Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa perngertian zakat?
2. Apa dalil wajib zakat?
3. Apa hikmah menunaikan zakat?
4. Apa saja syarat wajib zakat?
5. Siapa penerima zakat?
6. Apa saja macam-macam zakat?

1.3 Tujuan dan Manfaat

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian zakat
Menurut bahasa, zakat berasal dari bahasa Arab Zakat ‫ الزكاة‬artinya bersih, suci, subur,
berkah dan berkembang.
Sedangkan menurut istilah, zakat berarti mengeluarkan jenis harta tertentu, pada
waktu tertentu, dengan jumlah tertentu, kepada orang-orang tertentu. Mengeluarkan
zakat bagi umat Islam hukumnya wajib dan merupakan rukun Islam ketiga dari lima
rukun Islam.

2.2 Dalil wajib zakat


Hukum zakat dalam Islam adalah wajib bagi setiap muslim yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Hukum zakat ini didasarkan pada dalil-dalil dari Al-Quran dan
Hadits, di antaranya adalah:
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 43:
‫َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َك ُعْو ا َم َع الّٰر ِكِع ْيَن‬
Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 43:
‫َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َك ُعْو ا َم َع الّٰر ِكِع ْيَن‬
Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.

2.3 Hikmah menunaikan zakat


Umat Islam yang sudah memenuhi syarat dan mengeluarkan zakat secara ikhlas karena
Allah, akan memperoleh banyak manfaat, antara lain;
a. Bagi Muzakki
Hikmah yang dapat diambil dari Muzakki setelah mengeluarkan zakat sesuai ketentuan
syariat Islam adalah;
1) Dapat mensucikan jiwa dari dosa.
2) Dapat membersihkan harta yang dimiliki.
3) Dapat menyembuhkan penyakit kikir.
4) Dicintai manusia dan Allah Swt.
b. Bagi mustahiq
Zakat yang dikeluarkan oleh orang-orang Islam yang kaya dapat memberikan manfaat
bagi mustahiq, antara lain;
1) Dapat meringankan beban kehidupan.
2) Dapat menumbuhkan semangat hidup.
3) Dapat terangkat martabat dirinya.
c. Bagi bangsa dan negara
Apabila zakat telah menjadi bagian dari budaya bagi umat Islam, maka zakat dapat
memberikan manfaat yang sangat besar terhadap bangsa dan negara, antara lain;
1) Dapat mengurangi kesenjangan sosial antara yang kaya dengan yang miskin.
2) Dapat mengentaskan kemiskinan.
3) Dapat mensukseskan tujuan pembangunan nasional.
4) Dapat menjadi sendi-sendi ekonomi bangsa.
2.4 Syarat wajib zakat
Berikut adalah syarat-syarat yang harus terlebih dahulu dipenuhi oleh seseorang untuk
membayar zakat penghasilan:
1. Beragama Islam.
Bergama Islam adalah syarat paling utama bagi wajib zakat termasuk zakat
penghasilan, hal ini berdasarkan 5 rukun Islam yang salah satunya adalah membayar
zakat.
2. Orang Merdeka (Bukan Budak).
Orang merdeka (bukan budak) yaitu orang yang memiliki kebebasan hidup dalam
memenuhi hak-haknya. Artinya, mereka bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri.
3. Kepemilikan Penuh harta.
Harta penghasilan yang didapatkan harus sepenuhnya dimiliki muzaki. Artinya tidak
boleh ada hak lain dari harta penghasilan tersebut. Seperti muzaki yang masih punya
utang kepada seseorang, maka penghasilan tersebut masih ada hak orang lain.
4. Mencapai Nishab.
Seseorang harus memiliki penghasilan yang mencapai nishab atau batas minimum
yang telah ditetapkan untuk membayar zakat. Nisab zakat penghasilan bervariasi di
setiap negara.
5. Mencapai Haul.
Seseorang harus menunggu sampai haul atau masa satu tahun telah berlalu sejak
penghasilan pertama kali diterima sebelum membayar zakat penghasilan.
6. Baligh dan Berakal.
Seorang muzaki harus sudah baligh atau dewasa, yaitu orang yang sudah bisa
membedakan mana yang baik dan buruk. Anak-anak tidak termasuk dalam golongan
muzaki yang diwajibkan membayar zakat.
Selain baligh, muzaki juga harus berakal atau tidak gila. Orang gila tidak bisa
menggunakan pikirannya dengan benar untuk melakukan berbagai hal.
7. Tidak Punya Utang.
Utang menghalangi seseorang untuk berzakat karena di dalam penghasilannya ada
milik orang lain.
2.5 Penerima Zakat.
Zakat erupakan salah satu konsep penting dalam Islam yang mengacu pada kewajiban
memberikan sebagian harta yang dimiliki kepada kelompok-kelompok yang
membutuhkan. Zakat merupakan salah satu dari lima rukun yang memiliki peran sosial dan
ekonomi dalam masyarakat Muslim. Zakat juga menjadi satu cara untuk menjaga keadilan sosial
dan membantu kelompok orang-orang yang kurang beruntung. Zakat harus didistribusikan
secara tepat kepada kelompok-kelompok tertentu yang terikat dalam istilah Asnaf Zakat .
Asnaf Zakat merujuk pada golongan atau kategori penerima Zakat di dalam Islam. Berikut ini 8
golongan yang memiliki hak dalam menerima Zakat:
1. Fakir
Fakir adalah kadar kemampuan yang rendah dari seseorang baik dalam bentuk harta maupun
kemampuan secara jasmani. Ketidakmampuan ini mengakibatkan seseorang memiliki sangat
sedikit harta benda atau bahkan tidak memilikinya sama sekali. Umumnya, fakir digolongkan
kepada orang yang tidak memiliki pekerjaan atau usaha. Fakir seringkali disamaartikan dengan
miskin, padahal keduanya merujuk pada kondisi yang berbeda. Dibandingkan dengan miskin,
fakir merupakan golongan yang lebih membutuhkan pertolongan atau bantuan.
2. Miskin
Miskin adalah seseorang yang memiliki rezeki yang cukup untuk memenuhi kebutuhan akan
tetapi masih kekurangan. Umumnya, miskin digolongkan kepada orang yang memiliki pekerjaan
atau usaha, namun gaji/pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Alasan ketidakcukupan ini biasanya dipengaruhi oleh gaji yang rendah namun memiliki beban
finansial yang besar atau keterbatasan seseorang dalam bekerja di pekerjaan yang bergaji
cukup. Meskipun tak separah fakir namun kategori miskin adalah yang rentan untuk jatuh pada
golongan fakir.
3. Amil
Orang-orang yang berpartisipasi dan mengurus proses terselenggaranya Zakat. Amil juga
merupakan pihak yang memiliki tanggung jawab atas harta yang diZakatkan, dan bertanggung
jawab pada pembagian Zakat. Tanggung jawab besar seorang amil adalah memberikan Zakat
harus pada orang yang tepat dan benar-benar membutuhkannya.
4. Mualaf
Seseorang yang baru masuk Islam dan dimungkinkan mempunyai iman yang masih lemah.
Pemberian Zakat kepada para mualaf adalah untuk memantapkan hatinya dan meneguhkan
keimanannya, untuk percaya bahwa ia telah menjadi bagian dari Islam dan bahwa Islam adalah
agama yang indah, yang akan selalu menolong satu sama lain.
5. Riqab
Riqab adalah sebutan untuk hamba sahaya atau budak. Istilah ini diperuntukkan bagi orang-
orang di zaman dahulu yang dirinya dibeli oleh saudagar-saudagar kaya. Tujuan
pemberian Zakat kepada riqab adalah untuk memerdekakannya dari jeratan perbudakan.
Golongan ini mungkin saja sudah tidak relevan di zaman sekarang, karena praktik perbudakan
sudah dihapuskan.
6. Gharim
Gharim adalah golongan orang yang terjerat utang dan tidak mampu membayarnya. Latar
belakang utang yang dilakukan oleh gharim ini, umumnya karena tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya. Dia terpaksa berhutang meskipun tidak sanggup membayarnya karena
tidak cukupnya pendapatan atau bahkan tidak ada pendapatan.
7. Fisabilillah
Fisabilillah adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah dalam bentuk kegiatan seperti
dakwah, jihad dan sebagainya. Di zaman dulu, yang relevan dengan golongan ini adalah orang-
orang yang menyebarkan ajaran agama Islam dan rela mati untuk berperang membela agama
Allah. Namun dalam konteks sekarang, fisabilillah adalah orang-orang yang memiliki kapabilitas
dalam berdakwah baik di pengajian-pengajian atau pondok pesantren.
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perjalanan untuk ketaatan kepada Allah dan
kehabisan biaya. Golongan ini adalah musafir yang bepergian untuk menempuh hal-hal baik,
seperti mencari nafkah atau bepergian untuk berdakwah. Golongan orang-orang ini
berkemungkinan untuk kehabisan sumber daya yang dimiliki, sehingga akan sangat terbantu
dengan bantuan berupa Zakat.
2.6 Macam – Macam Zakat Dalam Islam
Di dalam fiqih, zakat wajib dibagi menjadi dua macam. Pertama, zakat nafs (badan)
atau yang lebih dikenal dengan zakat fitrah.
Dalam suatu hadits disebutkan:
‫َفَر َض َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َزَكاَة اْلِفْطِر ِم ْن َر َم َض اَن َع َلى الَّناِس َص اًعا ِم ْن َتْم ٍر َأْو َص اًعا ِم ْن َش ِع يٍر َع َلى‬
‫ُك ِّل ُحٍّر َأْو َع ْبٍد َذ َك ٍر َأْو ُأْنَثى ِم ْن اْلُم ْس ِلِم يَن‬
“Baginda Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam mewajibkan zakat fitrah di bulan
Ramadhan kepada manusia yaitu satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum
kepada setiap orang merdeka, budak laki-laki atau orang perempuan dari kaum
Muslimin.” (HR. Bukhari Muslim)
Dengan demikian, zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk bahan makanan pokok di
daerah setempat. Dalam konteks Indonesia, satu sha’ setara dengan sekitar dua
setengah kilogram beras per orang (ada yang berpendapat 2,7 kilogram).
Kedua, zakal mal. Secara umum aset zakat mal meliputi hewan ternak, emas dan
perak, bahan makanan pokok, buah-buahan, dan mal tijarah (aset perdagangan).
Syekh an-Nawawi Banten berkata:
‫وزكاة مال وهي واجبة في ثمانية أصناف من أجناس المال وهي الذهب والفضة والزروع والنخل والعنب واإلبل‬
‫ وهي إنما‬،‫ وأما عروض التجارة فهي ترجع للذهب والفضة ألن زكاتها تتعلق بقيمتها‬--‫ إلى أن قال‬-- ‫والبقر والغنم‬
‫تكون منهما‬
“Zakat mal wajib di dalam delapan jenis harta. Yaitu, emas, perak, hasil pertanian
(bahan makanan pokok), kurma, anggur, unta, sapi, kambing ... Sedangkan aset
perdagangan dikembalikan pada golongan emas dan perak karena zakatnya terkait
dengan kalkulasinya dan kalkulasinya tidak lain dengan menggunakan emas dan
perak.” (Syekh an-Nawawi Banten, Nihayatz Zain, Surabaya, al-Haramain, cetakan
pertama, halaman: 168)
Namun kemudian menurut beberapa ulama kotemporer, aset zakat juga memasukkan
uang (bank note/al-auraq al-maliyah), hasil profesi, atau hadiah yang diterima oleh
seseorang sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili di dalam al-Fiqh
al-Islami, Syekh Yusuf al-Qardawi di dalam Fiqhuz Zakah, Syekh Abdurrahman al-Juzairi
di dalam al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, dan yang lainnya.
Pendapat ini berpedoman pada beberapa riwayat ulama, di antaranya:
1. Riwayat dari Ibn Abbas
‫عن ابن عباس في الرجل يستفيد المال قال يزكيه حين يستفيد‬
“Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas tentang seseorang yang memperoleh harta, (lalu)
Ibn ‘Abbas berkata: ‘(Hendaknya) ia menzakatinya pada saat memperolehnya.’.”
(HR. Ahmad ibn Hanbal)
2. Riwayat dari Ibn Mas’ud
‫ كان عبد هللا ابن مسعود يعطينا العطاء في زبل صغارثم يأخذ منها زكاة‬:‫عن هبيرة بن يريم قال‬
“Diriwayatkan dari Habirah ibn Yarim, ia berkata: ‘Abdullah ibn Mas’ud
memberi kami suatu pemberian di dalam keranjang kecil, kemudian beliau
mengambil zakat dari pemberian-pemberian tersebut.” (HR. Abu Ishaq dan
Sufyan ats-Tsauri)
3. Riwayat dari Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz
‫ وكان يأخذ الزكاة‬،‫ وإذا رد المظالم أخذ منها الزكاة‬،‫ذكر أبو عبيد أنه كان إذا أعطى الرجل ُع َم الته أخذ منها الزكاة‬
‫من األعطية إذا خرجت ألصحابها‬

“Abu ‘Ubaid menyebutkan bahwa sesungguhnya Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz memberi
upah seorang pekerja, maka beliau mengambil zakat darinya, ketika
mengembalikan madhalim (harta yang diambil secara zalim), maka beliau
mengambil zakat darinya, dan beliau mengambil zakat dari ‘athiyah (pemberian-
pemberian) saat dibagikan pada pemiliknya.” (Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakah,
Beirut, Dar al-Fikr, jilid I, halaman: 431)
Begitulah sekilas penjelasan global tentang pembagian zakat yang wajib
dibayarkan. Insyaallah, selanjutnya akan dijelaskan lebih detail dan terperinci
terkait satu persatu harta yang wajib dizakati.

2.7 Zakat Pertanian

Zakat pertanian adalah salah satu jenis zakat yang dikeluarkan dari hasil panen atau
produksi pertanian. Zakat pertanian harus dikeluarkan oleh setiap individu atau
kelompok yang memiliki lahan pertanian atau hasil panen yang mencukupi nisab (batas
minimal untuk wajib zakat)
Nisab untuk zakat pertanian adalah sebanyak 5 wasaq atau sekitar 653 kg beras. Jika
hasil panen mencapai nisab tersebut. Kadar zakat pertanian adalah sebesar 5% atau
1/20 dari hasil panen atau produksi pertanian setelah dipotong biaya produksi. Kadar
ini sesuai dengan ketentuan yang dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang
menyebutkan bahwa zakat pertanian sebesar 1/10 (10%) untuk tanah yang
diasuransikan atau diirigasi dan sebesar 1/20 (5%) untuk tanah yang tidak
diasuransikan atau diirigasi secara teratur .
Namun dalam praktiknya, zakat pertanian saat ini umumnya dikeluarkan sebesar 5%
dari hasil panen atau produksi pertanian setelah dipotong biaya produksi. Biaya
produksi yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan untuk menanam dan merawat
tanaman sebelum panen dilakukan, seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, dan biaya
tenaga kerja. Setelah biaya produksi dikurangi, maka zakat pertanian dapat dihitung
sesuai dengan kadar yang telah ditentukan, yaitu 5%.
Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengeluarkan zakat
pertanian, antara lain:
Tanaman yang ditanam haruslah tanaman yang ditanam untuk dijual atau dijadikan
bahan pokok.
Tanaman tersebut harus tumbuh sendiri tanpa perlu disiram atau diberi pupuk secara
rutin.
Tanaman tersebut harus ditanam di lahan yang dimiliki sendiri dan bukan tanah milik
orang lain.
Zakat pertanian dapat diberikan langsung kepada yang berhak menerima atau
disalurkan melalui badan amil zakat. Adapun penerima zakat pertanian adalah orang-
orang yang termasuk dalam delapan golongan yang berhak menerima zakat
sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surat At-Taubah ayat 60

ada dua kelompok tanaman pangan yang dipungut sebagai zakat, yaitu: Dari
1. kelompok buah-buahan, meliputi ruthab (kurma) dan ‘inab (anggur).
2. Dari kelompok biji-bijiian, meliputi gandum, beras, dan segala jenis
tanaman biji-bijian yang bisa dijadikan bahan makanan pokok serta
dapat disimpan.

Syarat Wajib Tanaman Dijadikan Objek Zakat Tidak semua jenis


tanaman yang masuk kelompok biji-bijian dan buah-buahan bisa
dijadikan objek zakat zuru’ dan tsimar (zakat pertanian).
Secara umum, harus terpenuhi syarat dan ketentuan sebagai berikut:
Tanaman itu tumbuh karena dibudidayakan oleh manusia Harus terdiri dari
tanaman yang bisa dijadikan makanan pokok dan bisa disimpan.
Sudah keras dan siap disimpan (buduw al-shalah) dalam kondisi kering
Mencapai nishab Nishab Zakat Pertanian Kadar nishab zakat pertanian
adalah 5 wasaq,
berdasarkan sabda Nabi saw:
‫ليس فيما دون خمسة أوسق من التمر صدقة‬
“Tidak ada zakat untuk sesuatu yang kurang dari 5 wasaq kurma.” Satu
wasaq setara dengan 60 sha’, sementara 1 sha’ sama dengan 4 mud.
Berdasarkan kitab Fathul Qadir fi ‘Ajaibil Maqadir karya Mbah Kiai
Ma’shum, Kwaron, Diwek Jombang, diketahui pendekatan berat 1 mud,
adalah sebagai berikut:
1 mud beras putih = 679,79 gram
1 sha’ beras putih = 2718,19 gram = 2,72 kg 1 nishab beras putih = 815,758
kg
1 nishab Kacang Hijau = 780,036 kg
1 nishab Kacang Tunggak = 756,697 kg
1 nishab Padi = 1631,516 kg = 1,631 Ton Gabah Kering
1 nishab Padi Kretek = 1323,132 kg = 1,323 Ton Gabah Kering
(Mbah Kiai Ma’shum, Fathu al-Qadir fi ‘Ajaib al-Maqadir, halaman 20-21).
Besaran Pengeluaran Zakat Pertanian Penghitungan zakat pertanian juga
dipengaruhi oleh jenis pengairan tanaman, yaitu: Diambil 5 persen bila
memakai irigasi berbayar. Diambil 10 persen bila memakai irigasi tadah hujan
atau berasal dari saluran irigasi tidak berbayar.
Cara Penghitungan Zakat Pertanian
Kasus 1
Seorang petani telah berhasil memanen padi dengan total akhir gabah kering
seberat 2 ton. Pengairan padinya menggunakan irigasi berbayar. Pertanyaan:
Berapakah zakat yang harus dikeluarkan? Bagaimana bila irigasinya berasal
dari tadah hujan atau air irigrasi tidak berbayar?
Jawab: Jenis pengairan = irigasi (5%) Total panenan gabah kering = 2 Ton =
2000 kg, lebih besar dari nishab padi 1,631 ton gabah atau 1,323 ton gabah
padi kretek Zakat yang harus dikeluarkan = 5% x 2000 kg gabah kering = 100
kg gabah kering = 1 kuintal Jika irigasi sawah berasal dari pengairan gratis,
maka zakat yang harus dikeluarkan adalah sebesar 10%. Sehingga zakat yang
harus dikeluarkan, adalah: 10% x 2000 kg gabah kering = 200 kg gabah
kering = 2 kuintal
Kasus 2
Seorang petani telah panen padi dengan total akhir beras kering yang didapat
adalah seberat 1,5 ton. Pengairan padinya menggunakan irigasi berbayar.
Pertanyaan: Berapakah zakat yang harus dikeluarkan? Bagaimana bila
irigasinya berasal dari tadah hujan atau air irigrasi tidak berbayar?
Jawab: Jenis pengairan = irigasi (5%) Total panenan dalam bentuk beras putih
kering = 1,5 Ton = 1500 kg, lebih besar dari nishab beras putih 815,758 kg
beras. Zakat yang harus dikeluarkan = 5% x 1500 kg gabah kering = 75 kg
beras = 0,75 kuintal beras Jika irigasi sawah berasal dari pengairan gratis,
maka zakat yang harus dikeluarkan adalah sebesar 10%. Sehingga zakat yang
harus dikeluarkan, adalah: 10% x 1500 kg beras = 150 kg beras = 1,5
kuintal beras.

2.8 Zakat Peternakan


Dalam fiqih, binatang ternak yang wajib dizakati hanya ada tiga
macam, yaitu unta, sapi, dan kambing. Hal ini berdasarkan beberapa
hadits yang menegaskan kewajiban zakat pada ketiga jenis binatang
ternak tersebut.
Mengapa hanya tiga macam binatang ini? Hikmah di baliknya antara
lain karena banyaknya manfaat binatang-binatang tersebut bagi
manusia; air susunya baik untuk kesehatan, mudah dikembang
biakkan, dan lain sebagainya (Lihat An-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-
Muhadzdzab, Mesir, al-Muniriyah, jilid V, halaman: 321).
Zakat binatang ternak tidak diwajibkan pada selain tiga jenis binatang
ternak tersebut, berdasarkan sabda baginda Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wassallam:
‫َلْيَس َع َلى اْلُم ْس ِلِم ِفى َع ْبِدِه َو َال َفَرِس ِه َص َد َقٌة‬

“Bagi seorang muslim tidak menanggung beban zakat dari budak dan
kudanya.” (HR. Muslim)
Begitu pula ayam, bebek, ikan dan lain sebagainya. Namun, bila selain tiga
jenis binatang ternak tersebut diperdagangkan, maka dikenai kewajiban zakat
perdagangan sesuai dengan ketentuan di dalam zakat tijarah (aset
perdagangan).
Ketiga binatang ternak di atas wajib dizakati jika memenuhi empat syarat:
1. Mencapai nishab (batas minimum wajib zakat) seperti nishabnya sapi
yang disebutkan di dalam satu riwayat hadits:
‫َع ْن ُمَع اِذ ْبِن َجَبٍل َقاَل َبَع َثِني الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَلى اْلَيَمِن َفَأَم َرِني َأْن آُخَذ ِم ْن ُك ِّل َثَل‬

‫اِثيَن َبَقَر ًة َتِبيًعا َأْو َتِبيَع ًة َوِم ْن ُك ِّل َأْر َبِع يَن ُمِس َّنًة‬
“Dari Mu’adz ibn Jabal, ia berkata, ‘Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi
wassallam mengutusku ke Yaman, kemudian beliau memerintahku untuk
mengambil zakat dari setiap tiga puluh ekor unta, seekor unta berusia
setahun, menginjak usia tahun keduanya, jantan atau betina, dan dari
setiap empat puluh ekor unta, seekor unta berusia dua tahun,menginjak
usia ketiga’.” (HR. At-Tirmidzi)
2. Melewati haul (setahun Hijriah) seperti sabda baginda Nabi shallallahu
‘alaihi wassallam:
‫َو َلْيَس ِفي َم اٍل َزَك اٌة َح َّتى َيُحوَل َع َلْيِه اْلَح ْو ُل‬
“Suatu harta tidak wajib dizakati kecuali telah melewati masa setahun.”
(HR. Abu Dawud) Syarat ketiga ini hanya berlaku bagi induknya saja.
Sedangkan untuk anak-anak binatang tersebut, perhitungan haul-nya
diikutkan pada induknya. Sehingga, jika induk sudah melewati setahun,
maka anak-anaknya pun dihukumi haul, walaupun sebenarnya belum
melewati setahun.
3. Digembalakan. Maksudnya, sepanjang tahun binatang ternak tersebut
diberi makan dengan cara digembalakan di lahan umum atau lahan milik
sendiri, tidak dengan dicarikan rumput.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
‫َو َص َد َقُة اْلَغَنِم ِفى َس اِئَم ِتَهاِإَذ ا َكاَنْت َأْر َبِع ْيَن ِإَلى ِع ْش ِر ْيَن َوِم اَئٍة َش اٌة‬
“Zakat kambing yang digembalakan adalah satu ekor kambing ketika
jumlahnya telah mencapai empat puluh sampai seratus dua puluh ekor.”
(HR. Bukhari)
4. Tidak dipekerjakan, seperti untuk membajak sawah, mengangkut barang
dan lain sebagainya. Di dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab,
Imam an-Nawawi menjelaskan alasan binatang ternak yang dipekerjakan
tidak wajib dizakati:
‫والن العوامل والمعلوفة ال تقتنى للنماء فلم تجب فيها الزكاة كثياب البدن وأثاث الدار‬
“Karena sesungguhnya binatang ternak yang dipekerjakan dan binatang
yang diberi makan dengan cara dicarikan rumput tidak semata-mata untuk
dikembang-biakan, sehingga tidak wajib dizakati sebagaimana pakaian
dan perabot rumah.” (An-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab,
Mesir, al-Muniriyah, jilid V, halaman: 323)
Jika seseorang memiliki unta, sapi atau kambing yang telah memenuhi keempat syarat di atas,
maka wajib dizakati. Semua ini menurut pendapat mazhab Syafi’i. Sedangkan menurut
pendapat mazhab Malikiyah, syarat ketiga (digembalakan) dan syarat keempat (tidak
dipekerjakan) tidak menjadi pertimbangan. Sehingga, apabila ketiga binatang ternak tersebut
telah mencapai nishab dan melewati masa setahun (haul), maka wajib dikeluarkan zakatnya.
(Lihat Muhammad ibn Abdullah al-Kharasyi, Syarh Mukhtashar Khalil).

Zakat Hewan Ternak Kambing


Nisab Zakat

40 - 120 ekor 1 ekor kambing

121 - 200 ekor 2 ekor kambing

201 - 300 ekor 3 ekor kambing

Setiap bertambah 100


1 ekor kambing
ekor
Zakat Hewan Ternak Sapi
Nisab Zakat

30 - 39
1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
ekor

40 - 59
1 ekor anak sapi betina berumur 1 tahun
ekor

60 - 69
3 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
ekor
70 - 79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan
ekor berumur 1 tahun
Zakat Hewan Ternak Unta
Nisab Zakat

5 - 9 ekor 1 ekor kambing

10 - 14
2 ekor kambing
ekor

15 - 19
3 ekor kambing
ekor

20 - 24
4 ekor kambing
ekor

25 - 35
1 ekor anak unta betina berumur 1 tahun lebih
ekor

36 - 45
1 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih
ekor

46 - 60
1 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih
ekor

Anda mungkin juga menyukai