Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KODE ETIK DALAM KEGIATAN EKONOMI RUMAH SAKIT:


MENEGAKKAN INTEGRITAS DAN PELAYANAN BERMUTU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ...


Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Nama
NIM

Program Studi:

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
KALIMANTAN TIMUR
SAMARINDA
2024
i
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,

Dalam dunia kesehatan, rumah sakit adalah pilar utama yang menyediakan pelayanan
medis kepada masyarakat. Namun, selain sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit
juga merupakan entitas ekonomi yang kompleks, melibatkan transaksi keuangan yang besar
dan beragam. Kegiatan ekonomi ini mencakup segala hal mulai dari pembelian peralatan medis
hingga biaya pelayanan kepada pasien.

Pentingnya integritas, transparansi, dan pelayanan bermutu dalam kegiatan ekonomi


rumah sakit tak dapat disangkal. Untuk itu, diperlukan sebuah pedoman yang jelas dan
mengikat untuk mengarahkan praktek-praktek ekonomi di dalam rumah sakit. Inilah mengapa
pentingnya kode etik dalam konteks kegiatan ekonomi rumah sakit menjadi begitu menonjol.

Dalam makalah ini, kami akan membahas secara mendalam tentang peran kode etik
dalam mengatur kegiatan ekonomi di rumah sakit. Kami akan menguraikan implementasi kode
etik dalam praktik sehari-hari di rumah sakit, tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah
untuk meningkatkan efektivitasnya.

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pentingnya kode etik dalam menjaga integritas, pelayanan bermutu, dan perlindungan hak
pasien dalam konteks kegiatan ekonomi di rumah sakit. Kami berharap makalah ini dapat
menjadi bahan referensi yang berguna bagi para praktisi kesehatan, peneliti, serta pihak-pihak
terkait lainnya dalam membangun sistem kesehatan yang lebih baik dan bermartabat.

Samarinda, 23 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 7
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 7
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 8
2.1 Proses Implementasi Kode Etik Dilakukan Dalam Mengatur Kegiatan Ekonomi Di
Rumah Sakit ................................................................................................................... 8
2.2 Kontribusi Implementasi Kode Etik terhadap Menjaga Integritas Rumah Sakit dalam
Konteks Kegiatan Ekonom ........................................................................................... 10
2.3 Peran Kode Etik dalam Menjaga Kualitas Pelayanan Medis ..................................... 12
2.4 Upaya Konkret untuk Mencegah Eksploitasi Finansial dan Perlakuan Tidak Adil
terhadap Pasien ............................................................................................................. 14
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 16
3.2 Saran ............................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai bagian dari evolusi sejarah peradaban manusia, lembaga
perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang, dianut oleh rasa kasih sayang,
kesadaran sosial, naluri tolong-menolong, serta semangat keagamaan yang kuat
dalam kehidupan manusia. Dengan kemajuan peradaban, sosio-budaya, dan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam bidang kedokteran dan kesehatan, rumah sakit kini
menjadi lembaga "unit sosio-ekonomi" yang kompleks.
Di Indonesia, rumah sakit telah membentuk identitasnya sendiri dengan
mengikuti azas Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai falsafah negara.
Menghadapi tantangan masa depan, penting untuk mempertahankan nilai-nilai
dasar perumahsakitan Indonesia.
Rumah sakit adalah salah satu institusi penting dalam industri kesehatan
yang bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan masyarakat. Selain memberikan
perawatan medis yang diperlukan, rumah sakit juga memiliki dimensi ekonomi
yang signifikan. Kegiatan ekonomi dalam rumah sakit melibatkan berbagai
transaksi keuangan, mulai dari pembelian peralatan medis hingga biaya pelayanan
kepada pasien.
Namun, kompleksitas kegiatan ekonomi di rumah sakit seringkali
menimbulkan potensi terjadinya konflik kepentingan, penyalahgunaan wewenang,
dan pelanggaran etika yang dapat merugikan pasien, masyarakat, dan pihak terkait
lainnya. Untuk menjaga agar kegiatan ekonomi di rumah sakit berjalan dengan baik
dan tetap memprioritaskan kepentingan pasien serta prinsip-prinsip etika,
dibutuhkan pedoman yang jelas dan mengikat, yaitu kode etik.

