Disusun oleh :
Nama : Syafaruddin
Nim : 043416445
UPBJJ : Samarinda
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Syafaruddin
Nim : 043416445
Laporan praktikum Ekologi dibuat sebagai tugas akhir menyelesaikan mata kuliah praktikum
Ekologi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah swt, atas segala rahmat, taufiq dan
hidayah-nya, maka saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Ekologi ini
dengan lancar. Penyusunan laporan praktikum Ekologi ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
praktikum Ekologi pada upbjj ut samarinda guna memperoleh gelar sarjana Biologi.
1. Bapak Dr. Jusmaldi, S.Si., M.Si. selaku instruktur pada praktikum Ekologi
2. Teman-teman seperjuangan yang banyak membantu dan saling support.
Tanpa bantuan dan arahan dari beliau beliau maka penyelesaian laporan praktikum
Ekologi ini tidak diselesaikan. Kami menyadari bahwa penyelesaian laporan praktikum
Ekologi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu mohon dimaklumi.
Pada akhirnya semoga laporan praktikum Ekologi ini dapat memenuhi syarat kelulusan
saya dan bermamfaat bagi saya khususnya dan pembaca umumnya.
Syafaruddin
NIM.043416445
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 23
2.1 Hubungan Morfologi Dan Jenis Makanan Terhadap Habitat Biawak (Varanus
Salvator)........................................................................................................................ 35
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 39
vi
MODUL 1
EKOSISTEM PERAIRAN
DISUSUN OLEH :
SYAFARUDDIN
NIM. 043416445
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Utomo (2021) menjelaskan faktor-faktor fisika kimia pada ekosistem air tawar yaitu :
1). Kecepatan arus
Arus merupakan faktor pembatas yang penting terutama di sungai. Arus dapat
mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam, dan makanan serta organisme
dalamair. Pengukuran kecepatan arus dapat dilakukan dengan menggunakan
meteran arus atau dengan benda mengapung.
2). Suhu
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan. Suhu biasanya tidak
berubah dengan cepat. Perairan tropik memiliki suhu yang lebih hangat
dibandingkan dengan perairan beriklim sedang dan jarang membeku pada saat
musim apapun dalam setahun.peningkatn suhu dipengaruhi oleh musim, lintang
(latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), pergantian waktu, sirkulasi
udara, tutupan awan, aliran serta kedalaman air. Pengukuran suhu dapat
menggunakan termometer air raksa.
3). Kedalaman air Dapat diukur dengan menggunakan pancang yang ditandai dengan
meter. Namun, bisa juga di ukur dengan menggunakan tali yang di beri pemberat
dan ditandai atau diberi titik titik dalam meter.
4). pH air
Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses
nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Pengukuran pH dapat dilakukan secara
kolorimetri, kertas pH, dan pH Meter. Namun, pengukuran pH yang terbaik
dengan menggunakan pH meter karena dapat memberikan hasil pengamatan yang
teliti.
5). DO air (dissolved oxygen)
DO/oksigen terlarut adalah salah satu faktor penting di perairan. Sumber utama
oksigen diperairan berasal dari atmosfer dan proses fotosintesis oleh tumbuhan
hijau. Aktivitas fotosintesi menghasilkan pertambahan oksigen terlarut yang
mencapai maksimum pada sore hari dan turung lagi pada malam hari karena proses
repirasi tumbuhan. Fluktuasi harian oksigen bisa mempengaruhi parameter kimia
lain, terutama pada kondisi tanpa oksigen, yang dapat mengakibatkan perubahan
sifat kelarutan berupa unsur kimia diperairan (jeffriers dan mills, 1996 dalam
Effendi, 2003). Untuk mengkur kadar oksigen terlarut bisa kita lakukan dengan
bantuan DO meter.
10
Plankton dibagi menjadi fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton merupakan
kelompok yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok
mampu melakukan fotosintesis. Fitoplankton ini merupakan sumber nutrisi utama bagi
kelompok organisme lainnya yang berperan sebagai konsumen, dimulai dari zooplankton
dan diikuti oleh organisme lainnya sehingga membentuk rantai makanan (Kowiati, 2020).
