Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KASUS

PRAKTIKUK HUKUM ACARA PERDATA KHUSUS

Kasus (A)

1. PARA PIHAK
 Pemohon
PEMOHON merupakan pihak yang merasa dirugikan haknya oleh orang lain atau pihak lain
(TERMOHON)
Nama : Maria Ulfa
Alamat : Jl. Raya Gedangan No. 54, Sidoarjo, Jawa Timur
Pekerjaan : Karyawan divisi Human Resources
Posisi : Admin PT. Kerja Makmur

Dalam hal ini Maria ulfa menjadi PEMOHON karena Perusahaan tempat PEMOHON
bekerja tidak memenuhi haknya dalam membayarkan Tunjangan Hari Raya sebagaimana
yang telah tercantum dalam Undang-Undang No.6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya
Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh Di Perusahaan.
 Termohon

TERMOHON merupakan pihak yang dianggap telah melakukan kerugian kepada orang atau
pihak lain (PEMOHON).

Nama : PT. Kerja Makmur


Alamat : Jl. Ir. Soekarno No. 101, Surabaya, Jawa Timur.
Dalam hal ini PT Kerja Makmur sebagai TERMOHON sebab tidak menjalankan
kewajibannya untuk memberikan hak Tunjangan Hari Raya sebagaimana yang telah
tercantum dalam Undang-Undang No.6 Tahun 2016 tentang Tunjangan Hari Raya
Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh Di Perusahaan.
2. LEGAL STANDING
1. Bahwa, dalam hal ini Hubungan Hukum antara PEMOHON dan TERMOHON adalah
TERMOHON merupakan karyawan yang telah bekerja dengan PEMOHONAN dalam
kurun waktu kurang lebih 9 (Sembilan) tahun lamanya dengan PT Kerja Makmur Jaya
2. Bahwa, sebagaimana yang telah tercantumkan dalam dalam point 1 PEMOHON berhak
mendapatkan Tunjangan Hari Raya yang tercantum dalam berdasaskan kepada Pasal 1
ayat (1) Undang-undang No 6 Tahun 2016 Tunjangan hari raya keagamaan yang
selanjutnya yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada Pekerja/Buruh atau
keluarganya menjelang Hari Raya Keagamaan.
3. Bahwa, sebagaimana yang telah tercantumkan dalam dalam point 1 PENGGUGAT
berhak mendapatkan Tunjangan Hari Raya yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (1)
Undang-undang No 6 Tahun 2016 Pengusaha wajib memberikan THR Keagamaan
kepada Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 1 (satu) bulan secara terus
menerus atau lebih.
4. Bahwa, berdasarkan kepada hubungan hukum PENGGUGAT dan TERGUGAT
memebuhi kategori jenis hubungan industrial yang tercantum dalam Pasal 2 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan,
yakni :
Hubungan Industrial Jenis Perselisihan Hubungan Industrial meliputi :
a. Perselisihan Hak;
b. Perselisihan Kepentingan;
c. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja; dan
d. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
5. Bahwa, Serikat pekerja/serikat buruh dan organisasi pengusaha dapat bertindak sebagai
kuasa hukum untuk beracara di Pengadilan Hubungan Industrial untuk mewakili
anggotanya. Dalam melindungi haknya sebagai pekerja Yang dimaksud dengan serikat
pekerja/serikat buruh sebagaimana yang dimaksud dalam pasal ini meliputi pengurus
pada tingkat perusahaan, tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Propinsi dan Pusat baik
serikat pekerja/ serikat buruh, anggota federasi, maupun konfederasi.
3. POKOK PERMASALAHAN
1. Bahwa, Pihak TERGUGAT menyatakan bahwa hal tersebut merupakan keputusan
direksi untuk menunda pembayaran selama 4 bulan yang dalam hal ini telah menyalahi
Pasal 5 ayat (4) Undang-undang No 6 Tahun 2016 Tunjangan Hari Raya Keagamaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib dibayarkan oleh Pengusaha
paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum hari raya keagamaan.
2. Bahwa, TERGUGAT seharussnya berhak mendapatkan Tunjangan Hari Raya yang
tercantum dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang No 6 Tahun 2016 Pengusaha wajib
memberikan THR Keagamaan kepada Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja
1 (satu) bulan secara terus menerus atau lebih.
3. Bahwa, berdasarkan kepada hubungan hukum PENGGUGAT dan TERGUGAT
memebuhi kategori jenis hubungan industrial yang tercantum dalam Pasal 2 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan,
yakni :
Hubungan Industrial Jenis Perselisihan Hubungan Industrial meliputi :
a. Perselisihan Hak;
b. Perselisihan Kepentingan;
c. Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja; dan
d. Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
4. KUALIFIKASI PERKARA PERDATA

Maka dalam hal ini memenuhi kualifikasi perkara perdata dengan jenis Perselisihan Hak
Perselisihan hak timbul karena tidak dipenuhinya hak; di mana hal ini timbul karena
perbedaan pelaksanaan atau perbedaan penafsiran terhadap ketentuan UU, Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama. Putusan PHI mengenai
perselisihan hak mempunyai kekuatan hukum tetap apabila tidak diajukan prmohonan kasasi
kepada Mahkamah Agung dalam waktu 14 (empat belas) hari masa kerja.
5. KOMPETENSI ABSOLUT SERTA RELATIF PENGAJUAN PERKARA.
a. Kompetensi Relatif
Kompetensi Relatif merupakan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara sesuai dengan wilayah hukumnya, berdasarkan kepada kasus ini peradilan
yang berwenang mengadili berdasarkan kompetensi relatif Pengadilan Negeri
Surabaya
b. Kompetensi Absolut
kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara
menurut obyek, materi atau pokok sengketa. Berdasarkan kepada kasus ini peradilan
yang berwenang mengadili berdasarkan kompetensi absolut Pengadilan PHI
Dibawah naungan Pengadilan Negeri.
Kasus (B)

1. PARA PIHAK

 Pemohon
PEMOHON merupakan pihak yang merasa dirugikan haknya oleh orang lain atau
pihak lain (TERMOHON) yakni PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Dalam hal ini PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk menjadi PEMOHON karena perjanjian kredit yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak yakni PEMOHON dengan TERMOHON
pada tanggal 8 Desember 2022 namun pada saat jatuh tempo PT. Jaya Abadi belum
juga melunasi hutangnya kepada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
 Termohon
TERMOHON merupakan pihak yang dianggap telah melakukan kerugian kepada
orang atau pihak lain (PEMOHON). Yakni PT. Jaya Abadi merupakan sebuah
perusahaan dibidang konstruksi berkedudukan di Jl. Ksatrian No. 10, Kec.
Karangpilang, Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Dalam hal ini PT. Jaya Abadi menjadi
TERMOHON karena perjanjian kredit yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
yakni PEMOHON dengan TERMOHON pada tanggal 8 Desember 2022 namun
pada saat jatuh tempo PT. Jaya Abadi belum juga melunasi hutangnya kepada PT.
Bank Mandiri (Persero) Tbk.
2. LEGAL STANDING
1. Bahwa, PEMOHON dan TERMOHON memiliki hubungan hukum untuk
melaksanakan hak dan kewajiban antara TERMOHON kepada PEMOHON
Sebagaimana perjanjian kredit yang telah disepakati oleh kedua belah pihak pada
tanggal 8 Desember 2022 berdasarkan bukti otentik nomor surat kredit
1234/MANDIRI-KRDT/2022. Dalam hal ini telah memenuhi Syarat perjanjian secara
keseluruhan dikatakan sah telah tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu
terdapat 4 syarat sah perjanjian mencakup kesepakatan, kecakapan, suatu hal tertentu,
dan sebab yang halal.
2. Bahwa, TERMOHON dalam perjanjian tersebut telah meminjam kepada PEMOHON
sebesar Rp 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) Rp.3.500.000.000,- (Tiga Milyar
Lima Ratus Juta Rupiah), dengan jaminan berupa 3 (tiga) bidang tanah. Dalam hal ini
telah memenuhi Dasar hukum jaminan dalam Pasal 1131 KUHPerdata melakukan
perikatan yang berbunyi "Segala barang-barang bergerak dan tak bergerak milik
debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk
perikatan-perikatan perorangan debitur itu.
3. Bahwa, pada saat jatuh tempo TERMOHON belum juga melunasi hutangnya kepada
PEMOHON. Karena hal tersebut PEMOHON telah mengirimkan somasi sebanyak
dua (2) kali yakni pada tanggal 10 Februari 2024 dengan nomor surat 8/Mandiri-Per-
Tbk/2024 dan 10 Maret 2024 dengan nomor surat 12/Mandiri-Per-Tbk/2024. Namun
PT. Jaya Abadi tidak menghiraukan somasi yang telah diberikan oleh TERMOHON.
Dengan ini telah memenuhi Pasal 1238 yang menyatakan bahwa debitur dinyatakan
lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan
dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap
lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.
4. Selain memiliki utang pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Jaya Abadi juga
memiliki utang pada PT. Sinar Mas sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
yang jatuh tempo pada 12 Januari 2024 dan belum dilakukan pelunasandapun
permohonan pernyataan pailit sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU menjelaskan
dengan kedua syarat, yakni:
a. Adanya dua atau lebih kreditor; dan
b. Terdapat sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat
ditagih.
Pernyataan putusan pailit pada umumnya berangkat dari keadaan wanprestasi atau
cidera janji yang dilakukan oleh debitor terhadap kreditornya dalam hal ini adalah
TERMOHON kepada PEMOHON karena debitur tidak memenuhi kewajiban
pembayaran atas utang-utangnya, namun dalam hal ini debitur dimohonkan dalam
kasus pailit.
3. POKOK PERMASALAHAN
1. Bahwa, PEMOHON dan TERMOHON memiliki hubungan hukum untuk
melaksanakan hak dan kewajiban antara TERMOHON kepada PEMOHON
Sebagaimana perjanjian kredit yang telah disepakati oleh kedua belah pihak pada
tanggal 8 Desember 2022 berdasarkan bukti otentik nomor surat kredit
1234/MANDIRI-KRDT/2022.
2. Bahwa, TERMOHON dalam perjanjian tersebut telah meminjam kepada PEMOHON
sebesar Rp 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) Rp. 3.500.000.000,- (tiga milyar lima
ratus juta rupiah), dengan jaminan berupa 3 (tiga) bidang tanah seperti yang diuraikan
dalam :
a. Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 15/Kel. Kedungdoro, seluas 13.920 M2
sesuai Surat Ukur No. 14/1990 tanggal 20-04-1990 yang dikeluarkan oleh
Kantor Pertanahan Surabaya tanggal 05-06-1990, dan telah diperpanjang
dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 34 atas nama PT. Jaya Abadi
terletak di Jl. Plemahan VI/1 Kel. Kedungdoro, Kec. Tegalsari, Surabaya;
b. Sertifikat Hak Milik No. 1263 diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Surabaya
atas nama PT. Jaya Abadi atas sebidang tanah dan bangunan seluas 246 M2
dikenal atau terletak di Jl. Ksatrian No. 10, Kec. Karangpilang, Surabaya.
5. Bahwa, pada saat jatuh tempo TERMOHON belum juga melunasi hutangnya kepada
PEMOHON. Karena hal tersebut PEMOHON telah mengirimkan somasi sebanyak
dua (2) kali yakni pada tanggal 10 Februari 2024 dengan nomor surat 8/Mandiri-Per-
Tbk/2024 dan 10 Maret 2024 dengan nomor surat 12/Mandiri-Per-Tbk/2024. Namun
PT. Jaya Abadi tidak menghiraukan somasi yang telah diberikan oleh TERMOHON.
6. Selain memiliki utang pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Jaya Abadi juga
memiliki utang pada PT. Sinar Mas sebesar Rp.1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah)
yang jatuh tempo pada 12 Januari 2024 dan belum dilakukan pelunasan.
4. KUALIFIKASI PERKARA PERDATA

Maka dalam hal ini memenuhi kualifikasi perkara perdata dengan jenis perdata pailit.
pailit adalah suatu keadaan di mana debitur tidak mampu melakukan pembayaran-
pembayaran terhadap utang-utang dari para krediturnya. Keadaan tidak mampu
membayar lazimnya disebabkan karena kesulitan kondisi keuangan (financial
distress).
5. KOMPETENSI ABSOLUT SERTA RELATIF PENGAJUAN PERKARA.
 Kompetensi Relatif
Kompetensi Relatif merupakan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara sesuai dengan wilayah hukumnya, berdasarkan kepada kasus ini peradilan
yang berwenang mengadili berdasarkan kompetensi relatif Kepaniteraan Niaga -
Pengadilan Negeri Surabaya
 Kompetensi Absolut
kompetensi Absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara
menurut obyek, materi atau pokok sengketa. Berdasarkan kepada kasus ini peradilan
yang berwenang mengadili berdasarkan kompetensi absolut Pengadilan Niaga
Dibawah naungan Pengadilan Negeri.
Kasus (C)

6. PARA PIHAK

 Penggugat
PENGGUGAT merupakan orang yang mengajukan gugatan terhadap TERGUGAT.
Nama : Bagas Patra
Tempat/Tanggal Lahir : Boyolali, 17 Agustus 1980,
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : karyawan BUMN (S-2).

