Anda di halaman 1dari 5

Perang Melawan Siti Aisyah (Perang Jamal)

Penyebab terjadinya perang Jamal atau Perang Unta adalah Perang antara Khalifah
Ali melawan Aisyah. Perang Jamal ini terjadi pada tanggal 11 Jumadil Akhir, 36 H atau
Desember 657 M yang waktunya tidak sampai sehari. Perang ini berasal dari perbedaan
pendapat antara Saidina Ali, Muawiyyah, Thalha, Zubair, dan Aisyah dalam penyelesaian
kasus pembunuhan terhadap Khalifah Usman ibnu Affan. Sebagian sahabat berpendapat
pembunuhan Usman harus di tuntaskan segera, sedangkan Saidina Ali berpendapaat bahwa
pembunuh Khalifah Usman berasal dari berbagai suku dan kabilah, bahkan menurut satu
riwayat jumlahnya mencapai sepuluh ribu orang yang berasal dari Kufah, Basrah, Mesir dan
daerah lainnya. Mereka telah berbaur dengan kaum muslimin lainnya, maka yang terlebih
dahulu harus dilakukan adalah membentuk pemerintah yang kuat setelah itu baru beliau akan
menyelesaikan kasus pembunuhan Khalifah Usman bin Affan. 1

Diketahui bahwasannya asal mula terjadinya perang jamal yaitu karena adanya
perbedaan pendapat mengenai penyelesaian kasus pembunuhan khalifah Utsman bin Affan.

Muawiyah bin Abu Sufyan, seorang Gubernur Syam yang tidak membaiat Ali sebagai
Khalifah. Dia menuntut darah Usman kepada Ali, sedangkan Ali tidak menjadikan masalah
ini sebagai prioritas karena kondisinya yang masih sangat labil. Oleh karenanya, orang-orang
Syam tidak taat lagi kepada Ali, dan Muawiyah memisahkan diri dari kehalifannya. Maka Ali
segera menetapkan untuk memeranginya, berangkatlah Ali beserta pasukan ke Kufah, beliau
telah memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Kufah.2

Ali keluar dari Madinah menuju Kufah dengan membawa sekitar tujuh ratus pasukan
dan pasukan ini menjadi tujuh ribu orang. Sementara itu, penduduk Basrah sedang menunggu
mereka datang dan pasukan mereka mencapai dua puluh ribu orang, sedangkan jumlah
pasukan Aisyah sekitar tiga puluh ribu orang. Pada saat itu juga Aisyah yang disertai oleh
Zubair dan Thalhah serta kaum Muslimin dari Makkah juga menuju Basrah untuk menetap
disana. Mereka sampai disana dan menguasai Basrah. Bahkan mereka berhasil meringkus
para pembunuh Usman, mereka mengirimkan surat ke beberapa wilayah untuk melakukan hal
yang sama. Ali pun mengubah rute perjalanannya dari Syam ke Basrah, kemudian beliau

1
Jansen Rambe, “Problematika Dakwah Pada Masa Ali Bin Abi Thalib” (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, 2017), 26.
2
Syaikh Abdul Husein, Ali bin Abi Thalib Sang Putra Ka’bah (Jakarta: Al-Huda, 2008),103.
mengirimkan beberapa utusan kepada Aisyah dan orang-orang yang bersamanya lalu
menerangkan dampak negatife dari apa yang mereka lakukan. Mereka puas dengan apa yang
dikatakan oleh Ali dan mereka kembali ke tempat untuk melakukan kesepakatan damai.
Keduanya hampir saja melakukan kesepakatan damai, namun Abdullah bin Saba’ beserta
pengikutnya yang menyimpang marasa ketakutan dan mereka berpikir pertempuran harus
terjadi antara kedua pasukan. Kembali mereka menyebarkan api perang di antara kedua
pasukan terlibat pertempuran yang sangat sengit. Ali tidak berhasil menghentikan peperangan
ini.

