Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA

TERHADAP KEHIDUPAN EKONOMI DESA KOLBANO,

KECAMATAN KOLBANO, KABUPATEN TIMUR TENGAH

SELATAN

PROFOSAL

VEBRIATY VERONIKA MISSA


NIM : 2010010052

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2024
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 8
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian................................................................ 8
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 10
2.1. Kajian Teoritik ..................................................................... 10
2.1.1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ....... 10
2.1.2. Teori Pembangunan Ekonomi .................................... 11
2.1.3. Pembangunan Ekonomi Daerah ................................ 12
2.1.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................... 14
2.1.5. Pembangunan Pariwisata............................................ 16
2.1.6. Pariwisata Sebagai Industri ........................................ 31
2.1.7 Dampak Pariwisata ...................................................... 34
2.2. kajian Empirik ...................................................................... 38
2.3. Kerangka Berpikir ................................................................ 41
2.4. Hipotesis Penelitian ............................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 42
3.1. Pendekatan Penelitian .......................................................... 42
3.2. Jenis Penelitian ..................................................................... 42
3.3. Tempat Penelitian ................................................................. 43
3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................... 43
3.5. Fokus Penelitian ................................................................... 44
3.6. Data dan Sumber Data.......................................................... 45
3.7. Subjek dan Objek Penelitian ................................................ 45
3.8. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 46
3.9. Teknik Analisis Data ............................................................ 46

i
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 49

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang mempunyai peran

penting dalam perekonomian dan merupakan salah satu sektor yang

menjadi sumber pemasukan negara. Pariwisata dapat dikembangkan

sebagai sumber pendapatan, baik sebagai pendapatan daerah pada

umumnya maupun sebagai pendapatan masyarakat sekitar khususnya.

Berbagai pihak seperti pemerintah, pihak swasta dan masyarakat lokal

yang terlibat langsung dengan cara memanfaatkan objek wisata sebagai

peluang usaha akan dapat merasakan dampak positif dari sektor

pariwisata. Pemerintah dapat memperoleh sumber penerimaan pajak dan

devisa dari sektor pariwisata. Pihak swasta dapat memanfaatkan sektor

pariwisata untuk menciptakan peluang usaha dalam kegiatan ekonomi.

Masyarakat yang terlibat langsung dalam sektor pariwisata juga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut.

Sektor pariwisata sebagai industri yang potensial, yang dapat

dikembangkan untuk mendorong kemajuan ekonomi serta menjadi

program pembangunan nasional yang senantiasa menjadi perhatian

pemerintah pusat maupun daerah sekaligus menjadi salah satu andalan

pemerintah dalam membantu memulihkan kondisi ekonomi (Ashoer dan

Muhammad, 2021)

Kunjungan wisatawan dapat merubah pola dan tata cara hidup

masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan oleh adanya interaksi sosial antara

1
masyarakat di sekitarnya dengan wisatawan yang berkunjung. Kegiatan

pariwisata yang berkembang dengan baik akan memberikan dampak

positif terhadap kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat

sekitarnya, baik yang dirasakan secara langsung maupun secara tidak

langsung (Yohanes, 2019). Dampak langsung yang dirasakan seperti

peningkatan pendapatan, dan kesempatan kerja, sedangkan yang tidak

langsung seperti dampak terhadap pendidikan, dan kesehatan.

Pariwisata adalah suatu aktivitas kompleks yang dapat dipandang

sebagai suatu sistem yang besar, dimana sistem tersebut memiliki aktor

atau pelaku pariwisata yang terlibat dalam penyelenggaraan sistem

pariwisata tersebut. Setiap pelaku / aktor pariwisata merupakan pemangku

kepentingan yang harus melebur menjadi satu dan saling mendukung satu

sama lain bekerja sama. Meskipun setiap pelaku wisata memiliki peran

yang berbeda- beda, tetapi mutlak peran dan pendapat para pelaku wisata

harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata,

pelaku wisata terdiri dari masyarakat lokal, wisatawan dan pemerintah

(Maulana Dkk., 2017).

Masyarakat lokal sebagai pemain kunci dan sebagai pemilik atraksi

atau obyek wisata tersebut. Menjadikan masyarakat sebagai sasaran utama

dalam pengembangan wisata, peran masyarakat dalam penyediaan jasa

wisata tenaga kerja dan membantu dalam pengawasan dan pengelolaan

kepariwisataan. Pemerintah merupakan pelaku wisata bertanggung jawab

dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan hal tersebut

menjadikan pemerintah sebagai acuan bagi pelaku wisata lain untuk

2
melakukan peran-peran mereka masing-masing, pemerintah wajib dan

bertanggung jawab membuat kebijakan, membuat kebijakan berupa

peraturan-peraturan pemerintah tentang pengolahan obyek wisata.

Sedangkan wisatawan merupakan faktor yang menentukkan

berlangsungnya kegiatan pariwisata (Benu dkk., 2022)

Kabupaten Timor Tengah Selatan ( TTS ) sebagai salah satu daerah

di provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) yang menyelenggarakan

otonomi daerah dimana saat ini sedang mengembangkan berbagai potensi

pariwisata yang ada. Secara geografis, Kabupaten Timor Tengah Selatan

memiliki beberapa keunggulan diantaranya; berada pada ketinggian 800 -

1000 mdpl dan memiliki udara yang sejuk, memiliki keanekaragaman

potensi dan daya tarik wisata berupa pegunungan, alam, pantai dan wisata

budaya, serta letaknya yang strategis yaitu sebagai daerah transit yang

menghubungkan Ibu kota Provinsi NTT (Kota Kupang) dan kabupaten

lain di Pulau Timor, yakni Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU),

Kabupaten Malaka dan Kabupaten Belu hingga ke Negara Demokrat

Timor Leste yang merupakan pintu gerbang bagi wisatawan mancanegara

(Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten TTS 2023).

Kabupaten Timor Tengah Selatan hanya memiliki 16 daya tarik

wisata, enam belas daya tarik tersebut terdiri dari 6 daya tarik alam, 4 daya

tarik sejarah, 3 daya tarik kampung tradisional, 2 daya tarik pantai yang

terdiri dari wisata Pantai Kolbano dan wisata Pantai Oe'tune, serta 1 daya

tarik buatan. Pengembangan wisata di kabupaten Timor Tengah Selatan

masih jauh tertinggal dibandingkan dengan wilayah- wilayah lain di Nusa

3
Tenggara Timur, Pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Timor Tengah Selatan seperti bekerja sendiri saja

sebagai stokeholders yang aktif. Rendahnya partisipasi masyarakat dan

pelaku pariwisata lainnya seperti pihak swasta, menjadi sebab kunci

kurangnya perhatian atas keberlangsungan eksisensi pariwisata di

Kabupaten Timor Tengah Selatan (Maulana Dkk., 2017). Dari 16 obyek

wisata di Kabupaten Timor Tengah Selatan, salah satu diantara adalah

wisata Pantai Kolbano.

Pantai Kolbano terletak di Desa Kolbano, Kecamatan Kolbano

yang berjarak kurang lebih 80 km arah selatan dari So'e ibukota

Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Jarak ini dapat di tempuh dalam

waktu 1,5 jam s/d 2 jam menggunakan kendaraan umum maupun

kendaraan pribadi. Pantai kolbano memiliki karateristik pantai berbatu

dengan ombak yang cukup besar dikarenakan pantai ini berhadapaan

langsung dengan Samudra Hindia dan Benua Australia. Tidak sama

dengan pantai pada umumnya yang memiliki hamparan pasir putih atau

hitam yang luas, pantai Kolbano memiliki keunikan tersendiri yaitu

hamparan bebatuan warna-warni yang indah dan unik dengan beragam

warna mulai dari warna- warna standard batuan, hitam, putih, kelabu

hingga warna-warna yang cantik seperti merah, merah muda (pink),

coklat, peach, jingga dan abu-abu kehijauan, bahkan ada yang batu yang

berwarna gradasi paduan beberapa warna dengan motif mirip marmer.

Ukuran yang bervariasi, mulai dari yang sebesar kelereng hingga

4
sekepalan tangan orang dewasa, dan bentuk seperti bulat, lonjong, oval,

kubus, prisma, dan lain-lain.

Dengan karateristik pantai seperti itu Pantai Kolbano termasuk

dalam salah satu Pantai eksotis di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain

batu warna-warni, Pantai Kolbano juga memiliki air laut yang berwarna

biru creamy yang dihasilkan dari pantulan batu-batu putih yang berada di

dasar laut. Keunikan Pantai Kolbano lainnya yaitu adanya sebuah batu

raksasa di sebelah kanan pantai yang menurut masyarakat sekitar, batu

yang menjadi landmark Pantai Kolbano ini bernama Fatu Un, Sekilas, batu

ini berbentuk seperti kepala manusia yang menambah keunikan Pantai

Kolbano'.