Dalam hal ini Bagas Patra menjadi PENGGUGAT karena sudah lelah menasehati
istrinya yang keras kepala dan sudah tidak pernah menjalankan kewajibannya
sebagai istri.
 Tergugat
TERGUGAT merupakan orang yang digugat oleh pihak PENGGUGAT.
Nama : Ayu Ananda
Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 25 Oktober 1990
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Dokter (S-1)

Dalam hal ini Ayu Ananda menjadi PENGGUGAT karena keras kepala dan sudah
tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai istri.
2. POKOK PERMASALAHAN
1. Bahwa, PENGGUGAT dan TERGUGAT memiliki hubungan hukum sebagai
pasangan suami isteri yang menikah secara sah menurut ketentuan hukum yang
berlaku didepan pemuka agama pada 12 Desember 2014 dan telah dicatatkan
berdasarkan Kutipan Akta Perkawinan No. 121/53/XII/2014 tertanggal 12 Desember
2014 yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Malang, Jawa Timur.
2. Bahwa selama awal masa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat berjalan rukun
dan bertempat tinggal di Rumah Penggugat yang beralamat di di Jl. Cempaka Kavling
E-33 Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
3. Bahwa, dalam masa pernikahannya keduanya belum dikaruniai anak.
4. Bahwa, PENGGUGAT sebagai suami yang menyadari usianya yang tidak muda lagi
sudah berkali-kali mengajak istrinya untuk melakukan program hamil dan melakukan
pemeriksaan, namun istrinya tidak kunjung menyambut baik ajakan suaminya karena
alasan sibuk akan pekerjaannya di sebuah klinik di Kota Malang
5. Bahwa, pada September tahun 2020 TERGUGAT pergi ke Kota Yogyakarta dan
selama itu hubungan rumah tangga keduanya namun dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bahwa, Pada Januari 2024 pernikahan TERGUGAT dan PENGGUGAT mulai goyah
dan sering terjadi perselisihan PENGGUGAT dengan TERGUGAT terjadi
pertengkaran/cekcok mulut disebabkan TERGUGAT merasa dirinya tidak merasa ada
yang salah dengan dirinya secara medis untuk bisa hamil dan menuduh jika
PENGGUGAT yang bermasalah sehingga mereka tidak kunjung memiliki keturunan
dan selalu memaksa dirinya untuk melakukan program tersebut.
3. LEGAL STANDING
1. Bahwa, dalam masa pernikahannya keduanya belum dikaruniai anak dan
PENGGUGAT sebagai suami yang menyadari usianya yang tidak muda lagi sudah
berkali-kali mengajak istrinya untuk melakukan program hamil dan melakukan
pemeriksaan, namun istrinya tidak kunjung menyambut baik ajakan suaminya karena
alasan sibuk akan pekerjaannya di sebuah klinik di Kota Malang
2. Bahwa,, Pada Januari 2024 pernikahan TERGUGAT dan PENGGUGAT mulai goyah
dan sering terjadi perselisihan PENGGUGAT dengan TERGUGAT terjadi
pertengkaran/cekcok mulut dengan demikian tujuan dari perkawinan untuk
membentuk Rumah Tangga yang bahagia dan kekal sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidaklah
tercapai dan tidak dapat dipertahankan lagi, untuk itu Penggugat mengajukan gugatan
perceraian berdasarkan ketentuan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 J.o Pasal 116
Kompilasi Hukum Islam bahwa Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-
alasan :
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturutturut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya;
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain;
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;
f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.
g. Suami melanggar taklik talak;
h. Peralihan agama tau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan
dalam rumah tangga
3. Bahwa, tergugat telah bertindak tidak menghormati serta menjatuhkan harkat dan
martabat penggugat sebagai suami pada saat perselisihan PENGGUGAT dengan
TERGUGAT disebabkan TERGUGAT menuduh jika PENGGUGAT yang bermasalah
sehingga mereka tidak kunjung memiliki keturunan namun TERGUGAT hal ini
berbanding dengan sikap TERGUGAT enggan melakukan program hamil dan
melakukan pemeriksaan dan melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 33 UU No 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa Suami isteri wajib
saling cinta-mencintai hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir
bathin yang satu kepada yang lain.

4. KUALIFIKASI PERKARA PERDATA

Maka dalam hal ini memenuhi Kualifikasi Perkara Perdata Dengan Jenis Perceraian.

5. KOMPETENSI ABSOLUT SERTA RELATIF PENGAJUAN PERKARA.


 Kompetensi Relatif
Kompetensi Relatif merupakan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara sesuai dengan wilayah hukumnya, berdasarkan kepada kasus ini peradilan
yang berwenang mengadili berdasarkan kompetensi relatif Pengadilan Agama
Surabaya
 Kompetensi Absolut
Kompetensi Absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara
menurut obyek, materi atau pokok sengketa. Berdasarkan kepada kasus ini peradilan
yang berwenang mengadili berdasarkan kompetensi absolut Pengadilan Agama

BUKTI SCREENSHOOT KEHADIRAN PERTEMUAN PERTAMA

Anda mungkin juga menyukai