Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DASAR PEMBELAJARAN KONSEPTUAL DALAM


PEMBELAJARAN PAI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu dan Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu:
Dr. Karman, M.Ag.

Oleh:
Muhammad Raihanzein (2230040084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI GUNUNG DJATI BANDUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan kesehatan, dengan berkat rahmat dan karunia-nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan guna
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan makalah ini. Penulis juga berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Demikian makalah ini disusun, dengan segala kerendahan hati kritik dan
saran yang konstruktif sangat penulis harapkan guna meningkatkan dan
memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu yang akan
mendatang. Penulis sangat berharap mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa selalu
meridhoi kita semua. Aamiin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ................................................ 4
B. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual........................................... 5
C. Asas-Asas Pembelajaran Kontekstual ................................................ 6
D. Pola Tahapan Pembelajaran Kontekstual ........................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 10
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran yang sangat penting
dalam membentuk karakter dan moralitas individu Muslim. Dalam konteks
pendidikan, pengajaran PAI tidak hanya sebatas transfer pengetahuan tentang
ajaran Islam, tetapi juga berfungsi sebagai wahana pembentukan sikap, nilai,
dan pemahaman yang mendalam terhadap ajaran agama Islam itu sendiri.
Dalam era pendidikan yang terus berkembang, terutama dengan
semakin berkembangnya teknologi dan informasi, metode pembelajaran juga
mengalami transformasi. Salah satu pendekatan pembelajaran yang semakin
mendapat perhatian adalah konseptual. Konseptualisasi pembelajaran
memungkinkan siswa untuk memahami konsep-konsep agama Islam secara
lebih mendalam, menyeluruh, dan terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari.
Namun, untuk mengimplementasikan pembelajaran konseptual dalam
pembelajaran PAI, dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang konsep
dasar pembelajaran konseptual itu sendiri. Pemahaman yang baik tentang
konsep dasar pembelajaran konseptual dapat membantu pendidik PAI untuk
merancang strategi pengajaran yang efektif, menyesuaikan kurikulum dengan
kebutuhan siswa, serta mengembangkan bahan ajar yang relevan dan
bermakna.
Guru perlu memiliki pemahaman yang komprehensif tentang proses
pembelajaran dan pengajaran agar dapat menjalankan tugasnya dengan
profesional. Mereka harus memahami secara menyeluruh bagaimana proses
pembelajaran terjadi dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan baik. Salah satu aspek penting yang harus
dipahami oleh guru adalah strategi pembelajaran, yang merupakan panduan
dalam mengambil berbagai alternatif tindakan untuk memastikan kegiatan
pembelajaran berlangsung secara terstruktur, terarah, dan efektif. (Mufarokah,
2013)