Dalam konteks regulasi Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang


berkaitan dengan praktik ekonomi rumah sakit dan nilai-nilai etika yang harus
diterapkan. Salah satu peraturan yang relevan adalah Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Dalam Undang-Undang ini, terdapat ketentuan

1
yang mengatur tentang hak dan kewajiban pasien, termasuk hak untuk
mendapatkan informasi yang jelas dan transparan mengenai biaya perawatan yang
akan diterima.
Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 70 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit juga merupakan pedoman penting dalam
mengatur praktik ekonomi rumah sakit di Indonesia. Peraturan ini menetapkan
standar-standar pelayanan kesehatan yang harus dipatuhi oleh rumah sakit,
termasuk dalam hal penetapan harga, pengelolaan keuangan, dan perlindungan hak
pasien.
Kaitannya dengan Kodarsi, berbagai pasal dalam peraturan tersebut sejalan
dengan nilai-nilai etika yang tercantum dalam Kodarsi. Misalnya, ketentuan-
ketentuan tentang transparansi informasi kepada pasien dalam Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 mencerminkan nilai kejujuran dan transparansi yang
ditekankan dalam Kodarsi.
Dengan mengacu pada peraturan-peraturan tersebut dan mengintegrasikan
nilai-nilai etika yang tercantum dalam Kodarsi, rumah sakit di Indonesia
diharapkan dapat menjalankan kegiatan ekonominya dengan mematuhi standar-
standar etika yang tinggi dan memastikan perlindungan yang maksimal bagi hak-
hak pasien.
Dalam menjalankan kegiatan ekonomi, rumah sakit perlu
mempertimbangkan nilai-nilai etika yang mendasari praktik-praktik mereka.
Beberapa nilai yang relevan antara lain adalah keadilan, transparansi, akuntabilitas,
kejujuran, dan mengutamakan kepentingan pasien. Nilai-nilai ini mencerminkan
komitmen rumah sakit untuk bertindak secara etis dan mempertimbangkan dampak
sosial serta moral dari keputusan ekonomi yang mereka ambil.
Kodarsi sebagai kerangka kerja yang disepakati secara nasional di
Indonesia, turut memperkuat pentingnya penerapan nilai-nilai etika dalam kegiatan
ekonomi rumah sakit. Pasal-pasal dalam Kodarsi mengatur berbagai aspek praktik
ekonomi rumah sakit, mulai dari penetapan harga, pengelolaan keuangan, hingga
transparansi informasi kepada pasien. Sebagai contoh, Pasal 4 Kodarsi
menekankan pentingnya kejujuran dan transparansi dalam penyampaian informasi

2
mengenai biaya pelayanan kepada pasien. Hal ini menggarisbawahi komitmen
untuk memastikan bahwa pasien memiliki akses yang jelas dan adil terhadap
informasi finansial terkait dengan perawatan medis yang mereka terima.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai etika dengan ketentuan-ketentuan
dalam Kodarsi, rumah sakit di Indonesia diharapkan dapat menciptakan lingkungan
yang etis, transparan, dan bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatan
ekonominya. Dengan demikian, mereka dapat menjaga kepercayaan masyarakat,
memastikan kualitas pelayanan yang optimal, dan melindungi hak-hak pasien
dengan sebaik-baiknya.

Tujuan Kode Etik


1. Menegakkan Integritas
Kode etik bertujuan untuk menjaga integritas dalam setiap transaksi ekonomi
yang dilakukan oleh rumah sakit. Hal ini mencakup kejujuran, keadilan, dan
transparansi dalam pengelolaan keuangan serta penanganan bisnis di rumah
sakit.
2. Menjamin Kualitas Pelayanan
Kode etik juga bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh rumah sakit tidak mengorbankan kualitas pelayanan kepada
pasien. Pelayanan kesehatan yang bermutu harus tetap menjadi prioritas
utama, tanpa adanya intervensi yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi semata.
3. Melindungi Hak dan Kepentingan Pasien
Salah satu tujuan utama kode etik adalah untuk melindungi hak-hak pasien,
termasuk hak atas informasi yang jujur mengenai biaya perawatan, hak untuk
mendapatkan pelayanan tanpa diskriminasi berdasarkan kondisi finansial, dan
hak untuk mendapat perlakuan yang adil dalam segala aspek pelayanan
kesehatan.
4. Mencegah Konflik Kepentingan
Kode etik membantu dalam mengidentifikasi dan mengelola konflik
kepentingan yang mungkin timbul antara kepentingan ekonomi rumah sakit
dengan kepentingan pasien atau masyarakat secara umum. Hal ini dilakukan

3
agar keputusan yang diambil selalu berorientasi pada kepentingan yang lebih
besar, yaitu kesejahteraan pasien dan masyarakat.

ISI KODE ETIK BAB 1 DALAM KODERASI


KODE ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA (KODERSI)
Sebagai anggota Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), rumah
sakit di Indonesia memperkenalkan Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
sebagai panduan nilai dan norma dalam penyelenggaraan dan manajemen
perumahsakitan di Indonesia.

BAB I: TANGGUNG JAWAB UMUM RUMAH SAKIT


Rumah sakit sebagai lembaga kesehatan memiliki tanggung jawab yang
besar dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai dengan
etika profesional. Untuk itu, Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
menggarisbawahi prinsip-prinsip dasar yang harus dipegang teguh oleh setiap
rumah sakit dalam menjalankan fungsinya.
Pasal 1: Penerapan Kode Etik Rumah Sakit
Rumah sakit harus mengintegrasikan KODERSI ke dalam operasionalnya.
Selain mematuhi KODERSI, rumah sakit juga diwajibkan untuk menyusun kode
etik internal yang sesuai dengan KODERSI. Kode etik internal ini harus selaras
dengan prinsip moral, nilai-nilai, dan peraturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Penerapan kode etik ini harus menjadi dasar dalam setiap kebijakan dan kegiatan
yang dilakukan oleh rumah sakit.
Pasal 2: Pelayanan Kesehatan Personal
Pelayanan kesehatan yang disediakan oleh rumah sakit haruslah
komprehensif dan personal. Artinya, rumah sakit harus mampu menyediakan
pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan klinis pasien, mengutamakan
kepentingan terbaik pasien, dan sejalan dengan kapasitas serta kemampuan rumah
sakit.
Pasal 3: Pelayanan Gawat Darurat

4
Rumah sakit memiliki tanggung jawab kemanusiaan untuk menyediakan
pelayanan gawat darurat. Ini berarti rumah sakit harus siap dan mampu
memberikan pelayanan medis darurat sesuai dengan kapasitas dan fasilitas yang
dimilikinya. Pelayanan gawat darurat ini merupakan prioritas utama dalam upaya
menyelamatkan nyawa pasien.
Pasal 4: Standar Pelayanan Rumah Sakit
Standar pelayanan rumah sakit harus memastikan bahwa setiap pasien
mendapatkan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang aman dan efektif. Rumah
sakit harus mengutamakan kepentingan pasien dan keluarga, memastikan kualitas
pelayanan yang tinggi, menerapkan prinsip non-diskriminasi, menyediakan
layanan yang relevan dengan kebutuhan pasien, dan memadai sesuai dengan
standar layanan rumah sakit yang telah ditetapkan.
Dengan mematuhi dan mengimplementasikan KODERSI, rumah sakit di
Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan
memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perumahsakitan.
Pasal 5: Persetujuan Umum Rumah Sakit (General Consent)
Rumah sakit harus mendapatkan persetujuan umum dari pasien, keluarga,
atau pihak yang bertanggung jawab sebelum melakukan tindakan medis atau
prosedur lain yang diperlukan. Ini menjamin bahwa pasien atau keluarga
memahami prosedur yang akan dilakukan dan memberikan persetujuan atas
tindakan tersebut.
Pasal 6: Perkembangan Perumahsakitan
Dalam menjalankan kegiatannya, rumah sakit harus terus mengikuti
perkembangan dunia perumahsakitan baik dari segi teknologi, penelitian, maupun
standar pelayanan. Hal ini penting untuk memastikan pelayanan yang diberikan
selalu update dan sesuai dengan standar internasional.
Pasal 7: Tanggung Jawab
Rumah sakit memiliki kewajiban untuk mengawasi seluruh proses
pelayanan yang dilakukan dan bertanggung jawab terhadap setiap kejadian yang
terjadi di dalam rumah sakit. Untuk memastikan kualitas pelayanan, rumah sakit
harus melakukan audit kinerja dan audit klinis secara berkala.

