Anda di halaman 1dari 19

8

BAB II
TEORI ASESMEN KINERJA DAN ASESMEN PENUGASAN

A. Deskripsi Teoritik
1. Evaluasi dan Asesmen
a. Evaluasi
1) Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses sistematis dan berkelanjutan untuk
menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu dalam pembuatan
keputusan.1Evaluasi atau asesmen merupakan suatu proses yang
sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data,
berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat keputusan.2
Evaluasi juga harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar
dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi.
Evaluasi sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan skedul yang
sistematis dan terencana. Bagian penting lainnya yang perlu
diperhatikan bagi seorang pendidik adalah perlu melibatkan siswa
dalam evaluasi sehingga mereka secara sadar dapat mengenali
perkembangan pencapaian hasil hasil pembelajaran mereka.3 Evaluasi
adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
pembelajaran sudah tercapai.4
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat
disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang harus dilakukan
secara sistematis untuk mencari informasi mengenai gambaran
kemampuan siswa untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran
sudah tercapai.

1
Zainal Arifin. Op Cit., hal 5.
2
Ngalim Purwanto. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal. 3
3
Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 2
4
Mulyadi. 2010. Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di Sekolah. Malang : UIN-
MALIKI PRESS, hal 14
9

2) Jenis jenis evaluasi


Menurut Yahya Qohar yang dikutip oleh Kaelani dan Nurdin jenis
evaluasi dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu5:
a) Evaluasi Formatif yang menetapkan tingkat penguasaan manusia
didik dan menentukan bagian- bagian tugas yang belum dikuasai
dengan tepat. Contohnya yaitu : Evaluasi tentang materi
pembelajaran matematika yang belum dikuasai.
b) Evaluasi Sumatif yaitu asesmen secara umum tentang keseluruhan
hasil proses belajar mengajar yang dilakukan pada setiap akhir
periode belajar mengajar secara terpadu.
Contoh yang ditunjukan oleh Kaelani dan Nurdin6 adalah :
Evaluasi akhir semester atau evaluasi setelah siswa
menyelesaikan suatu bagian dari mata pelajaran tertentu
c) Evaluasi diagnostik ialah asesmen yang dipusatkan pada PBM
(Proses Belajar Mengajar) dengan melokalisasikan suatu titik
keberangkatan yang cocok. Misalkan mengklasifikasikan murid
sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, kecerdasan,
latarbelakang, keterampilan dan sebagainya.
d) Evaluasi penempatan (placement evalution) yang menitik
beratkan pada asesmen tentang permasalahan yang berkaitan
dengan:
- Ilmu pengetahuan dan keterampilan murid yang diperlukan
untuk awal PBM
- Pengetahuan murid tentang tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan sekolah
- Minat dan perhatian, kebiasaan bekerja, corak kepribadian
yang menonjol yang mengandung konotasi kepada suatu
metode belajar tertentu misalnya belajar kelompok dan

5
Kaelani dan Nurdin OpCit., hal. 120
6
Ngalim Purwanto OpCit., hal 108
10

sebagainya. Contoh : evaluasi dalam penentuan tingkat, kelas,


atau jurusan.7

Dari beberapa jenis evaluasi diatas penulis melihat bahwa asesmen


kinerja dan asesmen penugasan masuk kedalam kedalam kategori
asesmen diagnostik dimana asesmen ini dipusatkan pada PBM (Proses
Belajar Mengajar) namun tetap berkaitan juga dengan asesmen Formatif
Sumatif karena asesmen penugasan dan asesmen kinerja ini diperlukan
juga untuk mengetahui dan memberikan asesmen pada setiap akhir
periode belajar mengajar seperti tujuan pada asesmen Formatif Sumatif.

b. Asesmen
1) Pengertian Asesmen

Asesmen adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu


dengan ukuran baik dan buruk.8 Asesmen juga dinyatakan sebagai proses
memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan
suatu kriteria tertentu.9
Definisi lain mengatakan bahwa asesmen adalah suatu kegiatan
untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.10
Menurut Gronlund yang dikutip oleh Zaenal Arifin asesmen
merupakan suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan
interprestasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana peserta didik
telah mencapai tujuan pembelajaran.11
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat
disimpulkan bahwa asesmen adalah proses menetukan keputusan

7
Ibid.,
8
Suharsimi Arikunto. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal.3 (edisi
revisi)
9
Nana sudjana 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosda Karya hal 3
10
Zaenal Arifin. Op Cit., hal. 4
11
Ibid.,
11

terhadap suatu individu, instansi, program dan lain sebagainya dengan


tujuan untuk melakukan perbaikan dan menentukan keberhasilan.

2) Fungsi dan tujuan Asesmen


Tujuan Fungsi Asesmen menurut arikunto yaitu12:
a) Asesmen berfungsi selektif
b) Asesmen berfungsi diagnostik
c) Asesmen berfungsi sebagai penempatan
d) Asesmen berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Dalam asesmen hasil belajar menurut Zainal Arifin ada empat
kemungkinan tujuan asesmen yaitu : untuk memperbaiki kinerja, atau
proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta
didik (sumatif), untuk mengidentifikasikan kesulitan belajar peserta
didik dalam proses pembelajaran (diagnostik) atau untuk menempatkan
posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan)13

3) Prinsip Asesmen
Menurur Cece Wijaya seperti yang dikutip oleh Kaelani dan Nurdin
prinsip Asesmen adalah sebagai berikut:14
1) Segala usaha asesmen, dari mulai pembuatan alat asesmen sampai
pelaksanaannya harus didasarkan atau tujuan pengajaran baik
umum maupun khusus.
2) Asesmen harus memiliki fungsi tertentu, yaitu memiliki fungsi
formatif, sumatif, diagnostik, selektif dan motivasi.
3) Asesmen harus komprehensif maksudnya lengkap atau
menyeluruh asesmen harus bersifat menyeluruh [artinya
diarahkan kepada tujuan ketiga aspek yaitu: kognitif afektif dan
psikomotor].

12
Suharsimi Arikunto. Op Cit., hal 10-11
13
Zaenal Arifin. Op Cit., hal 92
14
Kaelani dan Diding nurdin Op Cit., hal 110
12

4) Asesmen harus mencakup butir butir pertanyaan yag paling


sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan, maksudnya
bahwa daya guna, kekuatan dan kelemahan tiap jenis asesmen
harus dipertimbangkan semuanya dengan tujuan pelajaran.
5) Asesmen harus direncanakan dengan baik, yang langkah yang
paling awal didalam asesmen ialah memahami makna tujuan
yang hendak dicapai oleh para siswa, kemudian dari situ baru
memikirkan pokok-pokok materi pelajaran yang akan
diAsesmenkan kepada siswa.
6) Asesmen harus dipakai untuk memperbaiki kualitas belajar
mengajar, asesmen akan memberikan informasi tentang
bagaimana seharusnya usaha perbaika selanjutnya untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.

c. Kinerja (Performance)
Kinerja (Performance) dapat dikatakan sebagai identitas
kecenderungan positif atau negative terhadap suatu objek psikologis
tertentu.15Kinerja (Performance) juga merupakan aktivitas dalam
melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu.16 Pengertian yang lain
dari Kinerja (Performance) yaitu merupakan kemampuan yang
dimunculkan dalam kondisi/keadaan tertentu.17
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata kinerja didefinisikan
sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan disebut
18
juga kemampuan kerja. Menurut Oxford Dictionary Kinerja
(Performance) merupakan suatu tindakan proses atau cara bertindak atau
melakukan proses organisasi.