Zooplankton merupakan organisme yang amat banyak terdapat di seluruh masa air,
mulai dari permukaan sampai di kedalaman dimana intensitas cahaya masih
memungkinkan untuk fotosintesis. Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah
tumbuhan yang melayang di perairan, ukurannya sangat kecil, tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Fitoplankton adalah penyuplai utama oksigen terlarut di parairan,
sedangkan zooplankton meskipun sebagai pemanfaat langsung fitoplankton, merupakan
produsen sekunder perairan. Plankton memiliki peranan yang sangat besar terutama
sebagai produsen ekosistem perairan. Fitoplankton dijadikan sebagai indikator kualitas
perairan karena siklus hidupnya pendek, respon yang sangat cepat terhadap perubahan
lingkungan dan merupakan produsen primer yang menghasilkan bahan organik serta
oksigen yang bermanfaat bagi kehidupan perairan dengan cara fotosintesis (Kowiati,
2020).
Keanekaragaman spesies plankton dalan suatu ekosistem perairan sering digunakan
sebagai tolak ukur untuk mengetahui produktivitas primer perairan dan kondisi ekosistem
perairan tersebut. Kedua hal tersebut memiliki hubungan yang saling mempengaruhi.
Plankton menjadi salah satu bioindikator untuk mengetahui produktivitas ekosistem
perairan karena memiliki peran sebagai produsen. Suatu ekosistem yang memiliki
keanekaragam plankton yang rendah dapat dikatakan tidak stabil dan rentan terhadap
pengaruh tekanan dari luar di banding dengan eksistem yang memiliki keanekaragaman
yang tinggi. Apabila suatu ekosistem mengalami kondisi yang tidak stabil dan rentan
maka dapat Mempengaruhi jaring-jaring makanan pada ekosistem tersebut (Kowiati,
2020).
11
BAB III
METODE PRAKTIKUM
12
Nilai pH yang ditunjukkan pada layar adalah nilai pH larutan yang akan di
catat
d. Kedalaman Air
Siapkan dan gunakan tali yang sudah diikat dengan pemberat ke dalam air
dengan posisi tegak lurus dengan permukaan air
Kemudian angkat tali kepermukaan dan ukur panjang bagian tali yang
terendam air
Catat berapa meter kedalaman air perairan tersebut
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 hasil
1. hasil analisis faktor faktor pembatas ekosistem air tawar
No Parameter Kisaran Rata-rata Standar deviasi
1 Kecepatan arus (m/dt) 0 0 0
2 Suhu (°C) 26,3 26,3 0
3 Kedalaman (m) 0.4-0.5 0,43 0,06
4 pH 6.7-7.26 6,92 0,3
5 DO (mg/l) 1.5-1.6 1,57 0,06
Tabel 1.1 Nilai Parameter Kaulitas Air Di Kolam Fakultas Pertanian Kampus Unmul
14
No Parameter Indeks
Indeks Keanekaragaman (
1 H' ) 2,711
2 Indeks Kemerataan ( E ) 0,957
3 Indeks Dominansi (D ) 0,076
Tabel 1.3 Indeks Keanekaragaman , Kemerataan dan Dominansi Planton Dikolam Fakutas
Pertanian Kamus Unmul Samarinda
4.2 pembahasan
Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan uji kualitas air dengan menggunakan
sampel yang berasal air Kolam Fakultas Pertanian wilayah kampus UNMUL Samarinda.
Pada uji kualitas air ini menggunakan lima parameter yaitu Kecepatan arus, Suhu,
Kedalaman, pH, dan DO (Dissolved Oxygen). Berdasarkan hasil analisis terhadap sampel
parameter kualitas air yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu pertama, kecepatan
arus air sama dengan 0 m/s. Hal ini terjadi karena pada lokasi tersebut tidak memiliki
arus. Kedua, pada pengukuran suhu diperoleh rata-rata suhu sebesar 26,3 °C, suhu
tersebut terbilang normal pada wilayah tropis di saat siang hari. Ketiga pada pengukuran
kedalaman air, diperoleh rata-rata kedalaman 0,43 m. Keempat pada pengukuran
keasaman, diperoleh rata-rata bahwa air di wilayah tersebut adalah netral dengan nilai pH
6,92. Kelima, pada pengukuran Oksigen terlarut (DO) diperoleh rata-rata yaitu 1,57mg/1,
sehingga dapat diasumsikan bahwa pada wilayah tersebut memiliki kandungan air yang
cukup, nilai oksigen terlarut berbanding lurus terhadap suhu, apabila suhu air rendah
makan DO akan rendah sedangkan apabila suhu air tinggi makan DO akan tinggi.