5
Pasal 8: Tata Kelola Rumah Sakit
Tata kelola rumah sakit harus mengikuti prinsip-prinsip good corporate
governance, good clinical governance, dan good ethical governance. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa asuhan pasien diberikan sesuai dengan norma
moral, bisnis, sosial, dan hukum yang berlaku.
Pasal 9: Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Rumah sakit wajib menjaga dan bertanggung jawab atas semua catatan atau
arsip medis dan non-medik. Semua kegiatan penyelenggaraan rumah sakit,
termasuk insiden keselamatan pasien, harus dicatat, disimpan, dan dilaporkan
melalui Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dengan baik dan
akurat.
Pasal 10: Promosi Pelayanan
Dalam melakukan promosi pelayanan atau pemasaran, rumah sakit harus
memastikan informasi yang disampaikan bersifat informatif, benar, dan lengkap.
Promosi harus didasarkan pada fakta yang nyata, tidak bersifat komparatif, tidak
berlebihan, dan selalu mengacu pada Kode Etik Rumah Sakit Indonesia
(KODERSI) serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ASAS KODE ETIK


1. Etika dalam Pengelolaan Keuangan
Kode etik harus memuat pedoman-pedoman yang jelas mengenai pengelolaan
keuangan rumah sakit, termasuk transparansi dalam pelaporan keuangan,
pencegahan korupsi, dan penghindaran konflik kepentingan.
2. Etika dalam Pelayanan Pasien
Kode etik harus menetapkan standar tinggi terkait dengan pelayanan kepada
pasien, termasuk pengaturan biaya yang wajar, pemberian informasi yang jujur
mengenai biaya dan alternatif perawatan, serta penanganan keluhan pasien
dengan cepat dan adil.
3. Etika dalam Berbisnis

6
Rumah sakit seringkali terlibat dalam berbagai transaksi bisnis dengan pihak
eksternal. Oleh karena itu, kode etik juga harus mencakup pedoman-pedoman
mengenai etika bisnis, termasuk penghindaran konflik kepentingan, praktik
anti-monopoli, dan keterbukaan dalam hubungan bisnis.
4. Penegakan Kode Etik
Penting untuk memiliki mekanisme penegakan yang efektif terkait dengan
kode etik ini, termasuk sanksi bagi pelanggar dan pelaporan yang aman bagi
para pelapor pelanggaran etika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses implementasi kode etik dilakukan dalam mengatur kegiatan
ekonomi di rumah sakit?
2. Sejauh mana implementasi kode etik berkontribusi terhadap menjaga integritas
rumah sakit dalam konteks kegiatan ekonomi?
3. Bagaimana kode etik membantu memastikan bahwa kegiatan ekonomi rumah
sakit tidak mengganggu atau mengorbankan kualitas pelayanan medis yang
diberikan?
4. Apa upaya konkret yang dilakukan untuk memastikan bahwa pasien tidak
dieksploitasi secara finansial atau tidak diberikan perlakuan yang tidak adil
berdasarkan kondisi keuangan mereka?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menganalisis peran dan pentingnya kode etik dalam mengatur kegiatan
ekonomi di rumah sakit.
2. Menjelaskan implementasi kode etik dalam praktik sehari-hari di rumah sakit
dan dampaknya terhadap integritas dan kualitas pelayanan.
3. Menyoroti tantangan dan hambatan dalam menerapkan kode etik di rumah
sakit serta upaya untuk mengatasinya.
4. Mempertimbangkan strategi dan langkah-langkah untuk meningkatkan
efektivitas kode etik dalam menjaga integritas, pelayanan bermutu, dan
perlindungan hak pasien dalam konteks kegiatan ekonomi di rumah sakit.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Implementasi Kode Etik Dilakukan Dalam Mengatur Kegiatan


Ekonomi Di Rumah Sakit
Implementasi kode etik dalam konteks kegiatan ekonomi rumah sakit
memerlukan langkah-langkah yang terencana dan terstruktur. Proses ini dimulai
dengan pembentukan sebuah komite atau tim yang bertanggung jawab untuk
menyusun kode etik yang sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ingin
dijunjung tinggi oleh rumah sakit. Komite ini biasanya terdiri dari berbagai
stakeholder, termasuk manajemen rumah sakit, staf medis dan non-medis, serta
perwakilan dari masyarakat atau pasien.

