Disusun oleh:
Nia Aulia (23211012)
Farida Lestari (23211005)
Sesilia (23211010)
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Geometri Euclid yang berjudul “Kekongruenan Segmen
Garis dan Sudut” dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga dari makalah ini, kita sebagai calon
guru mampu memahami materi geometri euclid ini dan mampu menghasilkan peserta didik yang
berkualitas.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
2.1 Garis dan Sudut................................................................................................................6
2.2 Kongruen........................................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
3.2. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Geometri adalah salah satu cabang ilmu matematika. Geometri berasal dari bahasa Yunani
yaitu geo yang berarti bumi dan metria yang berarti ukuran. Dengan demikian geometri merupakan
studi ruang dan sistematisasi dari cara kita memandang ruang di sekitar kita. Geometri adalah salah
satu ilmu yang tertua, ilmu yang menyangkut geometri telah ada sejak zaman Mesir Kuno, Lembah
Sungai Indus dan Babilon, sekitar 3000 SM. Pada awalnya geometri hanya menitikberatkan pada
jarak, luas, dan volume. Tetapi pada abad ke-3 SM, geometri telah diletakkan dalam aksioma Euclid
yang disebut Geometri Euclid. Geometri Euclid merupakan sebuah sistem matematik yang
disumbangkan oleh seorang ahli matematik Yunani bernama Euclid dari Alexanderia.
Geometri Euclid adalah pembelajaran geometri yang didasarkan pada definisi, teorema atau
aksioma ( titik, garis, dan bidang ) dan asumsi-asumsi dari seorang matematikawan Yunani yakni
Euclid. Euclid membuat pola deduktif secara komprehensif untuk membentuk geometri. Euclid
biasanya terkenal dengan pengaturan teorema secara logis, sehingga dapat menunjukkan ( diakui,
tidak selalu dengan ketelitian yang dituntut oleh matematika modern ) bahwa mereka harus mengikuti
dari lima aksioma sederhana. Geometri Euclid merupakan satu sistem aksioma, yang mana semua
teorema (“pernyataan benar” ) adalah diambil daripada satu bilangan aksioma-aksioma yang
terhingga. Pada permulaan buku Elements Yang pertama, Euclid memberikan lima postulat ( aksioma)
:
yaitu berupa titik dan garis, namun sejak Euclid mengemukakan postulatnya tersebut maka
berkembanglah bentuk– Bentuk geometri lainnya. Geometri tersebut terus berkembang menjadi
geometri data dan geometri ruang. Materi kesebangunan merupakan bagian dari materi geometri.
Materi ini merupakan materi pengembangan dari konsep sebelumnya yang meliputi materi garis
dan sudut, perbandingan, persamaan linear, aljabar, dan bangun datar
1.3 Tujuan
PENBAHASAN
Garis Adalah bentuk geometri yang dilukiskan oleh sebuah titik yang bergerak dan garis hanya
memiliki satu dimensi yaitu panjang. Garis lurus adalah garis yang terletak secara rata dengan titik-
titik pada dirinya. Kedudukan dua buah garis :
1. Garis sejajar
Posisi dua garis akan dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut berada di satu
bidang dan apabila kedua garis tersebut di perpanjang tidak akan bisa saling
berpotongan.
2. Garis berpotongan
Dua buah garis dikatakan berpotongan apabila keduanya memiliki sebuah titik potong
atau dapat dikatakan sebagai titik persekutuan.
3. Garis berhimpit
Dua buah garis akan dikatakan berhimpit apabila kedua garis memiliki setidaknya
dua titik potong.
4. Garis bersilangan
Dua buah garis dikatakan bersilangan apabila keduanya tidak sejajar dan tidak berada
pada satu bidang.
Dalil 1 : Sifat kongruen segmen garis adalah refleksi, simetri, dan transitif.
Refleksi : untuk setiap garis AB berlaku AB=AB
Dalil 2 : Sebuah segmen garis dapat diperpanjang di kedua arah pada gambar dibawah dikatakan
bahwa titik D terletak pada perpanjangan segmen AB
Dalil 3 : melalui dua titik yang diberikan, hanya dapat dibuat satu garis, pada gambar diberikan titik A
dan B, hanya satu garis yang dapat dibuat melalui kedua titik itu.
Dalil 4 : dua garis tidak berpotongan pada lebih dari satu titik, pada gambar AEB dan CED
berpotongan di titik D dan tidak berpotongan dititik lain.
Dalil 5 : Jika terdapat sebuah titik pada suatu garis hanya dapat dibuat satu garis tegak lurus melalui
garis tersebut.
Dalil 6 : Untuk setiap dua titik berbeda, hanya ada satu bilangan real positif, yaitu panjang segmen
garis yang menghubungkan dua titik. Pada gambar, untuk titik A dan B yang berbeda, hanya ada satu
bilangan real positif diwakili oleh AB yang merupakan AB yaitu jarak titik A ke B
Dalil 7 : Jarak terpendek antara dua titik adalah panjang ruas garis yang menghubungkan dua titik itu.
Dalil 8 : Segmen garis memiliki satu dan hanya satu titik tengah. Pada gambar, segmen AB memiliki
titik tengah M dan ada titik tengah lain pada AB.
Sudut bidang terbentuk dari dua garis pada bidang yang bertemu pada sebuah titikdan tidak terletak
dalam sebuah garis lurus. Sudut memiliki tiga bagian penting, yaitu:
1. Kaki sudut
Garis sinar yang membentuk sudut tersebut.
2. Titik sudut
Titik pangkal atau titik potong tempat berhimpitnya garis sinar.
3. Daerah sudut
Daerah atau ruang yang ada diantara dua kaki sudut.
Jenis-jenis sudut
Sudut siku-siku, adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut 90°
Sudut lancip, adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut 0° <D < 90°
Sudut tumpul, adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut 90°< D < 180°
Sudut lurus, adalah sudut yang memiliki besar daerah sudut 180°
Sudut refleksi, adalah sebuah sudut yang memiliki besar daerah sudut 180°< D < 360°
Sudut berpenyiku
Apabila ada dua buah sudut berhimpit dan membentuk sudut siku-siku, maka sudut yang satu akan
menjadi sudut penyiku bagi sudut yang lain.
Sudut berpelurus
Apabila ada dua buah sudut yang berhimpitan dan saling membentuk sudut lurus maka sudut yang
satu akan menjadi sudut pelurus bagi yang lain.
Garis Lain
Adalah sudut yang memiliki posisi sama dan besarnya pun sama. Pada gambar di atas, sudut sehadap
adalah : <A=<E , <B=<F , <C=<G , <D=<H
Adalah sudut yang ada di bagian dalam dan posisinya saling bersebrangan. Pada gambar di atas sudut
dalam bersebrangan adalah : <C=<E , <D=<F
Adalah sudut yang berada di luar dan posisinya saling bersebrangan. Pada gambar di atas, sudut luar
bersebrangan adalah : <A=<G , <B=<H
Adalah sudut yang berada di bagian dalam pada sisi yang sama, bila dijumlahkan sudut yang saling
sepihak akan membentuk sudut 180°. Pada gambar di atas adalah : <D + <E = 180° , <C + <F = 180°
Adalah sudut yang posisinya saling bertolak belakang, pada gambar di atas sudut yang bertolak
belakang adalah : <A=<C , <B=<D , <E=<G , <F=<H
2.2 Kongruen
Kekongruenan dilambangkan dengan ≅u. Kedua benda dikatakan kongruen jika memiliki bentuk dan
ukuran yang sama.
Pada kedua bangun di atas, panjang KL=PQ, panjang LM=QR, panjang MN=RS, panjang NK=SP.
Oleh karena itu, pada bangun KLMN dan PQRS adalah kongruen karena memiliki bentuk dan ukuran
yang sama.
Sudut dan dua sisi yang bersesuaian sama besar (sisi, sudut, sisi)
Satu sisi diapit dan dua sudut yang bersesuaian sama besar(sudut, sisi, sudut)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, garis adalah sesuatu yang
mempunyai panjang tetapi tidak mempunyai lebar. Garis lurus adalah garis yang terletak
secara rata dengan titik-titik pada dirinya. Kedudukan dua garis meliputi, dua garis sejajar,
dua garis bersilangan, dua garis berpotongan, dan dua garis berhimpit. Sudut Bidang
terbentuk dari dua garis pada bidang yang bertemu pada sebuah titik dan tidak terletak dalam
sebuah garis lurus. Jenis-Jenis sudut diantaranya, sudut siku-siku, sudut lancip, sudut tumpul,
sudut lurus, dan sudut refleksi. Kekongruenan dilambangkan dengan ≅. Kedua benda
dikatakan kongruen jika memiliki bentuk dan ukuran yang sama.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan baru tentang strategi
pembelajaran, khususnya bagi para calon pendidik agar lebih mengerti tentang strategi
pembelajaran apa yang cocok dan efektif untuk diterapkan pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Juwita, E. R. (2012). Profil Abstraksi Siswa dalam Mengkonstruk Hubungan Antar Segitiga