Dosen Pengampu:
Rani Eka Andatu, S.E.I, M.E
Disusun Oleh:
Zahra Rahma Yanti (22621039)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah "Aspek Hukum dalam Ilmu Ekonomi"
yang diampu oleh Rani Eka Andatu, S.E.I, M.E, dalam rangka memperdalam
pemahaman kami mengenai peran hukum dalam konteks ekonomi.
Makalah ini terdiri dari beberapa bagian. Pertama, kami akan membahas konsep
dasar tentang hubungan antara hukum dan ekonomi, serta pentingnya pemahaman ini
dalam konteks praktis. Selanjutnya, kami akan mengulas beberapa aspek spesifik dalam
hukum ekonomi, termasuk tetapi tidak terbatas pada hukum persaingan usaha, hukum
kontrak, dan perlindungan konsumen. Kami juga akan membahas beberapa studi kasus
atau contoh nyata yang menggambarkan bagaimana aspek hukum ini berperan dalam
kehidupan ekonomi sehari-hari.
Kami menyadari bahwa topik yang kami bahas dalam makalah ini masih sangat
luas, sehingga kami mungkin tidak dapat mencakup semua aspeknya. Namun, kami
berharap makalah ini dapat memberikan gambaran yang cukup tentang kompleksitas
hubungan antara hukum dan ekonomi, serta mendorong pembaca untuk terus
mengeksplorasi dan mendalami topik ini lebih lanjut.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, serta kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca yang ingin memahami lebih dalam tentang aspek hukum
dalam ilmu ekonomi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................ii
Daftar isi......................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................1
BAB II Pembahasan...................................................................................................3
A. Benda................................................................................................................3
1. Pengertian benda dan hukum benda..........................................................3
2. Sistem hukum kebendaan..........................................................................3
3. Macam-macam benda menurut hukum.....................................................4
4. Hak kebendaan...........................................................................................6
5. Cara Memperoleh Dan Lenyapnya Suatu Hak Kebendaan ......................7
B. Hak Tanggungan...............................................................................................10
1. Pengertian hak tanggung dan definisi menurut para ahli...........................10
2. Landsan Hukum Pembentukan Undang-Undang Hak Tanggungan..........13
3. Tujuan dan fungsi hak tanggungan............................................................17
A. Kesimpulan.......................................................................................................20
B. Saran.................................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah hukum benda memiliki akar yang kuat dalam peradaban kuno,
terutama dalam hukum Romawi Kuno, yang memberikan pondasi konsep-konsep
hukum kepemilikan dan transaksi yang masih berlaku hingga hari ini. Saat ini, hukum
benda bukan hanya mengatur benda-benda fisik, tetapi juga hak-hak immaterial,
seperti hak cipta, paten, dan merek dagang. Adapun pembahasan lebih mendalam
menganai hukum benda akan dibahas pada bab selanjutnya.
Hak tanggungan adalah salah satu bentuk jaminan yang banyak digunakan
dalam transaksi keuangan, terutama dalam sektor properti. Hak tanggungan
memberikan kepastian kepada kreditur bahwa mereka memiliki hak keamanan atas
aset tertentu sebagai jaminan atas pinjaman yang diberikan. Di beberapa negara,
termasuk Indonesia, hak tanggungan diatur dalam perundang-undangan yang khusus
mengatur tentangnya.
1
Bisnis adalah kegiatan di mana seseorang atau sekelompok orang membuat, menjual, atau
menukarkan barang atau jasa dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.
(https://stekom.ac.id/artikel/apa-itu-bisnis)
1
B. Rumusan Masalah
4. Apa yang dimaksud dengan benda dan hukum benda?
5. Bagaimana pembagian benda menurut hukum?
6. Apa yang dimaksud dengan hak tanggungan?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian benda dan hukum benda
2. Untuk mengetahui pembagian benda menurut hukum
3. Untuk memahami apa itu hak tanggungan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. BENDA
1. Pengertian Hukum Benda
Dalam bahasa aslinya bahasa Belanda, benda itu adalah zaak. Dalam pasal 499
KUHPerdata yang diartikan dengan zaak ialah semua barang dan hak. Hak disebut
juga dengan bagian dari harta kekayaan. Harta kekayaan meliputi barang, hak, dan
hubungan hukum mengenai barang dan hak, yang diatur dalam buku II dan buku
III KUHPerdata. Sedangkan zaak meliputi barang dan hak diatur dalam buku II
KUHPerdata. Barang adalah objek hak milik. Hak juga dapat menjadi objek hak
milik. Dalam arti hukum, yang dimaksud dengan benda ialah segala sesuatu yang
menjadi objek hak milik. Semua benda dalam arti hukum dapat diperjualbelikan,
dapat diwariskan, dan dapat diperalihkan kepada pihak lain.
