Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK ANALISIS TANAH DAN TANAMAN


“PENGUJIAN KADAR AIR”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Teknik Analisis Tanah
dan Tanaman

Disusun Oleh :
Nama : Ahmad Maliki Homsa Jaya (4442200075)
Alliva Zahra Jiedny (4442200175)
Kelas : 7A
Kelompok : 1 (Satu)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pengujian Kadar Air”
dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan praktikum ini
disusun berdasarkan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber bacaan.
Sehubungan dengan penyelesaian laporan praktikum ini, tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dikarenakan
kurangnya pengetahuan penulis mengenai pembuatan laporan praktikum. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Putra
Utama, SP., MP dan Endang Sulistyorini, S.P., M.Si selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Teknik Analisis Tanah dan Tanaman. Ucapan terima kasih juga diucapkan
untuk Saudari Noufah Kamilah selaku Asisten Laboratorium Praktikum Teknik
Analisis Tanah dan Tanaman.
Demikian laporan praktikum yang telah penulis buat ini. Penulis menyadari
bahwa laporan praktikum ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan praktikum ini dapat
lebih disempurnakan. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Serang, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Tujuan....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah .....................................................................................................2
2.2. Kadar Air Tanah ....................................................................................2
2.3. Metode Pengujian Kadar Air Tanah......................................................3
2.3.1. Metode Gravimetrik.....................................................................4
2.3.2. Metode Volumetrik ......................................................................6
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................8
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................8
3.3. Cara Kerja .............................................................................................8
BAB IV HASIL PENGAMATAN
4.1. Hasil ......................................................................................................9
4.2. Pembahasan ...........................................................................................9
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan..............................................................................................14
5.2. Saran ....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................15
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Nilai Klasifikasi KA ...............................................................................3


Gambar 2. Metode Gravimetrik ...............................................................................5
Gambar 3. Metode Volumetrik ................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah airyang ada
dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata,
biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen
adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan
yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara
permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Buckman dan
Brady, 2013).
Kadar air dinyatakan dalam % volume, yaitu persentase volume tanah. Cara
ini memberikan keuntungan karena dapat memberikan gambaran terhadap
ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tertentu. Cara penentuan kadar air
dapat digolongkan dalam cara Gravimetrik, tegangan dan hisapan, tumbuhan, listrik
serta pembaruan neutron. Cara Gravimetrik merupakan cara yang paling umum
dipakai dimana dengan cara ini tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu
100ºC-150ºC untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena proses pengeringan
tersebut merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah. (Hakim,et al.,
2019).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian kadar air dari suatu sampel
tanah. Setelah pembelajaran di dalam kelas secara teori mengenai kadar air, maka
untuk mengetahui cara menentukan kadar air tersebut maka dilakukan
pembelajaran melalui praktikum di laboratorium.

1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka disusunlah tujuan dari praktikum
ini untuk mengetahui kadar air tanah menggunakan metode gravimetric.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah
Tanah merupakan bagian terpenting bagi sumber daya alam manusia,
terlebih dari itu tanah juga menjadi sumber kehidupan bagi manusia, disamping
untuk menjadi tempat tinggal tanah juga dapat di pergunakan untuk mencari
pendapatan dari hasil yang di tanam dari tanah tersebut dalam arti lain dapat di
jadikan nilai ekonomis (Rayes, 2017).
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan
media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu
menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari
bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan (Guntur, et al., 2014).

