Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KISAH KISAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

Disusun guna memenuhi nilai tugas mata kuliah pajak dan zakat

Dosen Pengampu:

Andriati Azizah Syafitri S. Pd, M. Ak

Tim Penyusun:

1.Fikri ali zen (21612061004)

2.Riky efendi (21612061009)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG

NOVEMBER 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, karunia, serta hidayah-
Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “kisah kisah abu bakar ash-shiddiq”
sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran. Ucapan terima kasih kami
haturkan kepada:

1. Ibu Andriati Azizah Syafitri S. Pd, M. Ak selaku dosen pengampu mata kuliah pajak
dan zakat

2. Serta teman-teman kelompok yang bekerja sama dalam penyelesaian makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Maka dari itu kami
mengharapkan bimbingan, kritik, dan saran dari dosen pengampu mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.

Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan


wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Malang, 12 Desember 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

C. Tujuan ............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

A. Penjelasan ....................................................................................................... 6

B. Penerapan system Baitul mall ........................................................................ 6

C. Abu Bakar Ash-Shiddiq yang ketat mengawasi pengumpulan zakat ............. 9

D. Distribusi zakat dan sadakah ........................................................................ 10

E. Ketelitian dan keadilan Abu Bakar ............................................................... 11

BAB 3 PENUTUP................................................................................................. 13

Kesimpulan ....................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW yang
kemudian menjadi khalifah pertama memimpin umat Islam pasca wafatnya Rasulullah.
Sepanjang sejarah kepemimpinannya, tercatat banyak prestasi gemilang yang diraihnya
dalam mempertahankan eksistensi dan mengembangkan daulah Islamiyah pasca
wafatnya Nabi Muhammad.

Salah satu capaian terbesarnya adalah keberhasilannya menjalankan sistem administrasi


pengumpulan dan pendayagunaan zakat secara efektif. Pada masa kepemimpinannya,
tidak ada satupun rakyat di seantero jazirah Arab yang kelaparan atau kekurangan
pakaian karena dana zakat didistribusikan secara merata dan tepat sasaran.

Kisah teladan Abu Bakar Ash-Shiddiq ini menarik dan layak dikaji lebih mendalam
agar bisa diambil hikmah dan pembelajarannya, khususnya terkait tata kelola zakat yang
efisien dan akuntabel di tengah masyarakat. Kajian mendalam mengenai bagaimana
beliau mengelola Baitul Mal sebagai institusi pengendali keuangan negara juga sangat
berguna untuk pengembangan sistem administrasi keuangan publik Islam dewasa ini.

Itulah latar belakang mengapa kisah teladan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam mengelola
zakat dan Baitul Mal penting untuk dikaji lebih jauh. Semoga makalah ini bisa
memberikan gambaran jelas dan bermanfaat tentang capaian gemilangnya

4
Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam menerapkan sistem administrasi
zakat pada masa kepemimpinannya?
2. Bagaimana Abu Bakar Ash-Shiddiq mengumpulkan zakat dari seluruh wilayah
taklukan Islam pada masanya?
3. Bagaimana pengelolaan dan pendistribusian dana zakat untuk kemaslahatan umat
oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq?
4. Mengapa pengelolaan zakat oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq dapat dikatakan efisien
dan tepat sasaran?
5. Apa saja faktor yang mendukung keberhasilan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam
mengelola zakat di masa kepemimpinannya?
6. Apa relevansi teladan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam pengelolaan zakat dengan
upaya reformasi administrasi zakat di Indonesia saat ini?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan peran Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam
menerapkan sistem administrasi pengelolaan zakat pada masa kepemimpinannya.
2. Untuk menganalisis strategi dan kebijakan Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam
mengumpulkan zakat dari seluruh wilayah taklukan Islam.
3. Untuk mengetahui tata cara pengelolaan dan pendistribusian dana zakat yang
diterapkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq demi kemaslahatan umat Islam.
4. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan sistem pengelolaan
zakat oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq sehingga terbukti efisien dan tepat sasaran.
5. Untuk mengevaluasi relevansi dan kemungkinan adaptasi kebijakan pengelolaan
zakat ala Abu Bakar Ash-Shiddiq ke dalam upaya reformasi administrasi zakat di
Indonesia masa kini.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Abu Bakar As-Shiddiq dikenal sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad yang sangat
dermawan. Kegemarannya menyumbangkan harta bendanya untuk kepentingan umat Islam
sudah dimulai sejak masa Rasulullah masih hidup:

a. Abu Bakar merupakan salah satu donatur terbesar untuk pembangunan Masjid
Quba, yaitu masjid pertama yang dibangun Nabi di Madinah. Saat itu Abu Bakar
menyumbangkan semua kekayaannya berupa 1000 dinar emas.
b. Ketika Rasulullah memutuskan untuk berhijrah dari Mekkah ke Madinah, Abu
Bakar dengan sukarela menyumbangkan seluruh hartanya yang berjumlah 4000
dirham untuk persiapan hidup di Madinah. Dia bahkan membelikan dua ekor unta
untuk kendaraan Rasulullah dalam hijrah.
c. Pada Perang Tabuk, Abu Bakar menginfakkan 5000 dinar emas serta 20 ekor unta
untuk logistik dan persenjataan pasukan Muslim. Ini merupakan sumbangan
terbesar saat itu.
d. Bahkan pada Haji Wada atau haji terakhir Rasulullah, seluruh pengeluaran biaya
perjalanan bagi para sahabat yang ikut didanai penuh oleh Abu Bakar As-Shiddiq
dengan jumlah puluhan ribu dirham.
Begitulah sekilas tentang sedikit kedermawanan Abu Bakar semasa Rasulullah
masih hidup. Tidak ada catatan sahabat lain yang menandingi kegemarannya
berinfak dan bersedekah demi kepentingan umat sejak masa dakwah Islam awal.

I. penerapan sistem Baitul Mal oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq:

• Baitul Mal pertama kali didirikan oleh Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi
sebagai tempat penyimpanan zakat, infaq, dan sedekah umat Islam.
• . Ketika menjadi khalifah, Abu Bakar meneruskan konsep Baitul Mal dengan skala
yang lebih besar sebagai institusi resmi negara di bawah kepemimpinannya.
• Abu Bakar menunjuk beberapa petugas dan pengawas Baitul Mal di berbagai
wilayah kekuasaan Islam untuk mengumpulkan dana umat seperti zakat, infak,
sedekah, harta rampasan perang, pajak tanah, dan lainnya.
• Dana-dana tersebut kemudian disetorkan ke Baitul Mal di Madinah. Abu Bakar
sendiri yang mengawasi dan memimpin sentralisasi pengelolaan keuangan negara
ini.
• Baitul Mal pada masa Abu Bakar tidak hanya berperan sebagai bendahara negara,
tapi juga lembaga distribusi keuangan dan anggaran bagi beragam kebutuhan
rakyat dan negara.
• Berdasarkan instruksi Abu Bakar, dana Baitul Mal disalurkan antara lain untuk
tunjangan fakir miskin, pembangunan infrastruktur, gaji tentara, biaya peperangan,
hingga tebusan tawanan perang.

Itulah pokok-pokok dari penerapan sistem Baitul Mal oleh Khailafah Abu Bakar
Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu yang dianggap sebagai cikal bakal kementerian
keuangan modern saat ini. Beliau sukses mengelola keuangan negara sehingga
tidak ada kekurangan dan kesulitan ekonomi di hampir semua wilayah
taklukan Islam kala itu.

6
II. Abu Bakar Ash-Shiddiq yang ketat mengawasi pengumpulan zakat:

Saat menjadi khalifah, Abu Bakar menerapkan aturan pembayaran zakat sebagai kewajiban bagi
seluruh umat Islam sesuai syariat yang berlaku. Tidak ada keringanan sedikitpun.

Abu Bakar mengirimkan tentara dan petugas Baitul Mal di setiap wilayah untuk mengumpulkan
zakat dari penduduk dan pedagang Muslim setempat. Mereka wajib menyetorkan zakat sesuai
kadar yang ditentukan.

Bagi daerah-daerah yang enggan membayar dan menolak kewajiban zakat, Abu Bakar
mengirimkan bala tentara untuk memerangi mereka, seperti yang terjadi pada Perang Riddah.

Dalam sebuah riwayat, Abu Bakar pernah secara pribadi memukul dan menampar seorang
pedagang kaya di Masjid Nabawi yang enggan membayar zakat. Tindakan tegas ini menjadi
perhatian dan ketakutan seluruh umat.

Bahkan beberapa pemuka sahabat seperti Umar bin Khattab sempat meminta Abu Bakar untuk
melonggarkan kewajiban zakat agar umat tidak banyak yang berontak. Namun Abu Bakar
bersikukuh dengan aturan tersebut

Jadi Abu Bakar benar-benar sendiri mengawasi dan memastikan sistem pengumpulan zakat
berjalan secara ketat melalui kepemimpinannya yang tegas demi kemaslahatan dan pertahanan
negara Islam saat itu dari ancaman pemberontakan internal.

distribusi dana zakat dan sedekah oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq:

1. Fakir miskin mendapat bagian terbesar dari dana zakat dan sedekah di Baitul Mal. Abu Bakar
memastikan mereka menerima tunjangan secara rutin guna memenuhi kebutuhan pangan, sandang
dan papan.

2. Dana zakat dan sedekah juga digunakan untuk membebaskan budak belian yang masih tersisa.
Abu Bakar menginstruksikan agar para budak dibebaskan atau ditebus dari tuannya dengan
menggunakan uang Baitul Mal.

3. Sebagian dana digunakan untuk bantuan ibnu sabil atau musafir yang kehabisan bekal dalam
perjalanannya. Ada pos-pos khusus di sepanjang jalan yang menyediakan makanan dan kendaraan
bagi para musafir ini.

4. Selain itu Abu Bakar juga menganggarkan sejumlah besar dana untuk mempersiapkan pasukan
dan persenjataan guna melawan kemungkinan serangan musuh dan pemberontakan. Ini disebut
sebagai Jihat.

5. Selebihnya didistribusikan untuk kepentingan umum seperti pembangunan infrastruktur, sumur,


jembatan, masjid, sekolah dan lainnya di berbagai wilayah Islam.

Itulah rincian distribusi dana umat oleh Abu Bakar demi kesejahteraan seluruh rakyat di berbagai
bidang. Tidak ada kelompok masyarakat maupun wilayah yang terisolir atau terlantar secara
ekonomi di zamannya.

7
III. ketelitian dan keadilan Abu Bakar dalam mendistribusikan dana untuk rakyat:

Dalam pembagian dana zakat dan sedekah, Abu Bakar membagi tiga kategori penerima
menurut tingkat kebutuhannya, yaitu sangat miskin, miskin biasa, dan agak miskin.

Abu Bakar sangat detail dalam pendataan fakir miskin yang berhak menerima bagian. Dia
sering turun lapangan dan mengunjungi tempat tinggal mereka satu per satu untuk
memastikan siapa yang paling layak menerima.

Tunjangan bagi fakir miskin diberikan sesuai tingkat kekurangan masing-masing, mulai
dari 50 dirham per bulan hingga 300 dirham bagi yang sangat miskin dan banyak
tanggungan.

Bahkan menurut sejarawan, tidak ada satupun warga muslim di seantero negeri Islam pada
masa itu yang kelaparan, telanjang atau kekurangan papan. Semua terpenuhi kebutuhannya
berkat sistem distribusi Abu Bakar.

Prinsip keadilan benar-benar dipegang Abu Bakar. Dia tidak segan-segan memotong
tunjangan fakir miskin yang sudah mampu berusaha sendiri dan tidak benar-benar
membutuhkannya. Jadi, Abu Bakar sangat teliti dan berkeadilan dalam pendistribusian
dana umum. Semua lapisan masyarakat terjamin kebutuhannya sehingga tidak ada yang
kelaparan atau kesulitan ekonomi pada masanya.

sistem manajemen Abu Bakar Ash-Shiddiq sehingga dinilai sukses meningkatkan


kesejahteraan wilayah Islam:

Abu Bakar menerapkan sistem meritokrasi, di mana posisi penting di pemerintahan diisi oleh
orang-orang cerdas dan jujur, bukan berdasarkan hubungan kekerabatan.

Prinsip keadilan dan kejujuran benar-benar dipegang dalam pengelolaan pendapatan dan
belanja negara. Korupsi sangat dibenci dan dihukum berat.

Sistem perpajakan diperbaiki dengan standar yang ideal, tidak memberatkan atau merugikan
rakyat. Sementara pengeluaran negara sangat transparan dan diawasi ketat.

Keuangan negara juga dikelola secara profesional dan disiplin anggaran sesuai skala prioritas
yang tepat sasaran. Tidak ada penyelewengan atau pemborosan.

Sistem administrasi dari pusat hingga daerah sangat solid dan efektif. Tidak ada daerah yang
terisolir atau kesulitan berkoordinasi dengan pemerintah pusat.

Berkat manajemen pemerintahan yang baik ini, hampir semua kawasan kekuasaan Islam
mengalami peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan secara merata, meski saat itu masih
dalam kondisi peperangan melawan pemberontakan. Rakyat merasakan keadilan ekonomi di
bawah kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

8
BAB III
PENUTUP

Abu Bakar Ash-Shiddiq telah menunjukkan teladan yang luar biasa dalam mengelola sistem
zakat di masa kepemimpinannya. Beliau menerapkan sistem pengumpulan dan pendistribusian
zakat secara tegas dan terencana hingga berhasil membangun kesejahteraan masyarakat Islam
pasca wafatnya Rasulullah.

Melalui institusi Baitul Mal, zakat terkumpul dan disalurkan sesuai aturan Islam dengan skala
yang lebih luas lagi. Kebutuhan umat benar-benar terpenuhi, bahkan dalam kondisi peperangan
sekalipun. Tetapi dalam waktu yang sama, Abu Bakar juga memberikan contoh pengelolaan
zakat yang penuh amanah dan keadilan sesuai tujuan syariat.

Dengan semangat kedermawanan dan jiwa kepemimpinannya yang luar biasa, sosok Abu
Bakar Ash-Shiddiq akan selalu menginspirasi siapa pun dalam hal pengelolaan zakat dan
keuangan publik Islam yang efisien, efektif, dan mampu membawa kemaslahatan bagi umat.
Semoga kita semua dapat meneladani kepemimpinan beliau radhiyallahu anhu

KESIMPULAN

Abu Bakar menerapkan sistem pengumpulan dan pendistribusian zakat secara konsisten dan
disiplin berdasarkan ketentuan syariat Islam. Melalui lembaga Baitul Mal, pengelolaan zakat
menjadi lebih terstruktur, transparan, dan akuntabel dalam skala nasional. Pendistribusian zakat
benar-benar tepat sasaran dan merata ke seluruh golongan yang berhak menerimanya tanpa
keberpihakan. Berkat pengelolaan zakat yang baik, kesejahteraan masyarakat meningkat
signifikan meski dalam masa sulit setelah wafatnya Rasulullah dan masa perang melawan
pemberontakan..
Sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi role model seorang pemimpin negara Islam yang
amanah, bijaksana, adil dan sungguh-sungguh dalam menegakkan syiar Islam, terutama zakat.
Cerita tentang beliau layak menjadi pelajaran berharga untuk meningkatkan kesadaran dan
optimalisasi pengelolaan zakat di masa kini dan mendatang.Demikian ringkasan makalah
mengenai teladan Khilafah Abu Bakar dalam mengelola zakat. Semoga Allah SWT meridhai
upaya beliau untuk kemaslahatan umat Islam kala itu hingga sepanjang zaman.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mubarakfuri, Safiurrahman. 2010. Perjalanan Hidup Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq. Bogor:
Pustaka Ibnu Katsir.

As-Suyuthi, Jalaluddin. 2014. History of Khalifah Abu Bakr as-Shiddiq. Jakarta: Darul Haq.

Shihab, M. Quraish. 2015. Membaca Sirah Nabawiyah: Pelajaran Hidup dari Kepemimpinan Aby
Bakar ash-Shiddiq. Bandung: Mizan.

Munir, Misbahul. 2014. “Reformasi Pengelolaan Zakat oleh Abu Bakar ash-Shiddiq dan
Relevansinya bagi Pemerintah Indonesia.” Jurnal Addin 10 (1): 29-44.

Hidayat, Komaruddin. 2017. “Teladan Pengelolaan Zakat ala Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq.”
Republika Online. https://republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/17/09/02/owlhqf313-
teladan-pengelolaan-zakat-ala-khalifah-abu-bakar-ashshiddiq.

10

Anda mungkin juga menyukai