Anda di halaman 1dari 15

MODUL PRAKTIKUM

MODUL LAYANAN KONSELING PERORANGAN

Disusun Oleh:
Dr. Amirah Diniaty, M.Pd., Kons.
Raja Rahima MRA., M.Pd., Kons.

LABOR BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUSKA RIAU
TAHUN 2022
MODUL
LAYANAN KONSELING PERORANGAN

A. Pengantar
Konseling perorangan merupakan proses bantuan yang dilakukan melalui hubungan
langsung (tatap muka) antara konselor dengan klien, dan bantuan tersebut berisi upaya
bagi pengembangan diri klien. Kegiatan konseling menuntut konselor dan klien sama-
sama aktif, supaya hubungan konseling membuahkan hasil yang baik.
Konseling perorangan dilaksanakan dalam lima tahap kegiatan, yaitu : 1) tahap
pengantaran, 2) tahap penjajagan, 3) tahap penafsiran, 4) tahap pembinaan dan 5) tahap
penilaian. Untuk setiap tahap kegiatan diperlukan teknik-teknik konseling, baik teknik
umum maupun teknik khusus.
Agar pendamping terampil mengelola hubungan konseling, diperlukan penguasaan
teknik-teknik konseling baik teknik umum maupun teknik khusus secara baik. Modul ini
berisi dua bagian, bagian satu berisi teknik-teknik umum konseling perorangan dan bagian
dua berisi teknik-teknik khusus konseling perorangan, antara lain perumusan tujuan,
pemberian contoh, konfrontasi, teknik kursi kosong dan pemberian nasehat.Teknik khusus
lain dibahas dalam modul tersendiri.
Pengerjaan modul ini menuntut pengungkapan dan penerapan pengalaman para
peserta dalam menghadapi individu yang bermasalah, Integrasi antara bahan-bahan yang
disajikan dalam modul ini dengan pengalaman para peserta, diharapkan dapat lebih
memantapkan pencapaian hasil belajar melalui modul ini.
Pembahasan modul ini dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:
a. Peserta membaca dan memahami materi pokok yang berkaitan dengan teknik-teknik
konseling perorangan yang terletak di dalam kotak.
b. Setelah itu menjawab dan mengerjakan tugas yang ditulis di bawah kotak materi pokok.
Jawaban ditulis pada tempat yang telah disediakan.
c. Selanjutnya berlatih melaksanakan teknik yang dikemukakan pada materi pokok
dengan teman sekelas.
d. Terakhir mendiskusikan hasil latihan.

B. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan:
1. Memahami teknik umum dan teknik khusus layanan konseling perorangan
2. Terampil menggunakan teknik umum dan teknik khusus konseling perorangan.
3. Dapat membantu mengentaskan masalah
C. Materi dan Kegiatan
Materi
1. Teknik Umum Konseling Perorangan
a. Menerima klien

