Sampai Bab 4
Sampai Bab 4
i
MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
APENDISITIS DENGAN MASALAH NYERI AKUT
DI RSUD LAHAT TAHUN 2023
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal laporan tugas akhir yang saya
tulis ini adalah benar benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat
dibuktikan proposal laporan tugass akhir ini hasil jiplakan, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Pembuat pernyataan
mengetahui
Dr. Muliyadi,S.Kp,M.Kep
Abdul Somad,S.Kep,Ns,M.Kes
NIP: 197205231994031003
NIP: 197811081997031001
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Lahat, 2023
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengetahui
H.A.GANI,SPd,SKM,S.Kep,M.Kes
NIP: 196609041989031003
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan karya
Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palembang saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terimakasih kepada:
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan dari Allah SWT. Besar harapan penulis agar Karya Ilmiah akhir ini
dapat bermanfaat.
vi
DAFTAR ISI
vii
2.3.1 Pengertian..................................................................................................18
2.3.2. Penyebab..................................................................................................18
2.3.3 Gejala dan Tanda Nyeri Akut....................................................................18
2.3.4 Kondisi Klinis Terkait...............................................................................19
2.3.5 Prosedur Luaran Nyeri Akut.....................................................................19
2.3.5 Pengkajian Nyeri.......................................................................................19
2.4 Asuhan Keperawatan......................................................................................22
2.4.1. Pengkajian................................................................................................22
2.4.2 Diagnosa....................................................................................................27
2.4.3 Perencanaan...............................................................................................28
2.4.4 Implementasi.............................................................................................29
2.4.5 Evaluasi.....................................................................................................29
2.5 Implementasi keperawatan...............................................................................30
2.5.1 Jenis implementasi....................................................................................30
2.5.2 Metode Implementasi................................................................................30
3.2 Kerangka Studi Kasus..................................................................................32
3.3 Definisi Istilah..................................................................................................33
3.4 Subjek Studi Kasus..........................................................................................33
3.5 Fokus Studi Kasus............................................................................................34
3.6 Tempat dan Waktu Studi Kasus.......................................................................34
3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data......................................................34
3.8 Analisis dan Penyajian Data............................................................................34
LAMPIRAN...........................................................................................................36
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH..................37
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH..................38
LEMBAR PERSETUJUAN JUDUL.....................................................................39
INFORMED CONSENT.......................................................................................40
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN (PSP).............................41
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN NYERI...................42
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR..........................................................44
TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM............................................................44
LEAFLET..............................................................................................................51
FORMAT PENGKAJIAN.....................................................................................52
KUESIONER PENELITIAN.................................................................................65
Setelah dilakukan tindakan (intervensi).............................................................66
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67
viii
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Perkembangan zaman saat ini, kesehatan banyak dipengaruhi oleh gaya
hidup atau kebiasaan sehari-hari. Misalnya saja untuk mengkonsumsi makanan
berserat sangatlah kurang yang menjadikan salah satu penyebab apendisitis.
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis atau biasa dikenal
di masyarakat dengan peradangan pada usus buntu yang penyebabnya masih di
perdebatkan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa adanya peradangan atau
sumbatan pada apendiks yang bersifat Episodik dan hilang timbul dalam waktu
yang lama (Amalia, et al,2018).
Menurut WHO di asia insiden apendisitis adalah 4,8% penduduk dari total
populasi. Terdapat 259 juta kasus Apendisitis pada laki-laki di seluruh Dunia yang
tidak terdiagnosis, sedangkan pada perempuan terdapat 160 juta kasus Apendisitis
yang tidak terdiagnosis. Prevalensi Apendisitis Akut di Indonesia berkisar 24,9
kasus per 10.000 populasi. apendisitis ini bisa menimpa pada laki-laki maupun
perempuan dengan risiko menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 7-8%.
Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 20-30 tahun. apendisitis perforasi memiliki
prevalensi antara 20-30% dan meningkat 32-72% pada usia >60 tahun dari semua
kasus Apendisitis (Wijaya, et al, 2020). Di RSUD Lahat untuk pasien Apendisitis
rawat inap pada tahun 2020 berjumlah 88 orang dan pada tahun 2021 berjumlah
71 orang. Kemudian pada tahun 2022 meningkat menjadi 99 orang (data RSUD
Lahat, 2023).