2.2. Kadar Air Tanah


Air mengendalikan hampir seluruh proses fisik, kimia, dan biologi yang
terjadi di dalam tanah. Air dalam tanah berperan sebagai pelarut dan agen
pengikat antar partikel-partikel tanah, yang selanjutnya berpengaruh terhadap
stabilitas struktur dan kekuatan tanah serta bahan geologik. Secara kimia, air
berperan sebagai agen pengangkut zat terlarut dan suspensi yang terlibat dalam
perkembangan tanah dan degradasi. Dengan melalui pengaruhnya pada hampir
semua proses kimia dan fisik aalami, seluruh proses kehidupan tergantung air
tanah. Produksi biologi dalam tanah, juga produksi hutan dan tanaman pertanian
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, yang pada gilirannya tergantung sifat-sifat
tanah dan kandungan air di dalam tanah (Novrianti, et al., 2022).
Teknik pengukuran kadar air tanah diklasifikasikan ke dalam dua cara, yaitu
langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung adalah berupa
pemisahan air dari matrik tanah dan pengukuran langsung dari jumlah air yang

2
dipisahkan tersebut. Pemisahan air dari matriks tanah dapat dicapai melalui: (1)
pemanasan; (2) ekstraksi dan penggantian oleh larutan; atau (3) reaksi kimia.
Jumlah air yang dipisahkan ditentukan dengan: (1) mengukur perubahan
massa/berat setelah pemanasan dan (2) pengukuran kuantitatif dari hasil reaksi
(Novrianti, et al., 2022).
Pemisahan air dengan pemanasan biasa disebut dengan metode gravimetrik,
dan merupakan metode pengukuran secara. Metode tidak langsung adalah dengan
mengukur beberapa sifat fisik atau kimia tanah yang berhubungan dengan kadar air
tanah. Sifat ini meliputi konstanta dielektrik (permitivity relative), konduktivitas
elektrik, kapasitas panas, kandungan ion H, dan kepekaan magnetik. Berlawanan
dengan metode langsung, metode tidak langsung bersifat lebih tidak merusak atau
nondestruktif, sehingga kandungan air dalam contoh tidak berubah selama
pengukuran. Akurasi dan ketepatandari metode ini tergantung kepada kedekatan
hubungan antara sifat yang diukur dan kadar air volumetrik (θv) (Novrianti, et al.,
2022).

2.3. Metode Pengujian Kadar Air Tanah

Gambar 1. Nilai Klasifikasi KA

Kadar air tanah dinyatakan sebagai perbandingan antara massa/berat


air yang ada dalam contoh sebelum pengeringan dan massa/berat contoh
setelah dikeringkan sampai mencapai massa/berat yang tetap pada 105ºC. Sebagai
alternatif, volume air yang ada pada satu unit volume dapat dijadikan ukuran
kandungan air tanah. Oleh karenanya, ikuran kandungan air tanah yang biasa
digunakan dalam studi-studi tanah adalah perbandingan tanpa dimensi atau

3
persentase, sehingga membuat definisi gravimetrik dan volumetrik menjadi tidak
sama (Sormin dan Junaedi, 2017).
Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui
pengukuran perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak
langsung melalui pengukuran sifat-sifat kain yang berhubungan erat.Dengan
demikian,penting untuk menyatakan kandungan air tanah secara spesifik,
apakah berdasarkan perbandingan dua massa (gravimetrik) atau dua volume
(volumetrik) (Novrianti, et al., 2022).

2.3.1. Metode Gravimetrik


Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu
unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa
gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil
yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-
unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan berbagai cara, seperti
: metode pengendapan; metode penguapan; metode elektroanalisis; atau
berbagai macam cara lainya. Pada prakteknya 2 metode pertama adalah yang
terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya
pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor pengoreksi
dapat digunakan (Khopkar, 2012).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif, berdasarkan berat tetap
(berat konstannya). Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis
dipisahkan dan sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis
gravimetri menyangkut perubahan usor atau gugus senyawa yang dianalisis
menjadi senyawa lain yang mumi dan mantap (stabil), sehingga dapat
diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya
dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya (Gandjar, 2017).
Metoda gravimeteri adalah suatu metoda analisis secara kuantitatif
yang berdasarkan pada prinsip penimbangan. Analisis gravimetric digunakan

4
pada beberapa bidang diantaranya untuk mengetahui suatu spesies senyawa
dan kandungan-kandungan unsure tertentu/molekul dari suatu senyawa murni
yang diketahui berdasarkan pada perubahan berat. Analisis kandungan air
didalam uranium oksida dengan metoda gravimetri (ASTM C-696)
menggunakan alat microprocessor oven. Air terserap secara fisika oleh suatu
bahan padat dan bukan membentuk ikatan kimia dalam suatu bahan dapat
dilepaskan lagi dengan cara membentuk uap. Pelepasan air ini sangat
tergantung pada suhu dan waktu (Okdayani, 2010).