Kemampuan menerima klien maksudnya menerima kedatangan klien dengan hangat dan
penuh penghargaan. Untuk itu pendamping harus: (1) berpandangan bahwa sasaran layanan
pada dasarnya baik, memiliki potensi yang dapat dikembangkan, (2) berpandangan bahwa sasaran
layanan adalah individu yang berbeda antara satu dengan lainnya dalam segala aspek.
Perealisasian pandangan tersebut diwujudkan dalam bentuk bersalaman dengan klien sewaktu
dia datang, mempersilahkan duduk dan memandang dengan ramah.
Penerimaan pendamping terhadap klien, secara langsung bersangkut paut dengan
kemampuan pendamping untuk tidak memberikan penilaian (label) tertentu kepada klien (seperti:
bodoh, bandel, pemalas, dan penilaian negatif lainnya).
Pendamping juga diharapkan tidak menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi klien
sebelum pendamping memberikan bantuan. Pendamping tidak mengemukakan ungkapan : “ jika
kamu mau mengikuti nasehat saya”, atau “ jika kamu mau belajar dengan baik”, atau ungkapan lain
yang sejenis sebagai syarat pengakuan terhadap pribadi klien, sebelum pendamping bersedia
memberikan bantuannya.
Contoh penerimaan awal:
Klien (Ki) : mengetuk pintu, sambil mengucapkan salam
Pendamping ( Pend) : menjawab salam, mempersilakan Ki masuk, dan duduk. Setelah Ki duduk,
Pend memperkenalkan nama dan menanyakan nama Ki. Selanjutnya
Pend melaksanakan penstrukturan, untuk menata pikiran dan perasaan
klien memasuki suasana konseling. (Contoh: Saya senang kita dapat
bertemu hari ini, sehingga kita dapat berbincang-bincang tentang segala
sesuatu yang anda atau sedang rasakan,pikirkan, alami dirisaukan. Anda
dapat mengemukakannya secara terus terang, tanpa ragu-ragu, saya akan
merahasiakan apa-apa yang kita bicarakan, tidak akan menyampaikan
kepada siapapun juga kecuali jika diperlukan dalam rangka mencari solusi
yang tepat dan ini tentu seizin anda. Selain itu yang perlu disepakati
adalah jika ada kegiatan yang perlu anda lakukan setelah pertemuan kita
ini anda harus melaksanakannya, jika tidak pertemuan kita ini akan sia-sia,
bagaimana?
Ki : Ya Bu saya paham
Pend. : Apa yang akan kita bicarakan sekarang? Dst…………
Kegiatan
Peserta diminta menjawab pertanyaan dan melakukan latihan seperti tercantum di
bawah ini
a. Mengapa klien perlu diterima dengan ramah dan hangat?
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………
b. Simulasi cara menerima klien!
Seorang peserta diminta menjadi klien, seorang lagi jadi pendamping dan yang lain
menjadi pengamat. Klien yang berada di luar ruangan mengetuk pintu,
mengucapkan salam. Pendamping diminta mensimulasikan cara menerima klien.
Pengamat memberikan balikan terhadap hasil simulasi.

b. Penstrukturan

Dalam kegiatan konseling, seorang konselor sering menemui klien yang belum mengetahui
apa yang dimaksud dengan konseling, atau masih ragu tentang beberapa aspek yang ada dalam
konseling. Misalnya klien tidak mengetahui pengertian, tujuan, prinsip, asas, proses dan peranan
konselor dan klien dalam hubungan konseling. Atau klien ragu tentang salah satu aspek konseling,
seperti ragu tentang asas kerahasiaan. Untuk klien seperti ini perlu diberikan penstrukturan.
Penstrukturan adalah penjelasan konselor yang berisi pengertian, format, dan tujuan
konseling, asas-asas konseling, terutama asas kerahasiaan, keterbukaan, kesukarelaan, dan
kegiatan. Penstrukturan yang dilakukan konselor bertujuan untuk mendorong klien melibatkan diri
secara penuh dalam proses konseling. Keterlibatan tersebut misalnya kesukarelaan klien
mengungkapkan masalahnya secara sukarela dan kesediaan klien untuk melakukan segala hal yang
sudah diputuskannya dalam konseling.

Kegiatan
Peserta diminta menjawab pertanyaan dan melakukan latihan seperti tercantum di
bawah ini
a. Mengapa klien perlu diberikan penstrukturan?
…………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………
b. Simulasi cara melakukan penstrukturan!
Seorang peserta diminta menjadi klien, seorang lagi jadi pendamping dan yang lain
menjadi pengamat. Pendamping diminta mensimulasikan cara memberikan
penstrukturan. Pengamat memberikan balikan terhadap penstrukturan.
c. Mendengar, Memahami, dan Merespon (3 M)

Jika klien sudah diterima dengan baik, keterampilan selanjutnya yang harus dimiliki pendamping
adalah keterampilan 3 (tiga) M. 3 M menyangkut keterampilan mendengar dengan sepenuh hati, memahami
permasalahan klien secara penuh, baik yang diungkapkan secara verbal maupun melalui bahasa tubuh
(non verbal) dan merespon secara tepat dan positif.
Ciri respon yang tepat dan positif antara lain: (1) menjadikan klien senang sehingga ia mau
mengemukakan masalahnya lebih lanjut, (2) tidak mengkritik klien, (3) tidak membangkitkan sikap
mempertahankan diri pada klien, (4) tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya, dan (5)
tidak menggunakan kata tetapi atau namun.

Kegiatan
Peserta diminta menjawab pertanyaan dan melakukan latihan seperti tercantum di bawah
ini
a. Berlatih melaksanakan 3 M
Seorang peserta berperan sebagai klien menyampaikan masalah, yang lain sebagai
pendamping mempraktekkan 3 M.
Setelah itu para pendamping diminta mengemukakan :
1) Kesulitan yang dialami sewaktu mendengarkan pembicaraan klien
a)……………………………………………………………………………
b)……………………………………………………………………………
c)……………………………………………………………………………
2) Kesulitan yang dialami untuk memahami permasalahan klien
a)……………………………………………………………………………
b)……………………………………………………………………………
c)……………………………………………………………………………
3) Kesulitan yang dialami untuk memberikan respon yang tepat dan positif
a) ……………………………………………………………………………
b) ……………………………………………………………………………
c) ……………………………………………………………………………
.
b. Menjawab pertanyaan
Apa ciri atau tanda respon yang diberikan pendamping tepat dan positif?
1) ……………………………………………………………………………
2) …………………………………………………………………………….
3) ……………………………………………………………………………
4) ……………………………………………………………………………
5) ……………………………………………………………………………

d. Dorongan Minimal
Dalam pembicaraan konseling kadang kala klien terhenti berbicara, sedangkan keinginan melanjutkan
pembicaraan masih tampak pada diri klien. Keterampilan yang harus digunakan konselor pada saat itu
adalah memberikan dorongan minimal, yaitu dengan memberikan respon singkat baik secara verbal
maupun non verbal, sehingga klien melanjutkan pembicaraannya.
Tujuan pemberian dorongan minimal adalah: (a) mengisyaratkan pada klien bahwa pendamping
mengikuti pembicaraannya, (b) memberi kesempatan pada klien untuk melanjutkan pembicaraannya.
Contoh dorongan minimal yang berbentuk verbal antara lain: “ mm “, “ya”, “terus”, “selanjutnya”, “lalu”,
“ kemudian”. Dorongan minimal secara non verbal antara lain: “anggukan”, “acungan jempol”, “senyum”,
dan gerakan-gerakan lainnya.

Kegiatan
Peserta diminta melaksanakan Latihan dan menjawab pertanyaan yang tercantum di
bawah ini
a. Duduk berpasang-pasangan, satu klien dan satu pendamping. Sebagai pendamping
berikan dorongan minimal pada saat klien berbicara.
…………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
………………
b. Apa kesulitan yang anda alami untuk memberikan dorongan minimal?
1)………………………………………………………………………………
2)………………………………………………………………………………
3)………………………………………………………………………………

e. PertanyaanTerbuka
Dalam konseling diharapkan klien lebih banyak mengutarakan isi pemikiran dan perasaannya, oleh
sebab itu jika pendamping ingin mendalami permasalahan klien, maka ia hendaklah mengajukan
pertanyaan terbuka.
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan jawaban lebih panjang, lebih luas dan
lengkap dari klien.
Pertanyaan terbuka yang tepat digunakan dalam pembicaraan konseling adalah dengan
menggunakan kata tanya “ apa” (apa yang dapat kita bicarakan hari ini?), “bagaimana” (bagaimana
kejadiannya?), “dimana” (dimana kamu bertemu dia?), “siapa” (siapa saja yang telah kamu temui), “berapa”
(berapa jumlah kamu bersaudara?). Kata tanya “mengapa”, seyogianya tidak digunakan dalam pembicaraan
konseling, sebab (a) akan menimbulkan sikap mempertahankan diri pada klien dan (b) akan memberi
kesempatan pada klien mencari alasan untuk menghindar dari apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
Tujuan penggunaan pertanyaan terbuka dalam konseling adalah: (a) agar klien dapat mengungkapkan
permasalahannya secara panjang lebar, sehingga pendamping dapat mendalami masalah yang dialami
klien, (b) agar arah pembicaraan terpusat pada masalah klien, dan (c) agar pendamping dapat memahami
klien dan permasalahan yang sedang dialaminya.