15
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/prestasi-kerja.html diunduh 16 september 2013
pukul 14.32
16
http://fourseasonnews.com/2012/05/pengertian-desain-penelitian.html di unduh senin, 27 Mei
2013 jam 13.47 WIB
17
Ibid.,
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Balai
Pustaka; Jakarta; 1996
13

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kinerja


(Performance) merupakan identitas dan aktivitas yang dimunculkan
dalam kondisi/keadaan tertentu dalam memecahkan masalah, penalaran,
dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan sebagai sesuatu yang
dicapai atau prestasi yang diperlihatkan.

d. Penugasan
Penugasan adalah suatu teknik asesmen yang menuntut peserta
didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas.
19
Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok.
20
Penugasan ada yang berupa pekerjaan rumah atau berupa proyek.
Pekerjaan rumah adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di
luar kegiatan kelas, misalnya menyelesaikan soal-soal dan melakukan
latihan. Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan.21

2. Asesmen Kinerja (Performance)


a) Pengertian Asesmen Kinerja (Performance)
Asesmen Kinerja (Performance)adalah asesmen berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.
Asesmen dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi
siswa. Asesmen kinerja (Performance) digunakan untuk menilai
kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang
khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya
(produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang

19
Badan Nasional Satuan Pendidikan 2007, “Panduan AsesmenKelompok Mata Pelajaran Agama
dan Akhlak Mulia”
20
Ibid.,
21
Ibid.,
14

diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin


dicapai dan bermakna bagi siswa. 22
Asesmen Kinerja (Performance) merupakan asesmen dengan
berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta asesmen diminta untuk
mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang
mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi
boleh dikatakan bahwa Kinerja (Performance) assessment adalah suatu
Asesmen yang meminta peserta asesmen untuk mendemostrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai
dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.23
Asesmen Kinerja (Performance) dapat mengungkapkan potensi
siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam
24
bentuk tulisan maupun lisan. Asesmen Kinerja (Performance) lebih
tepat untuk menilai kemampuan siswa dalam menyajikan lisan,
pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam suatu
kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan
laboratorium serta kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat.25
Asesmen kinerja (Performance) digunakan untuk menilai
kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam menilai kinerja
siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut
rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalah task
(tugas) dan rubrics (kriteria asesmen). Tugas-tugas kinerja digunakan
untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu
keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik

22
Budi Setyono. 2005. Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam jurnal
pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3)
Universitas Jember, hal. 3
23
A.Majid . 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Bandung:Remaja Rosdakarya, hal. 34
24
Puji Iryanti. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta:Depdiknas,hal. 6
25
O. RHutabarat. 2004. Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK. Bandung: Bina Media
Informasi, hal. 16
15

digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh


siswa. 26
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa asesmen kinerja
(Performance) merupakan asesmen penilai terhadap aktivitas siswa
dengan berbagai macam tugas dan situasi untuk menilai kemampuan
siswa.

b) Kelebihan asesmen kinerja (Performance) adalah27 :


1) Satu satunya teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil
belajar belajar dalam bidang keterampilan menggunakan komputer,
keterampilan menggunakan bahasa asing keterampilan menulis
indah keterampilan menggambar dan sebagainya.
2) Sangat baik digunakan untuk mencocokan antara pengetahuan teori
dan keterampilan praktik, sehingga hasil asesmen menjadi lengkap.
3) Dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk
menyontek dan,
4) Guru dapat mengenal lebih dalam tentang karakteristik masing
masing peserta didik sebagai dasar tindak lanjut hasil asesmen,
seperti pembelajaran remedial.

c) Kelemahan/ kekurangan asesmen kinerja (Performance) adalah:28


1) Memakan waktu yang lama
2) Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
3) Cepat membosankan
4) Jika asesmen kinerja (Performance) sudah menjadi sesuatu yang
rutin maka ia tidak mempunyai arti apa apa lagi
5) Memerlukan syarat syarat pendukung yang lengkap baik waktu
tenaga maupun biaya. Jika syarat syarat tertentu tidak terpenuhi

26
Asmawi Zainul. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: UnintversitasTerbuka, hal. 9
27
Zainal Arifin OpCit hal 150-151
28
Ibid.,
16

maka hasil asesmen tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan


baik.

