Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dyah Hanifah

NPM : 202201579023
Mata kuliah : Evaluasi Pembelajaran
Kls : YC (sabtu, 16.10 – 17.50)
Dosen : Drs. Slamet Hamid M.Pd.
Tugas Ke – 4
1. Pengertian Tes
Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau
mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian (Jacobs & Chase, 1992;
Alwasilah, 1996).
Tes dalam konteks evaluasi belajar merujuk pada suatu bentuk penilaian atau pengukuran
yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana peserta didik telah memahami dan berhasil
mencapai tujuan pembelajaran.

2. Kelemahan Tes
 Tidak Mencakup Semua Aspek Kemampuan:
Tes cenderung fokus pada pengukuran aspek-aspek tertentu, seperti pengetahuan atau
keterampilan tertentu. Hal ini dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk mencakup
aspek-aspek lain yang juga penting dalam proses pembelajaran, seperti kreativitas,
kerjasama, atau sikap.
 Teori dan Keterampilan Praktis:
Beberapa tes mungkin kesulitan mengukur penerapan pengetahuan dalam situasi dunia
nyata atau dalam konteks praktis. Tes sering kali lebih menekankan aspek teoritis
daripada penerapan praktis.
 Kekhawatiran Terhadap Kebohongan dan Kecurangan:
Dalam situasi ujian, terdapat risiko kecurangan atau ketidakjujuran yang dapat
memengaruhi hasil tes. Ini dapat mencakup mencontek, plagiat, atau penggunaan alat
bantu yang tidak diizinkan.
 Ketakutan dan Stres:
Ujian dapat menciptakan tingkat stres yang tinggi pada peserta didik, terutama jika
mereka merasa terlalu diuji atau jika hasilnya memiliki dampak signifikan pada penilaian
akhir mereka. Stres ini dapat memengaruhi kinerja dan hasil tes.
 Ketidaksetaraan Budaya dan Bahasa:
Tes dapat menciptakan ketidaksetaraan bagi peserta didik dari latar belakang budaya atau
bahasa yang berbeda. Pertanyaan atau instruksi yang mungkin lebih akrab bagi satu
kelompok dapat menjadi tidak familiar bagi kelompok lain.
 Tidak Mencerminkan Proses Pembelajaran Sebenarnya:
Tes hanya memberikan gambaran singkat pada suatu titik waktu dan mungkin tidak
sepenuhnya mencerminkan proses belajar jangka panjang atau perkembangan peserta
didik.
 Tidak Memotivasi Pembelajaran Secara Optimal:
Fokus terlalu besar pada penggunaan tes dapat merusak motivasi intrinsik peserta didik.
Beberapa peserta didik mungkin belajar hanya untuk menghadapi tes dan bukan untuk
memahami atau mengejar pemahaman yang lebih dalam.
 Tergantung pada Keterampilan Menjawab Tes:
Beberapa siswa mungkin cerdas dan berbakat, tetapi mungkin tidak mahir dalam
keterampilan menjawab tes. Ini dapat menyebabkan ketidakadilan dalam mengukur
kemampuan sebenarnya.

3. Ciri – ciri Tes yang baik serta contohnya


 Validitas: Sejauh mana tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur.
Contoh: Jika tes dirancang untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematika, maka validitasnya akan tinggi jika soal-soal pada tes tersebut benar-benar
mencerminkan situasi pemecahan masalah dalam konteks matematika.
 Reliabilitas:
Sejauh mana tes memberikan hasil yang konsisten jika diulang.
Contoh: Jika sebuah tes memberikan hasil yang serupa ketika diulang pada waktu yang
berbeda, maka tes tersebut dianggap reliabel.
 Objektif: jenis tes yang dirancang untuk memberikan jawaban yang terstandarisasi,
obyektif, dan dapat diukur secara kuantitatif.
Contoh : Pilihan ganda, benar/salah.

4. Dua macam validitas


 Validitas logis adalah untuk menganalisis kesesuaian instrumen penilaian dengan materi,
kontruksi, bahasa, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Contoh: membuat sebuah karangan, jika pelaksanaan tugas lain, misalnya membuat
sebuah karangan, jika penulis sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis
karangannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka instrumen yang sudah
disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Dari
penjelasan tersebut, kita dapat memahami bahwa validitas logis dapat dicapai apabila
instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah
instrumen tersebut selelsai disusun.

 Validitas Empiris menilai sejauh mana hasil tes korelasi atau berkorelasi dengan ukuran
lain yang dianggap sebagai standar (kriteria) untuk konsep atau kemampuan yang diukur.
Ini mencoba untuk menjawab pertanyaan apakah tes tersebut dapat memprediksi perilaku
atau hasil yang diinginkan.
Contoh: Jika kita ingin menilai validitas kriteria tes kecerdasan, kita dapat
membandingkan hasil tes tersebut dengan pencapaian akademik atau kinerja di dunia
nyata. Jika hasil tes kecerdasan berkorelasi dengan pencapaian akademik, maka dapat
dikatakan memiliki validitas kriteria.

Anda mungkin juga menyukai