Kegiatan
Peserta diminta melakukan latihan dan menjawab pertanyaan yang tercantum di bawah ini
a. Duduk berhadapan antara klien dengan pendamping. Klien mengemukan sesuatu,
pendamping bertanya dengan mengunakan pertanyaan terbuka.
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
b. Kemukakan contoh pertanyaan terbuka dalam pembicaraan konseling, sebanyak tiga
pertanyaan!
1)…………………………………………………………………………….
2)……………………………………………………………………………
f. Keruntutan
Keruntutan dalam pembicaraan konseling maksudnya adanya sambung menyambung pembicaraan
secara tepat. Pendamping harus mendengarkan, memperhatikan serta memahami setiap pembicaraan yang
dikemukakan klien, sehingga dapat menyimpulkan pokok pembicaraan yang dikemukakan klien untuk
memberikan respon yang tepat.
Tujuan keruntutan dalam konseling adalah: (a) agar pembicaraan tidak meloncat-loncat, (b) permasalahan
klien dapat dijelajahi secara mendalam, (c) solusi sesuai dengan masalah klien.
Upaya yang dapat dilakukan pendamping untuk melaksanakan pembicaraan konseling yang runtut,
antara lain: (1) melaksanakan 3M dengan baik, (2) konsentrasi penuh pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan.
Contoh :
Klien (ki) : Bu, saya sekarang bingung
Pendamping (pend) : Apa yang membuat anda bingung?
Ki : Saya disuruh mengambil keputusan segera bu.
Pend : Keputusan tentang apa?
Ki : Saya disuruh mengambil keputusan menikah atau melanjutkan sekolah.
Pend : Apa yang terjadi?
Ki : Saya punya teman dekat, yang sama sekolah dengan saya.
Orang tua saya tidak menyetujuinya, sebab beliau sudah punya calon untuk saya. Beliau
pernah mengatakan pada saya kalau masih berhubungan dengan teman dekat itu, maka
saya tidak boleh sekolah lagi dan akan segera dinikahkan dengan pilihan beliau. Pada
waktu itu saya menjawab bahwa saya tidak akan berhubungan dengan teman dekat
saya lagi ….. (dan seterusnya)

Kegiatan
Peserta diminta Melakukan latihan dan menjawab pertanyaan yang tercantum di bawah ini
a. Duduk berpasang-pasangan antara klien dengan pendamping. Lakukan pembicaraan
konseling yang runtut!
b. Tuliskan satu episode pembicaraan yang runtut dalam konseling antara anda dengan
klien yang pernah anda lakukan !
Ki : …………………………………………… ………………
Pend. : …………………………………………………………….
Ki : …………………………………………………………….
Pend : …………………………………………………………….
Ki : …………………………………………………………….
Pend : ……………………………………………………………