Gambar 2. Metode Gravimetrik

Metode gravimetrik adalah metode yang paling sederhana


secarakonseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada
prinsipnyamencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang
contoh tanahsebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu 105 – 110ºC dalam
oven.Hasilnya dinyatakan dalam presentase air dalam tanah, yang
dapatdiekspresikan dalam presentase terhadap berat kering, berat basah
atauterhadap volume. Masing-masing dari presentase berat ini dapat
dihitungdengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Haridjaja et al.,
2013):
1. % H2O berat kering = (berat H2O/ berat tanah kering oven) x 100%
2. % H2O berat basah = (berat H2O/ berat basah tanah) x 100%
3. % H2O volume = % H2O berat kering x BD (bulk density)
Air ditahan oleh komponen tanah pada kisaran energi yang lebar
dan tidak ada waktu yang pasti pada level energi yang mana, tanah

5
mencapai kondisi kering ketika suhu mencapai 105ºC. Contoh tanah terus
menurun massanya secara perlahan-lahan pada 105ºC untuk beberapa hari.
Selain itu, beberapa contoh tanah mengandung bahan organik yang
sebagian tervolatilisasi pada suhu 105ºC. Jadi penurunan massa, mungkin
disebabkan oleh volatilisasi dari komponen bukan air. Dengan demikian, ada
masalah pengendalian suhu, meskipun oven pengering yang digunakan
pada hampir semua laboratorium dapat mempertahankan suhu pada kisaran
100-110ºC. Suhu dalam oven bervariasi tergantung pada lokasi dalam ruang
oven. Hal ini menyebabkan suhu aktual tanah tidak terukur, dan variasi ini
menyebabkan pemanasan yang berbeda antara contoh tanah yang
ditempatkan pada oven yang sama pada waktu yang sama (Haridjaja et al.,
2013),
Selain ketidak sempurnaan ini, metode oven pengering
merupakan metode yang tepat atau yang paling baik untuk menghasilkan data
kadar air tanah. Metode ini bisa digunakan baik di laboratorium maupun
di lapangan.

2.3.2. Metode Volumetrik

Gambar 3. Metode Volumetrik

Kadar air volumetrik, θ, didefinisikan sebagai volume air dibagi dengan


total volume yang mencakup volume tanah, volume air, dan volume udara
(Sormin dan Junaedi, 2017).
Kadar air volumetrik dapat dikonversikan dengan mudah menjadi cara
yang biasa digunakan untuk kadar air media, kejenuhan, yang dinyatakan

6
sebagai rasio kejenuhan, derajat kejenuhan atau kejenuhan relatif. Sifat
ini menggambarkan perbandingan kadar air volumetrik terukur terhadap
kadar air dalam keadaan jenuh (θs). Pada keadaan jenuh, kadar air sama
dengan porositas. Oleh karena itu, derajat kejenuhan menggambarkan
fraksi ruang pori yang terisi air dengan kisaran 0-1. Kejenuhan efektif
(Se), diperhitungkan untuk kadar air residual (θr) (Sormin dan Junaedi, 2017).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 25 September 2023 pada pukul
13.00 WIB sampai dengan pukul 14.40 WIB di Laboratorium Tanah dan
Agroklimat Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Lantai 1,
Jl.Raya Jakarta Km. 4, Pakupatan, Serang, Banten.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu cawan porselen, oven,
desikator, timbangan analitik, dan tanah 5 gr.

