Agama Zakat
Agama Zakat
PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian zakat
Menurut bahasa, zakat berasal dari bahasa Arab Zakat الزكاةartinya bersih, suci, subur,
berkah dan berkembang.
Sedangkan menurut istilah, zakat berarti mengeluarkan jenis harta tertentu, pada
waktu tertentu, dengan jumlah tertentu, kepada orang-orang tertentu. Mengeluarkan
zakat bagi umat Islam hukumnya wajib dan merupakan rukun Islam ketiga dari lima
rukun Islam.
“Abu ‘Ubaid menyebutkan bahwa sesungguhnya Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz memberi
upah seorang pekerja, maka beliau mengambil zakat darinya, ketika
mengembalikan madhalim (harta yang diambil secara zalim), maka beliau
mengambil zakat darinya, dan beliau mengambil zakat dari ‘athiyah (pemberian-
pemberian) saat dibagikan pada pemiliknya.” (Yusuf al-Qardawi, Fiqhuz Zakah,
Beirut, Dar al-Fikr, jilid I, halaman: 431)
Begitulah sekilas penjelasan global tentang pembagian zakat yang wajib
dibayarkan. Insyaallah, selanjutnya akan dijelaskan lebih detail dan terperinci
terkait satu persatu harta yang wajib dizakati.
Zakat pertanian adalah salah satu jenis zakat yang dikeluarkan dari hasil panen atau
produksi pertanian. Zakat pertanian harus dikeluarkan oleh setiap individu atau
kelompok yang memiliki lahan pertanian atau hasil panen yang mencukupi nisab (batas
minimal untuk wajib zakat)
Nisab untuk zakat pertanian adalah sebanyak 5 wasaq atau sekitar 653 kg beras. Jika
hasil panen mencapai nisab tersebut. Kadar zakat pertanian adalah sebesar 5% atau
1/20 dari hasil panen atau produksi pertanian setelah dipotong biaya produksi. Kadar
ini sesuai dengan ketentuan yang dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang
menyebutkan bahwa zakat pertanian sebesar 1/10 (10%) untuk tanah yang
diasuransikan atau diirigasi dan sebesar 1/20 (5%) untuk tanah yang tidak
diasuransikan atau diirigasi secara teratur .
Namun dalam praktiknya, zakat pertanian saat ini umumnya dikeluarkan sebesar 5%
dari hasil panen atau produksi pertanian setelah dipotong biaya produksi. Biaya
produksi yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan untuk menanam dan merawat
tanaman sebelum panen dilakukan, seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, dan biaya
tenaga kerja. Setelah biaya produksi dikurangi, maka zakat pertanian dapat dihitung
sesuai dengan kadar yang telah ditentukan, yaitu 5%.
Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengeluarkan zakat
pertanian, antara lain:
Tanaman yang ditanam haruslah tanaman yang ditanam untuk dijual atau dijadikan
bahan pokok.
Tanaman tersebut harus tumbuh sendiri tanpa perlu disiram atau diberi pupuk secara
rutin.
Tanaman tersebut harus ditanam di lahan yang dimiliki sendiri dan bukan tanah milik
orang lain.
Zakat pertanian dapat diberikan langsung kepada yang berhak menerima atau
disalurkan melalui badan amil zakat. Adapun penerima zakat pertanian adalah orang-
orang yang termasuk dalam delapan golongan yang berhak menerima zakat
sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surat At-Taubah ayat 60
ada dua kelompok tanaman pangan yang dipungut sebagai zakat, yaitu: Dari
1. kelompok buah-buahan, meliputi ruthab (kurma) dan ‘inab (anggur).
2. Dari kelompok biji-bijiian, meliputi gandum, beras, dan segala jenis
tanaman biji-bijian yang bisa dijadikan bahan makanan pokok serta
dapat disimpan.
“Bagi seorang muslim tidak menanggung beban zakat dari budak dan
kudanya.” (HR. Muslim)
Begitu pula ayam, bebek, ikan dan lain sebagainya. Namun, bila selain tiga
jenis binatang ternak tersebut diperdagangkan, maka dikenai kewajiban zakat
perdagangan sesuai dengan ketentuan di dalam zakat tijarah (aset
perdagangan).
Ketiga binatang ternak di atas wajib dizakati jika memenuhi empat syarat:
1. Mencapai nishab (batas minimum wajib zakat) seperti nishabnya sapi
yang disebutkan di dalam satu riwayat hadits:
َع ْن ُمَع اِذ ْبِن َجَبٍل َقاَل َبَع َثِني الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِإَلى اْلَيَمِن َفَأَم َرِني َأْن آُخَذ ِم ْن ُك ِّل َثَل
اِثيَن َبَقَر ًة َتِبيًعا َأْو َتِبيَع ًة َوِم ْن ُك ِّل َأْر َبِع يَن ُمِس َّنًة
“Dari Mu’adz ibn Jabal, ia berkata, ‘Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi
wassallam mengutusku ke Yaman, kemudian beliau memerintahku untuk
mengambil zakat dari setiap tiga puluh ekor unta, seekor unta berusia
setahun, menginjak usia tahun keduanya, jantan atau betina, dan dari
setiap empat puluh ekor unta, seekor unta berusia dua tahun,menginjak
usia ketiga’.” (HR. At-Tirmidzi)
2. Melewati haul (setahun Hijriah) seperti sabda baginda Nabi shallallahu
‘alaihi wassallam:
َو َلْيَس ِفي َم اٍل َزَك اٌة َح َّتى َيُحوَل َع َلْيِه اْلَح ْو ُل
“Suatu harta tidak wajib dizakati kecuali telah melewati masa setahun.”
(HR. Abu Dawud) Syarat ketiga ini hanya berlaku bagi induknya saja.
Sedangkan untuk anak-anak binatang tersebut, perhitungan haul-nya
diikutkan pada induknya. Sehingga, jika induk sudah melewati setahun,
maka anak-anaknya pun dihukumi haul, walaupun sebenarnya belum
melewati setahun.
3. Digembalakan. Maksudnya, sepanjang tahun binatang ternak tersebut
diberi makan dengan cara digembalakan di lahan umum atau lahan milik
sendiri, tidak dengan dicarikan rumput.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
َو َص َد َقُة اْلَغَنِم ِفى َس اِئَم ِتَهاِإَذ ا َكاَنْت َأْر َبِع ْيَن ِإَلى ِع ْش ِر ْيَن َوِم اَئٍة َش اٌة
“Zakat kambing yang digembalakan adalah satu ekor kambing ketika
jumlahnya telah mencapai empat puluh sampai seratus dua puluh ekor.”
(HR. Bukhari)
4. Tidak dipekerjakan, seperti untuk membajak sawah, mengangkut barang
dan lain sebagainya. Di dalam kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab,
Imam an-Nawawi menjelaskan alasan binatang ternak yang dipekerjakan
tidak wajib dizakati:
والن العوامل والمعلوفة ال تقتنى للنماء فلم تجب فيها الزكاة كثياب البدن وأثاث الدار
“Karena sesungguhnya binatang ternak yang dipekerjakan dan binatang
yang diberi makan dengan cara dicarikan rumput tidak semata-mata untuk
dikembang-biakan, sehingga tidak wajib dizakati sebagaimana pakaian
dan perabot rumah.” (An-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab,
Mesir, al-Muniriyah, jilid V, halaman: 323)
Jika seseorang memiliki unta, sapi atau kambing yang telah memenuhi keempat syarat di atas,
maka wajib dizakati. Semua ini menurut pendapat mazhab Syafi’i. Sedangkan menurut
pendapat mazhab Malikiyah, syarat ketiga (digembalakan) dan syarat keempat (tidak
dipekerjakan) tidak menjadi pertimbangan. Sehingga, apabila ketiga binatang ternak tersebut
telah mencapai nishab dan melewati masa setahun (haul), maka wajib dikeluarkan zakatnya.
(Lihat Muhammad ibn Abdullah al-Kharasyi, Syarh Mukhtashar Khalil).
30 - 39
1 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
ekor
40 - 59
1 ekor anak sapi betina berumur 1 tahun
ekor
60 - 69
3 ekor anak sapi jantan atau betina berumur 1 tahun
ekor
70 - 79 2 ekor anak sapi betina berumur 2 tahun dan 1 ekor anak sapi jantan
ekor berumur 1 tahun
Zakat Hewan Ternak Unta
Nisab Zakat
10 - 14
2 ekor kambing
ekor
15 - 19
3 ekor kambing
ekor
20 - 24
4 ekor kambing
ekor
25 - 35
1 ekor anak unta betina berumur 1 tahun lebih
ekor
36 - 45
1 ekor anak unta betina berumur 2 tahun lebih
ekor
46 - 60
1 ekor anak unta betina berumur 3 tahun lebih
ekor