Berdasarkan data analisis yang telah didapat menunjukkan kualitas air yang berada di
wilayah tersebut cenderung normal dan tidak membahayakan bagi kelangsungan makhluk
hidup. Pada praktikum kali ini juga dilakukan pengamatan keanekaragaman plankton
pada air Kolam Fakultas Pertanian Wilayah Kampus UNMUL Samarinda. Pengambilan
sampel plankton dilakukan dengan menggunakan plankton net.
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
terdapat 17 spesies plankton. Plankton yang mendominasi pada wilayah tersebut adalah
yang pertama Navicula sp. Dengan jumlah 32 individu (Indeks Dominansi = 0,02229),
yang kedua adalah Euglypha sp. Dengan jumlah 24 individu (Indeks Dominansi =
0,0124), dan yang ketiga adalah Coscinodiscus sp. Dengan jumlah 20 (Indeks Dominansi
= 0,00898). Kemelimpahan pada salah satu spesies yaitu Navicula sp. Terjadi karena
kondisi parameter-parameter ekologi bagi spesies tersebut untuk tumbuh dan berkembang
biak terpenuhi secara optimal.
Berdasarkan analisis indeks keanekaragaman plankton tersebut, diperoleh nilai indeks
keanekaragaman sebesar 2,711, indeks kemerataan sebesar 0,957, dan indeks dominansi
sebesar 0,076. Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa tidak terjadi dominansi yang
berarti karena kemerataan spesies berlangsung baik.
15
BAB V
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius
Fachrul, M.F. (2007) Metoda Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Hadi,
S dan M. Kumniati. (1994). Prinsip-prinsip dasar Ekologi: Suatu Bahasan tentang Kaidah
Ekologi dan Penerapannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Laksono, A.S. (2007). Ekologi: pendekatan deskriptif dan kuantitatif. Malang: Bayumedia.
Michael P. (1995). Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia
Spellman, F.R dan Drinan, J.E. 2001. Stream Ecology and Sel Purification (2™ edition) an
introduction. Lancester: Technomic Publishing Co, Inc.
17
LAMPIRAN MODUL 1
18
2. Data mentah hasil pengamatan dan perhitungan faktor faktor pembatas
No Suhu No DO(mg/I)
Percobaan 1 26.3 Percobaan 1 1.6
Percobaan 2 26.3 Percobaan 2 1.6
Percobaan 3 26.3 Percobaan 3 1.5
Min 26.3 Min 1.5
Max 26.3 Max 1.6
Rata-rata 26.3 Rata-rata 1.57
SD 26.3 SD 0.06
No Kedalaman (m) No Ph
Percobaan 1 0.4 Percobaan 1 7.26
Percobaan 2 0.5 Percobaan 2 6.8
Percobaan 3 0.4 Percobaan 3 6.7
Min 0.4 Min 6.7
Max 0.5 Max 7.26
Rata-rata 0.43 Rata-rata 6.92
SD 0.06 SD 0.30
19
Pengamatan untuk
menentukan morfologi
palankton yang terdapat pada
botol sampel menggunakan
mikroskop
20
MODUL 2
EKOSISTEM TERESTRIAL
DISUSUN OLEH :
SYAFARUDDIN
NIM. 043416445
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
22
BAB II
TINJAUAAN PUSTAKA
23
2.2 Faktor Pembatas Ekosistem Terestrial
Odum (1996) menjelaskan bahwa pada ekosistem teresterial/daratan terdapat faktor-
faktor pembatas yaitu:
1. Suhu
Udara Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan langsung maupun
tidak langsung terhadap suatu organisme. Suhu berperan dalam mengontrol
proses-proses metabolisme dalam tubuh serta berpengaruh Terhadap faktor-faktor
lainnya terutama suplai air.
2. Cahaya Matahari
Cahaya Matahari merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena
sebagai sumber energi utama bagi seluruh ekosistem. Struktur dan fungsi dari
suatu ekosistem sangat ditentukan oleh radiasi matahariyang sampai pada
ekosistem tersebut. Cahaya matahari, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak
dapat menjadi faktor pembatas bagi organisme Tertentu.
3. Air
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, karena semua organisme
hidup memerlukan air. Air dalam biosfer ini jumlahnya terbatas dan dapat
berubah-ubah karena proses sirkulasinya. Siklus air di bumi sangat berpengaruh
terhadap ketersediaan air tawar pada setiap ekosistem pada akhirnya akan
menentukan jumlah keragaman organisme yang dapat hidup dalam ekosistem
tersebut.
4. Tanah
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh
diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilangsungkan
oleh mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan
basah, maka karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H20) akan
membentuk asam karbonat (H2CO3 ) yang kemudian akan mengalami disosiasi
menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah ion hidrogen bermuatan positif (H+).
Lon hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation hara yang ada pada koloid
tanah, kemudian bikarbonat. Bereaksi dengan kation yang dilepaskan oleh koloid,
dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah melalui profil tanah.
5. Keasaman tanah (pH) dan kejenuhan aluminium
Derajat keasaman tanah merupakan salah satu unsur penilaian kesuburan tanah,
dan merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi penyerapan unsur hara. Pada
pH tanah asam (<4,0) secara tidak langsung unsur unaur hara seperti fosfat
menjadi tidak tersedia bagi tanaman . derajat keasaman tanah tanah penelitian
trgolong agak asam sampai agak alkalis (5,2-7,3) kejenuhn alumunium, sangat
rendah sekali (0,0-0,8%) konsentrasi A13+ yang tinggi akan menjadi racun bagi
tanaman.
24
6. Nutrien Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa
dalam jumlah yang relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan
tetapi semuanya penting. Pada beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic
merupakan faktor pembatas yang penting bagi produktivitas. Produktivitas dapat
menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau nutrient tunggal tidak
lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang demikian
disebut nutrient pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen dan
fosfor merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan
bahwa CO2 kadangkadang membatasi produktivitas. Produktivitas di laut
umumnya terdapat Paling besar diperairan dangkal dekat benua dan disepanjang
terumbu karang, di mana cahaya dan nutrient melimpah.
7. Ketinggian tempat
Ketinggian suatu tempat diukur mulai dari permukaan air laut. Semakin tinggi
suatu tempat, keragaman gas-gas udara semakin rendah Sehingga suhu suhu udara
semakin rendah.
25
BAB III
METODE PRAKTIKUM
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 hasil
hasil analisis ekosistem hutan menggunakan metode kuadrat
No. Spesies F FR (%) K KR (%) D DR (%) INP (%)
1 Pterospermum javanicum 0,40 8,00 0,004 5,405405 26,4545 13,63093 27,04
2 Macaranga depressa 0,40 8,00 0,004 5,405405 6,22505 3,207516 16,61
3 Ficus Sp. 0,8 16,00 0,016 21,62162 49,97426 25,74971 63,37
4 Bridelia tometosa 0,4 8,00 0,004 5,405405 7,26282 3,742236 17,15
5 Sauraria sp. 0,6 12,00 0,01 13,51351 5,603267 2,887136 28,40
6 Neoclea orientalis 0,6 12,00 0,008 10,81081 12,83357 6,612619 29,42
7 Endospermum tautanum 0,2 4,00 0,002 2,702703 2,76948 1,427001 8,13
8 Pipterus argentus 0,4 8,00 0,008 10,81081 17,50786 9,021087 27,83
9 Trema orientalis 0,2 4,00 0,002 2,702703 15,7 8,089573 14,79
10 Ficus variegata 0,4 8,00 0,01 13,51351 23,95426 12,34266 33,86
11 Vernonia argorea 0,2 4,00 0,002 2,702703 3,32212 1,711754 8,41
12 Buchanania sessifolia 0,2 4,00 0,002 2,702703 13,87252 7,147946 13,85
13 Chepalomappa mallaticarpa 0,20 4,00 0,002 2,702703 8,59732 4,42985 11,13
5,00 100,00 0,074 100 194,077 100 300,00
Tabel 2.1 Data Analisis Vegetasi Pohon Di Hutan Desa Barambai, Samarinda
No Parameter Nilai
1 Suhu 30
2 Kelembaban 82
Tabel 2.2 Data Pengukuran Faktor - Faktor Pembatas Ekosistem Kebun Desa
Barambai ,Samarinda
4.2 pembahasan
Pada Praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan vegetasi ekosistem terestrial,
Wilayah yang diamati adalah ekosistem hutan di Desa Barambai, Samarinda. Adapun
makhluk hidup yang diidentifikasi dalam pengamatan ini dikhususkan hanya pada pohon
yaitu tumbuhan yang memiliki Diameter diatas 20 cm. Metode yang digunakan dalam
praktikum ini adalah metode kuadrat dengan menggunakan plot petak tunggal.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat 13
jenis pohon yang berhasil diidentifikasi, dari jenis-jenis tersebut ada pohon yang dianggap
mendominasi, posisi pertama adalah jenis Ficus Sp. (Beringin), Jenis tersebut
27
mendapatkan nilai INP sebesar 63,37%. Kemudian di posisi kedua adalah Ficus Variegata
(Nyawai) spesies tersebut mendapatkan nilai INP sebesar 33,86%. Dan di posisi ketiga
adalah Naoclea Orentalis (Bangkal) spesies tersebut mendapatkan nilai INP sebesar
29,42%.
Berdasarkan pengamatan dan data analisis diatas, dapat di asumsikan bahwa
keanekaragaman pohon di wilayah tersebut terbilang cukup beragam dan dominansi
cukup merata. Hal ini bisa terjadi karena wilayah tersebut menyediakan sumber hara dan
kebutuhan metabolisme yang optimum bagi seluruh pohon.
Faktor-faktor pembatas yang dapat diukur dalam praktikum ini adalah suhu lingkungan
dan kelembaban udara. Pada wilayah hutan Desa Barambai, Samarinda diperoleh
parameter faktor pembatas yaitu rata-rata suhu 30°C dan rata-rata kelembaban udara 82%.
Kondisi tersebut merupakan kondisi normal pada siang hari di daerah beriklim tropis.
28
BAB V
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. (2006). Encyclopedia of Ecology (vol 3). New Delhi: Anmol Publication Pvt.
Ewusie, J.Y. (1990). Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan Usman Tanuwijaya. Bandung:
Penerbit ITB.
Fachrul, M.F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Krebs, C.J. (1985). Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.
New York: Harper & Row Publisher.
Martin, Kent. (2012). Vegetation Description and Data Analysis. A Practical Approach.
Second Edition. West Sussex: Wiley-Black Well.
Smith, R.L (1980). Ecology and Field Biology. New York: Harper & Raw Publisher.
Taylor, J.A. (1984). Recent Advance and Future Direction. New Jersey: Barnes & Noble
Books.
Utomo, S.W. dkk. (2010). Ekologi. Buku Materi Pokok BIOL4215/3SKS/ Modul 1-9. Jakarta:
Penerbit Universitas Terbuka.
30
LAMPIRAN MODUL 2
Percobaan
No Parameter Rata-rata
1 2
1 suhu 30 30 30
2 kelembapan udara 82 82 82
31
2. kegiatan pengamatan ekosistem hutan menggunakan metode kuadrat
Kegiatan penentuan dan
pembuatan petak plot
Kegiatang pengukuran
diameter batang pohon
Thermometer yang
digantung dibawah pohon
untuk mengukur suhu
32
MODUL 3
PERILAKU HEWAN
DISUSUN OLEH :
SYAFARUDDIN
NIM. 043416445
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Morfologi Dan Jenis Makanan Terhadap Habitat Biawak (Varanus
Salvator)
Biawak (Varanus salvator) adalah kadal besar yang termasuk kedalam kelompok
hewan bertulang belakang (vertebrata) dan secara taksonomi berada di bawah kelompok
hewan kelas reptilia. Taksonomi Biawak (Varanus salvaton sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Sub ordo : Autarchoglossa
Famili : Varanidae
Genus : Varanus
Spesies : Varanus salvator
Biawak air berasal dari Asia Selatan dan Tenggara kemudian tersebar hingga ke
berbagai pulau di Indonesia. Biawak aktif di siang hari sehingga dikatakan hewan diurnal.
Aktifitas mencari makan dilakukan pada pagi hari, berjemur pada siang hari dan
beristirahat pada malam hari di bawah pohon,atau di dalam semak dan lubang. Ciri
morfologi dari biawak air yaitu memiliki bentuk lubang hidung oval dengan posisi lubang
hidung berada di depan moncong dan juga memiliki leher serta moncong yang panjang.