3. Asesmen Penugasan
a. Pengertian asesmen penugasan
Asesmen penugasan merupakan asesmen yang dalam lingkup
kegiatan tugas guru memberikan bidang studi di luar jam pelajaran tatap
muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai,
dan dibahas hasilnya.29
Asesmen penugasan merupakan asesmen yang memiliki makna
jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas
diberikan guru kepada siswa untuk diselesaikan dan
dipertanggungjawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, di rumah
atau di tempat lain yang dapat menunjang penyelesaian, baik secara
individu atau kelompok. Tujuannya melatih atau menunjang materi yang
diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab.30
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa asesmen penugasan
merupakan asesmen yang dalam lingkup kegiatan tugas guru
memberikan bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas
ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas
hasilnya serta dipertanggungjawabkan.

b. Kelebihan Asesmen Penugasan31


1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
2. Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah
menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.
3. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa

29
Roestiyah . 1996. “Startegi Belajar Mengajar” Yogyakarta : GRAHA ILMU hal 75.
30
Ibid.,
31
Irwan Veri . 2010 ” Perbedaan Tugas dan PR” pada
http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=56916
17

5. Dapat mengembangkan kreativitas siswa


6. Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.

c. Adapun Kelemahan Asesmen Penugasan 32


1. Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu
dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
2. Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
3. Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat
menimbulkan keluhan siswa,
4. Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
5. Pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan
siswa apabila terlalu sering.
6. Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.

4. Matematika dan Kemampuan Matematika


a. Pengertian Matematika
Kata “Matematika” berasal dari kata (mẚthema)dalam bahasa
Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”
juga (mathematikỏs) yang diartikan sebagai “suka belajar, ilmu
matematika telah banyak dikenal orang pada masa pra sejarah.
Berikut ini beberapa definisi atau pengertian tentang matematika33:
a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan
terorganisasi secara sistematik.
b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan
kalkulasinya
c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan
berhubungan dengan bilangan.
d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta fakta kuantitatif
dan masalah tentang ruang dan bentuk.

32
Ibid.,
33
A.saepul hamdani dkk. Matematika 1 edisi pertama surabaya LAPIS PGMI 2008 Hal. 1-6
18

e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur struktur yang


logis.
f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan aturan yang ketat.

b. Pengertian kemampuan matematika.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan.34 Sedangkan matematika merupakan
ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan di penyelesaian mengenai bilangan.35
Disimpulkan bahwa kemampuan matematika merupakan kecakapan
dalam menyerap dan memahami pelajaran yang berkaitan dengan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian bilangan.

c. Tujuan matematika dalam meningkatkan kemampuan siswa.

Dari hubungan keduanya didapat suatu tujuan seperti yang tertera


didalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas)
Nomor 20 Tahun 2006 tentang standar isi, disebutkan bahwa
pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut:36
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematikadalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

34
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Balai
Pustaka; Jakarta; 1996
35
Ibid.,
36
Ariyadi wijaya. 2012. “Pendidikan Matematika Realistik”, Yogyakarta : GRAHA ILMU hal 16
19

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,


merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.

d. Peran matematika
Adams dan Hamm menyebutkan empat macam pandangan
tentang posisi dan peran matematika, yaitu 37
1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir
Pandangan ini berawal dari bagaimana karakter logis dan sistematis
dari matematika berperan dalam proses mengorganisasi gagasan,
menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan antardata.
2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan
(pattern and relationship)
Dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan suatu
konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
Penekanan pada hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan dan
kontinuitas konsep dalam matematika sekolah sehingga siswa dapat
dengan segera menyadari bahwa suatu konsep yang mereka pelajari
memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep yang mereka
pelajari memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep yang
sudah mereka pelajari.
3) Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool)
Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek aplikasi dan asspek
sejarah dari konsep matematika. Banyak konsep matematika yang bisa