2
Muhammad Abas dkk, Pengantar Hukum Indonesia (Pemahaman Dasar dalam Sistem Hukum), (Jambi: PT.
Sonpedia Publishing Media, 2023), hlm, 55
3
2. Sistem Hukum Kebendaan
Sistem pengaturan hukum benda adalah sistem tertutup, artinya orang tidak
dapat mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah ditetapkan dalam
undang-undang. Jadi hanya dapat mengadakan hak kebendaan terbatas pada yang
sudah ditetapkan dalam undang-undang saja.3 (PNH Simanjuntak, 2017)
Hal ini berlawanan dengan sistem hukum perikatan, di mana hukum perikatan
mengenal sistem terbuka, artinya orang dapat mengadakan perikatan ataupun
perjanjian mengenai apa pun juga, baik yang sudah ada aturannya dalam undang-
undang maupun yang belum ada peraturannya sama sekali. Jadi, siapapun boleh
mengadakan suatu perikatan atau perjanjian mengenai apa pun juga.
Menurut Prof. Sri Soedewi Majvhoen Sofwan, benda dapat dibedakan atas:
4
a) Barang-barang yang berwujud (lichamelijk) dan barang-barang tidak
berwujud (onlichamelijk)
b) Barang-barang yang bergerak dan barang-barang yang tidak bergerak
c) Barang-barang yang dapat dipakai habis (verbruikbaar) dan barang-barang
yang tidak dapat dipakai habis (onverbruikbaar)
3
P.N.H Simanjuntak, Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm, 176
4
Barang yang berwujud, yaitu barang yang dapat diraba dengan pancaindera seperti, tanah,
rumah, binatang, dan lain-lain (https://muisumut.or.id/hukum-benda/)
4
d) Barang-barang yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan barang-barang
yang masih akan nada (toekomstige zaken).
e) Barang-barang yang dalam perdagangan (zaken in de handel) dan barang-
barang yang diluar perdagangan (zaken buiten de handel).
f) Barang-barang yang dapat dibagi dan barang-barang yang tidak dapat dibagi.
Sementara menurut Prof. L.J. Van Apeldoorn, benda dapat dibagi atas:
a) Benda berwujud (lichamelijk zaken), yakni benda yang dapat ditangkap
dengan pancaindra
b) Benda tidak berwujud (onlichamelijk zaken), yakni hak-hak subyektif.
a) Benda Bergerak
Benda bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya atau karena
penetapan undang-undang dinyatakan sebagai benda bergerak, misalnya
kendaraan, surat-surat berharga, dan sebagainya.
Dengan demikian kebendaan bergerak ini sifatnya adalah kebendaan
yang dapat dipindah atau dipindahkan (Pasal 509 KUHPerdata). Menurut
Pasal 505 KUHPerdata, benda bergerak ini dapat dibagi atas benda yang dapat
dihabiskan dan benda yang tidak dapat dihabiskan.
5
nama ialah benda yang dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau sertifikat
atas nama pemiliknya, misalnya : tanah, rumah, hak cipta, dan lain-lain.
Pentingnya pembedaan ini terletak pada pembuktian pemiliknya (untuk
ketertiban umum). Benda terdaftar dibuktikan dengan tanda pendaftaran, atau
sertifikat atas nama pemiliknya, sedangkan untuk benda tidak terdaftar (tidak
atas nama) berlaku asas “yang menguasai dianggap sebagai pemiliknya”. 6
(Saija & Letsoin, 2016)
4. Hak Kebendaan
Hak kebendaan adaalah suatu hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas
suatu benda yang dapat dipertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat. Hak
kebendaan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:7 (Tutik & SH, 2015)
a. Hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan (zakelijkgenootsrecht), yang
diperinci menjadi:
1) Bezit, suatu keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda baik sendiri
maupun dengan perantaraan orang lain seolah-olahnya benda itu miliknya sendiri.
2) Hak milik (hak eigendom) disebutkan dalam pasal 570 BW menyatakan bahwa
hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu benda dengan
sepenuhnya dan untuk berbuat sebebas-bebasnya terhadap benda itu.
3) Hak memungut hasil adalah hak untuk menarik hasil (memungut) hasil dari benda
orang lain , seolah-olah benda itu miliknya sendiri dengan kewajiban untuk
menjaga benda tersebut tetap dalam keadaan seperti semula.
4) Hak pakai dan mendiami merupakan hak kebendaan yang terjadinya dan
hapusnya sama seperti hak memungut hasil (vruchtgebruik).
6
Ronald Saija, Roger Letsoin, Buku Ajar Hukum Perdata, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012), hlm, 40
7
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm, 155
6
4) Privilege (piutang-piutang yang di istimewakan) 8
b) Dengan penemuan
8
Hak privilege merupakan jaminan khusus yang didasarkan pada undang-undang. Hak privilege
atau hak istimewa adalah hak yang didahulukan (https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-privilege-dan-
hak-retensi-lt51584b636a944/)
7
Benda yang semula milik orang lain akan tetapi lepas dari
penguasaannya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa
yang menemukan barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa
pemiliknya, menjadi pemilik barang yang diketemukannya. Contoh ini
adalah aplikasi hak bezit.
c) Dengan penyerahan
Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui
penyerahan berdasarkan alas hak (rechts titel) tertentu, seperti jual beli,
sewa menyewa, hibah warisan, dll.
e) Dengan pewarisan
Hak kebendaan bisa diperoleh melalui warisan berdasarkan hukum
waris yangberlaku, bisa hukum adat, hukum Islam atau hukum barat.
9
daluwarsa atau lewat waktu adalah suatu sarana hukum untuk memperoleh sesuatu atau suatu
alasan untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan dengan
terpenuhinya syarat-syarat yang ditentukan dalam undang-undang.
(https://www.hukumonline.com/klinik/a/adakah-masa-daluwarsa-untuk-menagih-utang-lt4ff546e380ca3/)
10
Reynold Simanjuntak, Hukum Perdata, (Jakarta: Lakeisha, 2019), hlm, 132
8
g) Dengan cara ikutan/turunan
Seseorang yang membeli seekor sapi yang sedang bunting maka anak
sapi yangdilahirkan dari induknya itu menjadi miliknya juga. Demikian
pula orang yang membeli sebidang tanah, ternyata diatas tanah itu
kemudian tumbuh pohon durian, maka pohon durian itu termasuk milik
orang yang membeli tanah tersebut.
b) Karena dipindah-tangankan
Hak milik, hak memungut hasil atau hak pakai menjadi hapus bila
benda yangbersangkutan dipindah tangankan kepada orang lain.
9
1) Harus didasarkan suatu undang undang
2) Dilakukan untuk kepentingan umum (dengan ganti rugi yang layak).
B. HAK TANGGUNGAN
1. Pengertian Hak Tanggungan Dan Juga Definisi Menurut Para Ahli
Hukum tanah yang berlaku bagi Bangsa Indonesia sejak sebelum kemer-
dekaan hingga lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang dikenal dengan UUPA, bahkan sampai sekarang
masih berlaku hukum tanah adat. Dalam hukum tanah adat tidak mengenal yang
namanya lembaga jaminan hak atas tanah yang sekarang dikenal dengan Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- Benda yang Ada di Atasnya. Di dalam
hukum tanah adat hanya mengenal transaksi-transaksi yang berobjek hak atas tanah
baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat tetap, seperti jual beli, tukar-
menukar, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, gadai-menggadai, hak menumpang,
dan bagi hasil tanah pertanian.
