Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DI INDONESIA

OLEH:

DEBRINA EUNIKE RIDO

OPSIANA ANACI BAKO

SATRIA KAY LAU

CINDIANI SOLI WENJI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM KONTEKS PENDIDIKAN
NASIONAL” .

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
dosen matakuliah Pengantar Pendidikan yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga
kami dapat tahu apa itu pengertian dan unsur-unsur pendidikan.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karna itu kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini.

Kupang, 20 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................4
C. TUJUAN PEMBAHASAN....................................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL.................................................................................5
B. PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL................................................................................7
C. PENERAPAN PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL..............9
BAB III........................................................................................................................................................12
PENUTUP...................................................................................................................................................12
A. Kesimpulan........................................................................................................................................12
B. Saran..................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia di Era Globalisasi ini, sangat rentan dengan kehidupan manusia yang
menghalalkan berbagai cara, manusia dikhawatirkan tidak lagi memilki nilai dan moral dalam
kehidupannya, manusia terkurung oleh nafsu kehidupan duniawinya, dan lupa akan kelemahan
dirinya sebagai mahluk ciptaan Allah, untuk itulah sebagai upaya menyeimbangi ganasnya
modernisasi, perlu penekanan kembali tentang pendidikan nilai dalam dunia pendidikan formal,
in-formal dan non-formal

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat
tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya. Nilai
merupakan isi pendidikan yang sangat penting dalam pendidikan, dimana dalam praktik
pendidikan banyak menghadapi kendala

Pendidikan nilai pada dasarnya adalah proses penanaman nilai kepada peserta didik yang
diharapkan oleh karenanya siswa dapat berperilaku sesuai dengan pandangn yang dianggapnya
baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. Pendidikan nilai bagi anak
merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pengaruh era globalisasi yang banyak
memberikan efek negative

B. RUMUSAN MASALAH

1. APA PENGERTIAN PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL


2. BAGAIMANA PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
3. BAGAIMANA PENERAPAN PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM
KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. UNTUK MENGETAHUI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL


2. UNTUK MENGETAHUI PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
3. UNTUK MENGETAHUI PENERAPAN PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL
DALAM KONTEKS PENDIDIKAN NASIONAL

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga
dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana
mestinya.
Pendidikan nilai pada dasarnya adalah proses penanaman nilai kepada peserta
didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berperilaku sesuai dengan pandangn
yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Pendidikan nilai bagi anak merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan
pengaruh era globalisasi yang banyak memberikan efek negative. Pertukaran dan
pengikisan nilai-nilai suatu masyarakat dewasa ini akan mungkin terjadi secara terbuka.
Bukan rahasia umum nilai-nilai yang dianggap baik oleh suatu kelompok masyarakat
bukan tak mungkin akan menjadi luntur digantikan oleh nilai-nilai baru yang belum tentu
cocok dengan budaya masyarakat.
Nilai bagi seseorang tidaklah statis, akan tetapi selalu berubah. Seseorang
menganggap sesuatu baik berdasarkan pandangannya saat itu. Maka perlunya peran
orang tua, guru, dan masyarakat dalam membina dan mengarahkan nilai yang baik
kepada peserta didik. Apabila seseorang menganggap nilai agama paling baik, maka ia
akan menerapkan nilai agama dan sikap yang dilakukan akan sesuai dengan nilai agama
yang diyakininya. Artinya sikap seseorang merupakan cerminan dari nilai yang
menurutnya baik, dan sikap orang itu mengendalikan kegiatannya sehari-hari.

Pendidikan nilai bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai bagi peserta
didik, namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakaan sebuah lingkungan
pendidikan yang disana setiap individu dapat menghayati kebebasannnya sebagai sebuah
prasyarat bagi kehidupan moral dewasa. Pendidikan nilai lebih kepada menciptakan
kultur kehidupann yang mendukung pertumbuhan individunya secara autentik.
Dalam praktek kehidupan, nilai yang diperlukan oleh manusia seperti nilai amanah,
kesabaran, kemanusiaan, etos kerja, disiplin, dll.