Biawak air dewasa rata-rata berukuran 1.5 meter. Selain itu, tubuh biawak air berwarna
hitam dan adanya corak bulat berwarna kuning. Bentuk sisik di bagian atas kepala lebih
besar dan ukuran sisik di bagian belakang (menuju ekor) semakin kecil. Bentuk ekor
pipih, pada sisi bagian atasnya keras, sangat kokoh, dan panjangnya melebihi dari panjang
kepala dan badan. Terdapat perbedaan antara biawak jantan dan betina, yaitu ada tidaknya
sepasang hemipenis yang dimiliki biawak jantan. Hemipenis berbentuk seperti kantung,
terletak di pangkal ekor dan menimbulkan tonjolan pada bagian ventral ekor. Sedangkan,
pada biawak betina memiliki sepasang oviduk dan Ovarium yang terletak pada rongga
perut (Safrida, 2021).
Biawak air dapat ditemukan disekitar perairan seperti hutan bakau, hutan hujan, hutan
campuran dan disekitar rawa. Kepadatan populasi biawak pada suatu daerah dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu, ketersediaan makanan yang melimpah, tingkat persaingan
yang rendah karena kurangnya predator biawak air, dan kurangnya aktivitas manusia
(perburuan liar). Salah satu perilaku dari biawak yaitu adanya aktifitas berjemur yang
dilakukan pada pagi hari (08.0010.00) dan sore hari (15.0017.00) dengan rata-rata
berjemur selama 80 menit. Kondisi lingkungan yang dijadikan tempat berjemur yaitu
35
memiliki permukaan yang datar dan langsung terkena sinar matahari, contohnya diatas
batang pohon, diatas bebatuan, dan di atas semak belukar (Safrida, 2021).
Saat malam hari, biawak kembali ke sarangnya untuk beristirahat, misalnya di bawah
perakaran pohon-pohon besar. Terdapat karakteristik tempat bersarang untuk biawak air
yaitu ternaungi oleh perakaran pohon atau tanaman lainnya dan dekat dengan sumber air
dan makanan. Biawak merupakan hewan karnivora yang dapat memangsa hewan hidup
atau mati, misalnya burung, ikan, serangga, telur. Aktivitas makan dilakukan pada pagi
hari sebelum biawak melakukan aktivitas berjemur (Safrida, 2021).
Perilaku harian biawak diantaranya yaitu perilaku makan, bergerak, berjemur dan
beristirahat. Perilaku bergerak pada jantan dewasa dilakukan dengan cara menjaga
wilayahnya dari serangan musuh dan mencari makanan, sedangkan pada betina dewasa
aktivitas bergerak dilakukan untuk mencari sarang untuk bertelur. Perilaku bergerak pada
biawak di usia muda dilakukan untuk menjelajahi hal baru, kemudian mencari makanan.
Biawak beristirahat setelah melakukan perilaku bergerak, biasanya biawak merebahkan
atau menempelkan seluruh bagian tubuhnya ke permukaan tanah. Biawak tidak
berinteraksi dengan binatang lain, aktivitas sosial dilakukan saat proses kawin, perebutan
makanan dan wilayah teritorial. Perilaku berjemur pada biawak di pagi dan sore hari
dilakukan untuk menjaga keseimbangan suhu dan kelembaban untuk metabolisme
tubuhnya, sehingga biawak termasuk reptil berdarah dingin. Oleh karena itu, biawak
harus menyerap panas dari sumber lain seperti sinar matahari (Safrida,2021).
2.2 Pengamatan Aktivitas Burung Di Suatu Habitat
Burung termasuk kedalam kelompok hewan vertebrata dan termasuk dalam Kelas
aves. Burung adalah satu satunya hewan vertebrata yang secara alami bisa terbang.
Aktivitas terbang membutuhkan energi yang banyak, oleh karena itu tubuh burung telah
beradaptasi secara anatomi dan fisiologi untuk menopang aktivitas terbangnya. Tidak
seperti halnya reptile yang berdarah dingin (eksoterm), burung termasuk hewan berdarah
panas (endoterm), keadaan ini membantu otot dan laju metabolisme menggunakan
oksigen di jaringan berlangsung efisien. Suhu tubuh burung sangat tinggi dibanding
kelas-kelas lain, suhu tubuh burung berkisar antara 4042 °C. Burung juga memiliki bulu
yang melindungi dan juga membentuk ekstensi ringan ke sayap dan ekor untuk
pengangkatan dan pengontrolan tubuh selama terbang. Sistem syaraf burung
mengakomodasi kebutuhan khusus burung saat terbang dengan koordinasi yang luar biasa
dan kombinasi keseimbangan dengan pandangan mata yang akurat (Audesirk dan
Audesrik, 1989).
Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 6000 spesies burung di dunia dan 1539
diantaranya ada di indonesia. Keanekaragaman burung terancam akibat berbagai tindakan
negative yang dilakukan manusia, seperti perburuan liar dan perusakan hutan yang
menyebabkan kerusakan habitat dan terganggunya kehidupan para burung hingga berujug
ada kepunahan. brung merupakan salah satu sumber daya yang memiliki nilai penting
ditinjau dari segi ekologis, ilmu pengetahuan ekonomi dan rekreaksi budaya. Burung
36
bahkan bisa dikatakan merupakan satwa liar yang paling dekat dengan lingkungan hidup
manusia yang perlu di lestarikan (Bachtiar , 2006).
Berikut kelompok aves berdasarkan ekoologi :
Ordo Habitat
Casuariformes, Gruiformes, Galliformes Hidup diatas tanah (tidak bisa terbang)
Anseriformes, ciconeniiformes Hidup di perairan tawar
Charadriiformes Hidup di pantai
pelicaniformes Hidu di laut lepas
Colmbiformes, psitaciformes, cuculiformes, Hidup di pepohonan
coraciiformes, piciformes
Passeriformes Burung perkicau
Stirigiformes, Falconiformes Burung pemangsa
Dikarenakan sulitnya mengamati seluruh perilaku burung sepanjang waktu dan untu
meminialisir bias maka pengamatan perilaku burung biasanya dibatasi pada beberapa
aktivitas berikut:
Foraging (Mencari makan)
Perching (bertengger)
Preening (membersihkan badan)
Moving (bergerak)
Flying (Terbang)
37
BAB III
METODE PRAKTIKUM
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Morfologi, sistem pencernaan dan rantai makanan biawak (varanus salvator)
a. Morfologi biawak (varanus salvator)
39
No jenis makanan presentase (%)
1 Kepiting/yuyu (Parathelphusa convexa) 30%
2 Bekicot (Achatina fulica 20%
3 Keong sawah/tutut (Pila ampullaceae) 10%
total isi perut 60%
Tabel 3.1 Aktifitas Makan Biawak (Varanus Salvator)
40
4.2 Pembahasan
Pada Praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan morfologi, anatomi sistem
pencernaan dan rantai makanan biawak (Varanus salvator) serta Pengamatan aktivitas
burung di wilayah kampus MIPA UNMUL.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil identifikasi morfologi
biawak (Varanus salvator) yaitu terdapat bagian-bagian struktur tubuh luar yang berfungsi
sebagai sistem kehidupan yang kompleks serta perlindungan bagi organ dalam tubuhnya.
Bagianbagian struktur tubuh tersebut adalah Kepala (caput), hidung (Fovea nasalis), mata
(Occulus), Badan (Truncus), Lengan Atas (Brachium), Tungkai Depan (Manus), Paha
(Femur), Tungkai Belakang (Erus), Jari Kaki (Digit), dan Ekor (Caudal. Ciri khas
morfologi dari biawak (Varanus salvator yaitu memiliki bentuk lubang hidung oval
dengan posisi lubang hidung berada di depan moncong dan juga memiliki leher serta
moncong yang panjang. Tubuh dewasa rata-rata berukuran 1.5 meter. Selain itu, tubuh
berwarna hitam dan adanya corak bulat berwarna kuning. Bentuk sisik di bagian atas
kepala lebih besar dan ukuran sisik di bagian belakang (menuju ekor) seman kecil.
Bentuk ekor pipih, pada sisi bagian atasnya keras, sangat kokoh, dan panjangnya melebihi
dari panjang kepala dan badan. Terdapat perbedaan antara biawak jantan dan betina, yaitu
ada tidaknya sepasang hemipenis yang dimiliki biawak jantan. Hemipenis berbentuk
seperti kanmtung, terletak di pangkal ekor dan menimbulkan tonjolan pada bagian ventral
ekor. Sedangkan, pada biawak betina memiliki sepasang oviduk dan ovarium yang
terletak pada rongga perut.