1
Apendiktomi adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks
yang dilakukan untuk menurunkan resiko perforasi (Fransisca, et al, 2019).
Tindakan apendiktomi dapat menimbulkan nyeri akut dan menghambat proses
penyembuhan. Dampak dari nyeri yang berkepanjangan pada pasien maka pasien
akan mengeluh perasaan lemah, gangguan tidur, dan keterbatasan fungsi. Dampak
tersebut akan ditunjukkan dengan suasana hati depresif menjadi frustasi dengan
pengobatan medis (Nurjannah Desi, et al, 2020).
Nyeri post operasi disebabkan oleh berbagai faktor dan tiap individu
mempunyai pengaruh intensitas dan nyeri yang berbeda. Seseorang yang
mengalami nyeri akan berdampak pada aktifitas sehari-harinya, sehingga akan
terganggu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidurnya, pemenuhan individual
juga aspek interaksi sosialnya yang berupa menghindari percakapan, menarik diri,
dan menghindari kontak. Rasa nyeri yang dialami pasien maka diperlukan
manajemen nyeri (Nurjannah Desi, et al, 2020). Dampak dari nyeri yang tidak
segera diatasi akan menyebabkan ketidaknyamanan, ketidakmampuan,
keterbatasan gerak, dan imobilisasi terganggu pada individu untuk melakukan
aktivitas perawatan diri. (Nandasari, 2022)
2
klien dengan prioritas masalah yang sama yaitu nyeri akut diberikan tindakan
Teknik relaksasi napas dalam dengan frekuensi satu kali dalam sehari yang
dilakukan selama tiga hari pada klien satu dan selama dua hari pada klien dua
didapatkan masalah teratasi ditandai dengan data subjektif klien mengatakan nyeri
berkurang dan data objektif klien tampak rileks, skala nyeri satu pada klien satu
dan skala nyeri dua pada klien dua.
Masalah Nyeri Akut pada pasien Post Apendisitis perlu di tangani melalui
pendekatan nursing proses dengan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri
dengan Observasi seprti identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri non
verbal, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri, identifikasi
pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri, identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri, identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup, monitor
keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan, monitor efek samping
penggunaan analgetic. Terapeutik seperti berikan terapi non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, fasilitasi
istirahat dan tidur, pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri. Selanjutnya edukasi seperti jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri, jelaskan strategi meredakan nyeri, anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri, anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, ajarkan Teknik non
farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Terakhir, kolaborasi pemberian
analgetic.
3
diperoleh gambaran penerapan Manajemen Nyeri terhadap intensitas nyeri
pada penderita post operasi apendisitis dengan masalah nyeri akut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Apendisitis ialah inflamasi saluran usus yang tersembunyi serta kecil yang
berdimensi dekat 4 inci (10 centimeter) yang buntu pada ujung sekum. Apendiks
dapat terobstruksi oleh masa feses keras, yang akibatnya akan terjadi inflamasi,
infeksi, gangren,dan mungkin perforasi. Apendiks yang ruptur ialah indikasI
sungguh-sungguh sebab isi usus bisa masuk kedalam abdomen menimbulkan
peritonitis ataupun abses (Caroline & Kowalski, 2017).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing atau disebut Apendiks. Infeksi ini bisa mengakibatkan komplikasi apabila
tidak segera mendapatkan tindakan bedah segera untuk penanganannya. Apendiks
adalah penyebab utama inflamasi akut di kuadran kanan bawah abdomen (Awan
Hariyanto &vRini Sulistyowati, 2018).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (Apendiks). Usus buntu sebenernya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa
mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (NANDA NIC NOC
2016).
5
2.1.2 Anatomi sistem pencernaan
Sumber: Saintif.com
6
Sesuai urutan makanan yang melewatinya, organ-organ sistem pencernaan
adalah:
A. Mulut
Sumber: Saintif.com
B. Kerongkongan (Esofagus)
7
Gambar 2.3
Sumber: Saintif.com
C. Lambung
8
Gambar 2.4
Sumber: Saintif.com
D. Usus Halus
9
dicerna menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein dicerna menjadi asam
amino. Lalu vitamin dan mineral tidak mengalami pencernaan dan dapat
langsung diserap oleh usus halus.
Gambar 2.5
Sumber: Saintif.com
E. Usus Besar
10
Gambar 2.6
Sumber: Saintif.com
F. Umbai cacing (Apendiks)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Secara anatomi, umbai cacing merupakan tabung berujung buntu yang
menyambung dengan caecum. Pada orang dewasa, umbai cacing rata-rata
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa juga bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbeda-beda, mungkin berada di retrocaecal atau di pinggang (pelvis),
namun yang jelas tetap terletak di peritoneum.
11
gambar 2.7
G. Rektum
Rektum adalah bagian paling akhir Bagian akhir usus besar disebut
rektum, yakni semacam “waduk” yang menampung tinja sebelum bisa keluar
tubuh. Rektum berbentuk sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kokon sigmoid) dan berakhir di anus.
Gambar 2.8
Sumber: Jeda.id
Usus illeum atau usus penyerapan merupakan bagian terakhir dari usus halus.
12
Illeum berbatasan langsung dengan usus besar.
Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan kimiawi yang melibatkan
berbagai enzim pencernaan. Karbohidrat dicerna menjadi glukosa. Lemak
dicerna menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein dicerna menjadi asam
amino. Lalu vitamin dan mineral tidak mengalami pencernaan dan dapat
langsung diserap oleh usus halus.
2.1.3 Etiologi
13
berbeda dengan sakit perut normal, dan memburuk dalam beberapa jam
sampai membuat tidur tidak nyenyak. Sementara itu, gejala lain dari usus
buntu mungkin termasuk: kehilangan selera makan, gangguan pencernaan,
mual muntah, pembengkakan perut, demam ringan.
Pada kasus yang jarang, pengidap apendisitis juga dapat mengalami beberapa
masalah usus. Misalnya seperti diare, sembelit, ketidakmampuan untuk
kentut. Jika kamu mengalami konstipasi dan menduganya sebagai radang usus
buntu, hindari mengonsumsi obat pencahar atau enema. Sebab, perawatan ini
dapat menyebabkan usus buntu pecah jika memang konstipasi disebabkan
oleh apendisitis.
2.1.5 Patofisiologi
14
2.1.6Pathway
Tabel 2.1
Apendisitis
Peradangan jaringan
Meningkatkan Tekanan
Intraluminal
Menghambat aliran
limfe
Apendiktomi
Kerusakan
integritas Luka Post Operasi Keterbatasan
jaringan aktivitas
Luka Insisi
Gangguan
Aktivitas terganggu mobilitas
fisik
Intoleransi
Aktivitas
15
2.1.7 Manifestasi klinis
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut (Wijaya & Putri 2017) Penatalaksanaan medis pada appendisitis adalah :
a. Sebelum operasi
1. Observasi
2. Antibiotik
16
b. Operasi
c. Pasca Operasi
17
2.1.9.3 Pemeriksaan Laboratorium
Terjadi leukositosis ringan (10.000-20.000 / ml) dengan peningkatan
jumlah netrofil.
2.1.9.5 USG
Menunjukkan densitas kuadran kanan bawah / kadar aliran udara
terlokalisasi (Deden Dermawan & Tutik Rahayuningsih, 2014).
2.3.2. Penyebab
18
meringis, bersikap protektif misalnya waspada, posisi menghindari nyeri, gelisah,
frekuensi nadi meningkat dan mengalami kesulitan tidur.
a. kondisi pembedahan
b. cedera traumatis
c. infeksi
d. sindrom koroner akut
e. glaukoma
Kriteria hasil yang diharapkan untuk luaran nyeri akut adalah keluhan
nyeri menurun, meringis menurun, perasaan tertekan menurun, frekuensi nadi
membaik, tekanan darah membaik
2.3.5 Pengkajian Nyeri
19
2) VAS (Visual Analog Scale)
Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan menggunakan
VisualAnalog Scale (VAS). Skala berupa suatu garis lurus yang
panjangnyabiasanya 10 cm (atau 100 mm), dengan penggambaran verbal pada
masing–masingujungnya, seperti angka 0 (tanpa nyeri) sampai angka 10
(nyeriterberat). Nilai VAS 0 - <4 = nyeri ringan, 4 - <7 = nyeri sedang dan 7-10
=nyeri berat.
b. obyektif
Pada pasien yang tidak dapat mengkomunikasikan rasa nyerinya, yang perlu
diperhatikan adalah perubahan perilaku pasien. CPOT (Critical Care Pain
Observation Tool) dan BPS (Behavioral Pain Scale) merupakan instrumen yang
20
terbukti dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan perilaku tersebut.
S Description Score
Facial Relaxed 1
Partially tightened 2
Fully tightened 3
Grimacing 4
Upper Limbs No movement 1
Partially bent 2
Fully bent with finger flexion 3
Permanently retracted 4
Compliance
Tolerating movement Coughing 1
with
but tolerating Ventilation for
ventilator
most of thr time 2
Fighting ventilator 3
Unable to control ventilation 4
21
2) Critical Care Pain Observation Tool(CPOT)
CPOT dapat dilakukan pada pasien dengan kondisi antara lain: mengalami
penurunan kesadaran dengan GCS >4, tidak mengalami brain injuri, memiliki
fungsi motorik yang baik. CPOT terdiri dari empat domain yaitu ekspresi wajah,
pergerakan, tonus otot dan toleransi terhadap ventilator atau vokalisasi (pada
pasien yang tidak menggunakan ventilator). Penilaian CPOT menggunakan skor
0-8, dengan total skor ≥2 menunjukkan adanya nyeri.
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: sesuai dengan data yang akan
dikaji nanti saat studi kasus.
g. Pola nutrisi
Pola nutrisi yang harus dikaji meliputi frekuensi, jenis makan minum,
porsi makan minum, dan keluhan saat makan atau setelah makan seperti mual dan
muntah. Kemudian kaji pola kebiasaan makan makanan yang rendah serat karena
makan rendah serat merupakan faktor pencetus terjadinya apendiksitis.
h. Pola eliminasi
Pada klien post operasi biasanya susah BAB atau susah flatus karena
pengaruh dari anastesi yang menurunkan peristaltik usus.
k. Pola aktivitas
Pada pola aktivitas apakah klien melakukan tugas secara mandiri atau
dibantu oleh keluarga ataupun perawat, pada klien dengan post operasi biasanya
dengan adanya nyeri pola aktivitas dibantu.
l. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan biasanya menggunakan teknik inspeksi,
palpasi, perkusi dan aukultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan persistem secara
berurutan dimulai dari sistem pernafasan, cardiovaskuler, pencernaan,
genitourinaria, endokrin, persyarafan, integumen, musculoskeletal, penglihatan,
wicara dan THT. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik persistem, terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaaan TTV dan antropometri.
1. Sistem pernapasan
Klien post operasi laparatomi eksplorasi biasanya mengalami peningkatan
frekuensi pernapasan (takipneu) dan cenderung dangkal. Hal ini bisa jadi
diakibatkan karena nyeri.
2. Sistem kardiovaskuler
Adanya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah sebagai respon dari nyeri post
operasi.
3. Sistem pencernaan
Terdapat luka post operasi laparatomi eksplorasi di abdomen dan adanya nyeri
pada luka saat palpasi abdomen. Klien post operasi laparatomi eksplorasi
biasanya akan mengalami penurunan bising usus namun akan kembali berangsur-
angsur normal dan biasanya akan timbul rasa mual.
4. Sistem genitourinaria
Penurunan jumlah output urine dapat terjadi pada klien post operasi laparatomi
eksplorasi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya pembatasan intake oral
pada awal post operasi laparatomi (biasanya klien dipuasakan).
5. Sisten integumen
Adanya luka post operasi laparatomi eksplorasi pada abdomen. Sehingga perlu
dikaji tanda-tanda radang pada daerah luka, kemerahan atau dekubitus pada
daerah yang tertekan. Kemudian turgor kulit akan membaik seiring dengan
peningkatan intake oral.
6. Sistem musculoskeletal
Pada klien post operasi laparatomi eksplorasi dapat mengalami kelemahan post
operasi. Peningkatan toleransi aktivitas akan meningkatkan kekuatan otot secara
berangsur-angsur.
7. Sistem penglihatan
Pada klien post operasi laparatomi eksplorasi biasanya tidak mengalami gangguan
pada sistem penglihatan.
m. Data psikologis
Data psikologi yang dikaji pada klien meliputi status emosi klien,
kecemasan, pola koping, gaya komunikasi dan konsep diri. Klien post operasi
laparatomi eksplorasi biasanya memiliki kekhawatiran pada proses penyembuhan
luka, dan terkadang jadi cepat merasa tersinggung atau cepat marah
n. Data sosial
Dikaji hubungan klien dengan keluarganya sendiri, klien dengan petugas
pelayanan kesehatan tempat klien dirawat dan hubungan klien dengan sesama
pasien di ruangan tempat klien dirawat.
o. Data spiritual
Menyangkut keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan akan
kesembuhan, harapan kesembuhan serta kegiatan ibadah sebelum dan selama
dirawat. Dan mengkaji keyakinan klien akan Tuhan yang berhubungan dengan
kondisi sakit klien saat ini.
p. Data penunjang
Pada klien apendisitis biasanya penegakkan diagnosa medik akan
ditunjang oleh hasil pemeriksaan laboratorium, dan USG abdomen. Pada kasus
apendisitis biasanya terjadi peningkatan jumlah leukosit.
2.4.2 Diagnosa
Diagnosa yang biasa muncul pada pasien post operasi apendisitis adalah:
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
analgetik
2.4.4 Implementasi
2.4.5 Evaluasi
Menurut (Setiadi, 2018) dalam buku konsep dan penulisan asuhan
keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi berfokus pada aktivitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah
perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP yaitu S (subjektif) : Data subjektif
dari hasil keluhan klien. O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi perawat. A
(assesment) : penilaian yang dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data
objektif. P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien.
Pada tahap evaluasi ini, diharapkan keadaan pasien membaik dan tingkat
nyeri menurun dengan keriteria hasil: kemampuan menuntaskan aktivitas
meningkat, keluhan nyeri menurun, meringis menurun, sikap protektif menurun,
gelisah menurun, kesulitan tidur menurun, menarik diri menurun, berfokus pada
diri sendiri menurun, diaforesis menurun, frekuensi nadi membaik, tedan perilaku
membaik.
Manajemen Nyeri terhadap Nyeri Akut pada pasien Pot Operasi Apendisitis.
Melaksanakan tindakan
Pelaksanaan keperawatan
Manajemen nyeri pada pasien
Post Operasi Apendisitis
dengan masalah Nyeri Akut
3.3.1 Apendisitis
Untuk studi kasus tidak mengenal populasi dan sampel, namun lebih
mengarah pada istilah subjek studi kasus oleh karena yang menjadi subjek studi
kasus adalah dua orang yang diteliti secara mendalam
Adapun subjek dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah seseorang
yang yang mengalami Post Operasi Apendisitis yang ada di Rumah Sakit Umum
Daerah Lahat kabupaten Lahat.
Fokus studi kasus ini adalah Manajemen Nyeri pada pasien Post Operasi
Apendisitis dengan masalah Nyeri Akut.
Studi kasus dilaksanakan di zaal bedah Rumah Sakit Umum Daerah Lahat
kabupaten dilaksanakan pada bulan maret-april 2023.
1) Observasi
Tindakan yang langsung digunakan kepada klien dengan cara mengamati keadaan
umum dari klien dan untuk mengetahui perubahan tingkah laku klien.
2) Wawancara
Proses tanya jawab yang dilakukan langsung kepada klien dan keluarganya.
3) Studi Dokumentasi
Proses pencatatan yang dilakukan perawat dari keadaan klien, seperti catatan
medis maupun catatan keperawatan dan laboratorium.
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan
untuk menjadi responden
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah masalah lainya. Semua informasi yang
dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV HASIL STUDI KASUS
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lahat didirikan pada tahun 1919
oleh Belanda, berasal dari penyediaan Barak P3K untuk tenaga kerja yang
membuat terowongan kereta api antara Lahat dan Tebing Tinggi. Bangunan
berupa Barak tersebut kemudian berkembang setelah beberapa tenaga kesehatan
Belanda dan orang Indonesia turut membantu masalah kesehatan dan kecelakaan
kerja yang terjadi dalam masa pembuatan terowongan. Seluruh bangunan barak
tersebut saat ini telah musnah, hanya tersisa satu buah bangunan tua yang sudah
tidak dipakai lagi. Sampai dengan tahun 1992, RSUD Lahat berstatus Rumah
Sakit Kelas D dan baru tahun 1993 ditingkatkan menjadi Kelas C. Pada tahun
2001 nama Rumah Sakit Umum Lahat berubah menjadi Kantor Pelayanan
Kesehatan RSD Lahat. Pada tahun 2008 nama Rumah Sakit Lahat berubah lagi
menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Lahat. Sesuai dengan
rencana perubahan status rumah sakit dan dari hasil studi kelayakan, melalui Surat
Keputusan Keputusan Bupati Lahat No: 103/KEP/RSUD/2013 tanggal 8 maret
2013 telah dibentuk menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang Menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) Secara
Penuh setelah memenuhi persyaratanProfil RSUD Kabupaten Lahat Tahun 2017
15 administrasi dan
persyaratan lainnya yang telah ditentukan.Maka resmi Rumah Sakit Umum
Daerah Lahat menjadi badan layanan umum daerah (BLUD).
4.1.3 Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Umum Daerah Lahat
a. Visi
Terwujudnya rumah sakit dengan pelayanan prima menuju Lahat bangkit 2022.
b. Misi
Mewujudkan peningkatan mutu layanan sesuai standar akreditasi rumah sakit.
c. Motto
Melayani dengan ramah, anda sehat kami bangga.
d. Fasilitas
Adapun fasilitas dari RSUD Lahat diantaranya Instalasi Gawat Darurat (IGD),
Instalasi Care Unit (ICU), Instalasi Farmasi, Instalasi Bedah, Instalasi Rekam
Medis, Ruang Rawat Inap VIP Atas, Rawat Inap VVIP Rawat Inap Kelas 1,2,3,
Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam, Ruang Rawat Inap Bedah, Ruang Rawat Inap
Anak, Ruang Rawat Inap Kebidanan, Ruang Inap NICU/PICU. Penunjang lainnya
yang ada di RSUD Lahat diantaranya Hemodialisa, MCU, Laboratorium, Gizi,
Radiologi, Fisioterapi, Sanitasi, Pelayanan Medis, CSSD. Fasilitas pelayanan
umum yang ada di RSUD Lahat yaitu, Musholla, Bank dan ATM, Kantin Umum,
Koperasi Pegawai, Fotocopy, Area parkir kendaraan yang luas, Bimbingan rohani
pasein dan Penyelenggaraan Jenazah.
Pada tabel 4.1 menjelaskan bahwa kedua pasien tersebut sama- sama pasien Post
Operasi Apendisitis. Pasien 1 (Ny. S) dan Pasien 2 (Tn. M) dengan diagnosa
medis yang sama yaitu Post Operasi Apendisitis
Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Kasus 1 dan Kasus 2 pasien Post Operasi
Apendisitis di Ruang Zaal Bedah RSUD Lahat
Pada tabel 4.2 menjelaskan bahwa kedua pasien tersebut sama- sama
mengalami Post Operasi Apendisitis. Pada pasien 1 (Ny. S) mengalami
Apendisitis dengan nyeri yang diarasakan mendadak dan Pasien 2 (Ny. M)
mengalami Apendisitis dengan nyeri yang diarasakan hilang timbul dalam jagka
waktu yang lama.
Tabel 4.3
Genogram Ny. S dan Ny. M
: Laki laki
: Perempuan
: Pasien
: Perempuan
: Pasien
1. Pola Nutrisi
3x sehari, dengan 3x sehari, hanya habis 5-6
a. Makan
lauk dan sayur, habis sendok.
1 porsi.
1. Pola Nutrisi
3x sehari, dengan 3x sehari, hanya habis 4-
c. Makan
lauk dan sayur, 5 sendok.
habis 1 porsi.
2. Pola Eliminasi
3-6 x/hari dan Terpasang selang
c. BAK
berwarna kuning kateter
bening.
3. Istirahat / Tidur
1-2 jam perhari 1 jam perhari sering
c. Siang
terbangun
Pemeriksaan Fisik pada Kasus 1 (Ny. S) dan Kasus 2 (Ny. M) pasien post op
apendisitis di Zaal Bedah RSUD Lahat
Jenis Kasus 1 Kasus 2
Dada Paru
- Inspeksi Simestris Simestris
- Palpasi Nyeri dada ( - ) Nyeri dada ( - )
- Perkusi Sonor Sonor
- Auskultasi Vesikuler Vesikuler
Jantung
- Inspeksi Ictus cordis tidak Ictus cordis tidak
terlihat terlihat
- Palpasi Ictus cordis tidak Ictus cordis tidak
teraba teraba
- Perkusi Pekak (Batas jantung Pekak (Batas jantung
normal) normal)
Auskultasi Tidak ada suara Tidak ada suara
tambahan tambahan
Abdomen
Datar Datar
- Inspeksi
Tekanan nyeri ketuk Ada nyeri
- Palpasi
Nyeri Nyeri
- Perkusi
Suara timpani pada suara timpani pada
- Auskultasi
bagian lambung bagian lambung
Genitalia Terpasang selang Terpasang selang
kateter kateter
MCH/HER 24.8- % 47
Hitung Jenis :
Neutrofil 67.6 % 50 – 70
Limfosit 22.3 % 20 – 40
2 Ceftriaxone 2x1 gr IV
3 Paracetamol 500 ml IV
4 Ketorolac 2x30 mg IV
4.2.2 analisa data
Tabel 4.10
Analisa Data Kasus 1 (Ny. S) pasien post op apendisitis di Ruang Zaal Bedah
RSUD Lahat
No Data Etiologi Problem
Luka insisi
Nyeri Akut
Luka insisi
Nyeri Akut
Tabel 4.12
Perencanaan Keperawatan pada Kasus 1 (Ny. S) dan Kasus 2 (Ny. M) dengan
masalah Nyeri Akut
Diagnosa
Luaran Intervensi Rasional
Keperawatan
Setelah Manajemen nyeri
Nyeri Akut
dilakukan (I.08238) Observasi :
berhubungan
tindakan Observasi 1. Mengetahui
dengan agen
1. Identifikasi lokasi dan
pencedera fisik keperawatan
lokasi dan frekuensi nyeri
ditandai selama 3 hari frekuensi 2. Untuk
dengan adanya diharapkan nyeri mengetahui
luka post
Tingkat Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri dan
operasi
menurun skala nyeri tindakan yang
Apendisitis
dengan kriteria 3. Identifikasi harus dilakukan
respon nyeri 3. Untuk
hasil: non verbal mengidentifi-
-keluhan nyeri kasi respon non
menurun Terapeutik verbal
-meringis 1. Berikan teknik
menurun non Terapeutik :
-sikap protektif farmakologis: 1. Meringankan
meenurun teknik relaksasi nyeri diluar
-perasaan napas dalam obat
tertekan farmakologis
menurun Edukasi
-perilaku 1. jelaskan Edukasi :
membaik strategi 1. Memberikan
meredakan pemahaman hal
nyeri apa saja yang
harus dilakukan
kolaborasi untuk
1. Kolaborasi meredakan nyeri
pemberian
analgetik kolaborasi
1. Mempercepat
proses
penyembuhan
dengan
analgetik
Tabel 4.13
Implementasi Keperawatan pada Kasus 1 (Ny. S) pasien post op apendisitis di
ruang Zaal Bedah RSUD Lahat
Diagnosa Implementasi Implementasi Implementasi
keperawata Keperawatan hari Keperawatan hari 2 Keperawatan hari 3
n 1 (17/03/2023 ) (18/03/2023 )
(16/03/2023 )
jam implementasi jam implementasi Jam implementasi
Nyeri Akut 11:00 mengidentifikasi 14:00 mengidentifi 14:00 mengidentifi
WIB lokasi dan WIB kasi lokasi WIB kasi lokasi
berhubungan frekuensi nyeri dan dan
dengan agen frekuensi frekuensi
Respon : nyeri nyeri
pencedera fisik Lokasi di perut
ditandai dengan bagian bawah Respon : Respon :
sebelah kanan, Lokasi di perut Lokasi di perut
adanya luka bagian bawah bagian bawah
nyeri dirasakan
post operasi terus menerus sebelah kanan, sebelah kanan,
frekuensi nyeri frekuensi nyeri yang
Apendisitis dirasakan sedikit dirasakan berkurang
berkurang
11:10 mengidentifik 14:10 mengidentifi 14:05 mengidentifi
asi skala nyeri kasi skala kasi skala
nyeri nyeri
Respon:
Skala nyeri: 5 Respon: Respon:
Skala nyeri: 4 Skala nyeri: 3
Tabel 4.14
Implementasi Keperawatan pada Kasus 1 (Ny. M) pasien post op apendisitis di
ruang Zaal Bedah RSUD Lahat
Diagnosa Implementasi Implementasi Implementasi
keperawata Keperawatan hari Keperawatan hari 2 Keperawatan hari 3
n 1 (20/03/2023 ) (21/03/2023 )
(19/03/2023 )
jam implementasi jam implementasi Jam implementasi
Nyeri Akut 11:00 mengidentifikasi 14:00 mengidentifi 14:00 mengidentifi
WIB lokasi dan WIB kasi lokasi WIB kasi lokasi
berhubungan frekuensi nyeri dan dan
dengan agen frekuensi frekuensi
Respon : nyeri nyeri
pencedera fisik Lokasi di perut
ditandai dengan bagian bawah Respon : Respon :
sebelah kanan, Lokasi di perut Lokasi di perut
adanya luka bagian bawah bagian bawah
nyeri dirasakan
post operasi sesekali sebelah kanan, sebelah kanan,
frekuensi nyeri frekuensi nyeri yang
Apendisitis dirasakan sesekali dirasakan berkurang
11:10 mengidentifik 14:10 mengidentifi 14:05 mengidentifi
asi skala nyeri kasi skala kasi skala
nyeri nyeri
Respon:
Skala nyeri: 3 Respon: Respon:
Skala nyeri: 3 Skala nyeri: 2
Tabel 4.15
Evaluasi Keperawatan Kasus 1 (Ny. S) pasien post op apendisitis di ruang Zaal
Bedah RSUD Lahat
Diagnosa Hari I
keperawata ( 16/03/2022)
n
Sikap 1 2 3 4 5
protektif
Perasaan 1 2 3 4 5
tertekan
perilaku 1 2 3 4 5
Diagnosa Hari 2
keperawatan ( 17/03/2022)
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
tertekan
perilaku 1 2 3 4 5
Diagnosa Hari 3
keperawatan ( 18/03/2022)
dengan
adanya luka
Meringis 1 2 3 4 5
post operasi
Apendisitis
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
tertekan
perilaku 1 2 3 4 5
Tabel 4.17
Evaluasi Keperawatan Kasus 2 (Ny. M) pasien post op apendisitis di ruang Zaal
Bedah RSUD Lahat
Diagnosa Hari 1
keperawatan (19/03/2022)
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
tertekan
perilaku 1 2 3 4 5
Diagnosa Hari 2
keperawatan (20/03/2022)
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
tertekan
perilaku 1 2 3 4 5
Diagnosa Hari 3
keperawatan (21/03/2022)
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5
tertekan
perilaku 1 2 3 4 5