3.3. Cara Kerja


Adapun prosedur uji kadar air tanah yaitu sebagai berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan pengujian kadar air.
2. Dimasukkan cawan porselen ke dalam oven yang bersuhu 105ºC selama
3. ± 30 menit.
4. Dimasukkan cawan yang sudah di oven tersebut ke dalam desikator selama ±
5 menit.
3. Ditimbang bobot cawan dengan menggunakan timbangan analiatik,
kemudian di catat hasilnya.
4. Ditimbang sampel tanah sebanyak 5 gram, kemudian di masukkan sampel
tanah tersebut ke dalam cawan porselen.
5. Dimasukkan cawan+sampel tanah tersebut ke dalam oven bersuhu 105ºC.
6. Dikeluarkan sampel tanah yang dari oven dan di timbang bobot
cawan+sampelnya.
7. Dimasukkan kembali cawan+sampel tanah ke dalam oven.Proses ini
dilakukan sampai bobot sampel menjadi konstan.
5. Dihitung bobot sampel 105°C dan bobot kadar airnya.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Uji Kadar Air Tanah
Kadar Air Faktor
Cawan + Tanah Cawan + Tutup BKM Kadar Korelasi
Tutup (gr) dan Tanah Kadar Air (%) Kadar
105°C (gr) 105°C (gr) Air Air (%)
KK1 39,7753 9,9417 49,0720 9,2967 6,9379 1,0745
KK2 39,9294 9,9444 49,0488 9,1194 9,0466 1,0995
KK3 38,6454 9,9904 47,9964 9,3510 6,8378 1,0734
C1 39,2942 9,9989 49,0411 9,7469 2,5854 1,0265
C2 41,1601 9,9990 50,9042 9,7441 2,6159 1,0269
C3 40,3539 9,9975 50,0924 9,7385 2,6339 1,0271
Keterangan:
KK1 = Sampel Tanah Karang Kitri 1
KK2 = Sampel Tanah Karang Kitri 2
KK3 = Sampel Tanah Karang Kitri 3
C1 = Sampel Tanah Cilegon 1
C2 = Sampel Tanah Cilegon 2
C3 = Sampel Tanah Cilegon 3

4.2. Pembahasan
Pada praktikum uji kadar air tanah kali ini dilakukan menggunakan 6 sampel
tanah (3 Karang Kitri dan 3 Cilegon). Sampel tanah disiapkan masing-masing 10
gr, namun karena sulitnya menimbang tanah 10 gr, maka diperbolehkan untuk
menyiapkan sampel mendekati dari angka 10 gr. Masing-masing berat sampel
yaitu: KK1 = 9,9417 gr ; KK2 = 9,9444 gr; KK3 = 9,9904 gr; C1 = 9,9989 gr; C2
= 9,9990 gr; dan C3 = 9,9975 gr.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menghilangkan kadar air yang
ada pada cawan menggunakan oven dan juga desikator. Oven akan mengeringkan

9
kandungan air dalam cawan dengan cara penguapan, hal ini sesuai dengan
pernyataan Ririn (2016) dimana dijelaskan bahwa Oven laboratorium digunakan
untuk memanaskan bahan kimia, sterilisasi, annealing, evaporasi, dan berbagai
proses pengujian di laboratorium. Sedangkan desikator akan menyempurnakan
pengeringan sebab desikator digunakan untuk menghilangkan kelembaban dari
suatu bahan atau zat. Setelah cawan dibebaskan dari kandungan air, maka
didapatkan nilai cawan 105ºC untuk menghitung BKM dengan nilai masing-masing
yaitu: KK1 = 39,7753; KK2 = 39,9294; KK3 = 38,6454; C1 = 39,2942; C2 =
41,1601; dan C3 = 40,3539.
Kemudian masing-masing sampel dimasukkan sesuai dengan label cawan.
Kemudian cawan yang sudah berisi tanah tersebut dipanaskan di dalam oven selama
24 jam dengan suhu 105ºC. Air yang hilang karena pengeringan merupakan
sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Setelah dikeringkan, maka
cawan + sampel tanah 105ºC kemudian ditimbang menggunakan timbangan
analitik dan dicatat. Diperoleh hasil: KK1 = 49,0720 gr; KK2 = 49,0488 gr; KK3 =
47,9964 gr; C1 = 49,0411 gr; C2 = 50,9042 gr; dan C3 = 50,0924 gr. Nilai ini akan
digunakan untuk mencari BKM.
Menurut Sormin dan Junaedi (2017), BKM (Bobot Kering Mutlak)
ditentukan dengan cara menimbang berat keringnya dan BKN (bobot kering nisbi).
Pada praktikum ini, BKM dihitung dengan cara mengurangi (cawan+tanah 105ºC)
dengan cawan 105ºC. Dengan cara ini maka akan didapatkan bobot tanah kering
masing-masing sampel yang nantinya akan dipakai pada perhitungan persentase
kadar air.
Brendan (2014) mengatakan bahwa kadar air kering untuk menghilangkan air
pada tanah membutuhkan suhu oven pada kisaran 100ºC – 110 ºC. Penggunaan
suhu oven yang seperti itu mengakibatkan tanah menjadi lebih stabil untuk
menghitung kadar air mutlak. Kadar air dinyatakan dalam % volume, yaitu
persentase volume tanah. Cara ini memberikan keuntungan karena dapat
memberikan gambaran terhadap ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume
tertentu.

10
Penjelasan mengenai persentase kadar air juga dinyatakan oleh Haridjaja et
al. (2013), dimana tingkat kadar air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah atau
bisa dikatakan berkaitan erat. Pada tanah yang bertekstur liat kadar air tanahnya
terbilang tinggi yaitu mencapai 50% karena tanah liat mempunyai kemampuan
besar dalam menahan air. Pada tanah yang bertekstur lempung kadar airnya cukup
tinggi juga yaitu mencapai 40% karena mampu menahan air dengan baik. Namun,
pada tanah yang bertekstur pasir kadar airnya rendah yaitu sekitar 15% karena
pasir tidak mempunyai kemampuan besar dalam menahan air. Dari ketiga
tekstur tanah tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin halus teksturnya maka
kemampuan menahan airnya semakin besar.
Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan perhitungan maka semua sampel tanah
yang dihitung memiliki karakteristik yang sulit menahan air. Selain itu kadar air
juga dipengaruhi oleh komponen tanah, hal ini dijelaskan oleh Okdayani (2010).
Pertama, terdapat hubungan antara kadar air dengan mineral penyusunt tanah.
Tanah yang memiliki kandungan mineral tinggi akan bertekstur lebih padat dan
pori-porinya lebih halus sehingga daya pegang airnya tinggi dan berakibat
pada kadar air yang tinggi juga. Selanjutnya, pengaruh komponen udara pada tanah
terhadap kadar air. Jika komposisi udara dalam tanah tinggi artinya pori-pori
bertekstur kasar yang mengakibatkan daya pegang air rendah, dan sebaliknya.
Komponen selanjutnya yang berpengaruh terhadap kadar air tanah adalah bahan
organik. Pada bahan organik yang mudah lapuk atau mengalami dekomposisi,
bahan tersebut akan menyediakan unsur hara yang cukup untuk tanah, tetapi tidak
memiliki daya tahan air yang baik, juga sebaliknya. Kemudian, terdapat
pengaruh proses pembentukan tanah terhadap tingkat kadar air. Pada tanah yang
terbentuk karena pelapukan fisik, apabila pelapukan tersebut disebabkan oleh
suhu maka kandungan mineral dalam tanah nantinya akan tinggi. Pada proses
pelapukan kimia, kandungan mineral akan akan hancur atau berkurang sehingga
daya tahan air rendah atau tingkat kadar airnya akan tinggi. Kemudian, pada
proses pelunakan struktur yang menyebabkan air dan udara akan masuk ke dalam
pori-pori tanah. Pada proses ini bergantung pada komposisi mana yang lebih
dominan, apabila komposisi udara lebih tinggi kadar air akan rendah karena daya
pegang air rendah, dan begitu sebaliknya.