Hak jaminan atas tanah hanya dikenal di dalam hukum tanah Barat atau Eropa,
yaitu dalam Burgerlijk Wetboek (BW), yang diatur di dalam Buku II tentang Hak
Jaminan Atas Tanah melalui Hipotek. Jaminan adalah suatu perikatan antara kreditur
dengan debitur, di mana debitu? memperjanjikan sejumlah hartanya untuk pelunasan
utang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku apabila dalam waktu
yang ditentukan terjadi kemacetan pembayaran utang si debitur. 11 (Supramono, 1995)
Jaminan adalah milik pihak peminjaman yang dijanjikan kepada pemberi pinjaman
jika peminjam tidak dapat mengembalikan pinjaman tersebut. Jaminan merupakan
salah satu unsur dalam analisis pembiayaan. Oleh karena itu, barang-barang yang
diserahkan nasabah harus dinilai pada saat dilaksanakan analisis pembiayaan dan
harus berhati-hati dalam menilai barang-barang tersebut karena harga yang
dicantumkan oleh nasabah tidak selalu menunjukkan harga yang sesungguhnya
11
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta Djambatan, 1996), hlm,
75,
10
(harga pasar pada saat itu). Dengan kata lain, nasabah kadang-kadang menaksir
barang-barang yang digunakannya di atas harga yang sesungguhnya. Penilaian yang
terlalu tinggi bisa berakibat lembaga keuangan berada pada posisi yang lemah. Jika
likuiditas/penjualan barang agunan anan tidak dapat dihindarkan, keadaan tersebut
dapat sembawa lembaga keuangan kepada kerugian karena hasil penjualan agunan
biasanya akan lebih rendah dari pada harga semula maupun harga pasar pada saat
agunan akan dijual sehingga tidak dapat menutupi kewajiban nasabah lembaga
keuangan.12 Salah satu jenis dari jaminan adalah hak tanggungan atas tanah dan
berikut benda-benda yang ada di atasnya.
(1) Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya
dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang
dimaksud dalam Pasal 19.
(2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat
mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak
tersebut.
Pasal 33 menentukan: Hak guna usaha dapat dijadikan jaminan utang dengan
dibebani hak tanggungan. Pasal 39 menentukan: Hak guna bangunan dapat dijadikan
janman utang dengan dibebani hak tanggungan. Pasal 51 menentukan: Hak
Tanggungan yang dapat dibebankan pada hak milik, hak gima usaha, dan hak guna
bangunan tersebut dalam Pasal 25, 33. dan 39 diatur dengan undang-undang.
12
Veitnzal Rival, Islamic Finansial Management, (Jakarta Raja Grafindo Persada, 2008) hlm, 666-667
11
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka pemerintah membuat Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah dan Benda-
Benda di Atasnya. Istilah hak tanggungan sebagai hak jaminan yang dilahirkan oleh
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok
Agraria (UUPA).
Istilah hak tanggungan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
sebagai berikut. Tanggungan diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan,
sedangkan jaminan itu sendiri artinya tanggungan atas pinjaman yang diterima. 13
(Balai Pustaka, 2001) Penggunaan istilah hak "tanggungan" bagi lembaga jaminan
atas tanah hingga saat ini masih dipersoalkan oleh beberapa ahli.14 (Khoidin, 2017)
Kata tanggungan sebenarnya merupakan istilah yang lazim dipakai di dunia
perasuransian. Kala tanggung sering dipakai sebagai sinonim dari kata asuransi,
sehingga muncul istilah penanggungan, artinya asuradur dan tertanggung, yaitu
pihak yang diasuransikan atau ditanggung.15 Sehubungan dengan pemakaian istilah
hak tanggungan di dalam UUPA dan UUHT, dunia perasuransian telah menggugat
pemakaian istilah tersebut sebagai istilah khusus bagi dunia mereka yang sebaiknya
tidak digunakan oleh kalangan selain kalangan perasuransian. Dengan digunakannya
kata tanggungan untuk menamai lembaga jaminan atas tanah maka memiliki 2 (dua)
arti, yaitu jaminan (atas tanah) dan asuransi. Berikut beberapa pengertian dari hak
tanggungan yang dikemukakan oleh para ahli.
13
Fuad Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jilid // (Jakarta Balai Pustaka, 1991) hlm, 899
14
M. Kholdin, Hukum Jaminan (Hak-Hak Jaminan, Hak Tanggungan, dan Eksekusi Hak Tanggungan),
(Surabaya Laksbang Yustilia 2017), him 76
15
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan (Asas-Asas Ketentuan-Ketentuan Pokok, dan Masalah Masalah yang
Dihadapi Oleh Perbankan) (Bandung Alumni 1999) hlm, 4.