Akibat adanya beberapa pihak pemerintahan tidak mengakui Ali dan tidak
membaiatnya sebagai khalifah, maka Ali memindahkan pusat pemerintahannya ke Kufah.
Pada saat dalam perjalanan dari Syam, tiba-tiba Ali mengubah rutenya menuju ke Basrah
untuk menerang kan adanya hal negative dari perlakuan Aisah dan thalhah kepada para
pembunuh Utsman.

Menjelang perang jamal, Ali memanggil pasukannya seraya mengingatkan mereka


bahwa Allah telah mewajibkan berjihad untuk menolong agamanya. Ali menyeru para
pengikutnya untuk berjihat melawan orang-orang yang telah ingkar baiat dan berlaku dzalim
terhadap rakyat. Ali berkata kepada para pengikutnya agar bersikap keras kepada mereka
yang berbuat keji, tetapi juga harus tabah dan sabar, hati-hati dan bijaksana. Jika mereka
dikaruniai kekuatan, mereka harus membantu saudara-saudaranya yang lemah. 3

Pertempuran terjadi demikian sengitnya di depan Unta yang membawa tandu Aisyah,
pasukan Basrah kalah dalam peperangan ini. Ali memperlakukan Aisyah dengan baik dan
mengembalikannya ke Makkah. Pada perang Jamal ini banyak kaum muslimin yang
terbunuh, sebagian sejarawan menyebutkan ada sekitar sepuluh ribu orang yang terbunuh.4

Perang Jamal adalah perang yang pertama kali terjadi antara sesama kaum muslimin.
Peperangan ini merupakan salah satu tragedi yang paling menyedihkan dalam sejarah umat
Islam yang sebelumnya tidak pernah terjadi hari seburuk ini karena Ali bertempur melawan
Aisyah yang tidak lain adalah istri dari Rasulullah sekaligus ibu martuanya. Selain itu juga
dua sahabat Nabi yaitu Thalhah dan Zubair yang gugur dalam peperangan itu.

3
Ita Ristiana, Dakwah Khalifah Ali Dalam Konteks Politik, Jurnal Dakwah, Vol. IX, No. 02, (Juli-Desember,
2008), 171-172.
4
Jansen Rambe, 108.
Dari pembahasan diatas telah diketahui bahwa pertempuran terjadi antara sahabat Ali
dan Siti Aisyah. Dimana pada saat itu Siti Aisyah mengendarai unta, oleh sebab itu di sebut
dengan perang Jamal.

Kemajuan Dan Ekspansi Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib

1. Pergantian Pejabat Pemerintah


Salah satu penyebab utama munculnya reaksi protes dari kalangan pemberontak
terhadap Khalifah Utsman adalah ketidaksukaan mereka terhadap kebijakan Utsman
mengangkat para pejabat yang berasal dari keluarganya. Terlebih lagi, mereka menganggap
bahwa pejabat-pejabat itulah yang telah memicu munculnya gerakan pemberontakan. Oleh
karena itu, kebijakan pertama yang diambil Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah
melenyapkan bibit reaksi masyarakat, yaitu dengan memberhentikan pejabat-pejabat yang
tidak disenangi kaum muslimin. Berikut ini beberapa nama gubernur yang diangkat sebagai
pengganti pejabat di masa Utsman bin Affan: 5
a. Sahl bin Hanif sebagai Gubernur Syria.
b. Umrah bin Shihab sebagai Gubernur Kufah.
c. Utsman bin Hanif sebagai Gubernur Basrah.
d. Ubaidah bin Abbas sebagai Gubernur Yaman.
e. Qais bin Sa'ad sebagai Gubernur Mesir.

Selain itu, Khalifah Ali juga mengangkat beberapa pejabat sebagai berikut:

a. Abdullah bin Arqam sebagai Pejabat Perbendaharaan Negara (Baitul-Mal).


b. Zaid bin Tsabit sebagai Kepala Sekretariat Negara (Ad-Dawawin).
c. Qutsam bin Abbas sebagai Kepala Daerah (Al-Amil) Makkah AlMukarramah.
d. Tammam bin Abbas sebagai Kepala Daerah (Al-Amil) Madinah Al-Munawwarah.