11
Kadar air tanah dihitung dengan cara BKU dikurangi BKM lalu dibagi BKM,
sampai rumus ini kita akan mendapatkan jumlah kehilangan air hasil penguapan
melalui oven. Karena kadar air memiliki satuan persen (%), maka hasil tersebut
dikalikan dengan angka 100. Didapatkanlah nilai masing-masing kadar air sebesar:
KK1 = 6,9379% ; KK2 = 9,0466% ; KK3 = 6,8378% ; C1 = 2,5854% ; C2 =
2,6159% ; dan C3 = 2,6339%. Dapat dilihat bahwa persentase dari sampel tanah
Karang Kitri lebih besar dengan nilai rata-rata KA yaitu 7,6074% dibandingkan
sampel tanah Cilegon yang bernilai rata-rata KA sebesar 2,6117%. Hasil inilah
yang dapat menggambarkan kondisi kadar air tanah pada suatu lokasi. Dilihat dari
tabel klasifikasi nilai tanah pada bagian tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan
bahwa kadar air tanah karang kitri tergolong kering, sedangkan untuk sampel tanah
cilegon tergolong pada tanah sangat kering.
Kondisi kadar air tanah ini dijelaskan oleh Haridjaja et al. (2013), dimana
kekurangan air bagi tanaman dapat menyebabkan aktivitas proses aktivitas dan
biologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan
air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya akan menyebabkan kematian
pada tanaman karena jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi dengan baik.
Jika terjadi hal ini, maka perlu dilakukan penyiraman yang intens melalui irigasi
dan drainase yang baik serta melakukan peningkatan porositas tanah. Sedangkan
kelebihan air pada tanaman akan menyebabkan permukaan tanah tempat tanaman
hidup akan lembab karena kelebihan air, keaadaan lembab tersebut akan
memunculkan mikro organisme jamur yang akan mengakibatkan tumbuhnya
penyakit bagi tanaman.
Tahap selanjutnya yaitu mencari factor koreksi. Menurut Rambu (2018),
rumus faktor koreksi adalah rumus matematika yang digunakan untuk
memperhitungkan perbedaan antara nilai sebenarnya dan nilai yang terukur. Dalam
pengukuran, seringkali terjadi kesalahan atau ketidakakuratan dalam pengambilan
data. Oleh karena itu, rumus faktor koreksi digunakan untuk memperhitungkan nilai
yang sebenarnya berdasarkan nilai yang terukur. Dengan menggunakan faktor
koreksi ini, Anda dapat memperhitungkan nilai yang sebenarnya berdasarkan nilai
yang terukur. Nilai Sebenarnya = Nilai Terukur x Faktor Koreksi. Dapat penulis
simpulkan bahwa semakin kecil nilai faktor koreksi berartikan bahwa tingkat

12
ketidakpastian semakin kecil. Faktor koreksi masing-masing sampel yaitu: KK1 =
1,0745 ; KK2 = 1,0995 ; KK3 = 1,0734 ; C1 = 1,0265 ; C2 = 1,0269 ; dan C3 =
1,0271. Hal ini diperkuat kembali oleh Christianti yang menyatakan bahwa sumber
ketidakpastian bisa disebabkan oleh standar atau acuan, benda ukur, peralatan,
metode pengukuran, kondisi lingkungan, dan personil pelaku pengukuran. Selain
itu factor koreksi juga akan digunakan untuk kegiatan praktikum selanjutnya, hal
ini selaras dengan pernyataan Ramadan et al., (2016) yang menyatakan bahwa
faktor koreksi kadar air akan digunakan untuk menganalisis kadar Nitrogen dan
posforus.

