KLP 1 Uji Kadar Air Tanah
KLP 1 Uji Kadar Air Tanah
Disusun Oleh :
Nama : Ahmad Maliki Homsa Jaya (4442200075)
Alliva Zahra Jiedny (4442200175)
Kelas : 7A
Kelompok : 1 (Satu)
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “Pengujian Kadar Air”
dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Laporan praktikum ini
disusun berdasarkan pengumpulan data dan informasi dari berbagai sumber bacaan.
Sehubungan dengan penyelesaian laporan praktikum ini, tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dikarenakan
kurangnya pengetahuan penulis mengenai pembuatan laporan praktikum. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Putra
Utama, SP., MP dan Endang Sulistyorini, S.P., M.Si selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Teknik Analisis Tanah dan Tanaman. Ucapan terima kasih juga diucapkan
untuk Saudari Noufah Kamilah selaku Asisten Laboratorium Praktikum Teknik
Analisis Tanah dan Tanaman.
Demikian laporan praktikum yang telah penulis buat ini. Penulis menyadari
bahwa laporan praktikum ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan praktikum ini dapat
lebih disempurnakan. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka disusunlah tujuan dari praktikum
ini untuk mengetahui kadar air tanah menggunakan metode gravimetric.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah
Tanah merupakan bagian terpenting bagi sumber daya alam manusia,
terlebih dari itu tanah juga menjadi sumber kehidupan bagi manusia, disamping
untuk menjadi tempat tinggal tanah juga dapat di pergunakan untuk mencari
pendapatan dari hasil yang di tanam dari tanah tersebut dalam arti lain dapat di
jadikan nilai ekonomis (Rayes, 2017).
Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah
mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh
suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan
media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu
menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari
bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan (Guntur, et al., 2014).
2
dipisahkan tersebut. Pemisahan air dari matriks tanah dapat dicapai melalui: (1)
pemanasan; (2) ekstraksi dan penggantian oleh larutan; atau (3) reaksi kimia.
Jumlah air yang dipisahkan ditentukan dengan: (1) mengukur perubahan
massa/berat setelah pemanasan dan (2) pengukuran kuantitatif dari hasil reaksi
(Novrianti, et al., 2022).
Pemisahan air dengan pemanasan biasa disebut dengan metode gravimetrik,
dan merupakan metode pengukuran secara. Metode tidak langsung adalah dengan
mengukur beberapa sifat fisik atau kimia tanah yang berhubungan dengan kadar air
tanah. Sifat ini meliputi konstanta dielektrik (permitivity relative), konduktivitas
elektrik, kapasitas panas, kandungan ion H, dan kepekaan magnetik. Berlawanan
dengan metode langsung, metode tidak langsung bersifat lebih tidak merusak atau
nondestruktif, sehingga kandungan air dalam contoh tidak berubah selama
pengukuran. Akurasi dan ketepatandari metode ini tergantung kepada kedekatan
hubungan antara sifat yang diukur dan kadar air volumetrik (θv) (Novrianti, et al.,
2022).
3
persentase, sehingga membuat definisi gravimetrik dan volumetrik menjadi tidak
sama (Sormin dan Junaedi, 2017).
Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui
pengukuran perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak
langsung melalui pengukuran sifat-sifat kain yang berhubungan erat.Dengan
demikian,penting untuk menyatakan kandungan air tanah secara spesifik,
apakah berdasarkan perbandingan dua massa (gravimetrik) atau dua volume
(volumetrik) (Novrianti, et al., 2022).
4
pada beberapa bidang diantaranya untuk mengetahui suatu spesies senyawa
dan kandungan-kandungan unsure tertentu/molekul dari suatu senyawa murni
yang diketahui berdasarkan pada perubahan berat. Analisis kandungan air
didalam uranium oksida dengan metoda gravimetri (ASTM C-696)
menggunakan alat microprocessor oven. Air terserap secara fisika oleh suatu
bahan padat dan bukan membentuk ikatan kimia dalam suatu bahan dapat
dilepaskan lagi dengan cara membentuk uap. Pelepasan air ini sangat
tergantung pada suhu dan waktu (Okdayani, 2010).
5
mencapai kondisi kering ketika suhu mencapai 105ºC. Contoh tanah terus
menurun massanya secara perlahan-lahan pada 105ºC untuk beberapa hari.
Selain itu, beberapa contoh tanah mengandung bahan organik yang
sebagian tervolatilisasi pada suhu 105ºC. Jadi penurunan massa, mungkin
disebabkan oleh volatilisasi dari komponen bukan air. Dengan demikian, ada
masalah pengendalian suhu, meskipun oven pengering yang digunakan
pada hampir semua laboratorium dapat mempertahankan suhu pada kisaran
100-110ºC. Suhu dalam oven bervariasi tergantung pada lokasi dalam ruang
oven. Hal ini menyebabkan suhu aktual tanah tidak terukur, dan variasi ini
menyebabkan pemanasan yang berbeda antara contoh tanah yang
ditempatkan pada oven yang sama pada waktu yang sama (Haridjaja et al.,
2013),
Selain ketidak sempurnaan ini, metode oven pengering
merupakan metode yang tepat atau yang paling baik untuk menghasilkan data
kadar air tanah. Metode ini bisa digunakan baik di laboratorium maupun
di lapangan.
6
sebagai rasio kejenuhan, derajat kejenuhan atau kejenuhan relatif. Sifat
ini menggambarkan perbandingan kadar air volumetrik terukur terhadap
kadar air dalam keadaan jenuh (θs). Pada keadaan jenuh, kadar air sama
dengan porositas. Oleh karena itu, derajat kejenuhan menggambarkan
fraksi ruang pori yang terisi air dengan kisaran 0-1. Kejenuhan efektif
(Se), diperhitungkan untuk kadar air residual (θr) (Sormin dan Junaedi, 2017).
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Uji Kadar Air Tanah
Kadar Air Faktor
Cawan + Tanah Cawan + Tutup BKM Kadar Korelasi
Tutup (gr) dan Tanah Kadar Air (%) Kadar
105°C (gr) 105°C (gr) Air Air (%)
KK1 39,7753 9,9417 49,0720 9,2967 6,9379 1,0745
KK2 39,9294 9,9444 49,0488 9,1194 9,0466 1,0995
KK3 38,6454 9,9904 47,9964 9,3510 6,8378 1,0734
C1 39,2942 9,9989 49,0411 9,7469 2,5854 1,0265
C2 41,1601 9,9990 50,9042 9,7441 2,6159 1,0269
C3 40,3539 9,9975 50,0924 9,7385 2,6339 1,0271
Keterangan:
KK1 = Sampel Tanah Karang Kitri 1
KK2 = Sampel Tanah Karang Kitri 2
KK3 = Sampel Tanah Karang Kitri 3
C1 = Sampel Tanah Cilegon 1
C2 = Sampel Tanah Cilegon 2
C3 = Sampel Tanah Cilegon 3
4.2. Pembahasan
Pada praktikum uji kadar air tanah kali ini dilakukan menggunakan 6 sampel
tanah (3 Karang Kitri dan 3 Cilegon). Sampel tanah disiapkan masing-masing 10
gr, namun karena sulitnya menimbang tanah 10 gr, maka diperbolehkan untuk
menyiapkan sampel mendekati dari angka 10 gr. Masing-masing berat sampel
yaitu: KK1 = 9,9417 gr ; KK2 = 9,9444 gr; KK3 = 9,9904 gr; C1 = 9,9989 gr; C2
= 9,9990 gr; dan C3 = 9,9975 gr.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menghilangkan kadar air yang
ada pada cawan menggunakan oven dan juga desikator. Oven akan mengeringkan
9
kandungan air dalam cawan dengan cara penguapan, hal ini sesuai dengan
pernyataan Ririn (2016) dimana dijelaskan bahwa Oven laboratorium digunakan
untuk memanaskan bahan kimia, sterilisasi, annealing, evaporasi, dan berbagai
proses pengujian di laboratorium. Sedangkan desikator akan menyempurnakan
pengeringan sebab desikator digunakan untuk menghilangkan kelembaban dari
suatu bahan atau zat. Setelah cawan dibebaskan dari kandungan air, maka
didapatkan nilai cawan 105ºC untuk menghitung BKM dengan nilai masing-masing
yaitu: KK1 = 39,7753; KK2 = 39,9294; KK3 = 38,6454; C1 = 39,2942; C2 =
41,1601; dan C3 = 40,3539.
Kemudian masing-masing sampel dimasukkan sesuai dengan label cawan.
Kemudian cawan yang sudah berisi tanah tersebut dipanaskan di dalam oven selama
24 jam dengan suhu 105ºC. Air yang hilang karena pengeringan merupakan
sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Setelah dikeringkan, maka
cawan + sampel tanah 105ºC kemudian ditimbang menggunakan timbangan
analitik dan dicatat. Diperoleh hasil: KK1 = 49,0720 gr; KK2 = 49,0488 gr; KK3 =
47,9964 gr; C1 = 49,0411 gr; C2 = 50,9042 gr; dan C3 = 50,0924 gr. Nilai ini akan
digunakan untuk mencari BKM.
Menurut Sormin dan Junaedi (2017), BKM (Bobot Kering Mutlak)
ditentukan dengan cara menimbang berat keringnya dan BKN (bobot kering nisbi).
Pada praktikum ini, BKM dihitung dengan cara mengurangi (cawan+tanah 105ºC)
dengan cawan 105ºC. Dengan cara ini maka akan didapatkan bobot tanah kering
masing-masing sampel yang nantinya akan dipakai pada perhitungan persentase
kadar air.
Brendan (2014) mengatakan bahwa kadar air kering untuk menghilangkan air
pada tanah membutuhkan suhu oven pada kisaran 100ºC – 110 ºC. Penggunaan
suhu oven yang seperti itu mengakibatkan tanah menjadi lebih stabil untuk
menghitung kadar air mutlak. Kadar air dinyatakan dalam % volume, yaitu
persentase volume tanah. Cara ini memberikan keuntungan karena dapat
memberikan gambaran terhadap ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume
tertentu.
10
Penjelasan mengenai persentase kadar air juga dinyatakan oleh Haridjaja et
al. (2013), dimana tingkat kadar air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah atau
bisa dikatakan berkaitan erat. Pada tanah yang bertekstur liat kadar air tanahnya
terbilang tinggi yaitu mencapai 50% karena tanah liat mempunyai kemampuan
besar dalam menahan air. Pada tanah yang bertekstur lempung kadar airnya cukup
tinggi juga yaitu mencapai 40% karena mampu menahan air dengan baik. Namun,
pada tanah yang bertekstur pasir kadar airnya rendah yaitu sekitar 15% karena
pasir tidak mempunyai kemampuan besar dalam menahan air. Dari ketiga
tekstur tanah tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin halus teksturnya maka
kemampuan menahan airnya semakin besar.
Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan perhitungan maka semua sampel tanah
yang dihitung memiliki karakteristik yang sulit menahan air. Selain itu kadar air
juga dipengaruhi oleh komponen tanah, hal ini dijelaskan oleh Okdayani (2010).
Pertama, terdapat hubungan antara kadar air dengan mineral penyusunt tanah.
Tanah yang memiliki kandungan mineral tinggi akan bertekstur lebih padat dan
pori-porinya lebih halus sehingga daya pegang airnya tinggi dan berakibat
pada kadar air yang tinggi juga. Selanjutnya, pengaruh komponen udara pada tanah
terhadap kadar air. Jika komposisi udara dalam tanah tinggi artinya pori-pori
bertekstur kasar yang mengakibatkan daya pegang air rendah, dan sebaliknya.
Komponen selanjutnya yang berpengaruh terhadap kadar air tanah adalah bahan
organik. Pada bahan organik yang mudah lapuk atau mengalami dekomposisi,
bahan tersebut akan menyediakan unsur hara yang cukup untuk tanah, tetapi tidak
memiliki daya tahan air yang baik, juga sebaliknya. Kemudian, terdapat
pengaruh proses pembentukan tanah terhadap tingkat kadar air. Pada tanah yang
terbentuk karena pelapukan fisik, apabila pelapukan tersebut disebabkan oleh
suhu maka kandungan mineral dalam tanah nantinya akan tinggi. Pada proses
pelapukan kimia, kandungan mineral akan akan hancur atau berkurang sehingga
daya tahan air rendah atau tingkat kadar airnya akan tinggi. Kemudian, pada
proses pelunakan struktur yang menyebabkan air dan udara akan masuk ke dalam
pori-pori tanah. Pada proses ini bergantung pada komposisi mana yang lebih
dominan, apabila komposisi udara lebih tinggi kadar air akan rendah karena daya
pegang air rendah, dan begitu sebaliknya.
11
Kadar air tanah dihitung dengan cara BKU dikurangi BKM lalu dibagi BKM,
sampai rumus ini kita akan mendapatkan jumlah kehilangan air hasil penguapan
melalui oven. Karena kadar air memiliki satuan persen (%), maka hasil tersebut
dikalikan dengan angka 100. Didapatkanlah nilai masing-masing kadar air sebesar:
KK1 = 6,9379% ; KK2 = 9,0466% ; KK3 = 6,8378% ; C1 = 2,5854% ; C2 =
2,6159% ; dan C3 = 2,6339%. Dapat dilihat bahwa persentase dari sampel tanah
Karang Kitri lebih besar dengan nilai rata-rata KA yaitu 7,6074% dibandingkan
sampel tanah Cilegon yang bernilai rata-rata KA sebesar 2,6117%. Hasil inilah
yang dapat menggambarkan kondisi kadar air tanah pada suatu lokasi. Dilihat dari
tabel klasifikasi nilai tanah pada bagian tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan
bahwa kadar air tanah karang kitri tergolong kering, sedangkan untuk sampel tanah
cilegon tergolong pada tanah sangat kering.
Kondisi kadar air tanah ini dijelaskan oleh Haridjaja et al. (2013), dimana
kekurangan air bagi tanaman dapat menyebabkan aktivitas proses aktivitas dan
biologis tanaman terhambat bahkan tidak akan berjalan, tanaman yang kekurangan
air akan menyebabkan tanaman layu dan akhirnya akan menyebabkan kematian
pada tanaman karena jaringan-jaringan tanaman tidak lagi berfungsi dengan baik.
Jika terjadi hal ini, maka perlu dilakukan penyiraman yang intens melalui irigasi
dan drainase yang baik serta melakukan peningkatan porositas tanah. Sedangkan
kelebihan air pada tanaman akan menyebabkan permukaan tanah tempat tanaman
hidup akan lembab karena kelebihan air, keaadaan lembab tersebut akan
memunculkan mikro organisme jamur yang akan mengakibatkan tumbuhnya
penyakit bagi tanaman.
Tahap selanjutnya yaitu mencari factor koreksi. Menurut Rambu (2018),
rumus faktor koreksi adalah rumus matematika yang digunakan untuk
memperhitungkan perbedaan antara nilai sebenarnya dan nilai yang terukur. Dalam
pengukuran, seringkali terjadi kesalahan atau ketidakakuratan dalam pengambilan
data. Oleh karena itu, rumus faktor koreksi digunakan untuk memperhitungkan nilai
yang sebenarnya berdasarkan nilai yang terukur. Dengan menggunakan faktor
koreksi ini, Anda dapat memperhitungkan nilai yang sebenarnya berdasarkan nilai
yang terukur. Nilai Sebenarnya = Nilai Terukur x Faktor Koreksi. Dapat penulis
simpulkan bahwa semakin kecil nilai faktor koreksi berartikan bahwa tingkat
12
ketidakpastian semakin kecil. Faktor koreksi masing-masing sampel yaitu: KK1 =
1,0745 ; KK2 = 1,0995 ; KK3 = 1,0734 ; C1 = 1,0265 ; C2 = 1,0269 ; dan C3 =
1,0271. Hal ini diperkuat kembali oleh Christianti yang menyatakan bahwa sumber
ketidakpastian bisa disebabkan oleh standar atau acuan, benda ukur, peralatan,
metode pengukuran, kondisi lingkungan, dan personil pelaku pengukuran. Selain
itu factor koreksi juga akan digunakan untuk kegiatan praktikum selanjutnya, hal
ini selaras dengan pernyataan Ramadan et al., (2016) yang menyatakan bahwa
faktor koreksi kadar air akan digunakan untuk menganalisis kadar Nitrogen dan
posforus.
13
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Kandungan air dalam tanah bersifat dinamis dan memainkan peranan penting
dalam produksi tanaman. Sehingga, hal tersebut menjadi salah satu penentu
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, penentuan kadar air tanah secara berkala,
akurat dan cepat sangat diperlukan. Metode yang paling umum dan akurat serta
merupakan metode langsung (direct technique) untuk menentukan kadar air tanah
adalah metode gravimetri. Persentase dari sampel tanah Karang Kitri lebih besar
dengan nilai rata-rata KA yaitu 7,6074% dibandingkan sampel tanah Cilegon yang
bernilai rata-rata KA sebesar 2,6117%. Hasil inilah yang dapat menggambarkan
kondisi kadar air tanah pada suatu lokasi. Dilihat dari tabel klasifikasi nilai tanah
pada bagian tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan bahwa kadar air tanah
karang kitri tergolong kering, sedangkan untuk sampel tanah cilegon tergolong pada
tanah sangat kering. Kondisi kekurangan air bagi tanaman dapat menyebabkan
aktivitas proses aktivitas dan biologis tanaman terhambat bahkan tidak akan
berjalan, tanaman yang kekurangan air akan menyebabkan tanaman layu dan
akhirnya akan menyebabkan kematian pada tanaman karena jaringan-jaringan
tanaman tidak lagi berfungsi dengan baik. Jika terjadi hal ini, maka perlu dilakukan
penyiraman yang intens melalui irigasi dan drainase yang baik serta melakukan
peningkatan porositas tanah.
5.2. Saran
Pada proses berjalannya praktikum, praktikan diharapkan lebih kondusif agar
kegiatan berjalan dengan lebih efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Selain itu, pada saat praktikum seharusnya dilakukan telaah teori
maupun prosedur kembali sehingga tidak ada pengulangan praktikum yang
menyebabkan kekeliruan pendataan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara.
Gandjar, I.G, and Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Guntur Ompusunggu, Hardy Guchi, Razali Razali. 2016. Pemetaan Status C-
Organik Tanah Sawah Di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Agroekoteknologi, Vol 4(1): 1830 -
1837.
Hakim, Dani Lukman. 2019. Ensiklopedi Jenis Tanah di Dunia. Sidoharjo: Uwais
Inspirasi Indonesia.
Haridjaja, O., Baskoro, D. P. T., & Setianingsih, M. 2013. Perbedaan nilai kadar air
kapasitas lapang berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas, dan
Pressure Plate pada berbagai tekstur tanah dan hubungannya dengan
pertumbuhan bunga matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan, Vol. 15(2): 52-59.
Irnia Nurika, Nur Hidayat, Isti Purwaningsih. 2019. The Enhancement Of
Production Capacity And Quality Of Organic Fertilizer Through
Implementation Of Grinding And Sieving Machines. BIOSOIL, Vol 5(1):
811 -818.
Khopkar S. Konsep Dasar Kimia Analitik. 1st ed. 2012. Jakarta: UI Press.
Novrianti, Moh. Bisri, Sri Wahyuni, Donny Harisuseno. 2021. Karakteristik dan
Kadar Air (Gravimetri) Gambut Daerah Sebangau Kota Palangkaraya.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2021 (SENASTIKA 2022)
Universitas Islam Kalimantan MAB ISBN : 978-623-7583-57-8.
Okdayani, Yoskasih. 2010. Penentuan Kadar Air Dalam Serbuk UO2 Dengan
Metoda Gravimetri. Hasil-Hasil Penelitian EBN. Vol.12(7): 57-74.
Ramadhan, Sofyan, Vanny M. A. Tiwow, dan Irwan Said. 2016. Analisis Kadar
Unsur Nitrogen (N) Dan Posforus (P) Dalam Lamun (Enhalus acoroides) Di
15
Wilayah Perairan Pesisir Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala. J. Akademika Kim. Vol 5(1): 37-43.
Rambu Kawurung. 2018. Analisis dan Penentuan Faktor Koreksi Dosis Serap pada
Medium Solid Water Phantom Terhadap Water Phantom. Oyang Dolaresy,
Vol. 15(1): 31 – 38.
Rayes, Mochtar Luthfi. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Ririn, Andriani. 2016. Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk
Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal
Mikrobiologi, Vol.1(1): 19 – 25.
Sormin, Fernando dan Ahmad Junaedi. 2017. Manajemen Pengendalian Gulma
Kelapa Sawit Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Rambutan
Sumatera Utara. Bul. Agrohorti 5 (1) : 137 –145.
16
LAMPIRAN HITUNG
2
3
LAMPIRAN