1
Menerapkan strategi pembelajaran memberikan arahan yang
diperlukan bagi guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Strategi ini
membantu memudahkan proses pembelajaran dengan memberikan kerangka
kerja yang jelas. Sebaliknya, tanpa adanya strategi, kegiatan pembelajaran
dapat menjadi tidak terarah dan menyebabkan penyimpangan yang
menghambat pencapaian tujuan pembelajaran.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang semakin diakui adalah
pembelajaran kontekstual, yang memusatkan proses pembelajaran sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh siswa dalam lingkungan mereka.
Pendekatan ini sejalan dengan teori kognitif-konstruktivis, yang menekankan
pada pengembangan kemampuan intelektual secara sosial dan kultural. Dengan
demikian, pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk membangun
pemahaman dan pengetahuan mereka sendiri, memacu mereka untuk
berkembang secara intelektual dalam lingkungan yang menarik dan relevan
bagi mereka.
Berdasarkan hal ini, penelitian tentang konsep dasar pembelajaran
konseptual dalam pembelajaran PAI menjadi sangat penting. Melalui
pemahaman yang mendalam tentang konsep dasar tersebut, diharapkan
pendidik PAI dapat meningkatkan kualitas pembelajaran agama Islam di
sekolah-sekolah, sehingga mampu mencetak generasi yang tidak hanya
menguasai pengetahuan agama Islam, tetapi juga mampu mengaplikasikan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari secara lebih baik. Oleh karena
itu, makalah ini bertujuan untuk membahas konsep dasar pembelajaran
konseptual dalam pembelajaran PAI, serta implikasinya dalam konteks
pendidikan Islam.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas pada makalah ini, di antaranya:
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pembelajaran Kontekstual?
2. Bagaimana Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual?
3. Bagaimana Asas-Asas Pembelajaran Kontekstual?
4. Bagaimana Pola Tahapan Pembelajaran Kontekstual?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini, di antaranya:
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Kontekstual.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Asas-Asas Pembelajaran Kontekstual.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Pola Tahapan Pembelajaran Kontekstual.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual, atau yang juga dikenal dengan CTL
(Contextual Teaching and Learning), adalah suatu strategi mengajar di mana
konsep yang sedang dipelajari diberikan dalam situasi nyata sehingga siswa
memahami konsep tersebut dan melihat keterkaitannya dalam penggunaannya
di kehidupan sehari-hari (Hamruni, 2009: 172). Kata "kontekstual" berasal dari
kata "konteks", yang berarti "hubungan, konteks, suasana, atau keadaan".
Dengan demikian, "kontekstual" diartikan sebagai "yang berhubungan dengan
suasana (konteks)". Sehingga, pembelajaran kontekstual atau CTL dapat
diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana
tertentu (Hosnan, 2014: 267).
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka
(Hamruni, 2009: 173)
Pembelajaran kontekstual mendorong keterlibatan penuh siswa dalam
proses pembelajaran. Mereka didorong untuk aktif dalam mempelajari topik
yang sedang dipelajari. Dalam pendekatan ini, belajar tidak sekadar tentang
mendengarkan dan mencatat, tetapi lebih pada pengalaman langsung.
Tujuannya adalah agar perkembangan siswa terjadi secara menyeluruh, tidak
hanya dalam aspek kognitif, tetapi juga dalam aspek afektif dan psikomotorik.
Pembelajaran kontekstual memberi ruang bagi siswa untuk menentukan sendiri
materi yang mereka pelajari.
Pendekatan pembelajaran kontekstual mengarahkan siswa untuk
membangun kemampuan berpikir dan penguasaan materi pelajaran.
Pengetahuan, yang berasal dari luar diri siswa, dikonstruksi dalam diri mereka
sendiri. Guru perlu memahami hakikat materi pelajaran sebagai alat untuk

4
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Dalam hal ini, pengetahuan tidak
diberikan secara pasif kepada siswa, melainkan dibentuk dan dikonstruksi oleh
siswa sendiri.
Dalam pembelajaran kontekstual, belajar bukanlah sekadar menghafal,
melainkan proses merekonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman
yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, semakin banyak pengalaman yang
dimiliki siswa, semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh.
Belajar bukan hanya tentang mengumpulkan fakta, tetapi juga tentang
mengorganisasi pengalaman-pengalaman tersebut. Sehingga, pengetahuan
yang dimiliki akan mempengaruhi pola pikir, bertindak, dan kemampuan
memecahkan masalah serta penampilan seseorang.
Pembelajaran kontekstual didasarkan pada prinsip-prinsip
konstruktivisme yang dikembangkan oleh para ahli seperti Mark Baldwin dan
disempurnakan oleh Jean Piaget dan Vygotsky. Menurut konsep ini, belajar
tidak hanya tentang menghafal, tetapi lebih merupakan proses konstruksi
pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
dari pemberi informasi eksternal, seperti guru, melainkan melalui proses aktif
merekonstruksi yang dilakukan oleh setiap individu.
Menurut pandangan konstruktivisme, yang diungkapkan oleh Schunk
(2012: 320), setiap individu membentuk atau membangun sebagian besar dari
apa yang mereka pelajari dan pahami. Konstruktivisme didefinisikan sebagai
pandangan epistemologis yang menekankan sifat pembelajaran sebagai suatu
proses konstruksi, menolak ide bahwa pengetahuan ditransfer secara pasif dari
luar. Dalam pandangan ini, pengetahuan tidak diatur oleh orang lain, tetapi
terbentuk melalui eksplorasi dan pencarian individu dalam dirinya sendiri
(Schunk, 2012: 384).

B. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual didasarkan pada asumsi penting dari
konstruktivisme yang disebut sebagai "situated cognition" (kognisi yang
ditempatkan). Konsep ini mengacu pada ide bahwa pemikiran selalu

5
ditempatkan atau disituasikan dalam konteks-konteks yang spesifik dan realitas
tertentu. Artinya, pemahaman dan pembentukan pengetahuan dipengaruhi oleh
konteks di mana pengetahuan itu dikembangkan.
Menurut Hamruni (2009: 176-177), pembelajaran kontekstual
memfasilitasi siswa untuk aktif dalam mencari, mengolah, dan menemukan
pengalaman belajar yang konkret. Pendekatan ini menempatkan perhatian
utama pada proses belajar daripada sekadar hasilnya. Pembelajaran tidak hanya
berfokus pada penerimaan pelajaran oleh siswa, tetapi juga pada proses mereka
dalam menemukan dan memahami materi pelajaran.
Pembelajaran kontekstual juga mendorong siswa untuk mengaitkan
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata mereka. Hal ini
memungkinkan siswa untuk melihat relevansi materi pelajaran dengan
kehidupan sehari-hari mereka, membuat pengetahuan lebih bermakna dan
melekat dalam memori mereka.
Lebih lanjut, Hamruni (2009: 176-177) menyatakan bahwa
pembelajaran kontekstual berupaya agar siswa dapat menerapkan pengetahuan
yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, siswa tidak hanya
diharapkan memahami materi pelajaran, tetapi juga mampu menerapkannya
dalam praktek dan memperkaya pengalaman mereka.
Menurut Zahronik seperti yang dikutip oleh Abdul Majid (2013: 229),
ada lima elemen penting yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran
kontekstual:
1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
2. Memperoleh dan menambah pengetahuan baru dengan cara deduktif.
3. Memahami pengetahuan yang diperoleh.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut.
5. Menginternalisasi pengetahuan melalui refleksi dan evaluasi.

C. Asas-Asas Pembelajaran Kontekstual


Sesuai dengan asumsi dasar konstruktivisme, bahwa pengetahuan tidak
hanya disampaikan oleh orang lain termasuk guru, melainkan diperoleh

6
melalui proses menemukan dan mengkonstruksi sendiri, guru dalam
pembelajaran kontekstual diharapkan untuk menghindari pendekatan
pengajaran yang sekadar menyampaikan informasi. Sebaliknya, guru perlu
memandang siswa sebagai subjek belajar yang aktif dan memiliki potensi
untuk membangun pengetahuan mereka sendiri. Bahkan ketika guru
memberikan informasi kepada siswa, mereka harus memberikan kesempatan
bagi siswa untuk aktif terlibat dalam menggali informasi tersebut sehingga
pengetahuan tersebut lebih bermakna bagi kehidupan mereka.
Pembelajaran kontekstual, sebagai pendekatan pembelajaran, memiliki
tujuh asas atau komponen yang mendasari pelaksanaannya. Salah satu asas
utamanya adalah konstruktivisme. Konstruktivisme menekankan bahwa
melalui interaksi aktif dengan lingkungan dan pengalaman, siswa membangun
pemahaman dan pengetahuan mereka tentang dunia di sekitar mereka. Konsep
ini telah ada sejak karya Barlett pada tahun 1932, kemudian diperdalam oleh
para ahli seperti Jean Piaget, Ernst Von Glasersfeld, dan Giambattista Vico.
Secara konseptual, konstruktivisme menyatakan bahwa "mengetahui"
sebenarnya berarti "mengetahui bagaimana membuat sesuatu". Dengan
demikian, pembelajaran kontekstual memperkuat konstruktivisme dengan
memberi penekanan pada peran aktif siswa dalam membangun pengetahuan
mereka sendiri.
Konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan tidak hanya
dipahami sebagai informasi yang disampaikan, melainkan hasil dari proses
berpikir individu dalam membangun pemahaman mereka sendiri. Pengetahuan
baru dikonstruksi dalam pikiran siswa berdasarkan pengalaman yang mereka
alami. Filsafat ini menganggap bahwa pengetahuan tidak hanya dipengaruhi
oleh objek yang diamati, tetapi juga oleh kemampuan individu untuk
memahaminya. Oleh karena itu, pengetahuan bukanlah hal statis, melainkan
dinamis dan dipengaruhi oleh interpretasi subjek terhadap objek yang diamati
(Hamruni, 2009).
Dalam konteks pembelajaran, inkuiri menyoroti pentingnya proses
pencarian dan penemuan pengetahuan melalui pengalaman langsung, bukan

7
sekadar menghafal fakta. Guru tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi
merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk menemukan
sendiri materi yang harus dipahami. Belajar bukanlah proses mekanis,
melainkan proses mental yang menyeluruh yang mencakup perkembangan
intelektual, emosional, dan pribadi siswa (Rusman, 2011).
Bertanya adalah aspek penting dalam pembelajaran karena
memungkinkan siswa untuk menggali informasi, membangkitkan motivasi
belajar, merangsang rasa ingin tahu, memfokuskan perhatian, dan
membimbing siswa dalam menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
Masyarakat belajar menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi antara
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pemodelan melibatkan
penggunaan contoh atau model yang dapat ditiru oleh siswa, baik oleh guru
maupun oleh sesama siswa yang dianggap memiliki kemampuan.
Selain itu, pembelajaran kontekstual mengakomodasi proses refleksi
atau pengalaman siswa setelah selesai pembelajaran untuk merenungkan apa
yang telah dipelajari. Terakhir, penilaian nyata menekankan pentingnya
evaluasi yang mencakup seluruh aspek pembelajaran, bukan hanya aspek
intelektual, dan dilakukan secara terus menerus selama proses pembelajaran
berlangsung, mengintegrasikan proses belajar dan penilaian (Suyono, 2013)

D. Pola Tahapan Pembelajaran Kontekstual


Dalam pola pembelajaran konvensional, guru memegang kendali penuh
atas proses pembelajaran. Siswa diberi tugas untuk membaca, guru
menyampaikan materi pelajaran, memberi kesempatan untuk diskusi,
mengulas materi, melakukan evaluasi, dan menugaskan siswa untuk membuat
karangan. Siswa hanya berperan sebagai penerima informasi tanpa banyak
kesempatan untuk mengeksplorasi atau mengalami pembelajaran secara
langsung. Hal ini dapat menghambat perkembangan faktor-faktor psikologis
siswa seperti motivasi dan perkembangan mental mereka.
Sementara dalam pola pembelajaran kontekstual, guru memulai dengan
menjelaskan kompetensi yang akan dicapai serta pentingnya materi pelajaran

8
tersebut. Guru juga merumuskan indikator hasil belajar yang jelas. Selanjutnya,
guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual yang melibatkan siswa
dalam kegiatan langsung, seperti wawancara dengan tokoh masyarakat. Siswa
diberi peran aktif dalam mencatat, mendiskusikan, dan melaporkan hasil
temuan mereka. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa
dalam proses pembelajaran dan menyimpulkan hasilnya. Melalui pendekatan
ini, siswa memiliki kesempatan lebih besar untuk mengalami pembelajaran
secara langsung, membangun pengetahuan mereka sendiri, dan
mengembangkan berbagai aspek psikologis mereka.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan materi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan ini merupakan suatu strategi mengajar yang menempatkan konsep
yang dipelajari dalam situasi nyata, sehingga siswa dapat memahami konsep
tersebut dan melihat keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual menekankan pada keterlibatan aktif siswa
dalam menemukan dan menghubungkan materi pelajaran dengan situasi
kehidupan nyata, sehingga mendorong mereka untuk menerapkan pengetahuan
tersebut dalam kehidupan mereka. Dengan berlandaskan pada prinsip
konstruktivisme, pembelajaran kontekstual memfasilitasi siswa untuk
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman langsung dan
proses aktif konstruksi pengetahuan.
Selain itu, pendekatan ini juga mengintegrasikan aspek-aspek penting
seperti inkuiri, bertanya, kerja sama, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata
dalam proses pembelajaran. Berbeda dengan pola pembelajaran konvensional
yang cenderung didominasi oleh peran guru, pembelajaran kontekstual
memberikan kesempatan lebih besar bagi siswa untuk mengalami
pembelajaran secara langsung dan mengembangkan berbagai aspek psikologis
mereka.
Dengan demikian, pembelajaran kontekstual dapat dianggap sebagai
pendekatan yang lebih holistik dan efektif dalam memfasilitasi proses
pembelajaran yang bermakna dan menyeluruh bagi siswa.

10
DAFTAR PUSTAKA
Hamruni (2009). Pembelajaran Kontekstual: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Majid, Abdul (2013). Pembelajaran Kontekstual. Cetakan II. Bandung: Remaja
Rosadakarja.
Mufarokah, Annisatul (2013). Pembelajaran Kontekstual: Teori dan Implementasi.
Tulunggagung: STAIN Tulungagung Press.
Poerwanti, Loelok Endah dan Sofan Amri (2013). Strategi Pembelajaran. Cetakan
I. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Rusman (2011). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Rajawali Persada.
Schunk, Dale H (2012). Teori-Teori Pembelajaran: Perpektif Pendidikan.
Terjemahan oleh Eva Hamdiah dan Rahmat Fajar. Cetakan I. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suprijono, Agus (2012). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Pembelajaran
Kelompok. Cetakan IX. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyono dan Hariyanto (2013). Model Pembelajaran Inovatif. Cetakan IV.
Bandung: Remaja Rosadakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai