Anda di halaman 1dari 2

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-

centered), strategi instruksional dalam bentuk instruktur yang memfasilitasi (instructor-


facilitated) dimana terdapat sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa siswa yang
bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka individual dan anggota kelompok mereka.
siswa berinteraksi satu sama lain dalam kelompok yang sama untuk belajar dan mencapai
tujuan. Teori utama yang mendasari pembelajaran kooperatif adalah teori social
konstruktivisme oleh Vygotsky pada tahun 1986 dimana dia mempertimbangkan bahwa peran
budaya, social, bahsa, dan interaksi adalah penting dalam memahami bagaimana mansua
belajar. Slavin menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Sedangkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh Slavin adalah sebuah metode pembelajaran
yang terdiri dari 4 atau 5 orang yang heterogen dari segi tingkat kemampuan, jenis kelamin,
dan latar belakang budaya. Pada STAD yang dinyatakan oleh Slavin bahwa: “Most often, the
study involves students discussing problems together, comparing answers, and correcting any
misconceptions if teammates make mistakes”, yang artinya siswa mendiskusikan masalah
bersama, membandingkan jawaban dan memeriksa miskonsepsi jika tim membuat kesalahan.
Lima komponen utama dari kooperatif tipe STAD adalah: pertama, presentasi kelas dimana
materi diperkenalkan terlebih dulu di dalam kelas yang dapat dilakukan langsung atau dengan
audiovisual; kedua, tim yang terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Segala bentuk
kegiatan baik praktikum dilakasanakan dalam kelompok/tim kooperatif; ketiga, kuis yang
berupa kuis individual yang dilaksanakan setelah guru presentasi dan praktik tim; keempat,
skor kemajuan individual yang diberikan sesuai dengan kinerja yang dilakukan siswa dan
timnya; dan kelima, rekognisi tim dimana tim akan mendapat penghargaan apabila skor tim
mencapai kriteria.
Pembelajaran kooperatif didasari pada kepercayaan bahwa pembelajaran akan menjadi paling
efektif ketika siswa secara aktif terlibat dalam berbagi ide dan bekerja secara kooperatif
untuk menyelesaikan tugas akademiknya. Pembelajaran kooperatif sudah banyak digunakan
sebagai metode instruksi dan alat pembelajaran pada berbagai Tingkat Pendidikan.
https://www.semanticscholar.org/paper/Pembelajaran-Kooperatif-Dengan-Media-Virtual-
Untuk-Nisrina-Gunawan/6e02b07e59b92a839384da30917584c08fa60558

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang


dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, keterampilan berpikir tingkat tinggi,
kemandirian, dan percaya diri (Dulyapit et al., 2023; Hasanah & Utami, 2017). Pembelajaran
berbasis masalah dapat mendorong keterlibatan aktif siswa dalam mengembangkan
keterampilan proses mereka melalui masalah-masalah yang diajukan guru berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari (Arends, 2008). Kegiatan Pembelajaran berbasis masalah membuat
siswa lebih antusias dalam menggali pertanyaan, diskusi, presentasi, dan juga praktikum
(Hartati et al., 2021; Rambe, 2023). Pada awal belajar kegiatan siswa dihadapkan pada
masalah dan diminta untuk memecahkan masalah ini berdasarkan pengalaman diperoleh
secara mandiri agar siswa terbiasa dengan masalah dan solusi nya (Day et al., 2023)
Pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based lerning) yaitu model pembelajaran yang
menegaskan pada pembelajaran berpusat pada siswa, siswa secara aktif menemukan dan
mengeksplorasi pembelajarannya sendiri, (Pedaste et al., 2015; Aco et al., 2021), sehingga
hasil yang diperoleh akan tersimpan dalam ingatan dengan waktu yang lama (Kusuma et al.,
2018).
https://www.semanticscholar.org/paper/Peningkatan-Keterampilan-Proses-Sains-Siswa-
Sekolah-Keterampilan-Siswa/a9401c10ee055de27ff46b1ca9d294377b98bdce

Pembelajaran berbasis inkuiri memiliki empat level, salah satunya structured inquiry (inkuiri
terstruktur) yang merupakan level kedua dari pembelajaran inkuiri (Tafoya et al., 1980).
Structured inquiry secara bertahap dapat membuat siswa mengembangkan kemampuan dalam
pembelajarannya ke tingkat atau level yang lebih tinggi (Amini et al., 2020). Melalui
pembelajaran inquiry based learning, dapat menunjang dalam peningkatan hasil belajar siswa
terutama pada materi IPA yang berkaitan dengan kegiatan pegamatan maupun percobaan
dalam proses pembelajarannya (Utami & Sundari, 2019; Andikalan et al., 2022).
https://www.semanticscholar.org/paper/PENERAPAN-MEDIA-SMART-APPS-CREATOR-
DALAM-BERBASIS-Sholihah-Hidayati/d6b975f0004ca6d174e54f3d514fd09178bc1ce7

Anda mungkin juga menyukai