37
Ibid., hal 5
20

kita temukan dan gunaka dalam kehidupan sehari-hari, baik secara


sadar maupun tidak. Selain aspek aplikas matematika pada masa
sekarang, perkembangan matematika juga sebenernya disebabkan
adanya kebutuhan manusia. Contoh paling sederhana adalah konsep
korespondensi satu satu yang melandasi perkembangan bilangan.
Korespondensi satu satu berkembang karena kebutuhan manusia untuk
memastika bahwa banyak hewan gembala yang pulang tetap sama
dengan banyak hewan gembala yang berangkat (Flegg, 1983)
4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi
Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena simbol
matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah dari
bahasa yang berbeda. Ketika kita berkata “dua ditambah tiga sama
dengan lima” maka hanya orang yang mengerti bahasa indonesia saja
yang memahami kalimat tersebut. Namun, ketika jika kalimat tersebut
dituliskan sebagai “2+3= 5” maka orang dengan pengetahuan bahasa
yang berbeda beda aka bisa memahami kalimat tersebut.

Dengan peran dan tujuan matematika yang disebutkan diatas


kemampuan matematika yang diharapkan bisa disebutkan menjadi suatu
kecakapan dalam mengorganisir peran-peran serta tujuan-tujuan dari
pembelajaran matematika.

5. Hubungan Asesmen Kinerja (Performance) Dan Asesmen Penugasan


Terhadap Kemampuan Matematika
Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa asesmen kinerja
(Performance) yaitu bertujuan untuk menilai peserta asesmen, dalam hal ini
mengungkap secara utuh kemampuan individu yang tidak bisa dinyatakan dalam
ukuran kemampuan (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat
oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang dinilai bisa berupa kognitif
maupun psikomotor, sedangkan asesmen penugasan merupakan asesmen yang
21

bertujuan agar hasil belajar lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan,
sehingga pengalaman siswa mempelajari sesuatu lebih terintegrasi.
Keduanya memiliki hubungan yang bisa digunakan untuk menilai
kemampuan matematika siswa seperti menilai kemampuan kognitif maupun
psikomotor serta kecepatan berpikir dan keterampilan dalam matematika

B. Tinjauan Hasil Penelitian Yang Relevan


Untuk menghindari kekeliruan atau duplikasi dengan penelitian-penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya yang terdapat kaitannya dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis, maka penulis mencoba mencari beberapa penelitian
yang sudah dilakukan oleh mahasiswa di beberapa Perguruan Tinggi dari
berbagai sumber bacaan seperti jurnal skripsi dan yang lainnya. Hasil dari
pencarian penulis terdapat tiga buah hasil penelitian yang terdapat kemiripan
dengan masalah penelitian yang akan diteliti oleh penulis, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian tentang : “Perbandingan motivasi belajar siswa antara yang
memperoleh Tes Kecepatan (Speed Tes) dan Tes Kemampuan (Power
tes) pada bidang studi matematika (Studi kasus di MTs Negeri
Cibingbin Kabupaten Kuningan) yang dilakukan oleh Ratna Sari
mahasiswa jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon 2012, penelitian ini
dilakukan penelitinya sebagai penelitian skripsi untuk mendapat gelar
sarjana, namun penelitian ini tidak dipublikasikan.Hasil penelitian
dengan uji hipotesis menunjukan bahwa nilai thitung adalah 4,090, pada
taraf kepercayaan 95% (signifikansi 5%) ttabel adalah 2,023. Maka dapat
disimpulkan bahwa thitung > ttabel (4,090> 2,023) yang berarti bahwa
hipotesis H0 ditolak dan hipotesis Ha diterima.38
2. Penelitian tentang “Perbandingan motivasi belajar sisiwa pada
pembelajaran menggunakan bentuk Tes lisan dan Tes tulis pada

38
Ratna Sari. 2012. “Perbandingan motivasi belajar siswa antara yang memperoleh Tes
Kecepatan (Speed tes ) dan Tes Kemampuan (Power tes ) pada bidang studi matematika (Studi
kasus di MTs Negeri Cibingbin Kabupaten Kuningan). skripsi tidak dipublikasikan, IAIN Syekh
Nurjati Cirebon, hal. 80
22

bidang studi matematika di SMP Negeri Pabuaran Cirebon.” Penelitian


ini dilakukan oleh Haryati mahasiswa jurusan Tadris Matematika
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati
Cirebon pada tahun 2011 penelitian ini dilakukan penelitinya sebagai
penelitian skripsi untuk mendapat gelar sarjana, namun penelitian ini
tidak dipublikasikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
perbedaan motivasi belajar siswa yang signifikan antara kelas
eksperimen dengan kelas kontro, dengan perhitungan thitung > ttabel ( 5,10
> 1,994). Yang berarti Ha dengan perbedaan signifikan.39
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ningzul Fa22timatun, 2012,
Pengembangan Asesmen Kinerja Siswa (Kinerja (Performance)
Assessment) pada Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran
Matematika Kelas VIII SMPN 1 Ciwaringin, penelitian ini dilakukan
penelitinya sebagai penelitian skripsi untuk mendapat gelar sarjana,
namun penelitian ini tidak dipublikasikan. Hasil dari penelitian ini
adalah perangkat asesmen kinerja siswa pada lembar kerja siswa (LKS)
kelas VIII semester 2 yang meliputi 6 kali pembehasan yakni
menentukan unsur-unsur kubus dan balok, membuat jaring-jaring kubus
dan balok, menentukan rumus dan menghitung luas permukaan kubus
dan balok, menentukan rumus dan menghitung volume kubus dan
balok. Berdasarkan hasil validasi expert judgement terdapat beberapa
komponen Asesmen kinerja yang perlu direvisi. Nilai ketuntasan
kinerja siswa pada enam indikator adalah 89,8%, 87,2%, 92,3%, 92,3%,
94,9%, 89,8% siswa telah mencapai KKM (efektif) dengan nilai rata-
rata tiap indikator yaitu 81,92, 76,92, 81,41, 79,74, 86,54, 86,92
sedangkan hasil nilai Asesmen akhir (post ) 92,3% siswa telah
mencapai KKM (efektif) dengan nilai rata-rata 74,74 menunjukan

39
Haryati 2011 “Perbandingan motivasi belajar sisiwa pada pembelajaran menggunakan bentuk
Tes lisan dan Tes tulis pada bidang studi matematika di SMP Negeri Pabuaran Cirebon.” ).
skripsi tidak dipublikasikan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal 23
23

bahwa asesmen kinerja yang telah dikembangkan efektif untuk


meningkatkan hasil belajar siswa.40
Dari ketiga hasil penelitian diatas, terdapat kesamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis, yaitu “perbandingan dua teknik
evaluasi berbasis proses” dan “serta asesmen kinerja”. Namun ketiga hasil
penelitian tersebut tidak ada yang persis sama dengan masalah yang akan
diteliti.
Tabel 2.1
Penelitian yang relevan
No X1 X2
1
2
3

Hasil penelusuran pertama, variabel X2 sama yakni membahas


tentang evaluasi bentuk asesmen tulis akan tetapi varibel X1 berbeda, yang
telah dilakukan yaitu asesmen lisan, sedangkan yang akan dilakukan peneliti
yaitu asesmen kinerja (Performance), dalam hal ini penulis mengganggap
adanya kesamaan jenis penelitian yaitu sama sama membahas mengenai
perbandingan dua teknik evaluasi berbasis proses namun saja dua teknik
evaluasi yang dibahas berbeda jenis evaluasinya.
Hasil penelusuran kedua, variabel X2 sama yaitu membahas
mengenai asesmen kemampuan yang di uraikan dalam bentuk asesmen tulis
akan tetapi variabel X1 berbeda yaitu yang telah dilakukan membahas
mengenai Asesmen kecepatan siswa, sedangkan yang akan dilakukan
peneliti yaitu asesmen kinerja (Performance), dalam hal ini penulis
mengganggap adanya kesamaan jenis penelitian yaitu sama sama membahas

40
Ningzul Fatimatun. 2012. Pengembangan Penilaian Kinerja Siswa (Performa Assessment)
pada Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII SMPN 1 Ciwaringin.
skripsi tidak dipublikasikan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal 86
24

mengenai perbandingan dua teknik evaluasi berbasis proses namun saja dua
teknik evaluasi yang dibahas berbeda jenis evaluasinya.
Hasil penelusuran ketiga variabel X1 memiliki kesamaan yaitu
membahas mengenai asesmen kinerja (Performance) siswa tapi di variabel
X2 pada penelitian ini tidak menggunakan perbandingan dengan evaluasi
berbasis proses lainnya.
Oleh karena itu, penelitian dengan judul
“Perbandingan Penggunaan Asesmen kinerja (Performance) Dan Asesmen
Penugasan Terhadap Kemampuan Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan
Garis dan Sudut Kelas VII MTs Negeri Cirebon II dapat dilakukan karena
masalah yang akan diteliti berbeda dengan penelitian penelitian sebelumnya.

C. Kerangka Pemikiran
Seorang pendidik harus memiliki banyak keahlian dalam bidang
pendidikan bukan hanya sekedar mengajar dan mentransfer ilmu saja akan
tetapi proses akhir dari suatu pembelajaran yang tidak kalah penting untuk
diperhatikan adalah asesmen bagaimana seorang guru atau pendidik dituntut
piawai dalam menilai siswa atau pesert didiknya sehingga dengan asesmen
tersebut akan didapatkan suatu kesimpulan akhir mengenai keberhasilan
dalam mengajar. hal ini yang menjadikan kita perlu mengetahui lebih
banyak sumber dan keilmuan mengenai macam dan jenis asesmen yang bisa
diterapkan.
Dalam pembelajaran di sekolah guru adalah pihak yang paling
bertanggungjawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali
dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni
mengevaluasi hasil belajar siswa.
Melihat pemikiran tersebut seyogyanya sebagai pendidik memahami
betul cara, alat dan teknik evaluasi serta bisa membandingkan evalusi yang
setara dengan materi dan keadaan peserta didik sehingga disini sebagai
pendidik pun harus bisa membandingkan dan memilah teknik evaluasi apa
saja yang harus digunakan dan baik digunakan dalam kondisi tertentu.
25

Dengan demikian membandingkan dua teknik evaluasi berbasis


proses bisa dijadikan sebagai sumber acuan yang pas untuk mengetahui
perbedaan dan keselarasan fungsi evaluasi pada kondisi tertentu.
Evaluasi dalam hal ini adalah suatu proses yang harus dilakukan
secara sistematis untuk mencari informasi mengenai gambaran kemampuan
siswa untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran sudah tercapai.
Pada asesmen dalam penelitian ini menggunakan asesmen, asesmen
itu adalah asesmen kinerja (Performance) dan asesmen penugasan ,
keduanya diharapkan menilai kemampuan matematika siswa, sehingga
dapat disimpulkan kedalam kerangka berfikir yang menunjukan dua
variabel yaitu kempuan matematikayang diperoleh dari asesmen kinerja
(Performance) sebagai variabel X1 dan kemampuan matematika yang
diperoleh dari Asesmen Penugasan sebagai variabel X2.

Untuk diagram penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Siswa

Proses Pembelajaran

Asesmen Asesmen penugasan


kinerja(Performance) X2
X1

Kemampuan
Matematika Siswa

: Hubungan yang menyatakan Proses

Temuan
26

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian.41 Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul.42
Berdasarkan definisi tersebut maka penulis merumuskan hipotesis
sebagai berikut : “ terdapat perbedaan kemampuan matematika siswa yang
signifikan antara siswa-siswa yang dalam pembelajaran biasa diterapkan
asesmen kinerja (performance) dengan siswa-siswa yang dalam
pembelajaran biasa diterapkan asesmen penugasan.

41
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta hal 159
42
Suharsimi Arikunto. 2010**. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta, hal.110

Anda mungkin juga menyukai