Setelah kode etik disusun, langkah berikutnya adalah menyebarkannya


kepada seluruh staf rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan melalui sesi pembekalan,
pelatihan, atau workshop yang diadakan khusus untuk tujuan tersebut. Penting bagi
manajemen rumah sakit untuk secara aktif terlibat dalam menyampaikan pesan
tentang pentingnya mematuhi kode etik dan konsekuensinya bagi individu dan
organisasi.

Selain itu, penting untuk memastikan bahwa semua pihak memahami dan
menerima kode etik tersebut. Ini dapat melibatkan diskusi terbuka, pertemuan
kelompok, atau bahkan penyuluhan individu untuk menjawab pertanyaan atau
kekhawatiran yang mungkin timbul. Keterlibatan aktif dari seluruh anggota staf
dalam proses implementasi akan membantu memperkuat komitmen terhadap kode
etik.

Selanjutnya, perlu ada mekanisme pengawasan dan penegakan kode etik


yang efektif. Hal ini termasuk pembentukan sebuah badan atau komite yang
bertugas untuk mengawasi kepatuhan terhadap kode etik dan menangani laporan
atau keluhan terkait pelanggaran kode etik. Sanksi yang jelas dan proporsional

8
harus ditetapkan untuk pelanggaran, sementara penghargaan atau pengakuan juga
dapat diberikan kepada mereka yang secara konsisten mematuhi kode etik.

Dengan demikian, proses implementasi kode etik dalam mengatur kegiatan


ekonomi di rumah sakit melibatkan langkah-langkah mulai dari penyusunan kode
etik, sosialisasi, pengawasan, hingga penegakan, yang semuanya dilakukan untuk
memastikan bahwa praktek-praktek ekonomi rumah sakit sesuai dengan nilai-nilai
moral dan prinsip-prinsip etika yang telah ditetapkan.

Permasalahan:
Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam proses implementasi kode etik
adalah kurangnya pemahaman atau kesadaran akan kode etik tersebut di kalangan
staf rumah sakit. Terkadang, meskipun kode etik telah disusun dan disebarkan,
beberapa individu mungkin tidak sepenuhnya memahami implikasi atau pentingnya
mematuhi kode etik tersebut. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpatuhan yang tidak
disengaja atau bahkan pelanggaran yang disengaja terhadap kode etik.

Solusi:
Untuk mengatasi permasalahan ini, rumah sakit dapat mengadakan pelatihan dan
workshop yang berkaitan dengan kode etik secara teratur. Misalnya, mereka dapat
menyelenggarakan sesi pelatihan tahunan atau semesteran yang dihadiri oleh
seluruh staf, di mana prinsip-prinsip kode etik dijelaskan secara rinci dan contoh
kasus nyata disajikan untuk memperjelas konsepnya. Selain itu, mereka juga dapat
membuat materi pendidikan online atau buku panduan yang mudah diakses oleh
semua staf sebagai referensi yang dapat mereka konsultasikan kapan pun
diperlukan.

Salah satu peraturan yang relevan adalah Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit. Peraturan ini mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan

9
kefarmasian di rumah sakit, termasuk aspek-aspek terkait dengan etika dan kode
etik dalam pengelolaan farmasi di lingkungan rumah sakit.

Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang


Manajemen dan Penyelenggaraan Kesehatan di Rumah Sakit juga menjadi acuan
penting dalam mengatur kegiatan ekonomi rumah sakit di Indonesia. Peraturan ini
mencakup berbagai aspek pengelolaan rumah sakit, termasuk manajemen
keuangan, biaya pelayanan kesehatan, dan hak-hak pasien.

Kedua peraturan tersebut memberikan pedoman yang jelas bagi rumah sakit
dalam mengatur kegiatan ekonominya sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan nilai-
nilai yang dijunjung tinggi dalam pelayanan kesehatan. Misalnya, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2012 menetapkan standar etika yang harus
dipatuhi oleh tenaga farmasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien,
sementara Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 mengatur tentang
transparansi biaya pelayanan kesehatan kepada pasien.

2.2 Kontribusi Implementasi Kode Etik terhadap Menjaga Integritas Rumah


Sakit dalam Konteks Kegiatan Ekonom
Implementasi kode etik dalam kegiatan ekonomi rumah sakit memiliki
peran penting dalam menjaga integritas institusi tersebut. Integritas merupakan
fondasi utama dari kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit sebagai penyedia
layanan kesehatan yang andal dan berkualitas. Dengan menerapkan kode etik yang
sesuai, rumah sakit dapat memastikan bahwa semua kegiatan ekonominya
dilakukan dengan prinsip-prinsip moral yang tinggi, yang pada gilirannya
meningkatkan kepercayaan dan reputasi mereka di mata masyarakat.

Permasalahan:
Salah satu contoh konkret dari kontribusi implementasi kode etik terhadap menjaga
integritas rumah sakit adalah dalam pengelolaan konflik kepentingan. Dalam
lingkungan rumah sakit yang kompleks, konflik kepentingan antara aspek ekonomi

10
dan kesehatan seringkali dapat muncul. Misalnya, ketika keuntungan finansial
bertentangan dengan kebutuhan pasien atau standar medis yang ditetapkan, ada
risiko bahwa integritas rumah sakit dapat terganggu.

Solusi:
Salah satu solusi untuk mengatasi konflik kepentingan ini adalah dengan
menerapkan kebijakan yang transparan dan terukur. Misalnya, rumah sakit dapat
menyusun pedoman yang jelas mengenai hubungan dengan pemasok atau
perusahaan farmasi yang menghindari konflik kepentingan atau penyalahgunaan.
Selain itu, pembentukan sebuah komite atau lembaga independen yang bertugas
untuk meninjau dan menilai situasi-situasi yang berpotensi mengarah pada konflik
kepentingan dapat membantu memastikan bahwa keputusan-keputusan yang
diambil oleh rumah sakit tetap mengutamakan kepentingan pasien dan kesehatan
masyarakat.

Dalam konteks regulasi di Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang


berkaitan dengan pengelolaan konflik kepentingan dalam rumah sakit. Salah
satunya adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata
Laksana Konflik Kepentingan dalam Pelayanan Kesehatan. Peraturan ini mengatur
tentang prosedur dan mekanisme pengelolaan konflik kepentingan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk di rumah sakit.

Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun 2017 tentang


Pedoman Pemberian Insentif kepada Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan memberikan arahan mengenai pemberian insentif kepada tenaga
kesehatan di rumah sakit. Peraturan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
konflik kepentingan yang mungkin timbul akibat pemberian insentif yang tidak etis
atau tidak sesuai dengan standar moral.

11
2.3 Peran Kode Etik dalam Menjaga Kualitas Pelayanan Medis
Selain menjaga integritas, implementasi kode etik juga memiliki dampak
yang signifikan terhadap kualitas pelayanan medis yang disediakan oleh rumah
sakit. Kualitas pelayanan medis bukan hanya merupakan indikator keberhasilan
operasional suatu rumah sakit, tetapi juga faktor penentu dalam kepuasan dan
kepercayaan pasien. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa
kegiatan ekonomi rumah sakit tidak merugikan atau mengorbankan kualitas
pelayanan medis yang diberikan.

Permasalahan:
Dalam konteks ini, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah penekanan
terhadap keuntungan finansial yang mungkin mengarah pada pemangkasan atau
pengurangan kualitas pelayanan medis. Misalnya, pemangkasan staf medis atau
penyediaan peralatan medis yang kurang memadai untuk menghemat biaya dapat
berdampak negatif pada pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Kondisi
ini dapat memengaruhi ketersediaan layanan, waktu tunggu, dan akhirnya, hasil
pengobatan pasien.

Solusi:
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, rumah sakit perlu mengadopsi pendekatan
yang seimbang antara keberlanjutan keuangan dan kualitas pelayanan medis. Salah
satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan melakukan analisis biaya-manfaat
yang cermat terhadap setiap keputusan ekonomi yang diambil. Hal ini
memungkinkan rumah sakit untuk mengidentifikasi area-area di mana
penghematan biaya dapat dilakukan tanpa mengorbankan kualitas pelayanan medis
yang diberikan kepada pasien.

Selain itu, penting untuk memastikan bahwa semua keputusan terkait alokasi
sumber daya didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat. Pembentukan komite
atau tim yang bertugas untuk mengevaluasi setiap keputusan ekonomi dari sudut
pandang etika dapat membantu memastikan bahwa kepentingan pasien selalu

12
ditempatkan pada posisi teratas. Selain itu, adopsi praktik-praktik terbaik dalam
pengelolaan sumber daya, termasuk pengadaan peralatan medis dan rekrutmen staf
medis yang berkualitas, juga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas
pelayanan medis.