Nilai merupakan isi pendidikan yang sangat penting dalam pendidikan, dimana dalam
praktik pendidikan banyak menghadapi kendala, antara lain:
a. Pandangan hidup pragmatis
Pendidikan nilai menekankan pentingnya proses penyadaran bahwa manusia
membutuhkan nilai untuk kualitas spiritualnya. Kalau nilai-nilai tersebut
berkaitan dengan masalah praktis dan secara real berdampak keuntungan materil,
mungkin tidak terlalu sulit untuk menyadarkan peserta didik. Misalnya etos kerja
sebagai nilai, mudah dirasakan manfaatnya karena secara empiric dengan etos

5
kerja akan meningkatkan perekonomian. Berbeda dengan nilai ikhlas yang
secara sempit sering diartikan tanpa pamrih. Dalam kehidupan masyarakat yang
cenderung pragmatis ikhlas semacam itu dianggap tidak realistis karena tidak
secara kontan dirasakan manfaatnya, bahkan sering dianggap merugikan
kepentingan sesaat.
b. Penghargaan sesaat
Dalam lingkungan masyarakat yang tidak kondusif bagi suatu nilai, maka yang menjadi
kendala bagi pendidikan nilai tersebut. Misalnya kejujuran, semua orang tahu
bahwa kejujuran itu penting, tetapi kalau kenyataannya dalam kehidupan
masyarakat banyak orang jujur yang justru kurang beruntung dan kurang
mendapat penghargaan, maka nilai kejujuran akan pudar. Maraknya korupsi,
sogok-menyogok dan pencurian merupakan contoh real pudarnya kejujuran.
c. Penyempitan makna ganda
Pada dasarnya pendidikan agama adalah pendidikan nilai karena esensi agama adalah
system nilai. Tetapi ketika makna agama dipahami dan dihayati secara sempit
menjadi batas ibadah ritual. Penyempitan makna agama ini bisan muncul karena
pemahaman yang tidak sejalan dengan tuntutan ibadah dalam Islam. Dengan
pola pemikiran yang hanya memandang agama sebagai ritual namun tidak
menampilkan nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam Alquran dan hadist,
maka agama akan kehilangan wibawa moralnya. Kalau agama sudah kehilangan
wibawa moralnya, maka agama sebagai pilar pendidikan nilai dan moral akan
roboh.

Sedangkan pendidikan moral melatih peserta didik membangkitkan nafsu-nafsu


rubbubiyah (ketuhanan). Pada pendidikan moral, peserta didik dikenalkan atau dilatih
mengenai perilaku yang mulia dan perilaku yang tercela.
Setelah mendapatkan pendidikan moral, diharapkan peserta didik memiliki dan
menerapkan perilaku terpuji dan meninggalkan perilaku tercela.
Dalam pendidikan moral ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui, yaitu:
a) Moral Knowing
Tahap ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan moral. Dalam tahap ini tujuan
diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Peserta didik
harus mampu membedakan nilai akhlak terpuji dan nilai tercela serta nilai-nilai
universal. Sehingga memberikan pengetahuan anak lebih luas bukan hanya
berdasarkan agamanya namun berdasarkan lingkungan dan kenyataan. Peserta
didik memahami secara logis dan rasional pentingnya akhlak mulia dan bahaya
perbuatan tercela dalam kehidupan. Apabila peserta didik memahami secara logis,
maka peserta didik tidak akan terpaksa menjalankan akhlak mulia, dan mereka
merasa perlu menanamkannya dan mengamalkannya dalam kehidupan. Peserta
didik mengenal sosok Tuhan sebagai figure dari teladan akhlak mulia melalui
kitab suci dan cerita perjalanan hidupnya.
b) Moral Loving
belajar mencintai dengan melayani orang tanpa syarat. Tahap ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam

6
tahap ini yang menjadi sasaran guru adalah emosional peserta didik, hati atau jiwa
bukan lagi akal, rasio dan logika. Guru menyentuh emosi peserta didik sehingga
tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga peserta didik mau
mempraktikkannya. Guru bisa memasukinya dengan kisah-kisah yang menyentuh
hati. Dan diharapkan peserta didik mampu menilai dirinya sendiri dan sadar akan
kekurangan dirinya sehingga mau memperbaiki kekurangannya.
c) Moral Doing
Puncaknya peserta didik mempraktikkan nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga akan menjadi kebiasaan pada dirinya dan menjadi contoh buat orang
disekitarnya.

B. PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL

Kehidupan manusia di Era Globalisasi ini, sangat rentan dengan kehidupan manusia yang
menghalalkan berbagai cara, manusia dikhawatirkan tidak lagi memilki nilai dan moral dalam
kehidupannya, manusia terkurung oleh nafsu kehidupan duniawinya, dan lupa akan kelemahan
dirinya sebagai mahluk ciptaan Allah, untuk itulah sebagai upaya menyeimbangi ganasnya
modernisasi, perlu penekanan kembali tentang pendidikan nilai dalam dunia pendidikan formal,
in-formal dan non-formal.

Rohmat Mulyana menyimpulkan definisi pendidikan nilai yang mencakup keseluruhan aspek
sebagai pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai kebenaran,
kebaikan, dan keindahan, melaui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak
yang konsisten.
Berdasarkan uraian diatas bahwa pendidikan nilai dan moral merupakan suatu upaya
pembelajaran kepada peserta didik, untuk memahami dan mengenal, menanamkan dan
melestarikan, menyerap dan merealisasikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia, yang
berhubungan dengan kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam pembiasaan bertindak yang
konsisten dengan tuntutan nilai. Dan moral itu sendiri.
Kosasih Djahiri menyatakan bahwa : Keluarga dan kehidupannya tidak boleh disepelekan
dan diabaikan. Padahal kecenderungannya sekarang akibat dorongan kebutuhan materi yang kian
memuncak banyak ibu dan bapak bekerja dan menyerahkan masalah hidup anaknya kepada
“orang bayaran” (pengasuh dan pembantu). Sehingga hampir segala urusan pendidikan
sepenuhnya diandalakan kepada sekolah. Dan celakanya disekolah masalah afektual, nilai moral
hampir-hampir tidak tersentuh.
Berdasarkan hal tersebut diatas, keluarga sebagai lingkungan yang pertama membentuk sifat,
watak dan tabiat manusia, sudah sepantasnyalah memiliki peranan yang sangat besar dalam
pelaksanaan pendidikan nilai terhadap anak. Orang tua memiliki suatu tanggung jawab
bagaimana anak diarahkan pada hal-hal yang baik dan buruk sesuai dengan nilai dan moral
masyarakat sebagai lingkunagan tempat tinggal kita, semua masyarakat memiliki adat atau
norma kebisaan tersendiri, dan itu semua diikuti oleh anggota masyarakatnya.

7
Sementara ini, apabila kenyataan dimasyarakat banyak peranan orang tua diserahkan dalam
mendidik anak-anaknya ke orang lain atau para pembantu rumah tangga, sudah tentu anak-anak
tersebut memiliki sikap atau tabiat yang akan jauh berbeda dengan tabiat orang tuanya, dan anak
cenderung akan mengikuti apa yang ia lihat, yang menyenangkan dirinya tanpa didasari oleh
baik buruk, benar salah, wajar tidak wajar, pantas tidak pantas, boleh tidak, semua itu akan
dilabraknya.
Apabila kita mencermati tayangan-tayangan televisi, jarang sekali program acara yang
mengajak atau memberikan gambaran tentang anak sholeh, adat sopan santun, nilai-nilai luhur
bangsa. Saat ini tayangan televisi hampir semuanya mengarah kepada jenis hiburan yang sangat
pulgar, atau cerita selebriti yang seronok dan jauh dari norma-norma agama,sedangkan itu semua
suka dijadikan idola oleh para remaja. Wajar apabila sekarang ini nilai dan moral anak bangsa
sudah luntur dari nilai-nilai luhur manusia Indonesia yang terkenal dengan adat sopan santun dan
ramah tamahnya.
Dalam proses pendidikan nilai, tindakan pendidikan yang lebih spesifik dimaksudkan untuk
mecapai tujuan yang lebih khusus. Seperti dikemukakan komite APEID (Asia and the Pasific
programme of Educational Innovation for Development), pendidikan nilai secara khusus
ditujukan untuk:
(a) menerapkan pembentukan nilai kepada anak;
(b) menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan; dan
(c) membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut.
Dengan demikian tujuan pendidikan nilai dan moral meliputi tindakan mendidik
yang berlangsung mulai dari usaha penyadaran nilai dan moral sampai pada perwujudan
perilaku-perilaku yang bernilai dan bermoral.
Selanjutnya Kosasih Djahiri mengatakan bahwa dari berbagai gambaran terdahulu, dan
terutama karakteristik dunia afektif yang “unik-abstrak-kejiwaan”, maka memang pembelajaran
dunia ini bukanlah hal yang ringan. Sejumlah hambatan dan problema akan selalu hadir dalam
proses pendidikan nilai dan moral, diantaranya ialah :
a. Kemahiran menentukan dan membuat media stimulus pendidikan nilai
yang ampuh dan berkadar tinggi sehingga mampu mengundang “the
instinctive participation” yang aktif-terbuka.
b. Kemampuan membina proses pendidikan nilai yang serasi sehingga tidak
timbul gejolak “over dan under active activities”.
c. Upaya mencegah adanya gejolak “negative attitude” selama proses
pembelajaran terhadap isi pesan bahan ajar.
d. Memelihara suasana pengajaran yang selalu “gersang” (segar merangsang)
sehingga tidak menciptakan kebosanan dan stagnasi.
e. Menangkal/mengurangi hadirnya desonansi kognitif atau lainnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, bahwa proses pendidikan nilai tidak akan semulus apa
yang diharapkan sesuai dengan tujuannya, akan tetapi banyak kendala yang akan muncul dalam
proses tersebut baik itu dari factor dalam diri siswa, guru, lingkungan tempat tinggal, lingkungan
sekolah, situasi proses kegiatan belajar mengajar dan lain sebagainya. Hal ini harus diperhatikan
betul-betul sehingga dapat menjembatani kondisi yang ada dengan bentuk pendidikan nilai yang
diharapkan, kegunaan pengetahuan nilai dan cara penyelesaian masalahnya.