16
Boedi Harsono Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, den Pelaksanaan (Jakarta
Djambatan. 1999), hlm, 24
12
2) Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini, S.H. mengemukakan bahwa "Hak Tanggungan
adalah salah satu jenis dari hak jaminan di samping hi- potek, gadai, dan fidusia.
Hak jaminan dimaksudkan untuk menjamin utang seorang debitur yang memberikan
hak utama seorang debitur yang memberikan hak utama kepada seorang kreditur
tertentu, yaitu pemegang hak jaminan itu, untuk didahulukan terhadap kreditur
kreditur lain apabila cedera janji".17
3) Kartini Muljadi, S.H., M.H. dan Gunawan Widjaja S.H. mengemuka-kan bahwa
"Hak Tanggungan adalah suatu bentuk jaminan pelunasan utang, dengan hak
mendahului, denga objek (jaminannya) berupa hak- hak atas tanah yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun. 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria atau Undang- Undang Pokok Agraria".18
17
Sutan Remy Sjundeini, foc ait, hlm, 4
18
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm, 13
13
Rakyat Indonesia. Kelima dasar ini merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan satu dengan lainnya. Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila
pertama meliputi juga nilai-nilai yang terkandung di dalam sila kedua,
ketiga, keempat, dan kelima, demikian pula sebaliknya.
2) Landasan Yuridis
14
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggam-
barkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum
atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah
ada, yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum
dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum
yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu
dibentuk Peraturan Perundang- undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum
itu antara lain peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis
atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari undang-undang
sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah da tetapi tidak memadai,
atau peraturannya memang sama sekali belum ada.19
Berikut landasan yuridis dari hak tanggungan.
a. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 Ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 ayat (3) yang menentukan:
"Bumi, dan air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat".
19
Lampiran | Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
15
1) Pasal 23 menyatakan bahwa hak milik, demikian pula setiap peralihan,
hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftar- kan
dan pendaftaran tersebut merupakan alat pembuktian yang kuat
mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan
hak tersebut.
2) Pasal 25 menyatakan bahwa hak milik dapat dijadikan jaminan utang
dengan dibebani hak tanggungan.
3) Pasal 32 menyatakan bahwa hak guna usaha, demikian pula setiap
peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus
didaftarkan dan pendaftaran tersebut merupakan alat pembuktian yang
kuat mengenai sahnya peralihan dan hapusnya, kecuali dalam hal hak itu
hapus karena jangka waktunya berakhir.
4) Pasal 33 menyatakan bahwa hak guna usaha dapat dijadikan jaminan
utang dengan dibebani hak tanggungan.
5) Pasal 38 menyatakan bahwa hak guna bangunan, demikian pula setiap
peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus
didaftarkan dan pendaftaran tersebut merupakan alat pembuktian yang
kuat mengenai sahnya peralihan dan hapusnya, kecuali dalam hal hak itu
hapus karena jangka waktunya berakhir.
6) Pasal 39 menyatakan bahwa hak guna usaha dapat dijadikan jaminan
utang dengan dibebani hak tanggungan.
7) Pasal 51 menyatakan bahwa hak tanggungan yang dapat dibebankan
pada hak milik, hak guna usaha, dan hak guna bangunan tersebut dalam
Pasal 25, 33, dan 39 diatur dengan undang-undang.
8) Pasal 57 UUPA disebutkan bahwa selama undang-undang hak
tanggungan belum terbentuk, maka digunakan ketentuan tentang hipotek
sebagaimana yang diatur di dalam KUH Perdata dan Credietverband.
3) Landasan Empiris
Landasan empiris/sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebu- tuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesung- guhnya
16
menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan
masyarakat dan negara.
Secara empiris bahwa dengan berkembangnya lembaga perbankan dan
perekonomian lainnya sebagai wadah bagi masyarakat untuk melaku- kan
transaksi keuangan guna membantu masyarakat mengembangkan usahanya
untuk meningkatkan kesejahteraan. Guna menjamin keper- cayaan lembaga
keuangan terhadap debitur, maka lembaga keuangan memerlukan jaminan
kebendaan terhadap utang-piutang yang dilakukan oleh debitur dan kreditur.
17
keuangan dalam hubungannya dengan para pelaku usaha mempunyai peran dan
fungsi yang sangat penting.
Utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan dapat berupa utang yang
sudah ada maupun yang belum ada tetapi sudah diperjanjikan, misalnya
utang yang timbul dari pembayaran yang dilakukan oleh kreditur untuk
kepentingan debitur dalam rangka pelaksanaan bank garansi. Jumlahnya pun
dapat ditentukan secara tetap di dalam perjanjian yang bersangkutan dan
dapat pula ditentukan kemudian berdasarkan cara perhitungan yang
ditentukan dalam perjanjian yang menimbulkan hubungan utang-piutang
yang bersangkutan, misalnya utang bunga atas pinjaman pokok dan ongkos-
ongkos lain yang jumlahnya baru dapat ditentukan kemudian.
b. Hak Tanggungan dapat diberikan untuk suatu utang yang berasal dari satu
hubungan hukum atau unter satu utang atau lebih yang berasal dari beberapa
hubungan hukum.
18
Seringkali terjadi debitur berutang kepada lebih dari satu kreditur,
masing-masing didasarkan pada perjanjian utang-piutang yang ber-lainan,
misalnya kreditur adalah suatu bank dan suatu badan afiliasi bank yang
bersangkutan. Piutang para kreditur tersebut dijamin dengan satu Hak
Tanggungan kepada semua kreditur dengan satu akta pemberian Hak
Tanggungan. Hak Tanggungan tersebut dibebankan atas tanah yang sama.
Bagaimana hubungan para kreditur satu dengan yang lain, diatur oleh
mereka sendiri, sedangkan dalam hubungannya dengan debitur dan pemberi
Hak Tanggungan kalau bukan debitur sendiri yang memberinya, mereka
menunjuk salah satu kreditur yang akan bertindak atas nama mereka.
Misalnya mengenai siapa yang akan menghadap PPAT dalam pemberian
Hak Tanggungan yang diper- janjikan dan siapa yang akan menerima dan
menyimpan sertifikat Hak Tanggungan yang bersangkutan.
19
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Makalah ini telah mengungkapkan bahwa pemahaman yang mendalam tentang
hukum benda sangat penting dalam kehidupan. Hukum benda memainkan peran kunci
dalam mengatur hubungan antara individu, bisnis, dan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan menjaga keadilan, keamanan, dan ketertiban dalam transaksi dan kepemilikan
benda, hukum ini memberikan pondasi penting untuk masyarakat yang berfungsi dengan
baik.
Hukum benda adalah bagian integral dari sistem hukum yang berfungsi untuk
melindungi hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam kepemilikan dan
perolehan benda. Dengan memahami konsep-konsep dasar hukum benda dan mengikuti
prinsip-prinsip hukum yang berlaku, kita dapat menciptakan masyarakat yang adil dan
seimbang dalam pengaturan benda.
B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasa tulisan ini sangatlah sederhana dan jauh
dari kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk
perbaikan tulisan ini agar menjadi lebih baik lagi kedepannya dan dapat bermanfaat bagi
para pembaca maupun penulis sendiri
20
BAB IV
Daftar Pustaka
Abas, M., Citra, H., Amalia, M., Lawra, R. D., Kamilah, A., Fajrina, R. M., Marwenny, E., & Nizwana,
Y. (2023). PENGANTAR HUKUM INDONESIA: Pemahaman Dasar dalam Sistem Hukum. PT.
Sonpedia Publishing Indonesia.
Khoidin, M. (2017). Hukum Jaminan (Hak-Hak Jaminan, Hak Tanggungan dan Eksekusi Hak
Tanggungan). Surabaya: Laksbang Yustisia.
Saija, R., & Letsoin, R. F. X. V. (2016). Buku Ajar Hukum Perdata. Deepublish.
Supramono, G. (1995). Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis. Djambatan.
Tutik, D. R. T. T., & SH, M. H. (2015). Hukum perdata dalam sistem hukum nasional. Kencana.
21