Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gilang Bagas Wicaksono

NIM : 050412139

TUGAS TUTORIAL KE-3


PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Nama Mata Kuliah : Hubungan Industrial


Kode Mata Kuliah : EKMA 4367
Jumlah sks : 2 Sks
Nama Pengembang : Nining Suryani, S.Pd., M.M.
Nama Penelaah : Angga Sucitra Hendrayana, S.E., M.Si.
Status Pengembangan : Baru/Revisi* (coret yang tidak sesuai)
Tahun Pengembangan : 2023
Edisi Ke- : Tulis edisi tugas tutorial

No Tugas Tutorial Skor Maksimal


Jelaskan perbedaan antara perselisihan hubungan industrial, perselisihan
1
hak, dan perselisihan kepentingan! 50
Gultom (2008) mengemukakan bahwa riwayat awal perburuhan di
50
Indonesia tidak dapat diketahui kapan munculnya, namun Gultom dapat
2
memastikan Riwayat perburuhan tersebut muncul pada 3 (tiga) zaman,
jelaskan konsep perbudakan di Indonesia pada 3 zaman tersebut!
* coret yang tidak sesuai
JAWAB
1. Berdasarkan Undang-undang no 2 tahun 2004, Perselisihan Hubungan Industrial adalah
perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja atau serikat pekerja karena adanya perselisihan mengenai hak,
kepentingan, pemutusan hubungan kerja (PHK), dan perselisihan antarserikat pekerja dalam
satu perusahaan.
Perselisihan Hak adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak akibat adanya
pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian atau kesepakatan kerja bersama.
Perselisihan Kepentingan adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan syarat-syarat kerja
yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan, atau perjanjian atau
kesepakatan kerja bersama.
Pada dasarnya perselisihan hubungan industrial adalah perselisihan yang mencakup seluruh
perselisihan antara pengusaha dan pekerja. Didalamnya terdapat perselisihan yang lebih
terfokus yaitu, hak, kepentingan, ataupun PHK.
Sumber: EKMA4367/Modul 5 hal 5.23

2. RIWAYAT AWAL PERBURUHAN DI INDONESIA

Perburuhan di Indonesia yang berkembang ini perlu ditinjau kembali keberadaannya. Walaupun
tidak diketahui kapan munculnya, namun dapat dipastikan bahwa perburuhan di Indonesia
dimulai pada zaman perbudakan, zaman rodi, dan zaman punale sanksi (Gultom, 2008).

A. Zaman Perbudakan

Pada zaman perbudakan, orang bekerja di bawah pimpinan orang lain, tidak mempunyai hak
apapun, tidak terkecuali hak atas hidupnya. Mereka hanya miliki kewajiban menuruti semua
perintah, petunjuk, dan peraturan yang berasal dari pihak pemilik budak. Pada zaman ini terdapat
kebiasaan perdagangan budak belian. Keadaan ini terus berlangsung bahkan semakin parah
sampai meletusnya Perang Budak pada tahun 1861. Para budak diberi fasilitas berupa pondokan
dan makan. Namun, fasilitas tersebut bukan merupakan kewajiban bagi pemilik budak, melainkan
kebijaksanaan yang timbul dari "keluhuran budi". Pemeliharaan para budak bukan kewajiban
pemilik budak, karena baik sosiologis maupun yuridis tidak ada aturan yang menetapkan
demikian.
Di Indonesia, praktek perbudakan tidak separah negara lain karena adanya aturan tata susila
masyarakat Indonesia yang tidak sekejam seperti di negara lain. Pada zaman penjajahan Belanda,
Pemerintah Hindia Belanda juga memulai ikut serta mengatur soal perbudakan ini pada tahun
1817. Peraturan tentang budak dan perdagangan budak tahun 1825 mengandung maksud
meringankan nasib para budak, antara lain membatasi bertambahnya jumlah budak lain daripada
kelahiran; melarang perdagangan budak dan mendatangkan dari luar; menjaga agar anggota
budak bertempat tinggal bersama-sama, yaitu seorang budak yang sudah menikah tidak boleh
dipisahkan dari istri dan anaknya; kepada mereka ini harus diberi cukup makan dan pakaian;
mengatur kewajiban para budak, yaitu para budak tidak boleh meninggalkan kewajiban para
budak dengan kata Iain (para budak tidak boleh meninggalkan pekerjaan mereka, tidak boleh
menolak pekerjaan yang layak); pelanggaran diancam dengan Pidana pukulan dengan rotan
sebanyak-banyaknya 30 kali atau pidana penjara selama-lamanya 14 hari; mengenai kejahatan
para budak diadili oleh pengadilan umum. Satu-satunya penyelesaian ialah mendudukkan para
budak itu pada kedudukan manusia merdeka, baik sosiologi maupun Yuridis dan ekonomis.
setelah tahun 1992, dapat dikatakan bahwa di Indonesia secara tidak terdapat perbudakan lagi,
maka penghapusan itu memerlukan waktu lebih dari 60 tahun, lebih dari I generasi.

B. Zaman Rodi

pada kerajaan di Jawa, rodi dilakukan untuk kepentingan raja dan anggota
keluarganya, para pembesar, para kepala dan pegawai lainnya, serta kepentingan umum
seperti pembuatan dan pemeliharaan jalan, jembatan, dan sebagainya. Pelaksanaan
kerja rodi yang paling besar terjadi pada masa pemerintahan Hindia Belanda di bawah
kepemimpinan Gubernur Daedels, yakni antara tahun 1808-1811, zaman pernbuatan
jalan dari Anyer sampai Panarukan. Kompeni pandai menggunakan rodi itu untuk
kepentingan sendiri. Kerja rodi digunakan untuk segala macam keperluan, seperti
mendirikan benteng, pabrik, jalan, dan sebagainya. Rodi dilakukan tanpa bayaran dan
dimintakan untuk memenuhi segala keperluan dari gubernur dan keperluan pegawai-
pegawainya. Di sini terlihat beratnya rodi itu melebihi perbudakan. Dalam pemeliharaan
budak berupa perumahan, sandang, dan pangan menjadi tanggungan pemilik budak,
*dangkan dalam rodi pemeliharaan para pekerja dipikul oleh mereka itu sendiri. Proses
terhapusnya rodi itu juga memakan waktu yang lama, yaitu sejak tanggal 1 Februari
1938.

C. Zaman Punale

Sanksi zaman ini ditandai dengan pemberian kepada pengusaha suatu kekuasaan terhadap
buruhnya yang dapat menimbulkan periakuan tidak baik dan keadaan perburuhan yang banya
meliputi usaha membebaskan buruh dari buruk. Pokok perjuangan resmi maupun pihak tidak
resmi, kekangan pihak majikan yang tidak wajar, yaitu membebaskan manusia Indonesia dari
Punale sanksi. pada masa sanksi, kedudukan buruh sudah diakui sebagai tenaga yang kerja
(meskipun masih dalam tarafyang minim). Pada tanggal I Januari 1942 punale sanksi lenyap dari
dunia perburuhan di Indonesia

Sumber: EKMA4367/Modul 6 hal 6.30-6.31

Anda mungkin juga menyukai