g. Empati
Empati adalah dapat memahami dan memikirkan apa yang dirasakan dan dipikirkan klien
sebagaimana klien merasakan dan memikirkannya. Empati didasari saling pengertian dan penerimaan
antara dua orang, yang kuat atau lemahnya tergantung pada kuat lemahnya pengertian dan penerimaan
terhadap suasana perasaan yang diutarakan klien.
Empati yang dalam dapat dirasakan baik oleh klien maupun pendamping. Salah satu wujud dari
empati adalah terjadinya perubahan fisik pada diri pendamping
(seperti: bulu tengkuk merinding, kerongkongan terasa tersumbat, nafas terasa sesak) sewaktu klien
mengutarakan permasalahannya.
Empati tidak dapat dipaksakan, sebab ini berkaitan erat dengan kontak psikologis, kontak psikologis
diawali dengan penerimaan yang tulus terhadap kedatangan klien. Walaupun empati tidak bisa
dipaksakan, namun empati dapat dilatihkan. Usaha yang dapat dilakukan untuk melatih empati adalah
dengan berlatih menggunakan pikiran dan perasaan orang yang sedang mengalami masalah dimaksud.

Kegiatan
Peserta diminta menjawab pertanyaan dan melakukan latihan berikut
a. Apa yang dapat dilakukan untuk melatih empati?
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………….
b. Simulasi berempati
Seorang peserta (Ki) mengemukan masalah , peserta lain sebagai pendamping
mendengar pembicaraan Ki, dan melaporkan apa perubahan fisik yang terjadi pada
diri pendamping sewaktu mendengarkan pembicaraan Ki
1) …………………………………………………………………………….
2) ……………………………………………………………………………
3) ………………………………………………………………………………....

h. Refleksi
Refleksi berarti “pantulan“. Merefleksi dalam pembicaraan konseling maksudnya memantulkan apa
yang dikemukakan klien, baik isi pembicaraan ataupun suasana perasaan klien pada waktu pembicaraan
konseling. Tujuan penggunaan teknik refleksi,yaitu: (1) agar klien memahami, bahwa pendamping
mengerti dan mengikuti pembicaraannya, (2) menimbulkan kesadaran yang lebih mendalam pada klien
tentang apa yang sedang dialami dan dirasakannya, dan (3) memudahkan klien memperoleh pemahaman
diri yang lebih menyeluruh.
Adapun syarat refleksi adalah : (1) dinyatakan dengan kalimat pernyataan, (2) kalimatnya pendek,
yaitu beberapa kata saja, (3) kalimat tersebut jelas dan mudah ditangkap klien dan (4) tepat, baik makna
maupun isinya. Tanda bahwa refleksi tepat klein menjawab “ya” dan dia melanjutkan
pembicaraannya. Langkah atau prosedur untuk merefleksi adalah: (1) laksanakan 3 M dengan baik, (2)
kenali perasaan-perasaan yang terkandung dalam pernyataan klien, (3) tangkap isi yang terkandung
dalam pernyataan klien, dan (4) kemukakan respon/refleksi yang tepat.

Kegiatan
Peserta diminta melakukan latihan dan membuat tugas berikut:
a. Ki berceritera (menyampaikan masalah) , setelah itu pendamping memberikan refleksi.
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………….
b. Pendamping mengemukakan kesulitan yang dialaminya dalam merefleksi.
1) …………………………………………………………………………….
2) ………………………………………………………………………….
c. Kemukakan contoh pembicaraan konseling, yang memuat teknik refleksi!
Pend :……………………………………………………………………
Ki : ………………………………………………………………….
Pend : ………………………………………………………………….
Ki : …………………………………………………………………
Pend : ………………………………………………………………….
i. Konfrontasi
Konfrontasi atau mengonfrontasikan ialah pernyataan konselor yang menunjukkan secara
terus terang dan langsung kepada klien bahwa apa yang dikemukakannya tentang dirinya sendiri atau
tentang keadaan tertentu tidak sesuai dengan apa yang dilihat konselor dalam kenyataan yang sama.
Konfrontasi dilakukan atas prakarsa konselor. Teknik ini merupakan suatu pengungkapan pendapat
konselor dan penafsirannya yang didasarkan atas pandangan-pandangan klien. Untuk dapat menggu-
nakan keterampilan ini dengan efektif, konselor harus dapat:
a. Mengenal perasaan-perasaannya sebagaimana adanya
b. Menyatakan perasaan-perasaan itu secara jelas dan sederhana
c. Memberitahukan kepada klien tentang reaksi yang jujur terhadap tingkah laku atau pernyataan
klien serta memberi alasan-alasan yang jelas berkenaan dengan reaksi itu
d. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memberikan tanggapan-tanggapan terhadap reaksi
yang dimaksud butir ( c ) di atas.
Contoh konfrontasi:
Tadi kamu mengatakan bahwa kamu bangun dan pergi sekolah tepat pada waktunya, sebentar ini
kamu mengatakan bahwa kamu sering terlambat sampai ke sekolah. Sebenarnya bagaimana?

Kegiatan
Peserta diminta melakukan latihan dan membuat tugas berikut:
a. Ki menceritakan dua hal yang saling bertentangan, setelah itu pendamping memberikan
konfrontasi.
……………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………….
b. Pendamping mengemukakan kesulitan yang dialaminya dalam mengkonfrontasi.
1) …………………………………………………………………………….
2) ………………………………………………………………………….
c. Kemukakan contoh pembicaraan konseling, yang memuat teknik konfrontasi!
Pend :……………………………………………………………………
Ki : ………………………………………………………………….
Pend : ………………………………………………………………….
Ki : …………………………………………………………………

j. PenafsiranPenafsiran adalah penjelasan-penjelasan atau pengertian-pengertian tentang suatu keadaan.


Penggunaan penafsiran oleh konselor dalam konseling bertujuan membantu klien agar dapat mema-
hami arti dari kejadian-kejadian dengan menyajikan beberapa pandangan yang berkaitan dengan
masalah klien. Pemberian penafsiran akan lebih membantu bila didasarkan atas informasi yang
diungkapkan oleh klien, dan tidak atas pengetahuan-pengetahuan yang bersifat teoritis.
Konselor hendaknya menyadari bahwa suatu penafsiran tidak lain hanyalah suatu kemungkin-
an penjelasan tentang suatu kejadian. Untuk itu klien tetap diperkenankan mengemukakan penjelas-
an yang sama sekali berbeda, dan penjelasannya itu tetap sahih. Konselor hendaknya menawarkan
penafsiran itu secara terbuka, dan memberikan kesempatan secukupnya bagi klien untuk mengubah-
nya.
Contoh penafsiran:
Dari apa yang telah kamu ungkapkan tentang ayahmu, tampaknya kamu benar-benar takut
kepadanya. Benarkah demikian?
Kegiatan:
Peserta diminta melakukan latihan dan membuat tugas berikut:
Dalam suatu proses konseling klien mengungkapkan:
“Teman saya itu meminta pendapat saya, tetapi kemudian dia tidak tertarik pada
pendapat saya itu. Saya merasa bodoh dengan menerangkan pendapat saya itu” . Apa
interpretasi yang bisa dilakukan konselor?
Pend. : ……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………….
Ki : ……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………….

Pend. : ……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
………………………………………………….

l. Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah proses menyatukan semua pembicaraan selama bagian tertentu atau
seluruh pertemuan konseling. Dengan menyimpuilkan itu, konselor dean klien bersama-sama ber-
usaha mengangkat pokok-pokok utama dari masalah yang dibicarakan dengan mengemukakan apa
yang sudah dikerjakan (dibahas/dijelajahi) dan apa yang belum. Menyimpulkan secara alami
merupakan cara untuk mengakhiri atau menutup suatu bagian atau tahap pembicaraan tertentu atau
untuk memulai pembahasan baru. Membuat simpulan tidak harus dilakukan oleh konselor, tetapi
sering lebih efektif bila dilakukan oleh klien. Hal ini memungkinkan konselor memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang pandangan klien terhadap berbagai hal dan membantu klien melihat
kemajuan-kemajuan apa yang telah dicapainya.
Ketika menyimpulkan, konselor harus berusaha (1) menggarisbawahi hal-hal yang sangat
menonjol, (2) menyatakannya dalam bahasa yang mudah dimengerti dan sederhana, dan (3) mem-
berikan tanggapan terhadap sampai saejauh mana ketepatan simpulan yang dibuat itu.
Contoh:
“Mari kita coba menyatukan semua yang telah kita bicarakan. Pada satu segi kamu merasa kesepian
dan terpisah dari teman-teman. Pada segi lain, kamu mengatakan bahwa kamu mendapat kesukaran
untuk bergaul. Jadi, sekalipun kamu ingin berkenalan dengan yang lain, namun tidak mudah memu-
lainya. Benarkah demikian?
Kegiatan:
Dalam suatu kelompok, beri kesempatan kepada seorang anggota untuk mengungkap-
kan perasaan, pemikiran, atau permasalahannya sekitar 5 - 7 menit. Setelah itu, anggota
kelompok yang lain membuat simpulan dari apa yang diungkapkan anggota tadi. Setiap
anggota diminta membacakan simpulan yang dibuatnya, dan kepada anggota yang
mengungkapkan perasaan, pemikiran, atau permasalahan tadi diminta untuk menang-
gapi ketepatan simpulan yang disampaikan teman.

m. Merumus Tujuan

Perumusan tujuan adalah usaha pendamping dalam rangka membantu klien merumuskan tujuan-
tujuannya secara jelas dan khusus, sehingga tujuan yang ingin dicapai klien menjadi lebih jelas dan
dapat terjangkau.
Syarat dalam perumusan tujuan,yakni: 1) menyangkut diri klien sendiri sebagai subyek yang aktif, 2)
kalimat ,tujuan,isi harus positif, 3) Tidak ambisius ( sesuai dengan kemampuan dan keadaan klien), 4)
tujuannya khusus.
Contoh:
Tujuan umum “Lebih banyak bergembira dengan anak-anak” dapat dirumuskan dalam tujuan yang
lebih spesifik di bawah ini:
1. Bermain dengan mereka sekurang-kurangnya 20 menit sehari”
2. Mengutarakan hal-hal yang lucu dengan mereka setiap pagi
3. Membacakan cerita setiap sore

Kegiatan
Dalam suatu kelompok, lakukan latihan merumuskan tujuan yang ingin dicapai klien
dalam suatu proses konseling, baik tujuan umum maupun tujuan khusus.

b. Teknik Khusus Konseling Perorangan

1) Pengertian
Teknik khusus konseling perorangan adalah teknik yang digunakan sesuai dengan
permasalahan dalam rangka pengentasan masalah klien.

2) Tujuan
Setelah mempelajari teknik khusus konseling perorangan diharapkan pendamping
dapat mengunakannya sesuai kebutuhan klien.
3) Beberapa Teknik Khusus Konseling Perorangan

a. Pemberian Contoh

Bila pendamping menemui klien yang tidak mengetahui cara berbuat atau bertindak dalam
suasana tertentu, maka pendamping dapat menggunakan teknik pemberian contoh. Pemberian
contoh berarti memberikan model atau pola tingkah laku tertentu yang baik, untuk klien yang tidak
mengetahuinya.
Tujuan pemberian contoh adalah membantu klien meningkatkan kemampuan dalam
menampilkan tingkah laku yang diharapkan dalam suasana tertentu. Misalnya: Klien tidak
mengetahui cara berbicara dengan guru, cara memperkenalkan diri pada orang baru, cara
membujuk orang yang sedang sedih/susah, cara melamar pekerjaan, dan sebagainya. Langkah-
langkah pelaksanaan teknik pemberian contoh:
a. Klien diminta mempertunjukan bagaimana biasanya ia bertindak atau bertingkah laku dalam
situasi dimaksud.
b. Pendamping mempertunjukkan cara-cara bertindak atau bertingkah laku yang lebih efektif
secara utuh.
c. Pendamping mempertunjukkan cara bertindak dan bertingkah laku dengan memisahkan
bahagian tingkah laku itu untuk diamati oleh klien
d. Pendamping mengulang langkah ketiga dengan melebih-lebihkan tingkah laku yang
menyebabkan timbulnya masalah.
e. Klien diminta melakukan tingkah laku yang sudah diamatinya, dengan pemberian balikan dari
pendamping.
f. Klien mengulang kembali sampai dicapai tindakan atau tingkah laku yang tepat.

Contoh penerapan langkah-langkah teknik pemberian contoh. Masalah


“ Tidak tahu cara membujuk saudara yang sedang ditimpa musibah “
Langkah satu : Klien mempertunjukkan bagaimana biasanya ia bertindak
(misal: menepuk–nepuk bahu saudaranya dengan keras)
Langkah dua : Pendamping mempertunjukkan cara bertindak yang lebih efektif
(misal: mendekati saudara yang terkena musibah dan merangkul dengan cara
lemah lembut serta mengelus pundaknya).
Langkah tiga : Pendamping mengatakan sambil bertindak, mula-mula rangkul dengan
lemah lembut, kemudian elus pundaknya, seraya ucapkan kata-kata tawakkal
Langkah empat: melebih-lebihkan cara prilaku yang tepat (merangkul dengan lemah lembut,
mengelus-elus pundak serta mengucapkan kata-kata tawakkal).
Langkah lima : Klien diminta mempertunjukkan tingkah laku sudah diamatinya
dengan balikan dari pendamping.
Langkah enam : Klien mengulang kembali sampai dicapai atau tingkah laku yang tepat.

Pertanyaaan,Tugas dan Latihan


(1) Teknik pemberian contoh tepat digunakan dalam konseling terhadap
masalah apa saja?
…………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………

(2) Klien mengemukakan masalah yang disebabkan pola tingkah laku yang tidak
tepat, seorang pendamping melaksanakan teknik pemberian contoh, pendamping
yang lain sebagai pengamat.
………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………

(3) Melaksanakan analisis hasil pelaksanaan teknik pemberian contoh


. ..………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………

b. Latihan Penenangan (dibahas dalam modul tersendiri)

c. Desensititasi (dibahas dalam modul tersendiri)

d. Pemberian Nasehat

Nasehat berisi sesuatu yang hendaknya dilakukan dan/atau tidak dilakukan klien. Dalam
bertingkah laku/mengambil suatu keputusan barangkali dalam diri klien terdapat kebingungan. Apa
yang harus dilakukan “ X” atau “ Y “. Dalam kondisi ini pendamping dapat memberi nasehat agar
klien bisa mengambil keputusan mana yang harus dipilihnya.
Dalam pemberian nasehat ada lima Tepat yang harus dipenuhi, yaitu: (1) tepat waktu, (2)
tepat sasaran, (3) tepat isi, (4) tepat guna, dan (5) tepat aplikasi.
Apabila nasehat diberikan terlalu cepat (di awal konseling), dikhawatirkan pendamping belum
memahami masalah klien secara mendalam, sehingga nasehat menjadi tidak tepat waktu dan isi,
sehingga penggunaan dan aplikasinya tidak terlaksana.
Tujuan pemberian nasehat adalah agar klien dapat mengambil keputusan untuk diri sendiri
terutama dalam mengatasi masalahnya.

Pertanyaan, Tugas dan Latihan


(1) Hal-hal apakah yang perlu diperhatikan dalam pemberian nasehat?
…………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………….
(2) Klien mengemukakan masalah, setelah itu pendamping memberikan nesehat.
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
(3) Analisis nasehat yang diberikan pendamping.
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
D. EVALUASI

1. Apa pemahaman baru yang anda dapatkan setelah mempelajari modul ini?
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..

2. Bagaimana perasaan anda setelah belajar dengan modul ini?


……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

3. Apa rencana kegiatan yang akan anda lakukan setelah selesai pelatihan ini?
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….

Terima kasih, dan selamat bekerja

Anda mungkin juga menyukai