Argumentasi: adanya kebijakan penggantian beberapa pejabat dikarenakan para


pejabat tersebut diduga sebagai provokator dalam pemberontakan.

2. Penarikan Tanah Milik Negara


Selama pemerintahan Utsman bin Affan, banyak para pejabat yang menguasai harta
negara. Saat itu, mereka memang diberi beragam fasilitas oleh khalifah. Tidak sedikit dari

5
Kebijakan Dan Prestasi Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Sejarah Islam, 2019,
https://pelajaransejarahislam.blogspot.com/2019/05/kebijakan-dan-prestasi-khalifah-ali-bin.html, diakses pada
tanggal 20 September 2022.
mereka yang hidup mewah, bergelimang harta benda. Sejalan dengan itu, Khalifah Ali bin
Abi Thalib mengambil kebijakan untuk menarik semua harta yang dianggap menjadi milik
negara. Hal itu sengaja dilakukan oleh khalifah untuk membersihkan pemerintahannya.
Kebijakan ini dilakukan sebab ada hubungannya dengan kebijakan pertama, dimana
ada beberapa pejabat yang di ganti dan diturunkan dari jabatannya. Maka kebijakan ini
merupakan penarikan atau penyitaan investasi para pejanbat tersebut.

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Kebijakan Ali bin Abi Thalib dalam bidang ini mencerminkan sedemikian tingginya
kecintaan beliau terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Menurutnya, dengan daerah
kekuasaan yang semakin luas, tentunya banyak Wilayah yang tidak mengerti bahasa Arab.
Padahal ajaran Islam disampaikan dengan menggunakan bahasa Arab. Keprihatinan inilah
yang kemudian mendorong khalifah untuk mensistematisasikan bahasa Arab. Dalam
pelaksanaannya, Abu Al-Aswad Ad-Duali diperintahkan untuk memberikan tanda baca
pada huruf-huruf Arab. Selain itu, dia juga diperintah untuk menulis buku yang berisi
pokok-pokok pikiran ilmu Nahwu (kaidah bahasa Arab). Dengan demikian, kaum
Muslimin yang bukan berasal dari bangsa Arab juga mampu mempelajari Al-Qur'an dan
Hadis Rasulullah saw. dengan baik. Untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
Khalifah Ali juga membangun dan menata sebuah kota baru di Kufah. Kota itulah yang
akhirnya dijadikan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, seperti Nahwu, Tafsir,
Hadis, dan sebagainya.
Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib, beliau mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan memberikan tanda baca pada huruf-huruf Arab, ilmu Nahwu (kaidah
bahasa Arab), Tafsir dan Hadis.6

4. Memperbaiki dan membenahi sistem keuangan negara


Khalifah Ali bin Abi Thalib melihat para kerabat Utsman bin Affan memperoleh
banyak sekali macam sarana dan prasarana pemerintahan. Maka dari itu Ali bin Abi Thalib
bertanggung jawab biar hal tersebut tak terjadi lagi, maka ia menyita seluruh harta
kekayaan para pejabat itu dan disimpan di Baitul Mal.
Akibat kebijakannya itu ia menerima kontradiksi dan perlawanan dari para mantan
penguasa yang masih kerabat Utsman bin Affan, para mantan pejabat itu berusaha
6
Ibid,.
menghasut rakyat biar menentang dan memberontak terhadap pemerintahan sah Ali bin Abi
Thalib, dengan adanya gerakan ibarat itu maka terjadilah peperangan sesama kaum
muslimin, peperangan itu dinamakan perang Jamal dan perang Shiffin.7

7
Prestasi Ali Bin Abi Thalib Selama Menjadi Khalifah,Tarikh, 2020,
https://edu.paperplane-tm.site/2020/06/prestasi-ali-bin-abi-thalib-selama.html , diakses pada tanggal 21
September 2022.

Anda mungkin juga menyukai