8
Pendidikan moral menjadi penting karena dengan pendidikan moral, anak mampu
memiliki pertahanan diri dalam menghindari hal-hal negative yang mungkin terjadi dalam
perjalanan hidupnya. Selain itu, yang terpenting pendidikan moral bagi anak adalah untuk
menumbuhkan nilai-nilai moral yang baik pada diri anak, agar ia secara mandiri mampu
memilah mana yang positif dan mana yang negative untuk dirinya. Tanpa perlu pengawasan dan
bimbingan dari orang tua atau pihak lain dikemudian hari, anak diharapkan mampu menentukan
segala tindakannya dalam batasan positif.
Anak yang berkembang dengan nilai-nilai moral yang positif dalam dirinya, dapat
diharapkan untuk terhindar dari kenakalan remaja, kriminalitas, juga menghindari narkoba.
Untuk itu sebaiknya diketahui cara yang tepat dan efektif bagi anak dalam mempelajari perilaku
moral.

Untuk membangun watak bangsa perlu gerakan pendidikan nilai. Asumsi yang digunakan
adalah semua agama ketemu dalam missi yang sama yaitu menegakkan moralitas dalam
kehidupan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Implikasi dari asumsi ini adalah:
1. Tidak ada pemisahan antara pendidikan agama dan pendidikan
nilai/moral karena pendidikan nilai sejalan dengan pendidikan agama. Oleh
karena itu pendidikan agama bertanggung jawab penuh dalam pendidikan
nilai dan moral. Implikasinya tidak p[erlu dikembangkan rekayasa adanya
pendidikan budi pekerti yang terlepas dari pendidikan agama karena akan
mempersubur pemisahan agama yang secara tidak disadari semakin dalam.
2. Image baik dikalangan pelajar, orang tua, guru dan masyarakat bahwa
nilai dn ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan harus ditumbuh
kembangkan. Sehingga semua guru memiliki tanggung jawab mengajarkan
nilai yang diintegrasikan dalam bidang studi masing-masing. Bahkan akan
lebih berarti lagi apabila guru bidang studi lain merasa terlibat sebagai guru
agama dalam aspek pendidikan nilai.

Penegakan hukum yang tegas dan adil terhadap pelanggaran nilai yang terjangkau hukum
sangat membantu pendidikan nilai. Runtuhnya nilai-nilai moral bangsa saat ini banyak
disebabkan tidak adanya tindakan hukum yang tegas dan adil. Sedangkan yang tak terjangkau.
Oleh sebab itu pendidikan nilai dan moral tak hanya menjadi tanggung jawab dalam pendidikan
formal. Tapi bekerja sama dengan masyarakat dalam menjalankan dan menerapkannya di
lingkungan sekitar. Terutama orang tua selaku pendidik utama bagi anak, tidak hanya
menyerahkan anak pada sekolah namun turut mengajarkan kepada anaknya di rumah. Sehingga
anak menjadi terbiasa bukan hanya di sekolah, tapi di setiap tempat.

C. PENERAPAN PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM KONTEKS


PENDIDIKAN NASIONAL

1. Pelaksanaan Pendidikan Moral dalam Dunia Pendidikan

9
Pendidikan moral sangat perlu bagi manusia, karena melalui pendidikan, perkembangan
moral diharapkan mampu berjalan dengan baik, serasi dan sesuai dengan norma demi harkat dan
martabat manusia itu sendiri.
Pendidikan moral telah ada dalam setiap jenjang pendidikan. Di sekolah dasar
perkembangan pendidikan moral tidak pernah beranjak dari nilai-nilai luhur yang ada dalam
tatanan moral bangsa Indonesia yang terpapar jelas dalam pancasila sebagai dasar Negara.
Pendidikan moral bertujuan sangat mulia yaitu untuk membentuk anak negeri sebagai individu
yang beragama, memiliki rasa kemanusiaan/tenggang rasa demi persatuan menjunjung tinggi
nilai-nilai musyawarah untuk kerakyatan serta keadilan hakiki.
2. Pelaksanaan Pendidikan Nilai dalam Dunia pendidikan
Sistem Pendidikan yang Diterapkan di Indonesia

Salah satunya yang banyak diterapkan yaitu sistem yang berorientasi pada nilai. Para pelajar
akan ditekankan bagaimana bersikap jujur, disiplin terhadap waktu, tanggung jawab, dan juga
diberikan motivasi yang tinggi untuk mencapai cita-cita
Strategi Menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Karakter di Kelas

 Memberikan Contoh yang Baik untuk Siswa


 Memberikan Apresiasi
 Memberikan Pesan Moral pada Setiap Pelajaran
 Jujur dan Terbuka pada Kesalahan
 Mengajarkan Sopan Santun
 Biarkan Siswa menjadi Pemimpin
 Berbagi Pengalaman Inspiratif
 Literasi Sekolah
 Memberikan Deadline pada Setiap Tugas

3. Faktor Pendorong Krisisnya Nilai Pendidikan Moral dalam Dunia Pendidikan


Beberapa hal yang mendorong terjadinya krisis nilai dan moral dalam dunia pendidikan antara
lain :
1. Kurangnya pendidikan nilai dan moral dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun
sekolah
Pendidikan nilai dan moral tersebut dalam prakteknya berjalan kurang efektif dan belum
sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. Dalam lingkup keluarga, pendidikan nilai dan moral
pertama kali ditanamkan dan lebih cenderung kepada penanaman nilai-nilai kejujuran, dalam
segala aspek kehidupan keluarga serta sarana pembentuk kepribadian yang pertama kalinya.
Pendidikan moral dalam masyarakat juga harus memberikan andil terhadap perkembangan
seorang individu. Perkembangan moral di sekolah menjadi wahana yang kondusif bagi
pertumbuhan dan perkembangan moral peserta didik.
2.Pengaruh globalisasi
Adanya globalisasi atau pasar bekas dimana seluruh pelosok dunia dapat bebas berinteraksi
tanpa batasan ruang dan waktu, banyak membawa pengaruh-pengaruh yang kurang baik

10
terhadap moral-moral anak bangsa, sehingga hal ini pun mengakibatkan semakin krisisnya
moral bangsa, apalagi dalam dunia pendidikan yang notabenya adalah para remaja yang masih
sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak diinginkan sebagai pengkrisisan moral.
3. Kurangnya peran agama
Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena nilai-nilai
moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa paksaan dari luar, dan keyakinan
tersebut ditanamkan sejak kecil.

4. Faktor Penting Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Moral dalam Dunia


Pendidikan
Berdasarkan tujuan pendidikan moral, terdapat tiga faktor penting sebagai pendukung pelaksana
pendidikan moral, antara lain :
1. Peserta didik
Peserta didik sejatinya harus memiliki tingkat kesadaran dan mampu mengembangkan nilai
untuk moral dalam dirinya dengan bantuan lingkungan sekitarnya.
2. Guru atau fasilitator
Guru seogyanya adalah fasilitator yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk
memahami dan menghayati nilai moral tersebut.
3. Agama
Pendidikan nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari
luar, datangnya dari keyakinan beragama yang telah ditanamkan pada diri individu sejak kecil.

5. faktor penting pendukung pelaksanaan pendidikan nilai dalam dunia pendidikan


Agar dalam pendidikan nilai dan moral dapat berjalan dengan proses pelaksanaan efektif,
maka terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Pada seseorang pendidik, seharusnya cara penyampaiannya pun harus
bermoral pula. Dimana seorang pendidik mulai dari SD sampai PT harus
memiliki moralitas yang terdapat dijadikan teladan oleh peserta didiknya.
Seorang pendidik harus memiliki akhlak mulia, jujur, bertaqwa, tidak curang,
tidak memaksakan kehendak, santun, disiplin, tidak plin-plan, berlaku adil di
dalam kelas, keluarga dan masyarakat.
b. Pendidikan moral dapat dilakukan dengan pendekatan yang bersifat
integrated, yaitu dengan melibatkan seluruh disiplin ilmu pengetahuan. Serta
harus didukung oleh kemauan, kerjasama yang kompak dan usaha yang
sungguh-sungguh dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Yang
turut bertanggung jawab terutama mengenai aspek efektifnya melalui mata
pelajaran yang diajarkan dan contoh teladan dalam tingkah laku serta
perbuatan-perbuatan.
Namun sesungguhnya pengendali moral yang paling penting adalah nilai agama yang
telah ditanamkan dalam diri individu sejak kecil. Karena sebenarnya kerusakan-kerusakan
yang terjadi saat ini bukan karena kegagalan agama dalam membangun masyarakat yang
bermoral, melainkan kegagalan umat memahami pesan moral agama dan keggalan
mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, demi menyelematkan
generasi yang akan datang, perlunya penanaman nilai agama yang lebih efektif.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan nilai pada dasarnya adalah proses penanaman nilai kepada peserta
didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berperilaku sesuai dengan pandangn
yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Pendidikan nilai bagi anak merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan
pengaruh era globalisasi yang banyak memberikan efek negative.
moral adalah prinsip baik buruk dalam masyarakat yang dianggap wajar atau
tidak sehingga seseorang bisa berinteraksi dengan orang lain sehingga moral berbentuk
sesuatu yang ditampilkan kepada orang lain.
Pendidikan nilai merupakan suatu upaya pembelajaran kepada peserta didik,
untuk memahami dan mengenal, menanamkan dan melestarikan, menyerap dan
merealisasikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia, yang berhubungan dengan
kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam pembiasaan bertindak yang konsisten dengan
tuntutan nilai.Pendidikan nilai menjadi penting karena dengan pendidikan nilai maka
akan terbentuk da terciptanya nilai-nilai luhur dalam hehidupan manusia yang
berhubungan dengan kebenaran dan kebaikan sehingga akan menjadi kebiasaan dalam
bertindak dan berjalan dengan konsisten. Melaui pendidikan nilai maka akan terciptanya
moral yang baik sehingga kehidupan sesame manusia berjalan tentram dan damai.
Pendidikan moral adalah siatu upaya untuk memperkenalkan dan melatih peserta
didik mengenai perilaku yang mulia dan perilaku yang tercela. Setelah mendapatkan
pendidikan moral, diharapkan peserta didik memiliki dan menerapkan perilaku terpuji
dan meninggalkan perilaku tercela.

B. Saran

Pendidikan menyiapkan peserta didik memasuki masyarakat masa depan oleh


karena itu , keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan seharusnya berorientasi
kemasarakat masa depan. Dengan demikian pendidkan diharapkan mampu menghasilkan
manusia yang dapat menyesuaikan diri serta mampu mengembangkan masyarakat masa
depan, pemerintah, keluarga dan lingkungan juga harus mengambil peran penting dalam
mendidik anak bangsa untuk kehidupan bermasyarakat masa depan yang lebih bermoral

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(Bandung: Rosda Karya, 2012)

Drs. Heri Jauhari, Fikih Pendidiikan,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008)

Dian Ibung, Mengembangkan Nilai Moral pada Anak,

(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009)

13

Anda mungkin juga menyukai