13
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Kandungan air dalam tanah bersifat dinamis dan memainkan peranan penting
dalam produksi tanaman. Sehingga, hal tersebut menjadi salah satu penentu
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, penentuan kadar air tanah secara berkala,
akurat dan cepat sangat diperlukan. Metode yang paling umum dan akurat serta
merupakan metode langsung (direct technique) untuk menentukan kadar air tanah
adalah metode gravimetri. Persentase dari sampel tanah Karang Kitri lebih besar
dengan nilai rata-rata KA yaitu 7,6074% dibandingkan sampel tanah Cilegon yang
bernilai rata-rata KA sebesar 2,6117%. Hasil inilah yang dapat menggambarkan
kondisi kadar air tanah pada suatu lokasi. Dilihat dari tabel klasifikasi nilai tanah
pada bagian tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa kadar air tanah
karang kitri tergolong kering, sedangkan untuk sampel tanah cilegon tergolong pada
tanah sangat kering. Kondisi kekurangan air bagi tanaman dapat menyebabkan
aktivitas proses aktivitas dan biologis tanaman terhambat bahkan tidak akan
berjalan, tanaman yang kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu dan
akhirnya akan menyebabkan kematian pada tanaman karena jaringan-jaringan
tanaman tidak lagi berfungsi dengan baik. Jika terjadi hal ini, maka perlu dilakukan
penyiraman yang intens melalui irigasi dan drainase yang baik serta melakukan
peningkatan porositas tanah.

5.2. Saran
Pada proses berjalannya praktikum, praktikan diharapkan lebih kondusif agar
kegiatan berjalan dengan lebih efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Selain itu, pada saat praktikum seharusnya dilakukan telaah teori
maupun prosedur kembali sehingga tidak ada pengulangan praktikum yang
menyebabkan kekeliruan pendataan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara.
Gandjar, I.G, and Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Guntur Ompusunggu, Hardy Guchi, Razali Razali. 2016. Pemetaan Status C-
Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Agroekoteknologi, Vol 4(1): 1830 -
1837.
Hakim, Dani Lukman. 2019. Ensiklopedi Jenis Tanah di Dunia. Sidoharjo: Uwais
Inspirasi Indonesia.
Haridjaja, O., Baskoro, D. P. T., & Setianingsih, M. 2013. Perbedaan nilai kadar air
kapasitas lapang berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas, dan
Pressure Plate pada berbagai tekstur tanah dan hubungannya dengan
pertumbuhan bunga matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan, Vol. 15(2): 52-59.
Irnia Nurika, Nur Hidayat, Isti Purwaningsih. 2019. The Enhancement Of
Production Capacity And Quality Of Organic Fertilizer Through
Implementation Of Grinding And Sieving Machines. BIOSOIL, Vol 5(1):
811 -818.
Khopkar S. Konsep Dasar Kimia Analitik. 1st ed. 2012. Jakarta: UI Press.
Novrianti, Moh. Bisri, Sri Wahyuni, Donny Harisuseno. 2021. Karakteristik dan
Kadar Air (Gravimetri) Gambut Daerah Sebangau Kota Palangkaraya.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2021 (SENASTIKA 2022)
Universitas Islam Kalimantan MAB ISBN : 978-623-7583-57-8.
Okdayani, Yoskasih. 2010. Penentuan Kadar Air Dalam Serbuk UO2 Dengan
Metoda Gravimetri. Hasil-Hasil Penelitian EBN. Vol.12(7): 57-74.
Ramadhan, Sofyan, Vanny M. A. Tiwow, dan Irwan Said. 2016. Analisis Kadar
Unsur Nitrogen (N) Dan Posforus (P) Dalam Lamun (Enhalus acoroides) Di

15
Wilayah Perairan Pesisir Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala. J. Akademika Kim. Vol 5(1): 37-43.
Rambu Kawurung. 2018. Analisis dan Penentuan Faktor Koreksi Dosis Serap pada
Medium Solid Water Phantom Terhadap Water Phantom. Oyang Dolaresy,
Vol. 15(1): 31 – 38.
Rayes, Mochtar Luthfi. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Ririn, Andriani. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk
Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi, Vol.1(1): 19 – 25.
Sormin, Fernando dan Ahmad Junaedi. 2017. Manajemen Pengendalian Gulma
Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan
Sumatera Utara. Bul. Agrohorti 5 (1) : 137 –145.

16
LAMPIRAN HITUNG

2
3
LAMPIRAN

Desikator Cawan Pengovenan Cawan Penimbangan BKU

Oven Cawan+Sampel Penimbangan


Cawan+Sampel 105°C

Anda mungkin juga menyukai