DOSEN PENGAMPU :
NURHADI SISWANTO, S.Fil., M.Fil.
Disusun oleh :
JURUSAN DESAIN
2020
I. PENDAHULUAN
Banyak orang melihat hasil karya desain interior berupa wujud / wadah yang kasat
mata, berupa sebuah penataan furniture dan dekorasi, seolah-olah merupakan ruangan
yang mati tanpa nilai atau makna yang berarti. Prinsip para pengguna bangunan dari
karya desain interior ini adalah bagaimana mereka dapat menggunakan dan
memfungsikan bangunan ini dengan nyaman, luncar dan aman, lengkap dengan
fasilitas pelayanan yang diinginkannya saat melakukan aktifitasnya di dalam hangunan
tersebut. Begitu juga orang lain yang bukan pengguna bangunan ini dapat menikmati
indahnya bangunan karena tampilan estetika yang unik dan menarik. Namun jika kita
mengkaji lebih dalam lagi bahwa sebuah karya desain interior disamping tuntutan
tersebut di atas tentunya diperlukan juga suatu nilai-nilai yang tidak dapat diwujudkan
dalam bentuk wadah (bangunan) yaitu suatu nilai filosofi yang mendasari terciptanya
bangunan tersebut.
Melalui kajian analisis makalah ini, dengan acuan dasar pada teori estetika dengan
melakukan pengamatan hasil-hasil karya desainer maupun arsitek, dan memberikan
gambaran tentang pentingnya konsep filosofi dalam suatu desain interior, sehingga
suatu karya, bukan hanya sekedar sebuah benda mati. Namun sebuah karya desain
adalah karya yang mempunyai nilai dan makna filosofi yang tinggi dan seolah-olah
mempunyai "roh" yang hidup.
Desain telah menjadi pembentuk budaya dunia kita dari awal. Desainer telah
merancang sistem, kota, dan komoditas. Desainer juga telah membahas masalah dunia.
Sekarang desain bukan tentang menyelesaikan masalah, tetapi tentang kecantikan
lingkungan yang dibuat. Desain adalah tentang perbaikan hidup dengan sesuatu yang
puitis, estetis, bisa dialamai, bisa dirasakan, dan emosional.
Jadi pada makalah kali ini saya sebagai penulis mencoba menganalisis lebih
mendalam karya desain furniture dari Karim Rashid, dengan menghubungkannya
dengan teori estetika estetika modern Abad XX yang dikemukakan oleh Morris Weitz
(1956) yang berpendapat tentang “Konsep Keterbukaan”. Tujuannya adalah untuk
menemukan pemaknaan mendasar dari karya desain furniture ini dan sekaligus bentuk
apresiasi terhadap karya ini, karena ada keterkaitan tentang konsep keterbukaan dari
Morris Weitz dan pandangan kontemporer dari Karim Rashid.
Karim Rashid adalah seorang desainer terkenal dan meluncurkan lebih dari 3000
desain ke dalam produksi, termasuk proyek untuk desain furniture, peralatan
makan, aksesoris, fashion, pengemasan, fitting, perlengkapan pencahayaan, serta
interior, instalasi, dan proyek arsitektur lainnya.
Lahir di Kairo pada 18 September 1960, Karim Rashid besar di Toronto dan
menyelesaikan pendidikan desainnya di Carleton University, Ottawa. Ia kemudian
melanjutkan pendidikannya di Ettore Sottsass di Italia. Perusahaan-perusahaan
global seperti Citibank, 3M, dan Sony Ericsson telah mempercayakan Karim
Rashid untuk menangani proyek-proyek mereka. Desainnya yang eklektik dan
nyentrik tidak hanya tertuang pada karya-karya komersialnya. Apartemennya yang
terletak di New York, menunjukkan gaya desainnya yang sensual dan tidak takut
bermain warna.
Karim Rashid adalah rasul teknologi baru. Dia menggunakan teknologi
komputer dan perangkat lunak, yang secara signifikan dapat mengurangi biaya
produksi. Karena membantu produsen mengurangi biaya barang dan membawa
produksi ke tingkat berikutnya. Di antara kreasi Karim Rasyid adalah jam tangan,
piring, tempat sabun, keranjang sampah, serta furnitur, benda fashion, lampu, ruang
pameran, hotel, restoran, apartemen, dan patung. Karim Rashid adalah seorang
penulis, pengajar di universitas dan konferensi, peserta dalam berbagai pameran
Gambar 1.1 Karya Desain Furniture Karim Rashid yang bernama “Float Sofa”
(Sumber : Google Picture, 2020)
KONSEP KETERBUKAAN
Bagan 1.0 Kesinambungan Cara Pandang Morris Weitz dengan Karim Rashid
(Sumber : Penulis, 2020)
Karim Rashid ia dikenal sebagai rasul teknologi, karena penerapan
kesinambungan antara teknologi dengan desainnya menghasilkan karya yang
menajubkan dan fleksibel. Dia memandang bahwa desain itu tentang perbaikan
hidup kita secara puitis, estetis, eksperiensial, sensoris dan emosional. Sehingga
dalam penerapan desainnya, sangat terlihat sangat berkarakter dan bisa menerapkan
ego nya ke dalam desainnya, klien pun merasa puas dengan apa yang didapatkan.
Bila mana dilihat secara mendalam, sebelum terciptanya sebuah karya, Karim
Rashid memiliki pandangan bahwa desain adalah sesuatu yang bebas dan sebuah
bentuk spirit dalam diri, sehingga dalam karyanya menimbulkan efek yang
ekspresif dan indah. Bisa dikatakan dia membawakan gaya yang menumbangkan
aturan-aturan tradisional. Menurutnya Desain harus terbuka, dan membiasakan
dengan kehidupan sekarang, mulai meninggalkan nostalgia dan cara pandang
tradisional / kuno. Desain adalah isu demokrasi: tidak boleh mewah, karena setiap
orang berhak memiliki objek yang didesain dengan baik dan berfungsi sesuai
kebutuhan yang memilikinya.
ESTETIKA
PENGALAMAN EMOSI
DAN
SUBJEKTIF PENGAMAT
KARAKTER
Bagan 1.1 Proses pemaknaan karya dilihat dari Teori Morris Weitz
(Sumber : Penulis, 2020)