentukan komite
atau tim yang bertugas untuk mengevaluasi setiap keputusan ekonomi dari sudut
pandang etika dapat membantu memastikan bahwa kepentingan pasien selalu
12
ditempatkan pada posisi teratas. Selain itu, adopsi praktik-praktik terbaik dalam
pengelolaan sumber daya, termasuk pengadaan peralatan medis dan rekrutmen staf
medis yang berkualitas, juga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas
pelayanan medis.
Penerapan kode etik dalam konteks kegiatan ekonomi rumah sakit juga
diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Kode Etik
Kegiatan Ekonomi Rumah Sakit. Peraturan ini mengatur tentang prinsip-prinsip
etika yang harus dipatuhi oleh rumah sakit dalam menjalankan kegiatan
ekonominya, termasuk prinsip-prinsip yang berkaitan dengan menjaga kualitas
13
pelayanan medis dan menghindari konflik kepentingan yang dapat merugikan
pasien.
14
kepada pasien sebelum pelayanan diberikan, menyediakan informasi rinci
mengenai biaya-biaya yang terkait dengan perawatan medis, dan memberikan
bantuan keuangan kepada pasien yang membutuhkan. Selain itu, penting untuk
mengadopsi praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan tagihan dan penagihan
untuk memastikan bahwa pasien tidak dibebani dengan biaya tambahan yang tidak
wajar.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Implementasi kode etik dalam kegiatan ekonomi rumah sakit memiliki
dampak yang signifikan dalam menjaga integritas institusi, meningkatkan kualitas
pelayanan medis, dan melindungi hak-hak pasien. Kode etik memberikan pedoman
bagi staf rumah sakit dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan moral,
sehingga membantu mempertahankan moralitas dan integritas individu dalam
menghadapi tekanan ekonomi. Selain itu, kode etik juga memastikan bahwa
kegiatan ekonomi rumah sakit tidak mengorbankan kualitas pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien.
Dengan menerapkan kode etik yang sesuai, rumah sakit dapat memastikan
bahwa setiap keputusan ekonomi yang diambil tidak mengorbankan standar
kualitas pelayanan medis yang telah ditetapkan. Melalui kebijakan penetapan harga
yang transparan dan jujur, serta adopsi praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan
tagihan dan penagihan, rumah sakit dapat memastikan bahwa hak-hak pasien
dilindungi dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, implementasi kode etik
dalam kegiatan ekonomi rumah sakit bukan hanya merupakan kewajiban moral,
tetapi juga merupakan langkah penting untuk menjaga reputasi, meningkatkan
kepercayaan masyarakat, dan memastikan bahwa pasien menerima pelayanan
medis yang berkualitas dan adil.
Di Indonesia, peraturan-peraturan yang mengatur praktik ekonomi rumah
sakit juga memberikan landasan hukum yang kuat untuk melindungi hak-hak
pasien dan mengatur praktik-praktik yang berkaitan dengan aspek keuangan dalam
pelayanan kesehatan. Dengan mematuhi peraturan-peraturan tersebut dan
mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam setiap keputusan ekonomi yang diambil,
rumah sakit di Indonesia dapat menjaga kualitas pelayanan medis yang tinggi,
memastikan transparansi dalam penetapan harga, serta mencegah eksploitasi
finansial terhadap pasien.
16
3.2 Saran
1. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Etika
Rumah sakit harus meningkatkan pendidikan dan pelatihan tentang nilai-nilai
etika kepada seluruh staf, termasuk tenaga medis dan non-medis, serta
memperkuat kesadaran akan pentingnya prinsip-prinsip etika dalam setiap
keputusan dan tindakan.
2. Pembentukan Mekanisme Pengawasan dan Penegakan Kode Etik
Rumah sakit perlu memperkuat mekanisme pengawasan dan penegakan kode
etik, termasuk pembentukan komite etika dan divisi audit internal yang
bertanggung jawab atas pemantauan dan penilaian kepatuhan terhadap kode
etik.
3. Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan
Rumah sakit harus meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan,
dengan memastikan laporan keuangan yang jujur dan terbuka serta
melaksanakan audit internal dan eksternal secara berkala.
17
DAFTAR PUSTAKA
American Hospital Association. (2018). AHA Guide: Key Issues for Hospitals and
Health Systems. American Hospital Association.
Indonesia, P. R. S. S. (2015). Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) dan
Penjelasannya. Jakarta: Persi, 1-55.
Lo, B., & Field, M. J. (Eds.). (2009). Conflict of Interest in Medical Research,
Education, and Practice. National Academies Press.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 71 Tahun 2013 tentang Manajemen dan Penyelenggaraan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Kode Etik Kegiatan Ekonomi Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pedoman Pemberian Insentif kepada
Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 7 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2020 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
18