Dalam konteks regulasi di Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang


berkaitan dengan standar kualitas pelayanan medis di rumah sakit. Salah satunya
adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Peraturan ini mengatur
tentang tata cara penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit, termasuk
pengadaan dan penggunaan obat-obatan serta peralatan medis yang harus
memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.

Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2020 tentang


Standar Akreditasi Rumah Sakit juga memiliki kaitan dengan kualitas pelayanan
medis. Peraturan ini menetapkan standar-standar yang harus dipenuhi oleh rumah
sakit untuk mendapatkan akreditasi, termasuk standar terkait dengan pelayanan
medis, manajemen rumah sakit, dan keselamatan pasien.

Kedua peraturan tersebut memberikan landasan hukum bagi rumah sakit


untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan medis yang mereka berikan
kepada pasien. Dengan mematuhi standar-standar yang telah ditetapkan dalam
peraturan tersebut, rumah sakit dapat memastikan bahwa setiap kegiatan
ekonominya tidak merugikan atau mengorbankan kualitas pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien.

Penerapan kode etik dalam konteks kegiatan ekonomi rumah sakit juga
diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Kode Etik
Kegiatan Ekonomi Rumah Sakit. Peraturan ini mengatur tentang prinsip-prinsip
etika yang harus dipatuhi oleh rumah sakit dalam menjalankan kegiatan
ekonominya, termasuk prinsip-prinsip yang berkaitan dengan menjaga kualitas

13
pelayanan medis dan menghindari konflik kepentingan yang dapat merugikan
pasien.

Pemahaman akan pentingnya kode etik dalam menjaga kualitas pelayanan


medis merupakan landasan utama dalam implementasi prinsip-prinsip etika dalam
kegiatan ekonomi rumah sakit. Dengan memastikan bahwa setiap keputusan
ekonomi didasarkan pada nilai-nilai etika yang kuat dan mengutamakan
kepentingan pasien, rumah sakit dapat menjaga kualitas pelayanan medis yang
tinggi, sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi pasien dan masyarakat
secara keseluruhan.

2.4 Upaya Konkret untuk Mencegah Eksploitasi Finansial dan Perlakuan


Tidak Adil terhadap Pasien
Kode etik memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa pasien tidak
dieksploitasi secara finansial atau diberikan perlakuan yang tidak adil berdasarkan
kondisi keuangan mereka. Pasien sering kali berada dalam posisi yang rentan dan
memerlukan perlindungan ekstra terhadap praktik-praktik yang merugikan dalam
konteks keuangan. Oleh karena itu, penting bagi rumah sakit untuk mengambil
langkah-langkah konkret untuk melindungi hak-hak pasien dan mencegah
eksploitasi finansial.
Permasalahan:
Salah satu permasalahan yang sering muncul adalah praktik penetapan harga yang
tidak transparan atau tidak adil. Misalnya, pasien sering kali tidak diberikan
informasi yang cukup mengenai biaya pelayanan medis yang akan mereka terima,
sehingga sulit bagi mereka untuk membuat keputusan yang informasional dan
finansial yang tepat. Hal ini dapat mengakibatkan pasien dibebani dengan biaya
yang tidak terduga atau tidak terjangkau, yang pada gilirannya dapat merugikan
mereka secara finansial.
Solusi:
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, rumah sakit dapat mengadopsi kebijakan
penetapan harga yang transparan dan jujur. Ini termasuk memberikan estimasi biaya

14
kepada pasien sebelum pelayanan diberikan, menyediakan informasi rinci
mengenai biaya-biaya yang terkait dengan perawatan medis, dan memberikan
bantuan keuangan kepada pasien yang membutuhkan. Selain itu, penting untuk
mengadopsi praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan tagihan dan penagihan
untuk memastikan bahwa pasien tidak dibebani dengan biaya tambahan yang tidak
wajar.

Upaya untuk mencegah eksploitasi finansial dan perlakuan tidak adil


terhadap pasien merupakan bagian integral dari implementasi kode etik dalam
kegiatan ekonomi rumah sakit. Dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang
transparan dan adil, rumah sakit dapat memastikan bahwa pasien tidak dieksploitasi
secara finansial dan diberikan perlakuan yang adil, tanpa memandang kondisi
keuangan mereka. Ini mencerminkan komitmen mereka terhadap nilai-nilai etika
dan kepentingan utama mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
bermartabat kepada semua pasien.

Dalam konteks regulasi di Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang


berkaitan dengan perlindungan hak-hak pasien terkait dengan aspek keuangan
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu peraturan yang relevan
adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013
tentang Manajemen dan Penyelenggaraan Kesehatan di Rumah Sakit. Peraturan ini
mengatur tentang hak dan kewajiban pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
di rumah sakit, termasuk hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan
transparan mengenai biaya pelayanan medis yang akan diterima.

Selain itu, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang


Kode Etik Kegiatan Ekonomi Rumah Sakit juga memiliki kaitan dengan
perlindungan hak-hak pasien terkait dengan aspek keuangan. Peraturan ini
menetapkan prinsip-prinsip etika yang harus dipatuhi oleh rumah sakit dalam
mengatur kegiatan ekonominya, termasuk prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
transparansi dan keadilan dalam penetapan harga pelayanan medis.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Implementasi kode etik dalam kegiatan ekonomi rumah sakit memiliki
dampak yang signifikan dalam menjaga integritas institusi, meningkatkan kualitas
pelayanan medis, dan melindungi hak-hak pasien. Kode etik memberikan pedoman
bagi staf rumah sakit dalam menghadapi situasi yang memerlukan keputusan moral,
sehingga membantu mempertahankan moralitas dan integritas individu dalam
menghadapi tekanan ekonomi. Selain itu, kode etik juga memastikan bahwa
kegiatan ekonomi rumah sakit tidak mengorbankan kualitas pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien.
Dengan menerapkan kode etik yang sesuai, rumah sakit dapat memastikan
bahwa setiap keputusan ekonomi yang diambil tidak mengorbankan standar
kualitas pelayanan medis yang telah ditetapkan. Melalui kebijakan penetapan harga
yang transparan dan jujur, serta adopsi praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan
tagihan dan penagihan, rumah sakit dapat memastikan bahwa hak-hak pasien
dilindungi dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, implementasi kode etik
dalam kegiatan ekonomi rumah sakit bukan hanya merupakan kewajiban moral,
tetapi juga merupakan langkah penting untuk menjaga reputasi, meningkatkan
kepercayaan masyarakat, dan memastikan bahwa pasien menerima pelayanan
medis yang berkualitas dan adil.
Di Indonesia, peraturan-peraturan yang mengatur praktik ekonomi rumah
sakit juga memberikan landasan hukum yang kuat untuk melindungi hak-hak
pasien dan mengatur praktik-praktik yang berkaitan dengan aspek keuangan dalam
pelayanan kesehatan. Dengan mematuhi peraturan-peraturan tersebut dan
mengintegrasikan nilai-nilai etika dalam setiap keputusan ekonomi yang diambil,
rumah sakit di Indonesia dapat menjaga kualitas pelayanan medis yang tinggi,
memastikan transparansi dalam penetapan harga, serta mencegah eksploitasi
finansial terhadap pasien.

16
3.2 Saran
1. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Etika
Rumah sakit harus meningkatkan pendidikan dan pelatihan tentang nilai-nilai
etika kepada seluruh staf, termasuk tenaga medis dan non-medis, serta
memperkuat kesadaran akan pentingnya prinsip-prinsip etika dalam setiap
keputusan dan tindakan.
2. Pembentukan Mekanisme Pengawasan dan Penegakan Kode Etik
Rumah sakit perlu memperkuat mekanisme pengawasan dan penegakan kode
etik, termasuk pembentukan komite etika dan divisi audit internal yang
bertanggung jawab atas pemantauan dan penilaian kepatuhan terhadap kode
etik.
3. Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan
Rumah sakit harus meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan,
dengan memastikan laporan keuangan yang jujur dan terbuka serta
melaksanakan audit internal dan eksternal secara berkala.

17
DAFTAR PUSTAKA

American Hospital Association. (2018). AHA Guide: Key Issues for Hospitals and
Health Systems. American Hospital Association.
Indonesia, P. R. S. S. (2015). Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) dan
Penjelasannya. Jakarta: Persi, 1-55.
Lo, B., & Field, M. J. (Eds.). (2009). Conflict of Interest in Medical Research,
Education, and Practice. National Academies Press.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 71 Tahun 2013 tentang Manajemen dan Penyelenggaraan
Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Kode Etik Kegiatan Ekonomi Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pedoman Pemberian Insentif kepada
Tenaga Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 7 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2020 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai