Anda di halaman 1dari 11

Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

STRATEGI PEMBELAJARAN BANGSA YAHUDI PADA UMUMNYA

A. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam

mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or

series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976).

Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses

yang menyatukan pengaruh dan pengalaman kognitif, emosional, dan lingkungan untuk

memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan dalam pengetahuan seseorang,

keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995). Belajar sebagai proses

berfokus pada apa yang terjadi ketika proses belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang

terjadi merupakan teori-teori belajar. Sebuah teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan

bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses inheren

kompleks belajar. Teori belajar memiliki dua nilai utama menurut Hill (2002). Salah satunya

adalah dalam menyediakan kita dengan kosakata dan kerangka konseptual untuk menafsirkan

contoh pembelajaran yang kita amati. Yang lainnya adalah dalam menunjukkan di mana untuk

mencari solusi untuk masalah-masalah praktis. Teori-teori tidak memberikan solusi, tetapi

mereka mengarahkan perhatian kita pada variabel-variabel yang sangat penting dalam mencari

solusi.

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi

pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode


Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk

mencapai tujuan tertenu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran. 1

Pada mulanya istilah strategi banyak digunakan dalam dunia militer yang diartikan

sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan.

Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan

memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang manajer

atau pimpinan perusahaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan

menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya itu, seorang pelatih akan tim basket akan

menentukan strategi yang dianggap tepat untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Begitu

juga seorang guru yang mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran juga akan

menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang terbaik.

Pembelajaran merupakan proses pengembangan kreativitas berpikir yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa serta dapat meningkatkan dan mengkonstruksi

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pengembangan yang baik

terhadap materi perkuliahan. 2 Dalam dunia pendidikan, strategi berarti plan, method or series of

activities designed to achieves a particular educational goal. Perencanaan yang berisi tentang

rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan. 3 David Heywood

mengungkapkan bahwa

1
http://www.princeton.edu/~achaney/tmve/wiki100k/docs/Learning_theory_(education).html
2
Ahmad Aulia Jusuf, http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:gh7p8n_UH-wJ:staff.ui.ac.id/
internal/ 132015140/ material/SPICESDANPROBLEMBASEDLEARNING-2009.doc+&cd=2&hl=en&ct=clnk
&gl=id
3
Marinus Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran,
(Jakarta: GP Press, 2009), hlm 135
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

“The natural processes of learning which are to be the subject of investigation are the
psychological changes, cognitive, affective and attitudinal, which take place in learning
and the social context in which learning takes place and which affects its course. These
two aspects of learning, the psychological and the social, are united by the development
of a sense of personal identity.”4

Sementara Dick dan Carey mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah komponen-

komponen dari suatu set materi termasuk aktifitas sebelum pembelajaran dan partisipasi peserta

didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya. 5 Sementara

itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina

Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung

makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang

keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp (1995).

Di lain pihak Dick & Carey (1985) menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu

set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan

hasil belajar pada siswa. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu di perhatikan oleh

seorang instruktur, guru, pejabat yang berwewenang dalam proses pembelajaran. Paling tidak

ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni: (a) strategi pengorganisasian

pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan

4
Heywood David, http://www.davidheywood.org/humanlearning/PDF/Introduction.pdf
5
Dick and Carey, Systematic Design Instruction, (Glenview, Illois, Harper Collins Publisher, 2005), hlm.7
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

pembelajaran. 6

Berdasarkan pengertian yang disampaikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran merupakan rencana tindakan sistimatis yang disiapkan pengajar kepada peserta

didik supaya mendapatkan hasil belajar efektif dan efesien.

B. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Menurut Rowntree dalam Wina Sanjaya, ada beberapa strategi pembelajaran yang

dipakai. Rowntree membagi strategi pembelajaran menjadi tiga, yaitu strategi penyampaian

penemuan (exposition–discovery learning), strategi pembelajaran kelompok, (groups learning)

dan strategi pembelajaran individual (individual learning).7

1. Strategi Penyampaian.

Adalah strategi yang menekankan kepada proses penyampian materi dari seorang guru

secara verbal kepada peserta didik dengan maksud peserta didik dapat menguasai materi

pelajaran secara maksimal.

2. Strategi Kelompok

Bentuk belajar di dalam kelompok yang terdiri dari beberapa peserta didik baik dalam

jumlah besar maupun kecil.

3. Strategi Pribadi

Pembelajaran individual yang dilakukan peserta didik secara mandiri. Subjektifitas pada

strategi ini sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi peserta didik.

6
Dick and Carey, Systematic Design Instruction, (Glenview, Illois, Harper Collins Publisher, 2005), hlm.7
7
Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2009, hlm 128-
129.
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

Sementar Harden mengungkapkan konsep pembelajaran mutakhir dan inovatif yang

disebut SPICES. Konsep pembelajaran yang digagas oleh Harden, dkk (1984) ini telah banyak

dipraktikkan dan dikembangkan dalam pendidikan medis. SPICES merupakan akronim dari

(1) Student-centered, (2) Problem-based; (3) Integrated; (4) Community-based (Consummer-

based); (5) Elective; dan (6) Systematic. Akronim ini sekaligus menggambarkan komponen-

komponen utama dari konsep pembelajaran ini. Berikut ini disajikan penjelasan singkat dari

keenam akronim tersebut.

Student centered berarti siswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan yang dipelajari, aktif dalam pengelolaan pengetahuan, belajar menentukan apa

yang ingin mereka ketahui, mampu mencari pengetahuan sendiri (mandiri) dan belajar

berkesinambungan, memanfaatkan banyak media, penekanan pada pencapaian kompetensi bukan

pada tuntasnya materi. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing dan pendamping

dalam mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Guru mempersiapkan tujuan pembelajaran

yang harus dicapai, sumber belajar yang akan digunakan, serta materi dan evaluasi yang akan

dipakai sebagai penuntun bagi siswa untuk mengembangkan kompetensinya secara mandiri.

Problem based berarti siswa diberikan trigger masalah atau ilustrasi kasus yang akan

digunakan untuk mencari, menggali dan mengumpulkan informasi dan ilmu. Dengan cara ini

siswa dirangsang untuk mengembangkan nalar dan daya analisanya, berpikir kritis dan mampu

menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Salah satu metode pembelajaran yang bisa

digunakan untuk memenuhi prinsip pembelajaran ini adalah metode Problem Based Learning.

Integrated berarti perencanaan dan kurikulum lajaran didesain secara terintegrasi, baik

secara horisontal maupun vertikal. Dalam hal ini, sswa tidak diajak berpikir secara terkotak-

kotak dalam masing-masing disiplin ilmu, tetapi mereka dapat menghubungkan dan
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya secara utuh (lintas disiplin).

Community-based (Consummer-based) berarti pembelajaran harus berorientasi pada

kebutuhan masyarakat atau pada kepentingan konsumen. Proses pembelajaran siswa tidak hanya

dibatasi oleh ruang kelas dengan bahan tekstual tetapi mereka mempelajari berbagai aspek

kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan nyata mereka. Melalui berbasis komunitas ini,

secara langsung siswa diajak untuk berlatih dan belajar mengambil peran secara positif dalam

lingkungan sosialnya.

Elective. Selain menyediakan mata pelajaran yang telah terstruktur dalam kurikulum,

sekolah seyogyanya menyediakan program-program pilihan yang dapat diambil siswa,

disesuaikan dengan minat, tujuan, bakat, dan keunikan karakteristik mereka masing-masing.

Systematic. Pembelajaran dikembangkan dengan tujuan, materi dan tahapan-tahapan yang

jelas, logis dan tertib, sehingga pada gilirannya para siswa dapat memperoleh pemahaman yang

lebih baik dan mencapai kompetensi secara utuh.

Dilihat dari komponen-komponen yang terkandung dalam SPICES, konsep

pembelajaran ini tampak menawarkan berbagai keunggulan kepada kita, diantaranya: (1)

menjadikan siswa lebih termotivasi dan aktif dalam proses belajarnya (2) pengembangan

keterampilan memecahkan masalah secara komprehensif; (3) pengembangan kemampuan

berfikir analistis secara lebih tajam dan luas, (4) melatih keterampilan sosial yang benar-benar

aplikabel dalam lingkungan sosialnya; (5) memberikan kesempatan belajar kepada siswa yang

sesuai dengan bakat, minat dan keunikan karakteristik lainnya; dan (6) menjadikan proses

pembelajaran lebih tertib dan efektif. Pearl Michael & Debi menjelaskan strategi pembelajaran

yang diambil dari kitab Amsal 22:6 yang menjelaskan “Train up a child in the way he should go:
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

and when he is old, he will not depart from it.” Pearl menjelaskan pentingnya konteks kata train,

dengan menerangkan:

“Train up—not beat up. Train up—not discipline up. Train up—not educate up. Train
up—not ‘positive affirmation’ up.” Training is the most often missed element in child rearing. A
child needs more than ‘obedience training,’ but without first training him, discipline
is insufficient.”8

Pelatihan adalah pengkondisian pikiran anak-anak sebelum krisis muncul. Ini adalah

persiapan untuk masa depan, instan, tidak perlu diragukan lagi ketaatan. "Pelatihannya

menggunakan teknik yang" selalu bekerja dengan setiap anak "oleh pengkondisian pikiran anak

sehingga ia akan merespon otoritas apapun dengan instan, tidak perlu diragukan lagi, hati yang

penurut. Ini, katanya, adalah "normal dalam keluarga terlatih." Untuk sampai ke titik itu, orang

tua harus membuat tempat pelatihan dan "hadiah setiap pelanggaran dengan switching [disiplin

yang melibatkan mencolok anak dengan switch atau ikat pinggang atau benda lain]. "switching

akan berlanjut sampai anak telah menunjukkan ketaatan lengkap dan diserahkan kepada

kehendak orang tua di kedua tindakan dan sikap. Pelatihan Pearl adalah proaktif dan

disiplinnya reaktif, pelatihan melibatkan pengkondisian anak bodoh sementara disiplin

melibatkan menghukum seorang anak sengaja tidak taat. Ini akan memakan waktu hanya

beberapa jam atau beberapa hari untuk melatih anak dalam beberapa daerah baru (pergi tidur

tanpa menangis atau tidak menyambar pada kacamata ayahnya) dan setelah pelatihan selesai,

perilaku itu sekarang harus bertemu dengan disiplin.9

Ada banyak jenis-jenis strategi pembelajaran modern yang dikembangkan sekarang,

dalam hal ini penelitian ini membatasi yang berkenaan dengan strategi pembelajaran yang

diterapkan oleh bangsa Yahudi.

8
Pearl Michael&Debi, http://www.challies.com/book-reviews/how-not-to-train-up-a-child
9
Pearl Michael&Debi, http://www.challies.com/book-reviews/how-not-to-train-up-a-child
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Pembelajaran Bangsa Yahudi

Menurut teori Dewey, "pengalaman edukatif" bersifat interaktif, sejarah dan proses sosial

yang didirikan pada prinsip-prinsip kontinuitas dan interaksi (yang kemudian disebut sebagai

"transaksi"). Kontinuitas mengacu pada konsep duniawi bahwa anak-anak akan belajar dengan

baik ketika mereka membantu untuk menghubungkan pengalaman masa lalu dan sekarang

mereka, baik di dalam maupun di luar sekolah, yang kemudian dapat digunakan untuk

menciptakan pengetahuan baru dan untuk memperluas peluang bagi pertumbuhan di masa depan.

Ketika guru mencapai kembali ke apa yang sejarah telah mengajarkan kita, tubuh isi

"pengetahuan diwariskan," mereka membantu anak-anak untuk menghubungkan pelajaran dari

masa lalu dengan masalah individu dan sosial saat ini. Memahami hubungan antara isu-isu sosial

saat ini dan sejarah dapat mengarah pada pengembangan wawasan anak-anak tentang masa

depan masyarakat.

Selain menata rumah, ibu dalam Perjanjian Lama sangat terlibat dalam kehidupan anak

cucu mereka. Mereka memiliki peran besar dalam pelatihan dan pengajaran anak-anak mereka

(lihat Ulangan 21:18, Amsal 1:8; 6:20) dan secara signifikan mempengaruhi masa depan mereka

(lihat Kejadian 27:1-17). Dicatat bahwa "dari empat puluh enam kasus tercatat penamaan anak

dalam Perjanjian Lama, di dua puluh delapan nama yang diberikan oleh ibu. Hal ini umumnya

diterima bahwa nama pemberian dalam Perjanjian Lama mewakili ekspresi otoritas."

Keibuan mungkin adalah keinginan terdalam dari perempuan dalam Perjanjian Lama.

Salah satu sarjana menulis, "Untuk Israel kuno kontribusi yang paling penting seorang

perempuan di rumah tangga adalah memberikan suaminya dengan anak-anak. Memang,

kontribusi mulia seorang perempuan dapat membuat sebuah rumah tangga pada umumnya dan

khusus bagi suaminya adalah untuk melahirkan seorang putra baginya. Melalui masa subur
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

seorang peerempuan mendapatkan tempatnya dalam hidup dan bagiannya dalam rumah tangga.

Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi kewajiban ini dipandang sebagai kutukan dan aib yang

memalukan.”10

Tulisan-tulisan orang Yahudi pada zaman Perjanjian Baru memberikan sebagian sifat-

sifat ideal seorang guru. Ia tidak boleh malas. Sifatnya harus tenang. Ia sama sekali tidak boleh

memihak. Ia tidak boleh menjadi tidak sabar. Ia tidak boleh mencemarkan martabatnya dengan

bersenda gurau. Ia sama sekali tidak boleh mengecilkan hati sang anak. Ia harus menunjukkan

bahwa dosa adalah menjijikkan. Ia harus menghukum semua perbuatan salah. Ia harus menepati

semua janjinya. Di samping membaca Kitab Suci, anak laki-laki Yahudi mendapat pelajaran tata

krama, musik, cara bertempur, dan pengetahuan praktis lainnya. Kita membaca bagaimana

dikatakan bahwa si pemuda Daud pandai main kecapi (yaitu, seorang musikus). Ia seorang

pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai bicara, elok perawakannya" (I Sam.

16:18). Kita dapat mengetahui dari laporan - ini bahwa Daud mempunyai pendidikan yang

lengkap, seperti kebanyakan anak laki-laki Yahudi.11

Pada zaman Perjanjian Baru, sekolah-sekolah Yahudi menuntut agar tiap murid

menguasai beberapa perikop penting dari Kitab Suci. Perikop yang sangat penting

adalah Shema, pernyataan kepercayaan yang mendasar dari orang Yahudi (Ul. 6:4-5).

Selanjutnya yang penting adalah Ulangan 11:13-21 dan Bilangan 15:37-41. Murid juga dituntut

untuk belajar Mazmur-mazmur Hallel ("pujian") yaitu Mazmur 113-118, dan juga kisah

Penciptaan (Kej. 1-5) dan hukum-hukum persembahan korban (Im. 1-8). Apabila seorang anak

10
John Hilton III and Lani Hilton, http://rsc.byu.edu/archived/gospel-jesus-christ-old-testament/3-motherhood-old-
testament
11
John Hilton III and Lani Hilton, http://rsc.byu.edu/archived/gospel-jesus-christ-old-testament/3-motherhood-old-
testament
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

luar biasa cerdas, ia meneliti lebih banyak dari kitab Imamat. Hanya anak laki-laki yang

menerima pendidikan formal di luar rumah. Mereka mulai dengan berkumpul di rumah guru,

tempat mereka membaca gulungan-gulungan naskah yang berisi bagian-bagian kecil dari Kitab-

kitab Suci, seperti Shema. Ini adalah "sekolah dasar" pada zaman itu. Ketika anak-anak

laki-laki itu cukup besar untuk belajar pelajaran sabat, mereka berkumpul di "Rumah Kitab" -

yaitu sinagoge. Di sinagoge mereka memasuki sebuah ruangan tempat gulungan-gulungan

Taurat itu disimpan dan mengerjakan pelajaran mereka di bawah pengawasan

sang Hazzan, penjaga gulungan-gulungan itu. Kemudian mereka diperbolehkan membahas soal-

soal tentang hukum Taurat dengan guru-guru Farisi. Pembahasan-pembahasan ini merupakan

tingkat "lanjutan" dari pendidikan Yahudi. 12

Pada zaman Perjanjian Baru, sekolah diadakan sepanjang tahun. Selama bulan-bulan

musim panas anak-anak lelaki hanya pergi ke sekolah 4 jam sehari. Apabila harinya panas luar

biasa, sekolah mungkin diliburkan sama sekali. Jam pelajaran diselenggarakan sebelum pukul

10:00 pagi dan setelah pukul 3:00 sore. Dalam ruang kelas itu terdapat sebuah podium kecil yang

tinggi letaknya, tempat guru duduk bersilang kaki. Di depan guru terdapat sebuah rak pendek

dengan gulungan-gulungan naskah yang berisi bagian-bagian pilihan dari Perjanjian Lama.

Buku-buku pelajaran tidak ada. Murid-murid duduk di lantai dekat kaki guru itu (Kis. 22:3).

Kelas-kelas tidak digolong-golongkan menurut usia: semua murid belajar bersama-sama dalam

ruangan yang sama. Karena alasan ini, pengajaran mereka harus dipertimbangkan secara

tersendiri. Guru menyalin sebuah ayat untuk para murid yang lebih kecil dan mereka

mengucapkannya keras-keras sampai mereka menguasainya. Sementara itu, guru membantu

anak-anak yang lebih tua untuk membaca sebuah perikop dari kitab Imamat. Kebisingan itu

12
http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=953&res=almanac
Paper Strategi Pembelajaran PAK, Yusak Tanasyah, 2014

mungkin akan sangat mengganggu kita, tetapi anak-anak Israel segera terbiasa dengannya.

Orang-Orang bijaksana berpendapat bahwa apabila sebuah ayat tidak diulang-ulang dengan suara

keras, ayat tersebut segera akan dilupakan. 13

13
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai