Anda di halaman 1dari 18

FA/1

PROYEK CAPITOL PARK JL. SALEMBA RAYA, MENTENG – JAKARTA PUSAT


SPESIFIKASI TEKNIK INSTALASI FIRE ALARM

DAFTAR ISI

1.00.0 Instalasi Sistem Fire Alarm

1.01.0 Uraian Persyaratan dan Peraturan Umum

1.02.0 Lingkup Pekerjaan Fire Alarm

1.03.0 Persyaratan Umum Bahan dan Peralatan

1.04.0 Spesifikasi Teknik Bahan dan Peralatan

1.05.0 Uraian Sistem Kerja Fire Alarm

1.06.0 Kotak Hubung Bagi (Junction Box)

1.07.0 Konduit

1.08.0 Persyaratan Teknis Pemasangan

1.09.0 Kabel Tray / Trunking dan Tangga Kabel

1.10.0 Pengujian

1.11.0 Produk

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/2

1.0.0 INSTALASI SISTEM FIRE ALARM

1.01.0 Uraian Persyaratan dan Peraturan Umum

1 Uraian persyaratan ini menjelaskan tentang detail spesifikasi bahan dan cara
pemasangan Instalasi Detector dan Central Fire Alarm, meliputi pekerjaan secara lengkap
dan sempurna, mulai dari penyediaan bahan sampai di site, upah pemasangan,
penyimpanan, transportasi, pengujian, pemeliharaan dan jaminan.

2 Dalam melaksanakan instalasi ini Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan yang
ada seperti :

2.1 Peraturan dan Standar

Perencanaan instalasi Fire Alarm system dan pemilihan serta penempatan jenis
detector didasarkan pada :

a. UU No. 20 / 2003, tentang Bangunan Gedung ; BUILDING LAW.


PP No. 38 / 2005 ; GOVERNMENT REGULATION RELATED TO UU No. 20 /
2003.
b. PERDA DKI Jakarta No. 7 / 1991, tentang Bangunan Dalam Wilayah DKI
Jakarta ; BUILDING IN DKI JAKARTA.
c. PERDA DKI Jakarta No. 3 / 1992, tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Dalam Bangunan Gedung ; FIRE FIGHTING.
d. KEPMEN PU No. 441 / 1998, tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung ;
BUILDING CODE.
e. KEPMENEG PU No. 10 / 2000, tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
f. SNI 03-6571-2001, tentang Sistem Manajemen Asap di Dalam Mall, Atrium dan
Ruangan Bervolume Besar ; SMOKE CONTROL IN ATRIUM.
g. SNI 03-7015-2004, tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung ;
LIGHTNING PROTECTION.
h. SNI 04-7018-2004, tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga
(SPDD) ; EMERGENCY POWER SUPPLY.
i. SNI 04-7019-2004, tentang Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat menggunakan
Energi Tersimpan (SPDDT).
j. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000.
k. Data teknis dari product dibidang peralatan Fire Alarm System yang dibuat oleh
pabrik-pabrik dari berbagai Negara.
l. SNI 03-3985-2000 Tata Cara Perencanaan, Pemasangan dan Pengujian
Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran pada Bangunan Gedung.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/3

m. Data teknis dari product di bidang peralatan Fire Alarm System yang dibuat oleh
pabrik-pabrik dari berbagai Negara dan memiliki ISO-9001, standard approval
yang disetujui yaitu : ULC, JIS, MEA, CSFM dan COC serta sesuai dengan
NFPA standard 72.

3 Pemborong harus mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang tercantum didalam:

a. Persyaratan Umum.
b. Spesifikasi Teknis.
c. Gambar Rencana.
d. Berita Acara Aanweijzing.

4 Sumber daya listrik bersumber dari Perusahaan Umum Listrik Negara, Diesel Generator
Set dan Battery bilamana daya dari PLN dan Genset mengalami gangguan.

5 Semua panel Fire Alarm harus diberi pentanahan dengan kabel NYA 4 mm dan MDF
dengan kabel NYA 25 mm.

1.02.0 Lingkup Pekerjaan Fire Alarm

Secara garis besar lingkup pekerjaan Fire Alarm adalah seperti yang tertera di
spesifikasi ini. Namun Kontraktor tetap diwajibkan untuk melaksanakan pekerjaan,
sesuai yang tertera didalam gambar-gambar perencanaan dan dokumen tambahan
seperti yang tertera didalam Berita Acara Rapat Penjelasan Lelang (Aanwijzing).

1 Melaksanakan

a. Seluruh Instalasi Fire Alarm dalam Bangunan.


b. Seluruh Instalasi Sistem MCPFA dan Annunciator
c. Seluruh Instalasi Pentanahan.
d. Seluruh Instalasi :
- Detector
- Alarm Bell
- Flasher Lamp
- Central Fire Alarm
- Fire Intercom
- Modul-modul untuk Interface
- Interface dengan sistem terkait
e. Testing, Commissioning dan Training serta menyerahkan Buku Technical Manual.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/4

2 Menyediakan dan memasang semua keperluan feeder dan pendukungnya :

a. Dari sisi Rack Kabel dan Hanger untuk Feeder dan Instalasi.
b. Dari sisi MCPFA ke JBFA.
c. Dari sisi JBFA dibawahnya ke JBFA diatasnya.

3 Menyerahkan 3 (tiga) set gambar kerja (Shop Drawing) Instalasi Fire Alarm untuk
diberikan kepada :

a. Pihak Pemilik Gedung (OWNER) sebanyak 1 (satu) set.


b. Pihak Perencana sebanyak 1 (satu) set.
c. Didistribusikan ke Kontraktor yang terkait sebanyak 1 (satu) set.
d. 2 (dua) set gambar as built dan 1 (satu) set gambar as built (berbentuk CD).

4 Menyerahkan dokumen yang diperlukan dalam proyek ini antara lain :

a. Sistem Description dan Prinsip Operasi Sistem Fire Alarm.


b. Instalasi dan Instruction Fire Alarm.
c. Connection diagram Fire Alarm.
d. Shipping dokumen untuk peralatan Fire Alarm pada proyek yang dikerjakan.
e. Surat dukungan dari Principal yang memegang merk.
f. Foto copy sertifikat standart approval sesuai dengan persyaratan dan peraturan
umum.

5 Melaksanakan pemeliharaan selama 1 (satu) tahun dan memberikan jaminan peralatan


selama 1 (satu) tahun sejak seluruh sistem yang terpasang didalam bangunan berfungsi
dengan baik.

6 Memasang nama-nama zone pada modul-modul dan jumlah zone pada panel, berupa
tulisan yang jelas dari bahan yang tahan lama.

1.03.0 Persyaratan Umum Bahan dan Peralatan

1 Syarat-syarat Dasar

a. Semua bahan atau peralatan harus baru dalam arti bukan barang bekas atau hasil
perbaikan.
b. Material atau peralatan harus mempunyai spesifikasi yang jelas dan kapasitas yang
cukup.
c. Harus sesuai dengan spesifikasi / persyaratan.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/5

d. Kapasitas yang tercantum dalam gambar atau spesifikasi adalah minimum.


Kontraktor boleh memilih kapasitas yang lebih besar dari yang diminta dengan
syarat :
- Tidak menyebabkan sistem menjadi lebih sulit
- Tidak menyebabkan pertambahan panel maupun bahan
- Tidak meminta pertambahan ruang
- Tidak menyebabkan adanya tambahan biaya
- Tidak menurunkan mutu
- Tidak boleh merubah sistem yang sudah baku (Reenginering)

1.04.0 Spesifikasi Teknik Bahan dan Peralatan

1 Sistem Fire Alarm yang digunakan adalah Semi Addressable System.

2 Perencanaan pemasangan detector sudah berdasarkan :

a. Tinggi Ruang
Tinggi Max (m) Heat Photo Electrik Smoke Detector

0 - 7,5 Cocok Sangat Cocok


7,5 - 9 Tidak Cocok Sangat Cocok
9 - 10 Tidak Cocok Cocok

b. Area Pencakupan
-------------------------------------------------------------------------------------------
Detector (m) Area (m2) pada tinggi 3 m
-------------------------------------------------------------------------------------------
Heat 25 – 46
Smoke Detector 50 – 92
-------------------------------------------------------------------------------------------
c. Pemilihan Jenis Detector
-------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis Ruangan Detector
-------------------------------------------------------------------------------------------
Lobby, Corridor Rate of Rise Heat Detector
Unit Apartement Photoelectric Smoke Detector
Parkir Rate of rise Heat Detector
M & E Room Photoelectric Smoke Detector
Pantry / Kitchen Fixed Temp Heat Detector
Genset Fixed Temp Heat Detector
Ruang Kontrol Photoelectric Smoke Detector
-------------------------------------------------------------------------------------------
d. Detector yang dipilih lihat “Equipment Schedule”.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/6

3 Tipe detector yang dapat dipilih berdasarkan kecanggihan sistem yang ada pada
detector tersebut mendeteksi sinyal kebakaran berdasarkan daerah atau zone area,
Detector Konvensional tidak dapat membedakan alarm palsu atau benar-benar alarm.

4 Detector Panas tipe Temperatur Konstan (Fixed Temperature)

- Conventional Electronic with Indicating Lamp.


Kriteria Penggunaan
- Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter.
- Sesuai dipakai pada tempat yang sering berasap dan berdebu serta temperatur
sekelilingnya sering berubah.
- Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 25 – 46 m2.
- Jarak antara detektor tidak melebihi 6 meter.
- Jarak antara detektor dan dinding tidak melebihi 3 meter.
- Kepekaan : Pada aliran udara 1 m/sec dan diatas temperature max. 57 – 60 C,
bereaksi dalam 25 – 50 detik.

5 Detector Panas c/w Indicator Lamp (Rate of Rise / ROR)

- Conventional Electronic.
Kriteria Penggunaan
- Sesuai untuk ruangan dengan ketinggian ruang tidak melebihi 6 meter.
- Sesuai dipakai pada ruang yang temperatur sekelilingnya relative konstan.
- Dilengkapi dengan sensor suhu maximum pada 57 .
- Luas daerah yang dapat dideteksi sebesar 25 – 46 m2.
- Jarak pemasangan antara detektor tidak melebihi 6 meter.
- Jarak antara detektor dan dinding tidak melebihi 3 meter.
- Kepekaan : pada aliran udara 0.85 m/sec dan 30 diatas temperatur sekeliling,
bereaksi dalam 30 detik.

6 Detektor Asap Photoelectric (Photoelectric Smoke Detector)

- Conventional Type.
Kriteria Penggunaan
- Cocok digunakan pada ruangan dengan ketinggian lebih dari 6 meter.
- Luas daerah yang dapat dilindungi sebesar 5 - 95 m2 pada ketinggian plafond
4 – 20 m.
- Sesuai dipakai pada ruangan yang berisi material yang akan mengeluarkan asap
jika terbakar.
- Jarak pemasangan antara detektor tidak melebihi 10 meter.
- Jarak antara detektor dan dinding tidak melebihi 6 meter.
- Kepekaan : 0,8 – 1,5 % per ft. smoke obscuration.
- Detector asap photoelectric dilengkapi dengan time delay & sensitivity adjustable.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/7

7 Detector Gas

- Conventional Type.
Kriteria Penggunaan
- Cocok digunakan di area penyimpanan gas.
- Sesuai dipakai di daerah Pantry.
- Cocok digunakan di area yang mudah terbakar karena gas.
- Jarak pemasangan detector dengan lantai tidak boleh lebih 30 cm.

8 Titik Panggil Manual

- Conventional Type.
Kriteria Penggunaan
- Sesuai untuk ruangan yang terbuka dan sering dilalui orang.
- Ditempatkan didekat setiap jalan keluar dan pada Hydrant Box.
- Jarak maximum antara titik panggil manual  60 m.

9 Bel Tanda Bahaya

- Conventional Type.
Kriteria Penggunaan
- Jarak maximum antara titik panggil manual  60 m.
- Ditempatkan secara tersebar pada setiap lantai sehingga dapat menimbulkan kuat
suara tidak kurang dari 70 dB disetiap tempat dilantai yang bersangkutan.

10 Fire Intercom

- Conventional Type.
Kriteria Penggunaan
- Sesuai dipakai pada waktu terjadi kebakaran apabila HT sudah tidak dapat
digunakan.
- Cocok digunakan pada waktu keadaan darurat.

11 Flasher Lamp

- Suatu alat yang dipakai untuk memberikan indikasi alarm secara visual pada saat
diberi catudaya oleh sentral (MCPFA).
- Conventional Type.
Kriteria Penggunaan
- Jarak maximum antara titik Flasher Lamp  60 m.
- Ditempatkan secara tersebar pada setiap lantai sehingga dapat terlihat berkedip
(Flasher) pada jarak tertentu. Sehingga dapat mengingatkan atau memberi
peringatan kepada Penyandang Cacat (Tuna Rungu) untuk tetap waspada dan
menanyakan apa yang sedang terjadi.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/8

12 Remote Lamp

- Diletakkan di atas pintu (harus kelihatan dari koridor).


- LED, 24 Vdc connected to Smoke Detector atau detector lainnya.

13 Interface Modul / Zone Adaptor Modul (ZAM)

Zone adaptor module digunakan untuk memonitor Flow Switch, Tamper Switch, Gas
Detector, Conventional Detector dan untuk mengontrol Panel Listrik AC, Panel Lift serta
Pressurize Fan.
a. Sebuah Addressable Interface Module disediakan untuk mengintek Faceman
Normally Open Direct Contact Device ke sebuah Addressable Iniating Circuit.
b. ZAM – ZAM dipasang pada box panel (Junction Box) dan memakai daya 24 Vdc
dari dua pasang kawat.
c. Ada beberapa jenis ZAM antara lain :
- Fire Monitoring Module
- Input Bell Control Module
- Bell Control Module
- Contact Output Module
- Gas Leakage Module
- Isolator Module
Fire Monitoring Module - 6 line
Untuk memonitor Detector Conventional type 2 (dua) kawat. Module ini memiliki
arus dan harus memberitahukan status zone (normal, alarm, trouble) kepada
panel kontrol. 1 (satu) unit module mempunyai kapasitas 6 zone dan yang terpakai
harus tidak boleh lebih dari 5 zone karena 1 zone untuk spare.
Input Monitoring Module - 10 line
Digunakan untuk memonitor Flow Switch, Tamper Switch, Push Button atau
peralatan yang tidak memerlukan arus / tegangan. 1 (satu) unit module mempunyai
kapasitas 10 zone dan yang terpakai harus tidak boleh lebih dari 9 zone karena
1 (satu) zone untuk spare.
Bell Control Module - 1 line
Digunakan untuk mengaktifkan Alarm Bell, Flasher Lamp, 1 (satu) Bell Control
Module dapat mengaktifkan atau mengontrol 10 Alarm Bell atau 10 Flasher Lamp.
Contact Output Module - 6 line
Digunakan untuk mengontrol lift, shutdown panel dll. 1 (satu) unit module
mempunyai kapasitas 6 zone dan yang terpakai harus tidak boleh lebih dari 5 zone
karena 1 zone untuk spare.
Gas Leakage Module - 10 line
Digunakan untuk memonitoring kebocoran gas harus digunakan modul yang khusus
untuk hal tersebut sehingga sinyal yang diterima MCPFA benar-benar berupa sinyal
yang mengidentifikasi adanya kebocoran gas / tidak boleh bersifat supervisory.
1 (satu) unit module mempunyai kapasitas 10 zone dan maximal 1 unit modul hanya
dapat mengontrol 9 zone gas detector, 1 untuk spare.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/9

Isolator Module - 1 line


Digunakan untuk melindungi instalasi looping dari terjadinya arus hubung
pendek yang bisa berakibat merusak panel MCFA maupun Zone Adaptor Module.
Minimal dibutuhkan 3 (tiga) buah per looping.

14 Master Control Panel Fire Alarm (MCPFA)

- Full Addressable Type


Kriteria Penggunaan
- Panel Full Addressable cocok digunakan untuk Gedung yang jumlah zonenya lebih
dari 50 zone.
a. Intelligent Fire Alarm Panel
- Operating voltage : 24 V DC
- Power supply : 110 / 230 V AC
- Temperature : 0 C to 49 C
- Humidity : 93% RH, non-condensing
- Approval : UL, ULC, CSFM, MEA, FM, CE
- Max no control loop : 3 & 4 loops per panel
- Max no of addressable module per loop : 99 – 255
- Max no of addressable detector per loop : 99 – 255
- Signal line : 24 V DC
- Power consumption stand by : 180 – 250 VA
- Alarm condition : 368 – 770 VA
- Signal line : 2 wire transmission max. 2 km
- Max no of addressable detector per panel : 477 & 636
- Max no of addressable modul per panel : 477 & 636
- Max no of LCD annunciator panel : 64 unit
- Display : LCD panel
- Type : Wall mounting / standing
- UPS : 5 kVA External Battery 100 AH
- Approval : UL, CFSM, MEA
b. Manual Call Point
- Colour : Red
- Switching : Single pole change-over
- Contact rating : 30 V dc / 3.0 A
- Dimensions : 87 mm (H) x 87 mm (W)
- Construction : Modified polyphenylene oxide
- Temperature : -30 to +70 C
- Approval : UL, CFSM, MEA
c. Alarm Bell
- Operating voltage range : 19.2 to 26.4 Vdc (24 Vdc
Nominal)
- Average current draw : 0.03 A
- Diameter : 6”
- Sound output (dB) : 85
SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/10

- Finish : Red
- Approvals : UL, CFSM, MEA
d. Flasher Lamp
- Rated voltage : 19.2 – 28.8 Vdc
- Average current draw : 35 mA – 80 mA
- Candela : 60 – 100 per minute
- Finish : Red
- Approvals : UL, CFSM, MEA
e. Conventional Photo Electric Smoke Detectors
- Unique flat response technology
- Improved noise immunity
- Custom designed steel mesh
- Removable chamber
- Twin LED indicator lamp : Green & Red
- Anti tamper locking mechanism
- Rated voltage : 24 Vdc
- Working voltage range : 15 Vdc ~ 30 Vdc
- Current consumption : 35 A at 30 Vdc
- Light source : infra red LED
- Operating ambient temperature range : - 10 C ~ + 50 C
- LED operation : On-board Green LED flashes
when polled
On-board Red LED flashes
when in alarm
- Approvals : UL, ULC, FM, MEA
f. Conventional Rate of Rise Heat Detector
- Twin LED indication lamp : Green & Red
- Operating voltage : 15 Vdc ~ 30 Vdc
- Maximum switching current : 100 mA
- Heat sensing : Thermistor
- Operating ambient temperature range : 57 C
- Temperature rate of rise : 10 C / minute
- LED operation : On-board Green LED flashes
when polled
On-board Red LED flashes
when in alarm
- Approvals : UL, ULC, FM, MEA
g. Conventional Fixed Temperature Heat Detector
- Twin LED indication lamp : Green & Red
- Operating voltage : 15 Vdc ~ 30 Vdc
- Maximum switching current : 300 mA
- Heat sensing : Thermistor
- Operating ambient temperature range : 60 C

