Anda di halaman 1dari 4

Tindak tutur merupakan perbuatan yang berlangsung ketika seseorang sedang berbicara.

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan merupakan teori tindak tutur dari J.R Searle
Searle (1969:23-24) di dalam buku “Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language”
menyatakan bahwa secara pragmatik terdapat tiga macam tindakan yang dihasilkan oleh
seorang penutur, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.

Tindak Tutur Dalam Cerita Pendek “Penangkapan”

1. Tindak Tutur Lokusi


a. Lokusi Pernyataan, tuturan ini mempunyai fungsi untuk menginformasikan
sesuatu untuk menaruh perhatian terhadap pendengar.
Konteks : Kata istriku pagi-pagi setelah aku ceritakan peristiwa
penangkapan alfonso dan Dali
Percakapan : "Anaknya bisa lahir prematur.”
Berdasarkan penggalan dialog diatas, tuturan istri dari tokoh aku menunjukkan
tindak lokusi pernyantaan. Tuturan tersebut berfungsi untuk memberitahukan
pada suami bahwa dengan ditangkapnya si Dali istri yang ditinggalkan ada
kemungkinan jika anaknya lahir dengan prematur.
b. Lokusi Pertanyaan, tuturan ini mempunyai fungsi untuk menanyakan sesuatu
agar pendengar dapat memberi jawaban terhadap pertanyaan yang diucapkan
Konteks : di rumah setelah tokoh aku dan istrinya menjenguk istri dari
alfonso dan Dali dengan perasaan terenyuh ketika melihat tempat tinggal
mereka.
Aku : "Mengapa diam saja?"
Istrinya Aku : "Aku tidak menduga rumah Si Dali seperti itu. Aku kira
hidupnya sama dengan kita, jika aku ingat pada obrolannya tentang politik,
tentang kebudayaan, tentang filsafat setiap datang ke sini. Apa dia betul-betul
orang miskin?"
Berdasarkan dialog diatas, tuturan aku merupakan tindak tutur lokusi yang
berjenis lokusi pertanyaan. Ia menanyakan pada istrinya agar istrinya tidak
melamun dan menyampaikan keresahannya. Kemudian terdapat juga pada
tuturan sang istri yang terakhir dengan tujuan mengetahui mereka benar-benar
orang yang miskin dan suaminya memberikan respon namun sang suami lebih
memilih untuk diam.
2. Tindak Tutur Ilokusi
Konteks: Bertahun-tahun kemudian aku ketemu Si Dali. Wajahnya ceria. Kulitnya
sebersih pakainnya. Jauh berbeda dibadingkan dengan masa-masa dia aktif bersama
para sastrawan dulu. Dan ketika aku ingtakan pada masa dia ditangkap dulu, dia
tertawa.
Dali: "Masa itu bukan semacam permainan hidup, melainkan semacam hidup yang
dipermainkan."
Aku: "Maksudmu?"
Dali: "Masa itu, rupanya orang-orang intel kewalahan menghadapi tingkah laku
sastrawan muda. Mau dilarang tidak ada alasan. Dibiarkan terus, dikhawatirkan
iklim bisa rawan. Lalu kami, yang tua-tua ditahan. Lalu anak-anak muda itu mereka
gerakkan mencari sumbangan solidaritas kemana-mana. Maka kesibukan mereka
beralih karena kegairahan mendapat simpati. Demonstrasi baca puisi berhenti. Dan
memang sesudah peristiwa itu sampai sekarang tidak ada lagi sastrawan baca-baca
puisi."
Berdasarkan dialog di atas tuturan dali merupakan kalimat yang mengandung nasehat
sehinggga tuturannya termasuk dalam kategori tindak tutur ilokusi. Tuturan tersebut
termasuk dalam jenis ilokusi direktif. Direktif, adalah bentuk bentuk tuturan yang
dirancang penutur untuk memberi efek supaya mitra tutur melaksanakan tindakan atau
perbuatan yang diarahkan dalam tuturan. Seperti memesan, mengajak, mengizinkan,
memohon, memerintah, menasehati, dan merekomendasi.
3. Tindak Tutur Perlokusi
Konteks: ketika tokoh aku bertemu dengan dalu setelah sekian lama dan ia
mengingatkan saat dali dalam penangkapan.
Aku: "Formalnya kau ditangkap atas tuduhan apa?"
Dali: "Tak ada."
Aku: “Tak ada?"
Dali: "Kami kan orang nganggur. Memidahkan tidur penganggur dari rumah
istrinya, lalu dikasi makan enak-enak, toh tidak ada yang rugi."
Berdasarkan dialaog diatas, tuturan ilokusi tokoh aku yang menanyakan pada Dali
kemudian tutran dali yang terakhir memberikan efek pada tokoh aku yang hingar
bingar mengingat masa tersebut.

Tindak Tutur Dalam Cerita Pendek “Penumpang Kelas Tiga”

1. Tindak Tutur Lokusi


Konteks: Si Dali ketemu teman lamanya di kapal Kerinci yang berlayar dari Padang
ke Jakarta, sebagai penompang klas tiga. Ketemu setelah berlayar semalam, waktu
lagi antri ke kakus.
Nuan: "Engkau Si Dali, bukan?"
Dali: "Sudah lama sekali kita tidak ketemu."
Berdasarkan dialog di atas, tuturan Nuan termasuk tindak tutur lokusi yang berjenis
pertanyaan. Tuturan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa orang yang ditemui
adalah Dali.
2. Tindak Tutur Ilokusi
Konteks: Wati dan Nain ada main. Hatinya luka, lalu dia marah dan kemudiannya
benci yang membuahkan dendam yang tidak akan terhapus. Tapi dia adalah prajurit
yang perangnya kalah. Yang kini menjadi pembantu letnan setelah pangkatnya
diturunkan
oleh sejarah. Di sebelah sana adalah Nain, yang menjadi kapten karena perangnya
menang. Karena kemenangan itu dia meniduri Wati, isteri saudara kembarnya.
Nuan : "Khianat. Semuanya khianat."
Berdasarkan dialog di atas, tuturan Nuan tindak tutur Ilokusi yang berjenis ekspresif.
Tindak Tutur Ekspresif, adalah tuturan tuturan yang menampakkan dan lebih
menonjolkan sisi kejiwaan atau psikologis penutur terhadap suatu keadaan atau
kondisi. Seperti meminta maaf, berterima kasih, mengeluh, mengecam, memberi
selamat, dan memuji
3. Tindak Tutur Perlokusi
Konteks : Ayah Wati berpandangan praktis dalam menenetapkan siapa yang
akan jadi jodoh anaknya.
Ayah wati : "Perwira bagian logistik akan lebih menjamin kebutuhan hidup
rumah tanggamu. Sedangkan perwira di front lebih memungkinkan kau cepat jadi
janda."
Nain: "Padahal engkau membalas ciumanku. Tapi Nuan yang kau jadikan suami."
Wati: "Apa dayaku, kalau ayah mau Nuan?"
Berdasarkan dialog di atas, terdapat tuturan ayah wati yang memberikan evek pada
Nain sehingga Nain geram dan menanyakan pada Wati mengapa ia tidak mau
menikah dengannya. Kemudian ia sama-sama melakukan hal yang melampaui batas
yaitu berzina untuk meluapkan nafsunya. Sehingga tuturan tersebut masuk pada
kategori tindak tutur perlokusi.

Anda mungkin juga menyukai