Sistem pencernaan biawak (Varanus salvator) dimulai ketika makanan masuk melahi
rongga mulut, kemudian tertelan dan melalui kerongkongan (Esofagus), lalu dengan
dibantu gerakan peristaltik makanan masuk menuju lambung (Ventrikulus) untuk di
haluskan, kemudian makanan menuju usus halus (Intestinum) untuk diserap nutrisinya,
sisa ampas makanan akan menuju usus besar (Kolon) dan keluar menjadi feses melalui
kloaka.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas makan biawak (Varanus salvaton, adalah
pertama kandungan nutrisi. Kedua palatabilitas yaitu keecendrungan pemilihan makanan
(ditentukan oleh rasa, bau, dan warna). Ketiga suhu yaitu biawak (Varanus salvator)
merupakan hewan diurnal schingga aktivitas makannya berlangsung pada siang hari seat
suhu lingkungan tings. Keempat adalah umur dan berat tubuh, semakin tua usia dan
besear badannya makan biawak {Varanus salvatom semakin aktif dalam mencari
makanan guna memenuhi kebutuhan metabolismenya. Faktor lain yang secara ndak
langsung Mempengaruhi aktivitas makan biawak (Varanus salvator) adalah bergerak aktif
atau tidaknya target mangsa karena biawak (Varanus salvator) di alam termasuk kategori
pemburu intensif yaitu kebiasaan hewan yang memangsa dengan cara mendekati
mangsanya.
Sebagai pembuktian bagaimana aktivitas makan biawak (Varanus salvator} maka
dilakukan analisis isi lambung, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh
41
bahwa biawak (Varanus salvator yang diteliti terdapat isi lambung berupa makanan
sebanak 60% dari total isi lambung. Adapun makanan biawak (Varanus salvator) yang
berhasi diidentifikasi adalah Kepiting/ yuyu (Parathelphusa convexa) sebanyak 30%,
Bekicot (Achatina fulica) sebanyak 20%, dan Keong Sawah/tutut (Pila ampullacea)
sebanyak 10%. Selain itu terdapat pula cacing pita (Taenia sp.) yang hidup di dalam
lambung biawak (Varanus salvator) sebagai parasit.
Pada praktikum kali ini praktikan juga melakukan pengamatan aktivitas burung.
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil persentase
identifikasi aktivitas burung yaitu Mencari Makan (Foraging) sebesar 15,38%, Bertengger
(Perching) sebesar 17,95%, Membersihkan Badan (Preening) sebesar 23,08%, Bergerak
(Moving) sebesar 20,51%, dan Terbang (Flying) sebesar 23,08%. Berdasarkan data
analisis tersebut terlihat aktivitas burung paling banyak adalah Preening dan playing hal
ini terjadi karena Pengamat dilakukan pada agak saing hari sehingga berkenaan dengan
waktu alami burung dalam beraktivitas di alam.
42
BAB V
KESIMPULAN
Morfologi biawak (Varanus salvator) yaitu terdapat kepala (capuf), hidung (Fovea
nasalis}), mata (Occulus), Badan (Truncus), Lengan Atas (Brachium), Tungkai Depan
(Manus), Paha (Femur), Tungkai Belakang (Erus), Jari Kaki (Digit), dan Ekor (Caudal).
Struktur tubuh tersebut mendukung adaptasi dalam melakukan aktivitas mencari makan,
bergerak, berjemur dan beristirahat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas makan biawak (Varanus salvator) adalah
kandungan nutrisi, palatabilitas, suhu, umur, berat tubuh. Faktor lainnya adalah bergerak
aktif atau tidaknya target mangsa karena biawak (Varanus salvator) di alam termasuk
kategori pemburu intensif yaitu kebiasaan hewan yang memangsa dengan cara mendekati
mangsanya.
Berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil persentase
identifikasi aktivitas burung yaitu Mencari Makan (Foraging) sebesar 15,38%, Bertengger
(Perching) sebesar 17,95%, Membersihkan Badan (Preening) sebesar 23,08%, Bergerak
(Moving) sebesar 20,51% dan Terbang (Flying) sebesar 23,08%. Aktivitas paling banyak
adalah preening dan flying hal ini terjadi karena pengamat dilakukan pada agak siang hari
sehingga berkenaan dengan waktu alami burung dalam beraktivitas di alam.
43
DAFTAR PUSTAKA
Audesirk G., dan T. Audesirk. 1989. Biology Life on Earth Second Edition. New York.
MacMillan Publishing Company
Campbell, N A. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid II. Erlangga. Jakarta Kimball, W J. 1999.
Biologi. Jakarta. Erlangga
44
LAMPIRAN MODUL 3
45
B. Pengamatan aktivitas burung
46