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/11

- LED Operation : On-board Green LED flashes


when polled
On-board Red LED flashes
when in alarm
- Approvals : UL, ULC, FM, MEA
h. Monitor Module
- Operating temperature : 0 to 49 C
- Humidity : 93% RH, non-condensing
- Operating voltage : 15.2 to 42 Vdc (19 Vdc nominal)
- Operating current
* Standby : 250 mA
* Activated : 400 mA
- Construction and finish : High-impact white engineered
plastic 1-gang front plate
Front plate identifies the module;
FIRE ALARM MODULE
- LED operation : On-board Green LED flashes
when polled
On-board Red LED flashes
when in alarm
- Approvals : UL, ULC, FM, MEA
i. Mini Monitor Module
- Operating temperature range : 0 to 49 C
- Humidity : 93% RH, non-condensing
- Operating voltage : 15 to 32 VDC
- Maximum operating voltage : 375 µA ( LED Flashing)
- Approvals : UL, ULC, FM, MEA
j. Control Module
- Operating temperature : 0 to 49 C
- Humidity : 93% RH, non-condensing
- Operating voltage : 15.2 to 41 Vdc (19 Vdc nominal)
- Operating current
* Standby : 223 mA
* Activated : 100 mA
- Output rating : - 24 V dc = 2 A
- 25 V audio = 50 W
- 70 V audio = 35 W
- Construction and finish : High-impact white engineered
plastic 1-gang front plate
Front plate identifies the module;
FIRE ALARM MODULE

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/12

- LED Operation : On-board Green LED flashes


when polled
On-board Red LED flashes
when in alarm
- Approvals : UL, ULC, FM, MEA
k. Isolator Module
- Operating temperature range : 0 to 49 0 C
- Humidity : 93% RH, non-condensing
- Operating voltage : 15 to 32 VDC
- Maximum operating voltage : 255 µA (LED Flashing)
- Approvals : UL, ULC, FM, MEA
l. Intercom Set
- Connection : Phone jack type
- Type : Telephone handset
m. Gas Detector (Conventional Type) c/w Selenoid Valve
- Principle of detection : Contact combustion method
- Applicable gas : Liquefied petroleum gas
- Power supply : 24 VDC
- Working temp. range : -10 C – 40 C
n. Remote Lamp
- LED, 24 Vdc connected to Smoke Detector atau detector lainnya.
o. Annunciator
- Type : Back – lit LCD,
- Display : 640 - character display
(16 lines x 40 character)
p. Cabling
- Signal cable : FRC Twisted STP 16 AWG,
1 pair, Conduit  3/4"
- Power cable : FRC 2 x 2,5 mm2
r. Conduit :  3/4" High Impact

15 Kabel yang dipakai untuk instalasi dari modul ke modul harus dari jenis Twisted STP
AWG 16, 1 pair dan dipasang dalam PVC konduit ø 3/4".
Kabel yang dipakai untuk instalasi masing-masing detector adalah jenis NYA dengan
ukuran 2 x (1 x 1,5 mm2) dipasang dalam PVC konduit ø 3/4" dengan saddle klem.
Kabel untuk outlet Fire intercom menggunakan ITC 3 x 1,5 mm2 yang dipasang dalam
PVC konduit Ø 3/4". Kabel power untuk masing-masing modul menggunakan kabel FRC
dengan ukuran 2 x 1,5 mm2 dipasang dalam PVC Conduit  3/4".
Kabel yang digunakan untuk Annunciator menggunakan kabel twisted STP 16 AWG,
2 pairs dan FRC 3 x 1,5 mm2 didalam PVC Conduit ø 3/4". Kabel yang dipakai untuk
instalasi Manual Push Button, Alarm Bell, Flasher Lamp, Flow Switch, Tamper Switch,
Pressurize Fan, Panel AC, Panel Genset, Panel Listrik, Panel Lift dan kontrol lainnya
menggunakan kabel FRC 2 x 1,5 mm2 yang dipasang dalam PVC Conduit ø 3/4".

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/13

Kabel yang dipakai untuk instalasi grounding ke setiap terminal box yang ada disetiap
lantai menggunakan kabel NYA 4 mm2.