Menurut Peraturan Daerah No.1 Tahun 2012 tentang RTRW

Provinsi Nusa Tenggara Timur Pantai Kolbano ditetapkan sebagai

peruntukan pariwisata dan dalam RTRW Kolbano menjadi salah satu dari

7 satuan wilayah pengembangan pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara

Timur berdasarkan Keunikan Pantai Kolbano dan didukung oleh

pembangunan Pelabuhan Kolbano yang berjarak 200 dari lokasi pantai

yang nantinya dapat berdampak pula pada kemudahan aksesbilitas

wisatawan

Sejauh ini, pengembangan Pantai Kolbano sebagai daerah tujuan

wisata belum berjalan dengan baik pelaku pariwisata atau pemangku

kepentingan yang seharusnya bersama-sama merencanakan,

pembangunan, pengorganisasian, pemeliharaan, dan pengawasan dalam

pengembangan wisata tidak terjadi di wisata Pantai Kolbano. Dimana

5
pelaku wisata atau berkepentingan (stakeholder) yang meliputi

masyarakat, wisatawan, serta pemerintah belum dapat berkerjasama untuk

melakukan perencanaan, pemeliharaan, pengawasan, dll. Pemerintah telah

melakukan usaha kerja sama dengan masyarakat melalui pembentukkan

POKDARWIS (kelompok sadar wisata) pada tahun 2002 serta

pembiayaan untuk pengadaan fasilitas wisata Pantai Kolbano. Hanya saja

tidak didukung oleh sebagian masyarakat. Masyarakat belum dapat

menerima usaha pengembangan yang dilakukan pemerintah dikarenakan

masyarakat berpendapat bahwa pengembangan yang dilakukan pemerintah

apakah membawa dampak besar pada perekonomian masyarakat.

Sedangkan wisatawan yang merupakan pelaku wisata yang sangat

penting serta memiliki peran yang menentukkan kegiatan pariwisata hanya

dapat menerima dan menikmati kondisi wisata Pantai Kolbano saat ini.

Namun, besar harapan mereka agar pemerintah dapat turun tangan dan

membawa perubahan bagi wisata Pantai Kolbano dengan tidak melupakan

dan melibatkan masyarakat sekitar (Maulana Dkk., 2017).

Kurangnya keterlibatan pelaku wisata atau pemangku kepentingan

dalam pengembangan wisata Pantai Kolbano mempengaruhi tata kelolah

wisata Pantai Kolbano sehingga berpangaruh juga pada penyediaan

amenitas atau sarana prasarana dan aksesbilitas pariwisata yang berfungsi

untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan wisatawan/pengunjung

selama melakukan kegiatan wisata di Pantai Kolbano, serta berpengaruh

juga pada kurangnya atraksi wisata dan aktivitas wisata yang dapat

dilakukan dan dinikmati wisatawan/pengunjung (Maulana Dkk., 2017).

6
Permasalahan lain yang sedang mengancam keindahan Pantai

Kolbano ialah aktivitas penambangan batu warna yang dilakukan oleh

warga masyarakat sekitar dikarenakan tidak menjanjikannya potensi

pariwisata bagi masyarakat mendorong mereka untuk melakukan

penambangan pasir dan batu warna-warni. Sejak tahun 90-an, pemerintah

membuka keran penambangan pasir yang memanjang dari pantai Noesiu,

Kolbano sampai dengan Oetuke dan sekitarnya, hanya menyisakan 100 m

di sisi timur dan barat Fatu Un sebagai daerah larang tambang. Menurut

Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) TTS. ketentuan izin

yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten, banyak perusahaan

yang tidak mematuhi izin tersebut dan seharusnya pemerintah tidak boleh

mengerluarkan izin penambangan untuk pariwisata. Rendahnya

pengawasan dari pemerintah dapat membawa dampak pada kerusakan

pantai yang sangat mempengaruhi pengembangan pariwisata berkelanjutan

di Pantai kolbano (Maulana Dkk., 2017).

Pengembangan Pantai Kolbano saat ini sebagai tujuan destinasi

wisata belum sepenuhnya optimal hal ini berdampak pada belum

meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat, serta belum adanya

kontribusi besar bagi pendapatan asli daerah dari sektor pariwisa sehingga,

untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan strategi dan program

pengembangan wisata Pantai Kolbano yang dirancang berdasarkan pada

prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan dimana dalam

pengembangan wisata pantai Kolbano mengedepankan kelestarian alam

dan budaya serta mampu memperdayakan masyarakat lokal yang menetap

7
di sekitar Pantai Kolbano, dengan melibatkan pemerintah, masyarakat,

pihak swasta dan wisatawan agar turut berpartisipasi dalam pengembangan

Pantai Kolbano. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul: “ANALISIS DAMPAK

PEMBANGUNAN PARIWISATA TERHADAP KEHIDUPAN

EKONOMI, DESA KOLBANO, KECAMATAN KOLBANO,

KABUPATEN TIMUR TENGAH SELATAN.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak pembangunan wisata Pantai Kolbano terhadap

kehidupan ekonomi masyarkat Desa Kolbano?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat perkembangan wisata yang

akan berdampak pada perekonomian masyarakat Desa kolbano?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui bagaimanakah dampak pembangunan wisata pantai

Kolbano terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarkat Desa

Kolbano.

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat perkembangan wisata

yang akan berdampak pada perekonomian masyarakat Desa Kolbano.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa ide

atau gagasan untuk pengembangan objek wisata Pantai Kolbano.

2. Bagi Pengelola

8
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa ide

atau gagasan dalam mengelola wisata Pantai Kolbano sehingga dapat

meningkatkan kualitas wisatanya.

3. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau

wawasan kepada masyarakat mengenai pariwisata dan dampak

keberadaan tempat wisata, sehingga masyarakat dapat bekerja sama

dengan pemerintah dan pihak pengelola untuk sama-sama mengelola,

menjaga, melestarikan dan mengembangkan wisata Pantai Kolbano.

4. Bagi akademisi atau mahasiswa hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan dan literatur dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

5. Bagi penulis untuk menambah wawasan sekaligus sebagai

pelaksanaan tugas akademik yaitu untuk melengkapi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana.

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kajian Teoritik

2.1.1. Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Konsep pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dua

konsep yang sering digunakan dalam membahas Ekonomi Pembangunan

dan pada dasarnya tidak lepas dari kaidah-kaidah ilmu ekonomi

pembangunan baik secara mikro maupun makro. Pembahasan ilmu

ekonomi (economics) selalu berkaitan terutama dengan efisiensi dan

alokasi sumber-sumber produktif yang langka (scarcity), dan dengan

pertumbuhan yang optimal dari sumber- sumber itu untuk menghasilkan

barang dan jasa yang lebih besar, sedangkan ekonomi pembangunan

mempunyai ruang lingkup (scope) yang lebih luas dan komplek.

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang

tidak dapat dipisahkan. Pembangunan ekonomi lebih menitik beratkan

pada upaya- upaya meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atas

GDP (gross domestic product) yang disertai dengan perombakan dan

modernisasi dari sektor-sektor ekonomi serta memperhatikan aspek

pemerataan pendapatan (income equity) sedangkan pertumbuhan ekonomi

lebih kepada upaya kenaikan GDP dan tidak memandang apakah kenaikan

itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa

memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya atau tidak

(Zalukhu, 2024).

10
2.1.2. Teori Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam

penelitian ini didefinisikan sebagai suatu bidang studi dalam ilmu ekonomi

yang memperlajari tentang masalah-masalah ekonomi di negara

berkembang yang seterusnya akan kita namakan negara berkembang saja,

dan kebijakaan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pembangunan

ekonomi (Hasan dan Azis, 2018).

Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan

ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses dalam menganalisis suatu

maslah yang ada di negara berkembang. Sehingga pada hakikatnya

memberikan pengaruh dalam pembangunan di negara tersebut. Istilah

pengertian pembangunan ekonomi hanya ada di negara berkembang

karena, ini sebagai bentuk masih belum kuatnya sistim yang harus di ikuti

suatu negara tersebut untuk menentukan arah kebijakaan pembangunanya.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan,

hakikat dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya

terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat

saja. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan pendapatan perkapita dan

pendapatan nasional.Pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata

penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai

produksi barang- barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu

perekonomian di dalam masa satu tahun (Zalukhu, 2024).

11
Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan perkapita dari

masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan

ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu

daerah (Zalukhu, 2024).

Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan

waktu ditandai oleh perubahan struktural. Perubahan tersebut terjadi pada

landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi

masyarakat yang bersangkutan (Zalukhu, 2024).

2.1.3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya

yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah

dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan

merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)

dalam wilayah tersebut (Lilncoln, 2018).

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha

sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam

arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian

dan usaha- usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan

daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan

lapangan kerja bagi penduduk. Sehingga proses pembangunan bukan

hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun demikian

pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses

pembangunan daerah (Lilncoln, 2018).

12
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target utama

dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial.

Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan

potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan

ekonomi yang tinggi diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat (lilncoln, 2018)

Menurut teori ekonomi Neo Klasik, ada dua konsep pokok dalam

pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan

mobilitas faktor produksi daerah. Artinya, sistem perekonomian akan

mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa

retriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah

yang memiliki upah tinggi menuju daerah yang memiliki upah rendah.

Dalam pembangunan ekonomi modal memegang peranan penting.

Menurut teori ini, akumulasi modal akan menentukan cepat atau

lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Proses

pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan

keterkaitan satu sama lainnya. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu

sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong

kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Hal

ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Proses

pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya harus

tunduk pada fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi

(Kuncoro, 2019).

13
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi

daerah tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi. Suatu masyarakat dinilai

berhasil melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonomi

masyarakat tersebut cukup tinggi. Hubungan pariwisata dengan

pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya, karena pariwisata dapat

menjadi multiplier ganda yang dapat mempercepat dan mendorong

pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Ini karena pariwisata menciptakan

permintaan baik untuk konsumsi maupun investasi, yang dapat mengarah

pada produksi barang dan jasa (Haryanto, 2022).

2.1.4. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefenisiskan sebagai sebuah acuan

yang bisa di manfaatkan agar dapat mengevaluasi efisiensi dan efektifitas

dari aktifitas ekonomi dengan tujuan untuk menambah nilai pendapatan

masyarakat selama periode tertentu (Nurwahida Dkk., 2022). Pertumbuhan

ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai

kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang

hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu Negara atau

suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi melibatkan produksi barang atau jasa

di semua sektor ekonomi (Imsar Dkk., 2022).

Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi

barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian,

pertumbuhan ekonomi menujukkan sejauh mana aktifitas perekonomian

dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat

pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara atau suatu

14
wilayah yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu menggambarkan

bahwa perekonomian Negara atau wilayah tersebut berkembang dengan

baik.

Dibanyak Negara syarat utama bagi terciptanya penurunan

kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya pertumbuhan

ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan, namun

menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Kenyataan ini berarti bahwa

pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi tidak berarti bagi penurunan

masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan

(Romi, 2019).

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan bagian

terpenting dalam kebijakan ekonomi dinegara maupun sistem ekonomi

manapun. Secara menyeluruh, hal ini dapat di asumsikan bahwa

pertumbuhan ekonomi akan membawa peluang dan pemerataan ekonomi

yang lebih besar (Muttaqin, 2018). Secara umum, pertumbuhan ekonomi

lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative

change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk domestic

Bruto (PDB), atau Pendapatan atau output perkapita. Dimana PDB

Merupakan total nilai pasar (total market value) dari barangbarang akhir

dan jasa-jasa (final goods and service) yang dihasilkan di dalam suatu

perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).

15
2.1.5. Pembangunan Pariwisata

1. Pembangunan

Pembangunan pada hakekatnya merupakan proses transformasi

masyarakat menuju keadaan yang mendekati tata masyarakat yang dicita-

citakan sebagaimana yang ada dalam konstitusi. Dalam proses

transformasi tersebut, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yakni

keberlanjutan dan perubahan (Haryanto, 2017). Pembangunan merupakan

sebuah proses multidimensi yang mencakup perubahan penting dalam

struktur sosial, sikap rakyat, lembaga-lembaga nasional, pertumbuhan

ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan

absolut (Afandi, 2019)

2. Pengertian Pariwisata

Pengertian pariwisata berasal dari kata Sansakerta itu terdiri dari dua

suku kata pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, atau berputar-

putar, dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan wisata berarti

perjalanan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pariwisata merupakan kegiatan perjalan yang dilakukan berkali kali dan

secara berulang dari satu tempat ke tempat lainnya, atau dalam bahasa

inggris disebut Tour. (Yoeti, 2001:19)

Makna lain dari pariwisata yaitu “Tourism is travel for pleasure”.

Maksudnya pariwisata adalah perjalanan untuk bersenang-senang,

sehingga jika perjalanan itu tidak untuk kesenangan melainnkan untuk

tujuan lain maka perjalanan itu tidak dapat dikategorikan “pariwisata”.

(Yoeti, 2001 : 20)

16
Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Tentang: Kepariwisataan, Pariwisata

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kepariwisataan, termasuk

pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di

bidang itu; Menurut undang-undang kepariwisataan Nomor 10 Tahun

2009, kepariwisataan adalah keadaan alam, flora dan fauna, sebagai

anugerah Tuhan Yang Maha Esa, serta peninggalan purbakala,

peninggalan sejarah, seni dan budaya milik bangsa Indonesia yang

merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk

meningkatkan kepariwisataan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu meningkatkan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu fokus pemerintah saat

ini adalah pengembangan destinasi wisata yang ada di daerah di setiap

daerah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan perekonomian daerah

melalui pemanfaatan secara optimal seluruh elemen-elemen yang terkait

industri pariwisata itu sendiri (Kemenparekraf, 2021).

Marhendi (2021) menyebutkan bahwa pariwisata adalah kegiatan

memindahkan orang untuk sementara waktu ke tempat tujuan di luar

tempat tinggal dan bekerja serta melakukan kegiatan selama berada di

tempat tujuan, serta menyiapkan fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya.

Yoeti (2002) juga berpendapat bahwa keberhasilan suatu tempat wisata

untuk menciptakan kawasan wisata sangat bergantung pada 3A yaitu

atraksi, aksesibilitas dan Amenitas.

17
Meskipun beberapa ahli tersebut memiliki tiga sampai empat produk

atau komponen pariwisata yang harus dimiliki, Ditjen Pariwisata Republik

Indonesia menyatakan bahwa pengembangan produk pariwisata

didasarkan pada 4 faktor, yaitu:

1) Pertama, atraksi: atraksi situs (tempat bersejarah, tempat dengan cuaca

baik, pemandangan indah), atraksi acara (acara atau acara seperti

kongres, pameran atau acara lainnya)

2) Kedua, fasilitas (facilities) yang tersedia, yaitu: akomodasi, katering,

transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan untuk bepergian,

alat komunikasi;

3) Ketiga, aksesibilitas yaitu lokasi yang tidak terlalu jauh, tersedia

transportasi menuju lokasi, murah, aman dan nyaman;

4) Keempat, organisasi pariwisata harus merumuskan kerangka

pengembangan pariwisata, mengatur industri pariwisata dan

mempromosikan daerah agar dikenal banyak orang.

UU No. 9 Tahun 2021 tentang kepariwisataan pasal 1 menyatakan

pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas

serta layanan yang disediakan masyarakat setempat, sesama wisatawan,

pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha ((UU), Pedoman Destinasi

Pariwisa Berkelanjutan, No. 9 tahun 2021).

Salah satu sektor yang pada umumnya dapat dikembangkan sebagai

salah satu sumber pendapatan daerah dan khususnya sumber pendapatan

masyarakat sekitar adalah pariwisata. Dengan diberlakukannya UU No. 32

Tahun 2004, dan UU No. 33 Tahun 2004 yang memberikan kewenangan

18
lebih luas pada pemerintahan daerah untuk mengelola wilayahnya. Dalam

rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah dengan membawa

implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan untuk menggali

dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki daerah.

Pemerintah daerah memiliki keleluasaan untuk mengembangkan obyek

wisata dengan adanya UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004

(https://peraturan.bpk.go.id).

3. Dasar Hukum Pariwisata

Dasar hukum tentang pariwisata telah diatur dalam Undang-Undang

No. 9 Tahun 2021 Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

menjelaskan ketentuan umum tentang pariwisata, asas-asas pariwisata,

prinsip penyelenggaraan pariwisata, fungsi dan tujuan pariwisata,

pembangunan kepariwisataan, kawasan strategis, usaha, larangan,

kewenangan pemerintah kabupaten dan pemerintah daerah, koordinasi,

hak dan kewajiban pariwisata, Badan Promosi Wisata Indonesia,

gabungan industri pariwisata Indonesia, pelatihan sumber daya manusia,

standarisasi, sertifikasi, tenaga kerja, pendanaan, sanksi administratif,

ketentuan pidana, ketentuan peralihan serta ketentuan penutup

(PMParekraf,009,2021).

1. Asas Pariwisata
Menurut ((UU), No. 1 Tahun 2009) dalam Peraturan Daerah

Kabupaten TTS Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Kepariwisataan,

pariwisata diselenggarakan atas asas-asas berikut ini:

1. Manfaat: Manfaat diartikan dengan pelaksanaan pembangunan

pariwisata harus memberikan manfaat sebanyak-banyaknya kepada


19
seluruh masyarakat. Baik itu manfaat ekonomi seperti terciptanya

peluang usaha dan membuka lapangan kerja maupun manfaat sosial

dan budaya dengan adanya interaksi sosial akibat adanya kegiatan

pariwisata sehingga diperoleh informasi dan pengetahuan.

2. Kekeluargaan: Kekeluargaan diartikan dengan pelaksanaan

pembangunan pariwisata harus dilakukan bersama-sama serta

dengan semangat kebersamaan, sertamenghindari terjadinya

benturan sosial yang memudarkan nilai-nilai kekeluargaan dalam

kehidupan sosial masyarakat.

3. Adil dan merata: Adil dan merata diartikan dengan seluruh

masyarakat berhak ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan

pariwisata. Merata diartikan semua masyarakat berhak menikmati

hasil dari kegiatan kepariwisataan sesuai nilai-nilai darmabakti.

4. Keseimbangan: Keseimbangan diartikan dengan pelaksanaan

pembangunan pariwisata dilakukan secara seimbang antara

pembangunan ekonomi, pembangunan mental dan karakter social,

serta interaksi sosial individu.

5. Kemandirian: Kemandirian diartikan dengan pelaksanaan

kepariwisataan harus membangun kemandirian bangsa agar tidak

tergantung secara sosial maupun ekonomi dari sisi penyediaan

sumber daya.

6. Kelestarian: Kelestarian diartikan dengan pelaksanaan

pembangunan pariwisata harus selalu dilaksanakan dengan prinsip

menjaga kelestarian sumber daya, baik sumber daya alam ataupun

20
sumber daya sosial dan budaya. Ekploitasi sumber daya yang

berlebihan tidak akan terjadi dengan diterapkannya prinsip

kelestarian yang pada gilirannya dapat menimbulkan kerusakan

lingkungan atau penurunan sumber daya yang tidak

menguntungkan.

7. Partisipatif: Partisipatif berarti bahwa pelaksanaan pembangunan

pariwisata melibatkan seluruh lapisan masyarakat secara aktif sejak

tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan

pariwisata. Sehingga masyarakat berperan lebih banyak dan

menikmati hasilnya yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Tanggung jawab sosial atas

pembangunan pariwisata akan meningkat dengan terlibatnya

masyarakat.

8. Berkelanjutan: Berkelanjutan berarti bahwa pelaksanaan pariwisata

harus mempertimbangkan prinsip-prinsip berkelanjutan agar

kebutuhan generasi saat ini maupun kepentingan generasi yang

akan datang terpenuhi. Manfaat jangka panjang dan jaminan

pengelolaan akan terpenuhi dengan diterapkannya prinsip ini.

9. Demokratis: Demokratis berarti mengedepankan keadilan dan

musyawarah. Tujuannya agar terikat secara sosial dan politik,

ekonomi serta menyelesaikan masalah dengan mufakat dalam

pelaksanaan pembangunan pariwisata.

10. Kesetaraan: Kesetaraan berarti adanya kesetaraan antar pelaku

pelaksanaan pariwisata seperti pelaku usaha, pemerintah dan

21
masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan pembangunan, mulai

dari tahapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan

pengontrolan, serta evaluasi pelaksanaan kebijakan.

11. Kesatuan: Kesatuan berarti bahwa kegiatan pengembangan

pariwisata nusantara dimaksudkan untuk memupuk rasa cinta tanah

air dan kesatuan bangsa dan negara Republik Indonesia.

12. Profesionalisme: Profesionalisme diartikan dengan mengutamakan

keahlian berdasarkan kode etik dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dalam melaksanakan kegiatan pembangunan

pariwisata.

2. Fungsi Pariwisata

Menurut ((UU), No. 10 Tahun 2009), fungsi pariwisata adalah untuk

memenuhi kebutuhan intelektual, serta kebutuhuhan rohani dan

jasmani setiap wisatawan yang dapat dilakukan dengan cara

berekreasi serta melakukan perjalanan. Hal ini juga dapat

meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan

rakyat.

3. Tujuan Pariwisata

Pariwisata bertujuan untuk ((UU), No. 10 Tahun 2009):

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

3. Menghapus kemiskinan

4. Mengatasi pengangguran

5. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya

22
6. Melestarikan dan memajukan kebudayaan serta perlindungan

terhadap nilai-nilai keagamaan

7. Mengangkat citra bangsa

8. Memupuk rasa cinta tanah air

9. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa

10. Mempererat persahabatan antar bangsa.

4. Macam-macam Pariwisata

Perbedaan antara suatu pariwisata dengan pariwisata lainnya

diperlukan untuk perencanaan dan pengembangan suatu kepariwisataan,

sehingga dapat dikembangkan dan dapat terwujud berdasarkan jenis dan

macam-macam pariwisata itu sendiri. Sebagai suatu gejala, pariwisata

terwujud dalam beberapa bentuk, yaitu:

a. Pariwisata berdasarkan letak geografis, Yoeti (1996:120) menyatakan

bahwa Jenis-jenis pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Pariwisata lokal (local tourism), pariwisata jenis ini berada dalam

lingkup yang lebih sempit dan hanya terbatas pada tempat-tempat

tertentu.

2) Pariwisata regional (regional tourism), pariwisata jenis ini

dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat berada dalam

lingkupan nasional maupun dalam lingkupan internasional.

3) Pariwisata nasional (national tourism), jenis pariwisata ini terdiri dari

warga negara lokal dan warga negara asing yang hidup di Negara

tersebut.

23
4) Pariwisata regional-internasional, kepariwisataan ini terbatas

perkembangannya dalam wilayah internasional namun melewati

beberapa negara dari wilayah tersebut.

5) Pariwisata internasional (international tourism), kepariwisataan ini

terdapat di banyak negara serta dikembangkan di banyak negara

lainnya yang ada di dunia.

b. Pariwisata menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran dibedakan

menjadi: pariwisata aktif, yaitu jenis pariwisata yang ditandai dengan

banyaknya wisatawan negara asing yang datang berkunjung kesuatu

negara dan pariwisata pasif, yaitu jenis kepariwisataan yang ditandai

dengan orang-orang dari negara tersebut bepergian ke negara lainnya

untuk tujuan yang sama.

c. Pariwisata menurut tujuan perjalanan, dibedakan menjadi (Widyatmaja,

2017):

1) Business tourism, pariwisata yang bertujuan untuk perjalanan dinas.

2) Vocational tourism, pariwisata yang bertujuan untuk berlibur.

3) Educational tourism, pariwisata yang bertujuan untuk kegiatan

belajar/mengajar.

4) Familiarization tourism, pariwisata yang bertujuan untuk lebih

mengenal suatu daerah yang berkaitan dengan pekerjaan si wisatawan.

5) Scientific tourism, pariwisata yang bertujuan untuk penelitian.

6) Special mission tourism, tujuan pariwisata yang mempunyai misi

tertentu.

24
7) Hunting tourism, pariwisata yang bertujuan untuk berburu suatu

hewan asal daerah tersebut, yang sebelumnya telah memperoleh izin.

5. Karakteristik Pariwisata

Ada tiga hal yang membuat kegiatan pariwisata menjadi besar.

Pertama, tempat wisata yang menampakkan penampilan eksotis, kedua,

kebutuhan dan kegiatan setiap orang untuk mendapatkan hiburan diwaktu-

waktu senggang, dan ketiga, kepentingan politis suatu pihak yang berkuasa

terhadap negara yang dijadikan objek wisata yang harus dipenuhi. Istilah

pariwisata yang biasa disebut dengan tur sebagian besar berhubungan

dengan mobilitas. Warna wisata, bersantai, gembira, bahagia dan dapat

bersenang-senang merupakan ciri-ciri tersendiri dan suatu perjalanan

wisata ini (Widyatmaja, 2017).

Ada dua faktor saling berkaitan yang menentukan manfaat dan

kepuasan berwisata, yaitu: segala daya tarik yang terdapat di daerah tujuan

wisata agar orang-orang tertarik untuk berkunjung ke suatu tempat daerah

tujuan wisata (tourist resaurces), dan segala aktivitas yang dapat dilakukan

pengunjung serta fasilitas yang dapat digunakan pengunjung yang

pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara komersial (tourist

service). Produk pariwisata berbeda dengan produk manufaktur seperti

barang eloktronik atau hasil bumi karena produk pariwisata merupakan

produk jasa yang bersifat kompleks dan mempunyai karakteristik.

Karakteristik tentang produk pariwisata yang merupakan produk

jasa, antara lain karakteristiknya sebagai berikut (Widyatmaja, 2017):

25
a. Intangibilty, Wisatawan hanya menerima tawaran janji atau garansi

serta ketepatan waktu penyediaan jasa yang ditawarkan produk jasa

kepada wisatawan. Berbeda dengan produk biasa yang dapat dicoba

seperti mobil yang bisa dicoba di showroom, produk jasa atau

pariwisata ini tidak dapat dicoba terlebih dahulu. Untuk menutupi

masalah yang mungkin timbul karena para wisatawan tidak bisa

mencoba suatu produk pariwisata, maka penyedia jasa dapat

menyediakan brosur dan media promosi lainnya yang bisa menutupi

masalah yang timbul.

b. Perishability, Sebuah produk pariwisata atau produk jasa tidak dapat

disimpan lama dengan tujuan untuk dijual saat harga tinggi, berbeda

dengan produk barang yang bisa disimpan dan dijual saat harga tinggi.

Jika produk jasa tidak dapat terjual pada saat itu maka berarti tidak

akan terjual. Contohnya seperti penjualan tempat duduk pada pesawat

terbang.

c. Inseparibility, Produk jasa diproduksi dan dikonsumsi pada waktu

yang sama dan bersamaan, oleh karena itu wisatawan yang ingin

membeli produk jasa harus datang ketempat produk jasa tersebut

diproduksi. Berbeda dengan produk barang yang dapat didatangkan

dari mana saja, produk jasa hanya bisa dikonsumsi pada tempat

dimana produk tersebut dihasilkan. Contohnya jika seorang wisatawan

melihat keindahan suasana pantau, maka wisatawan tersebut harus

datang ke pantai tersebut untuk menikmatinya karena tidak mungkin

memindahkan pantai ke tempat wisatawan tersebut. Suatu produk

26
pariwisata dapat diketahui batapa sensitif dan beresiko tinggi nya

dengan mengetahui karakteristik produk pariwisatanya. Suatu produk

wisata dipengaruhi oleh keamanan suatu negara dan isu-isu lainnya.

d. Complementarity of tourist service, Untuk memiliki nilai yang lebih

tinggi (value added), maka produk masing-masing perusahaan

pariwisata harus dikombinasikan dengan produk lainnya sehingga

tinggi nilainya untuk konsumen seperti wisatawan.

e. Organisasi resmi untuk mendukung pemasaran Suksesnya

kepariwisataan dalam pemasaran memerlukan bantuan dari

pemerintah untuk mengatur permintaan satu paket wisata yang utuh

karena sifat dan karakter produk industri pariwisata terdiri dari

perusahaan kecil menengah dan jauh berbeda dengan produk

manufaktur.

f. After sales service, Pelayana purna jual (after sale service) merupakan

salah satu faktor yang paling penting untuk menentukan pembelian.

Umumnya orang tidak mau membeli barang berharga yang tidak

disertai pelayanan purna jual

Produk wisata tidak hanya dari segi ekonomis tetapi juga segi-segi

yang bersifat sosial, psikologis, dan alamiah. Penghasil produk tersebut

ialah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan, penginapan, dan

penyelenggaraan wisata, kemudian masyarakat menyediakan jasa-jasa

seperti keramahtamahan, kondisi jalan, keamanan, dan kenyamanan, dan

alam menyediakan jasa seperti pemandangan keindahan alam, pantai,

hutan, laut, dan sebagainya.

27
Produk wisata yang berwujud benda seperti berbagai jenis makanan,

minuman, atau cinderamata yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Keseluruhan barang dan jasa atau beberapa diantaranya merupakan hal

yang bisa ditawarkan oleh masyarakat setempat kepada wisatawan

(Widyatmaja, 2017).

6. Daerah Tujuan Wisata

Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan tempat tujuan bagi

wisatawan dimana kegiatan pariwisata dilakukan dengan berbagai fasilitas

dan atraksi wisata yang disediakan. Sesuatu yang menarik yang dimiliki

tempat tujuan tersebut akan menimbulkan atau merangsang wisatawan

untuk melakukan aktivitas wisatanya, yang sering disebut dengan daya

tarik wisata (taurism attraction). Ada beberapa unsur pokok dalam

mendukung keberadaan daerah tujuan wisata yang harus mendapat

perhatian agar wisatawan aman, tenang, dan nyaman dengan

kunjungannya. Unsur pokok ini sangat penting dalam mengembangkan

pelayanan bagi wisatawan sehingga mereka betah dan tinggal lebih lama di

daerah yang dikunjunginya (Widyatmaja, 2017).

Daerah tujuan wisata harus memiliki komponen-komponen

pendukung sebagai berikut ini untuk mengembangkan kegiatan wisatawan

(UNESCO, 2009):

a. Obyek/atraksi dan daya tarik wisata, Sebuah tempat wisata harus

memiliki sesuatu yang dapat dinikmati seperti keindahan alam,

budaya yang unik yang dapak disaksikan, atau sejarah yang dapat

dipelajari dari daerah tempat wisata tersebut. Sehingga para

28
wisatawan tertarik untuk mengunjungi dan ingin menikmati hal-hal

yang baru ditemukan dan belum pernah dilihat sebelumnya.

b. Transportasi dan infrastruktur, Transportasi diperlukan oleh para

wisatawan untuk mencapai daerah wisata, seperti pesawat, kapal laut

dan mobil. Kemudian infrastruktur yang secara tidak langsung

mendukung kegiatan pariwisata, seperti tersedianya air, jalan,

bandara, pelabuhan, listrik, dan pengolahan limbah dan sampah.

Kelancaran aktivitas pariwisata didukung dengan adanya transportasi

dan infrastruktur tersebut.

c. Akomodasi (tempat menginap), Akomodasi adalah tempat dimana

wisatawan untuk bermalam sementara waktu di suatu tempat wisata.

Wisatawan akan lebih betah dengan adanya sarana akomodasi yang

membuat mereka nyaman seperti pelayanan yang baik serta bersih,

lokasi yang mudah dijangkau, dan harga yang sesuai dengan

kenyamanan yang diberikan. Contohnya seperti hotel, guest

house,homestay, losmen, perkemahan, dan vila.

d. Usaha makanan dan minuman, Usaha makanan dan minuman akan

memudahkan wisatawan ketika mereka mengunjungi tempat wisata.

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi,

dan menjadi nilai tambah serta daya tarik tersendiri bagi wisatawan

apalagi jika makanan dan minuman yang disediakan merupakan

makanan khas lokal daerah wisata tersebut.

e. Jasa pendukung lainnya, Jasa pendukung disini seperti biro perjalanan

yang mengatur perjalanan wisatawan, jasa pemandu yang akan

29
memandu wisatawan, penjual cindera mata, bank dan sarana penukara

uang, internet, serta hal-hal lain yang mendukung kelancaran

berwisata.

f. Jasa pendukung lainnya, Jasa pendukung disini seperti biro perjalanan

yang mengatur perjalanan wisatawan, jasa pemandu yang akan

memandu wisatawan, penjual cindera mata, bank dan sarana penukara

uang, internet, serta hal-hal lain yang mendukung kelancaran

berwisata.

Daerah tujuan wisata yang ideal harus mempunyai daya tarik wisata,

memiliki fasilitas yang cukup, menyediakan kebutuhan wisatawan untuk

dibeli seperti makanan/minuman, dan menawarkan hiburan. Suatu daerah

tujuan wisata hendaknya menyediakan hal berikut (Helpiastuti, 2018):

a. Sesuatu yang dapat dilihat (something to see), yaitu objek wisata harus

memiliki sesuatu yang dapat dilihat atau digunakan oleh wisatawan

sebagai pemandangan yang mampu menarik minat wisatawan untuk

mengunjungi objek tersebut.

b. Sesuatu yang dapat dilakukan (something to do), yaitu aktivitas yang

memungkinkan dilakukan wisatawan untuk mendatangkan rasa

senang, bahagia dan relaksasi berupa fasilitas rekreasi, seperti taman

bermain dan tempat makan, terutama makanan khas daerah tersebut.

c. Sesuatu yang dapat dibeli (something to buy), yaitu fasilitas belanja

wisata yang umumnya menjadi ciri atau ikon daerah tersebut dan oleh

karena itu dapat digunakan sebagai oleh-oleh.

30
d. Sesuatu yang dinikmati, yaitu hal-hal yang memenuhi selera dan cita

rasa wisatawan dalam arti luas. Sesuatu yang berkesan, yang mampu

menahan wisatawan lebih lama atau menimbulkan kunjungan ulang.

2.1.6. Pariwisata Sebagai Industri

Pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks,

memiliki beberapa aspek seperti sosiologis, ekonomis, psikologis,

ekologis, dan sebagainya. Aspek ekonomis hampir menjadi satu-satunya

aspek yang dianggap penting dan mendapat perhatian paling besar

dibanding yang lainnya. Orang-orang harus mengeluarkan biaya untuk

melakukan perjalanan, biaya tersebut untuk mereka yang menyediakan

transportasi, menyediakan jasa, menyediakan hiburan, menyediakan

makanan dan lainnya untuk keperluan orang-orang yang melakukan

perjalanan. Salah satu tujuan pembangunan pariwisata adalah memperoleh

keuntugan ekonomis yang akan diperoleh daerah yang dikunjungi oleh

wisatawan. Industri selalu dihubungkan dengan proses produksi.

Industri diartikan sebagai sekumpulan usaha bidang produksi yang

menghasilkan produk barang atau jasa. Tujuan dicetuskan istilahindustri

pariwisata (tourism industry) ialah untuk memberikan daya tarik agar

pariwisata dapat dianggap sebagai sektor yang memberi manfaat atau

berpengaruh bagi perekonomian suatu negara, terutama bagi negara-negara

sedang berkembangsi (Widyatmaja, 2017).

Pengelompokan perusahaan-perusahaan yang ikut serta berperan

dalam industri pariwisata di bagi berdasarkan jenis perusahan serta fungsi

dan tugasnya dalam melayani para wisatawan (Yoeti, 2008:65).

31
Tabel 2.1
Jenis Perusahaan Serta Tugas dan Fungsinya

No Jenis Perusahaan Tuga dan Fungsinya


1 Tour operator Bertugas dalam hal
pemberian
informasi/advis/paket
pariwisata
2 Maskapai Menyediakan pelayanan
penerbangan dalam
hal keberangkatan ke
daerah
tujuan wisata
3 Angkutan wisata Angkutan wisata
(taxi, coach) melayani
dalam hal penjemputan
dari
bandara, penginapan,
destinasi
wisata hingga kembali ke
bandara.
4 Akomodasi (hotel, Menyediakan
motel, penginapan) penginapan,
pelayanan makanan, dan
bersih-bersih.
5 Restoran Menyediakan makanan
dan
minuman
6 Impersiariat, Menyediakan pelayanan
amusement hiburan
semacam atraksi dan
lainya
7 hopping center, Menyediakan tempat
mall, pusat oleh-oleh untuk
berbelanja, termasuk
kebutuhan
selama wisata, cendera
mata dan
oleh-oleh
8 Bank/pusat Melayani permintaan
penukaran uang penukaran
mata uang asing,
terutama dari
wisatawan asing
9 Retail store Menyediakan
perlengkapan-
perlengkapan wisata
10 Local tour operator Menyediakan pelayanan
32
tour
local
Sumber: Yoeti (2008:65)

Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2011 tentang rencana

induk pembangunan kepariwisataan nasional menjelaskan industri

pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam

rangka menghasilkan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (https;//bpk.go.id). Berikut

ciri-ciri industri pariwisata (Yoeti, 2008:67):

a. Industri pelayanan: Masing-masing perusahaan yang terdaftar dalam

industri pariwisata merupakan perusahaan jasa yang saling bekerja

sama untuk menghasilkan produk baik berupa barang maupun

pelayanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

b. Labor intensive: Penyerapan tenaga kerja.

c. Capital intensive: Dalam pembangunan sarana dan prasarana industri

pariwisata dibutuhkan modal yang cukup besar dan memakan waktu

yang lama.

d. Sensitive: Dalam kegiatan pariwisata keamanan dan kenyamanan

merupakan prioritas.

e. Seasonal: Kegiatan pariwisata dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya faktor waktu. Wisatawan biasanya berkunjung ketika liburan

kerja, tahun baru dan hari raya.

f. Quick Yelling Industri: Keberadaan wisatawan asing dalam kegiatan

pariwisata sangat berpengaruh bagi pemasukan daerah/negara.

33
Pemasukan devisa negara diperoleh pada saat adanya wisatawan asing

yang berkunjung ke daerah tersebut

2.1.7. Dampak Pariwisata

Pariwisata bisa menjadi keberhasilan atau musibah karena interaksi

lintas budaya yang terjadi. Dampak ini tergantung pada pemerintah yang

menerapkan kebijakan pengembangan pariwisata. Dampak pariwisata

yang dinilai negatif yaitu menimbulkan perubahan-perubahan yang tidak

diinginkan atau merugikan eksistensi kebudayaan masyarakat setempat.

Dampak pariwisata yang positif dapat memberikan manfaat bagi

kesejahteraan ekonomi masyarakat, revitalisasi dan konservasi bagi

eksistensi kebudayaan masyarakat setempat, serta pelestarian lingkungan

(Widyatmaja, 2017).

Dampak biofisik, dampak sosial ekonomi, serta sosial budaya

merupakan dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan alamiah maupun

sosial budaya yang menyediakan pemanfaatan barang dan jasa. Dampak

dari sosial ekonomi yang memberikan keuntungan secara otomatis

memberikan pengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun,

pada gilirannya manfaat atau keuntungan yang diperoleh oleh pelaku

usaha atau pengelola akan berkurang dengan sendirinya (Widyatmaja,

2017).

Dampak pariwisata merupakan cakupan kajian yang paling banyak

dibahas dalam literarur terutama dampak terhadap masyarakat lokal.

Berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti keamanan, politik, dan

lainnya dapat dipengaruhi oleh pariwisata. Namun, dampak pariwisata

34
terhadap daerah tujuan wisata dan masyarakat yang banyak mendapat

ulasan atau dibahas ialah dampak terhadap ekonomi, sosial budaya,

lingkungan.

Penghasil devisa atau penggerak ekonomi bagi pembangunan

ekonomi suatu negara seringkali dianggap sebagai alasan pariwisata harus

dikembangkan. Kenyataannya bagi suatu negara, pariwisata memiliki

alasan pembangunan yang lebih luas.

Menurut IUOTO (International Union of Official Travel

Organization), ada delapan alasan utama pariwisata harus dikembangkan

oleh setiap negara, yaitu:

a. Perkembangan ekonomi nasional maupun internasional dapat

dipengaruhi oleh faktor pariwisata.

b. Kemakmuran melalui perkembangan akomodasi, komunikasi,

transportasi, dan jasa-jasa pelayanan lainnya juga dipicu oleh

pariwisata

c. Pelestarian budaya dan nilai-nilai sosial diberikan perhatian khusus

sehingga bernilai ekonomi.

d. Pada sebuah destinasi adanya konsumsi wisatawan sehingga terjadi

pemerataan kesejahteraan.

e. Penghasil devisa.

f. Mempengaruhi tejadinya perdagangan internasional (ekspor dan

impor).

35
g. Pangsa pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi

pariwisata maupun lembaga yang khusus membentuk hospitality yang

handal dan santun.

h. Aneka ragam produk lokal yang terus berkembang karena pariwisata

menjadi pangsa pasar produk lokal, seiring pergerakan sosial ekonomi

pada daerah suatu daerahdestinasi.

Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat dipengaruhi oleh

tingkat pengembangan pariwisata. Sumber pendapatan yang semakin

meningkat sering dikaitkan dengan pengembangan pariwisata yang

semakin pesat, sehingga semakin banyak masyarakat yang meningkatkan

pendidikan anggota keluarganya menjadi wajib sekolah 9 tahun bahkan

sampai ke perguruan tinggi (Widyatmaja, 2017).

1. Dampak Positif Pariwisata Bagi Perekonomian

Seiring dengan semakin majunya pariwisata, pariwisata mempunyai

dampak-dampak positif bagi perekonomian antara lain (Widyatmaja,

2017):

a. Foreign Exchange Earnings (perolehan devisa), Sektor keuangan

tumbuh seiring bertumbuhya sektor ekonomi lainnya akibat dari

pengeluaran sektor pariwisata yang menyebabkan perekonomian

masyarakat menjadi stimulus berinvestasi. Bisnis valuta asing juga

tumbuh akibat dari kedatangan wisatawan yang akan memberikan

pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata.

b. Contributions To Government Revenues (kontribusi terhadap

pendapatan pemerintah), Terdapat dua kontribusi pariwisata terhadap

36
pendapatan pemerintah yaitu: kontribusi langsung yaitu pajak

pendapatan yang diterima langsung oleh dinas pendapatan daerah

destinasi dan diambil dari para pekerja pariwisata dan pelaku usaha

pariwisata pada destinasi wisata, dan kontribusi tidak langsung yaitu

pajak yang dibebankan pada wisatawan yang berkunjung dan pajak

atau bea cukai barang-barang yang diimpor.

c. Employment Generation (peluang usaha) Sektor pariwisata

berkontribusi nyata terhadap peciptaan peluang kerja, dan penciptaan

usaha terkait pariwisata, seperti usaha akomodasi, taxi, restoran, dan

usaha kerajinan souvenir.

d. Infrastructure Development (perkembangan infrastruktur), Apabila

sektor pariwisata berkembang maka pemerintah juga dapat

menyediakan infrastruktur yang lebih baik, seperti air bersih, listrik,

telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya

yang dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga

masyarakat lokal sendiri sebagai tuan rumah.

e. Development of Local Economies (perkembangan ekonomi lokal)

Pendapatan sektor pariwisata sering digunakan untuk mengukur nilai

ekonomi pada suatu kawasan wisata atau pendapatan lokal.

2. Dampak Negaatif Pariwisata Bagi Perekonomian

Sejauh pengembangan pariwisata di Indonesia yang menerima

kedatangan wisatawan silih berganti, dari sudut sosiologi belum banyak

dilakukan penelitian tentang dampak negatif sebagai akibat pengembangan

37
pariwisata secara tidak terkendali. Kita dapat melihat beberapa contoh

kejadian tersebut, misalnya (Yoeti, 2008;21):

a. Harga tanah menjadi mahal, pantai-pantai dikaveling, sehingga sering

terjadi spekulasi harga yang pada akhirnya meningkatkan harga tanah

disekitarnya.

b. Di pusat-pusat konsentrasi kegiatan pariwisata harga-harga bahan

makanan menjadi mahal yang dapat meningkatkan inflasi tiap

tahunnya.

c. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia

kehilangan daya tariknya untuk jangka panjang.

d. Terjadi urbanisasi, pencari kerja mengalir dari desa ke kota-kota besar.

e. Ramainya lalu-lintas wisatawan, ternyata ditumpangi oleh

penyelunduan obat bius dan narkotika.

2.2. kajian Empirik

Penulis,
Metode
NO Tahun, dan Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
Judul
(Syafarini & Metode Dampak dari Menggunakan Peneliti
Adnan, 2021) deskriptif pengembang an metode terdahulu
Judul: kualitatif objek wisata Pantai deskriptif meneliti
Dampak Tiram ini sudah kualitatif pengemban
Pengembanga berdampak baik bagi gan yang
n Objek masyarakat di dilakukan
Wisata Pantai kawasan objek pemerintah
Tiram wisata Pantai Tiram kabupaten
1 Terhadap terhadap
Perekonomia objek
n Masyarakat wisata
pantai tiram
sedangkan
penulis
meneliti
dampak
pendukung

38
dan
penghamba
t objek
wisata
pantai
kolbano
(Novela, Metode Pengembangan Menggunakan
2023) Judul: Kualitatif pariwisata di pantai metode
Dampak Deskriptif sayang heulang kualitatif,
Pengembanga ternyata memberikan meneliti
n Pariwisata dampak positif dan dampak
Terhadap negatif bagi pariwisata bagi
Kondisi masyarakat sekitar, kehidupan
Sosial dan dari aspek sosial ekonomi
Ekonomi perubahan sosial masyarakat.
Masyarakat yang terlihat pada
Sekitar Pantai masyarakat
Sayang mancagahar adalah
Heulang Desa cara pola pikir
Mancagehar masyarakat yang
Kecamatan semakin maju dan
Peneliti
Pameung berkembang.
terdahulu
Peuk Perubahan juga
meneliti
Kabupaten dirasakan pada
objek
Garut bidang ekonomi
wisata
yaitu perubahan pada
Pantai
mata pencaharian
Sayang
dan peningkatan
Heulang
pendapatan
2 Desa
masyarakat. Dampak
Mancagehar
positif yang di
sedangkan
rasakan banyak
penulis
lapangan kerja baru,
meneliti
meningkatnya
objek
kesejahtraan, akses
wisata
jalan mudah, pola
Pantai
pikir masyrakat
Kolbano
maju, sedangkan
dampak negatifnya
adalah gaya hidup
kebarat-baratan yang
di tiru asyarakat,
potensi kriminalitas.
Dengan demikian
maka,
pengembangan
pariwisata di pantai
sayang heilang dapat
menjadikan
kehidupan
masyarakat menjadi
lebih baik.

39
(Ompusungg Metode Penelitian Vina Menggun
u & Munth, deskriptif Maria Ompusunggu Metode akan
2020) Judul: kualitatif hanya meneliti deskriptif metode
Analisis dampak perkembang kualitatif deskriptif
Dampak an pariwisata kualitatif
Perkembanga sedangkan penulis
n Pariwisata meneliti faktor
Terhadap pendukung dan
Perekonomia penghambat
3 n Masyarakat perkembangan objek
(Studi Kasus wisata
Desa
Tongging,
Kecamatan
Merek,
Kabupaten
Karo,
Sumatera
Utara)
(Sekoen, Metode Partisipasi Menggunakan Penelitian
2021) Judul: kualitatif masyarakat sangat metode sekoen
partisipasi diperlukan dalam kualitatif meneliti
Masyarakat ketersedian objek partisipasi
Dalam wisata agar semakin masyarakat
Pengembanga maju dan dalam
n Wisata berkembang. Namun pengemban
Bukit Kasih perkembangan gan wisata
Di Desa pariwisata belum bukit kasih
Kanonang berjalan secara sedangkan
4 Kecamatan efektif karena penulis
Kawangkoan ketersedian fasilitas meneliti
Barat masih kurang baik. dampak
Kabupaten pendukung
Minahasa dan
penghambat
pembangun
an
pariwisata
pantai
kolbano
(Makwa, Metode Pengembangan Menggunakan Objek
2019) Judul: deskriptif pantai Tanjung Luar metode penelitian
Dampak kualitatif berdampak kepada penelitian Makwa
Pengembanga kehidupan deskriptif berada di
n Pariwisata masyarakat sekitar kualitatif Desa
Terhadap karena Tanjung
5
Perekonomia mengakibatkan Luar
n Masyarakat perputaran arus uang Lombok
Lokal di Desa di desa Tanjung Timur
Tanjung Luar Luar, sehingga sedangkan
Lombok pendapatan penulis
Timur masyarakat yang berada di

40
bekerja di sektor Desa
pariwisata meningkat Kolbano
Kecamatan
Kolbano
Kabupaten
Timor
tengah
selatan

2.3. Kerangka Berpikir


Suatu masalah riset dijelaskan berdasarkan observasi, fakta-fakta

yang ditemukan, telaah pustaka, dan dasar teori yang dijelaskan melalui

sebuah konsep kerangka pemikiran atau kerangka berpikir. Hal ini

dijelaskan oleh Rianse dan Abdi (Muchson, 2017). Dalam penelitian ini

kerangka berpikir dilampirkan sebagai berikut:

Objek wisata Waduk Brayeun

Perekonomian Faktor Pendukung dan


Masyarakat Penghambat

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah yang di

atas, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut:

”Diduga pembangunan pariwisata memiliki Dampak Positif terhadap

Kehidupan ekonomi masyarakat Desa Kolbano Kecamatan Kolbano

Kabupaten Timor Tengah Selatan”.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan merupakan pendekatan

kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2022),

metode penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bukan berbentuk angka, melainkan bentuk

kata-kata. Penelitian kualitatif ini diperoleh dari gambar maupun rekaman

video. Dengan kata lain, penelitian kualitatif ini merupakan penelitian

yang disajikan dalam bentuk kata-kata, kalimat, dan gambar yang

mendukung makna dari penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini

diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data seperti wawancara,

observasi yang sudah dituangkan dalam catatan lapangan, dokumentasi,

diskusi terfokus, dan lain-lain (Ibrahim, 2021).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada

penggalian kedalaman data daripada keluasan data (Kriyantono, 2020).

Pendapat lain menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

yang dilakukan untuk mencari gambaran naratif dari kegiatan dan dampak

dari tindakan yang dilakukan (Erickson, Dkk., 2018). Melihat definisi dan

pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah

42
penelitian yang mengamati suatu kondisi secara mendalam dan bertujuan

untuk menemukan makna di balik sesuatu yang terjadi secara alamiah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang mana

penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan secara

sistematis, jelas, dan faktual tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

daerah tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa

yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan pariwisata pantai Kolbano

terhadap perekonomian desa Kolbano.

3.3. Tempat Penilitian

Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan judul dari

proposal penelitian ini, maka yang menjadi lokasi penelitian adalah

Desa Kolbano Kecamatan Kolbano Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Alasan memilih lokasi penilitian adalah :

1. Karena Desa Kolbano mempunyai keunikan tersendiri yakni

adanya lokasi wisata yang unik dan menarik. Dan menjadi tempat

wisata yang selalu di penuhi oleh para wisatawan lokal

mengunjungi setiapharinya, sehingga penulis tertarik untuk meneliti

akibat dari dampak pariwitasa di Desa Kolbano.

2. Dampak pariwisata Terhadap Kehidupan sosial Ekonomi di Desa

Kolbano belum pernah di lakukan.

3.4. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu hal yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni,

43
2020:75). Pada penelitian ini variabel dibatasi sebagai berikut untuk lebih

memudahkan pada pembahasan:

1. Kehidupan Ekonomi adalah kegiatan ekonomi

2. Dampak adalah pengaruh atau akibat dari adanya objek wisata Pantai

Kolbano

3. Pengembangan adalah usaha untuk melakukan perkembangan pada

objek wisata Pantai Kolbano

4. Pembaharuan adalah sesuatu yang diperbaharui pada objek wisata

Pantai Kolbano

5. Pengelolaan adalah suatu proses yang dimulai dari perencanaan,

pengaturan, pengawasan, penggerak, sampai terwujudnya tujuan pada

objek wisata Pantai Kolbano

6. Penghambat adalah sesuatu yang menghalangi proses perkembangan

objek wisata Waduk Brayeun Pendukung adalah sesuatu yang

mendukung proses perkembangan objek wisata Pantai Kolbano

3.5. Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah meneliti Dampak lansung

pembangunan pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi di sekitar pantai

kolbano serta mengumpulkan data wawancara dan observasi sejauh mana

masyarakat lokal terlibat dalam industri pariwisata pantai kolbano, baik

sebagai pekerja, pengusaha, atau pemilik usaha pariwisata.

44
3.6. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu

data yang diperoleh langsung dari informan dengan menggunakan daftar

pertanyaan wawancara yang telah dipersiapkan.

3.7. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak yang berkaitan dengan yang diteliti

(informan atau narasumber) untuk mendapatkan informasi terkait data

penelitian yang merupakan sampel dari sebuah penelitian (Sugiyono, 2019

:397). Pada penentuan subjek dengan pertimbangan yang sesuai dengan

kriteria yang diinginkan peneliti sehingga nantinya dapat menentukan

jumlah sampel yang akan diteliti (Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini,

subjek penelitian berjumlah 14 informan yang terdiri dari aparatur desa,

pemangku adat setempat, serta pedagang yang berada disekitar

pengembangan pariwisata di Pantai Kolbano. Pemilihan kriteria ini karena

sesuai dengan tema penelitian Dampak Pembangunan Pariwisata terhadap

kehidupan ekonomi Desa Kolbano Kecamatan Kolbano Kabupaten TTS.

Sugiyono (2017:39) pengertian objek penelitian adalah “suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Objek penelitian merupakan suatu titik utama dari

penelitian atau sesuatu tempat atau sarana ilmiah yang akan dipaparkan

sehingga menghasilkan data atau informasi dengan tujuan tertentu. Atau

dengan sebutan lain yaitu sesuatu yang akan menjadi fokus pada sebuah

penelitian dikarenakan objek penelitian inilah yang hendak dicapai agar

45
mendapatkan jawaban dari permasalahan yang terjadi. Maka dalam

penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Pembangunan

Pariwisata terhadap kehidupan ekonomi Desa Kolbano Kecamatan

Kolbano Kususnya pada pantai Kolbano.

Adapun beberapa orang yang dijadikan sebagai informan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Informan Penelitian

No Profesi Jumlah Jenis Profesi


Informan
1 Tokoh 1 Pemangku Adat
Masyarakat
2 Pedagang 10 Usaha makanan/minuman dan
Kios
3 Aparatur 3 Camat/ Kepala Desa, Perangkat
Desa/

3.8. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara

yang dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang telah

dipersiapkan kepada informan, dengan bertatap muka secara langsung.

Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi berkaitan dengan penelitian, pendapat dan saran-saran langsung

dari masyarakat.

3.9. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data merupakan upaya yang

terus menerus atau berulang-ulang dan sistematis, Analisis data dilakukan

46
dalam dua tahap, yaitu ketika pengumpulan data dan setelah data

terkumpul. Analisis data menurut Sugiyono (2018:482) adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh sari hasil

wawancara,catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting

dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

1. Reduksi data yaitu merangkum data atau hasil yang diperoleh dari

wawancara dengan memfokuskan pada hal-hal yang penting,

membuat kategori dan membuang hal-hal yang tidak penting agar

diperoleh gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian data yaitu menyajikan data dalam bentuk hubungan antar

kategori, bagan uraian singkat, flowchart, dan sejenisnya untuk lebih

memudahkan memahami apa yang terjadi.

3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi data yaitu membuat kesimpulan

dari data yang telah disajikan dan diverifikasi berdasarkan data yang

ada yang kemudian akan menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal.

Penelitian ini juga menggunakan analisis SWOT dengan uraian

sebagai berikut:

1. Kekuatan (Strengths) yaitu kondisi semua kekuatan yang dimiliki

pariwisata sehingga dapat di kembangkan.

47
2. Kelemahan (Weakness) yaitu kondisi kelemahan atau sesuatu yang

tidak menguntungkan bagi pengembangan objek wisata.

3. Peluang (Opportunities) yaitu sesuatu yang dapat diciptakan atau

dipengaruhi dengan adanya objek wisata

4. Ancaman (Strengths) yaitu kondisi atau peristiwa alam yang menjadi

ancaman bagi objek wisata.

48
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lilncoln (1999) Ekonomi Pembangunan, Edisi Ke Tiga, Yogyakarta,


STIE YKPN, Hal 109.
Anisah, & Riswandi. (2015). Pantai Lampuuk dan Dampaknya Terhadap
Perekonomian Masyarakat. Jural Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol 2
No. 2, 70-82.
Azahra, R. K., & P. k. (2013). Pengaruh Keberadaan Desa Pariwisata Terhadap
Peningkatan Kesejahteraan Mastyarakat. Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Kota, Vol 1 No.1.
Benu, R., Kangkan, A. L., & Paulus, C. A. (2022). Kajian Kesesuaian Wisata di
Pantai Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Bahari Papadak, Vol 3
No
Bharuna S, A. A. (2009). Pola Perencanaan Dan Strategi Pembangunan Wisata
Alam Berkelanjutan Serta Berwawasan Lingkungan. Bumi Lestari, Vol 9
No. 1.
Helpiastuti, S. B. (2018). Pengembangan Destinasi Pariwisata Kreatif Melalui
Pasar Lumpur (Analisis Wacana Grand Opening “Pasar Lumpur” Kawasan
Wisata Lumpur, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember) . Journal of
Tourism and Creativity, 13-23.
Irhamna, S. A. (2017). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Perekonomian Masyarakat Sekitar Objek Wisata di Dieng Kabupaten
Wonosobo. Economics Development Analysis Journal, Vol 6 No.3, 320-
328.
Makwa, H. (2019). Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Perekonomian
Masyarakat Lokal di Desa Tanjung Luar Lombok Timur. Jurnal
Humanitas, Vol 5 No.2, 108-125.
Marsela, A. S. (2020). Dampak Pengembangan Objek Wisata Goa Kreo Bagi
Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Kandri Kecamatan Guung Pati.
Journal of Education, Society and Culture, 2 No.2, 848-856.
Maulana, E., Ambarwulan, W., Wulan, T. R., Saputro, G. B., Setiawan, N.,
Muharram, F. W., Mulia, W. N., Hendrastuti, B., Ibrahim, F., Putra, M. D.,
Wahyuningsih, D. S., & Putri, G. A. (2017). Evaluasi ODTW Pantai
Kolbano untuk Peningkatan Ekonomi Lokal Masyarakat di Desa Kolbano,
Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Geografi UMS 2017: Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Berkelanjutan (hal. 685). ISBN: 978–602–361–072-3.
Muchson. (2017). Metode Riset Akuntasi. Jakarta: Spasi Media.
Ompusunggu, V. M., & Munth, R. G. (2020). Analisis Dampak Perkembangan
Pariwisata Terhadap Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Desa

49
Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara).
Regionomic, Vol 2 No.1, 45-52.
Setyowati, N., Kartikasari, M. M., & Habibah, S. M. (2020). Kewirausahaan.
Surabaya: Unesa University Press.
Soedarso, M. N. (2014). Potensi dan Kendala Pengembangan Pariwisata Berbasis
Kekayaan Alam dengan Pendekatan Marketing Place. Sosial Humaniora,
Vol 7 No 2 Hal. 138.
Soewarni, I., N. S., Santosa, E. B., & Gai, A. M. (2019). Dampak Perkembangan
Pariwisata terhadap Ekonomi Masyarakat di Desa Tulungrejo Kecamatan
Bumiaji Kota Batu. Journal Planoearth, Vol 4 No.2, 52-57.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sutawa, G. K. (2012). Issues On Bali Tourism Development and Comunicaty
Empowerment To Support Suistanaible Tourism Development. Economy
and Finance, Vol 4, Page 413-422.
Suwilma, N., & Abdi, A. W. (2022). Dampak Pengembangan Objek Wisata
Pantai Suak Geudubang Terhadap Perekonomian Masyarakat Gampong
Suak Geudubang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Jurnal
Pendidikan Geosfer, Vol 7 no.1, 43-53.
Syafarini, S. S., & Adnan, M. F. (2021). Dampak Pengembangan Objek Wisata
Pantai Tiram Terhadap Perekonomian Masyarakat. Jurnal Ilmu Sosial dan
Pendidikan, Vol 5 No.1, 594-601
Syukri, A. U., & Rahmatia. (2020). Determinan Pola Konsumsi Mahasiswa Yang
Bekerja di STIE Tri Dharma Nusantara. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol 6 No.1, 1-11.
Tarigan, R. (2009). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
UNESCO. (2009). Ekowisata : Panduan Dasar Pelaksanaan. Jakarta: UNESCO
Office.
Widyatmaja, I. K. (2017). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Denpasar: Pustaka
Larisan. Yohanes, F. D. (2019). Pariwisata Berkelanjutan Dalam
Perspektif Pariwisata Budaya. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Zalukhu,W. F. (2024). Dampak Wisata Air Panas Sipoholon terhadap
Kesejahteraan Masyarakat. Journal Economic and Strategy, Vol 5 No. 1,
25-34.
(UU), U.-U. R. (No 10 Tahun 2009). Tentang Kepariwisataan.
https://peraturan.bpk.go.id

50

Anda mungkin juga menyukai