1.05.0 Uraian Sistem Kerja Fire Alarm

Panel Kontrol ini harus addressable yang terdiri dari Micro Processor CPU dan Power
Modul, Control Modul, Alarm Signal Modul, Continuous & Intermittent, Loop Modul,
Panel Control harus mempunyai pintu. Selain itu panel kontrol harus memiliki
kemampuan untuk merelease sistem peralatan pemadam kebakaran secara otomatis
seperti CO2 system, FM 200 system dan lain-lain.

Panel kontrol harus mempunyai fasilitas minimum 1 loops yang dilengkapi dengan
perlengkapan lainnya :

1 Lampu-lampu

- Lampu alarm (merah) dan lampu trouble (kuning) untuk disetiap address pada
address module. Lampu power ON yang menyatakan sistem mendapat supply daya
listrik yang sesuai.
- Lampu AC power failure yang menyatakan adanya gangguan dari jala-jala listrik
yang ada.
- Lampu low battery yang menyatakan bahwa tegangan back-up battery sudah
berada pada level dc yang rendah.
- Lampu bell circuit trouble yang menyatakan adanya ke tidak beresan pada
rangkaian bell.
- Lampu common alarm yang menyatakan terjadinya alarm di sistem tersebut.
- Lampu common trouble yang menyatakan terjadinya trouble di sistem tersebut.
- Lampu common gas leakage yang menyatakan terjadinya kebocoran gas di sistem
tersebut.
- Lampu manual call point (merah) yang mengidentifikasikan adanya manual call
point yang bekerja.
- Lampu time delay yang mengidentifikasikan proses time delay sedang berlangsung.

2 Tombol-tombol / Switch

- Reset switch yang berfungsi untuk menormalkan sistem setelah terjadi trouble atau
alarm.
- Silence switch yang berfungsi untuk mematikan buzzer atau bell bila buzzer itu
berbunyi.
- Alarm lamp test switch yang berfungsi untuk mengadakan pengecekan apakah
lampu-lampu alarm masih berfungsi baik.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/14

3 Fasilitas Interkoneksi untuk keperluan :

- Mematikan mesin-mesin AC (Air Conditioning), Intake Fan, Lift.


- Menghidupkan Pressurized Air Fan, Smoke Fan, Exhaust Fan & Lift Kebakaran.
- Mengindikasikan bekerjanya control valve pada sistem Fire Fighting.
- Mengindikasikan tertutup atau tidaknya control valve pada sistem Fire Fighting.

4 Bilamana salah satu Detector, Manual Push Button atau Flow Switch bekerja maka
lampu kontrol pada MCPFA akan menyala dan pada komputer grafik akan menampilkan
gambar dimana letak detector atau zone tersebut bekerja, serta buzzer berbunyi sesuai
dengan zone area dimana peralatan tersebut diatas bekerja dan secara otomatis
MCPFA akan mengirimkan tegangan 24 Vdc untuk menyalakan Flasher Lamp pada
seluruh lantai dimana terdapat zone area tersebut dan juga pada satu lantai diatasnya.
Selain itu MCPFA juga mengirimkan tegangan 24 Vdc ke Kontaktor (relay) yang
terdapat pada panel-panel listrik AC untuk mematikan unit tersebut serta ke panel listrik
pressurized air fan untuk menghidupkan.
Flasher lamp akan tetap menyala / flashing sampai sistem riset di MCPFA ditekan oleh
operator atau security pertanda keadaan teratasi.

5 Apabila keadaan fire alarm tidak bisa teratasi maka kita dapat mengaktifkan general
alarm secara manual, dimana seluruh indicator lamp akan menyala, serta mematikan
mesin-mesin AC, Intake Fan dan menurunkan Lift Penumpang, Lift Kebakaran ke Lantai
Dasar serta menghidupkan Pressurize Fan, Exhaust Fan dan Lift Kebakaran.

6 Lokasi sumber kebakaran (alarm zone) ditunjukkan berdasarkan area lokasinya (zone
area) bukan berdasarkan titik lokasinya (letak detector).

7 Jenis detector yang dipasang pada tempat-tempat umum disesuaikan dengan


fungsi dan luas ruangan.

8 Manual call point yang dilengkapi intercom ditempatkan di lintasan umum, didalam /
dekat Hydrant Box atau dekat pintu keluar dari ruangan yang cukup besar.

9 Flasher lamp dipasang pada tempat yang mudah terlihat oleh umum.

10 Alarm bell mempunyai sound level minimum 15 dB diatas noise level pada saat
keadaan mulai gawat (emergency).

11 Master Control Panel Fire Alarm (MCPFA) ada di Ruang Kontrol semuanya di pantau
kegiatan sistem Fire Alarm secara keseluruhan.

12 Annunciator diletakkan di Ruang Security.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/15

13 Tahap-tahap Evakuasi adalah :

- Apabila terjadi kebakaran disuatu lantai pada zone area tertentu, maka pada
MCPFA akan terindikasi zone area tersebut.
- Alarm bell pada lantai tersebut serta satu lantai diatas & dibawahnya akan berbunyi
dan AHU akan dimatikan pada lantai bersangkutan.
- Kondisi ini memberikan kesempatan pada petugas untuk memeriksa terjadinya
kebakaran apabila bisa diatasi maka untuk menghindari panic pada panel MCPFA
dapat dimatikan bunyi alarm bell.
- Apabila kondisi tidak bisa diatasi maka dapat dilakukan petunjuk evakuasi paging
dari sentral tata suara.
- Kalaupun kondisi diatas tetap tidak bisa diatasi maka akan diaktifkan general alarm,
dimana seluruh alarm bell akan berbunyi dan lift akan diturunkan kelantai dasar.

14 Sistem Yang Dibutuhkan

- Adanya gejala sumber api yang bisa menimbulkan bahaya kebakaran harus bisa
diketahui lebih awal, dengan mengamati gejala-gejala sebagai berikut :
* Kenaikan suhu dengan cepat diluar normal.
* Tingkat suhu melebihi tingkat yang normal.
* Kepekatan asap melebihi kepekatan asap yang normal pada ruangan yang
memang biasanya ada asap misal pada ruangan dimana orang diperbolehkan
merokok. Sedangkan pada ruangan yang biasanya tidak ada asap maka
adanya asap memberikan pertanda adanya gejala sumber api.
* Adanya bunga api (flame).
- Indikasi lokasi api harus memberikan informasi yang cepat dan effektif kepada
operator, petugas kebakaran, petugas keamanan gedung dan petugas utility
gedung untuk mengambil tindakan penyelamatan orang dan material serta tindakan
pemadam api.
- Pemberitahuan adanya bahaya api kepada umum harus bisa selektif sesuai dengan
tingkat bahayanya agar tidak menimbulkan kepanikan dan kemacetan arus orang.
Tetapi bila diperlukan bisa juga all-call serempak keseluruhan bagian bila keadaan
sudah sangat gawat. Sistem tanda bahaya atau pemberitahuan emergency harus
mendapat prioritas pertama (dominant) mengatasi (override) sistem background
music, panggilan atau acara-acara lainnya.
- Dalam keadaan supply listrik dari PLN terputus, sistem ini harus di backup oleh
supply cadangan selama 24 jam agar sistem masih tetap bisa mendeteksi api.
Back-up dilakukan oleh batere dan genset.
Sedangkan dalam keadaan sistem diaktifkan oleh adanya sumber api dimana
sistem kontrol, monitoring dan alarm bell harus dibunyikan maka untuk menghindari
bahaya orang terkena arus hubung singkat ada kemungkinan aliran listrik dari PLN
maupun dari genset diputuskan, maka sistem ini harus tetap sanggup bekerja
dengan supply dari batere selama 4 jam (General Alarm).
- Sistem harus effektif, tidak berlebihan, murah tapi bisa dipromosikan sebagai sistem
yang cukup memberikan rasa aman.
SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/16

- Sistem alarm ini di interlock secara otomatis dengan panel AC dan sistem M/E
lainnya.
- Annunciator diletakkan di Ruang Security.

15 Setiap indikasi dari detector, titik panggil manual, akan diteruskan ke panel kontrol
sistem (MCPFA), tanda bahaya kebakaran. Dengan adanya indikasi ini maka panel
kontrol akan membunyikan tanda bahaya dimana alat ini ditempatkan, membunyikan bel
elektronik buzzer di panel kontrol.

16 Petugas yang telah ditunjuk dapat menghentikan untuk sementara bunyi bel tanda
bahaya dengan menekan tombol SILENCE dan selanjutnya petugas harus memeriksa
keadaan. Jika api berada di lokasi kebakaran, maka petugas akan segera bergerak
mengikuti petunjuk route yang paling effektif dan cepat menuju ke lantai yang
bersangkutan.
Setelah berada pada arah zone alarm kebakaran yang tepat maka petugas dapat
langsung menuju lokasi dimana terjadi kebakaran, mengambil tindakan pemadaman
dan melaporkan situasi ke sentral melalui intercom atau handi talki. Bila keadaan tidak
dapat dikuasai, barulah dibunyikan general alarm.

17 Fungsi dari Fire Intercom sebagai alat komunikasi antara Fireman (Petugas Pemadam
Kebakaran) dengan operator MCPFA pada saat kebakaran terjadi sehingga informasi /
kondisi dilapangan dapat diterima / diketahui dengan baik dan koordinasi untuk
menangani kebakaran tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Untuk tujuan tersebut maka diperlukan kabel Instalasi dari jenis FRC sehingga walaupun
kabel tersebut terbakar, komunikasi tetap dapat dilakukan dengan baik.

18. Pembagian Daerah Kebakaran (Zone Alarm Area) untuk :

- Memudahkan petugas menentukan route gerak yang cepat menuju daerah


kebakaran.
- Membantu petugas mengetahui ada atau tidak adanya personil ditempat
kebakaran.
- Memudahkan petugas menentukan lokasi kebakaran.
- Membantu petugas mengetahui bekerja atau tidaknya alat pemadam kebakaran.

1.06.0 Kotak Hubung Bagi (Junction Box)

Kotak hubung bagi harus type surface mounting dan dibuat dari plat besi setebal
minimum 2 mm dan seluruhnya harus dicat powder coating warna abu-abu.
Kotak hubung harus dilengkapi kunci yang seragam untuk semua kotak hubung bagi
dan terminal penyambungan kabel.
Kotak hubung bagi seluruhnya harus disambung dengan kabel grounding yang
menggunakan kabel NYA 4 mm dan harus dibungkus dengan konduit. Sedangkan dari
MDF menggunakan kabel NYA 25 mm.
SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/17

1.07.0 Konduit

Konduit yang dipakai adalah konduit PVC dengan diameter dalam minimal 1 1/2 kali
diameter kabel.

1.08.0 Persyaratan Teknik Pemasangan

1 Peralatan

Koordinat tempat setiap peralatan akan ditentukan kemudian. Manual Push Button dan
Indicator Lamp dipasang bersatu dengan hydrant box dan bilamana ada yang berada
diluar hydrant box maka dipasang pada ketinggian 1,5 m dari lantai.
Alarm bell dipasang  0,5 m dibawah plafond atau disesuaikan dengan keadaan
lapangan. Peralatan sistem Fire Alarm ini harus ditanahkan (grounding) dengan
hambatan max. 0,5 ohm. Supply listrik untuk peralatan ini dimasukkan dalam kelompok
Emergency load dari Genset. Jarak grounding antar peralatan elektronika min. 6 m,
sedangkan jarak grounding dengan peralatan elektrikal min. 20 m.

2 Kabel dan Konduit

a. Semua kabel yang dipasang mendatar harus dipasang di kabel tray dan
instalasinya memakai pipa konduit.
b. Semua kabel yang keluar dari rak peralatan ini harus melalui kabel gland dan
memakai flexible conduit. Isolasi antara urat-urat kabel terhadap tanah minimum
20 M ohm.

1.09.0 Kabel Tray / Trunking dan Tangga Kabel

1 Kabel tray harus terbuat dari kabel cage dengan Galvanized finishing lebarnya sesuai
dengan gambar rencana, penyangga terbuat dari bahan besi siku yang digalvanis. Jarak
tiap penyangga tidak boleh lebih dari 1 m.

2 Semua kabel tray dan tangga kabel harus dilengkapi cover.

3 Cara pemasangan kabel trunking / tray harus digantung pada rak beton dengan bunder
berulir (iron rod diameter 10 mm) dengan jarak 1 m.

4 Semua kabel yang keluar masuk kabel tray harus memakai flexible conduit.

5 Pada setiap belokan atau pencabangan bentuk trunking harus dibuat sedemikaian rupa
sehingga belokan kabel sesuai dengan bending yang diperkenankan.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS
FA/18

6 Kabel yang dipasang diatas trunking pada cable ladder harus diklem (diikat) dengan
klem-klem kabel (pengikat / kabel tie)

7 Sebelum pemasangan kabel trunking harus dikoordinasikan terlebih dahulu dengan


instalasi lainnya (AC dan Listrik).

8 Jarak minimum antara kabel tray elektrikal & elektronik adalah 300 mm.

9 Trunking kabel digantung dilantai bangunan dengan dynabolt berukuran 1/2" x 2".

1.10.0 Pengujian

Pengujian terhadap sistem kerja peralatan haruss dilakukan oleh pihak agen tunggal
(authorized) penjualan peralatan tersebut dan pihak tersebut harus menyiapkan
sertifikat pemasangan yang baik dari instansi yang berwenang.
Pengujian terhadap tahanan isolasi kabel kontrol harus dilakukan sesuai dengan PUIL
(Persyaratan Umum Instalasi Listrik).

1.11.0 Produk

Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi.


Pemborong dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan yang
dispesifikasikan Pemborong baru bisa mengganti bila ada persetujuan resmi dan tertulis
dari Direksi.

SP[CAPITOL.JAKPUS].DT.13/WS

Anda mungkin juga menyukai