Anda di halaman 1dari 5

Media Ilmu Kesehatan Vol. 2, No.

3, Desember 2013 147

CEGAH IKTERUS DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN IBU

1
Ida Nursanti

1
STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta

ABSTRACT
Background: Neonatal jaundice (icterus neonatorum) is a common problem in infants in the first week
after birth. Sixty percents of healthy infants born full term are at risk of neonatal jaundice. Bilirubin
encephalopathy causes severe jaundice/kernicterus and the baby suffering from kernicterus will
experience impaired growth and development. The Health education for mother is very important for
improving the knowledge, disease prevention, and health improvement. Mother is expected to know and
recognize the signs of icterus neonatorum so that she can bring the baby to get help at the health facility
as fast as possible.
Objective: To reduce the risk of neonatal jaundice in Yogyakarta; to know the incidence of neonatal
jaundice in breastfed infants, the effect of health education against the risk of neonatal jaundice; Methods:
This study was an observational study with a cross-sectional design. Sampling used purposive sampling.
The sample size was 115 pairs of mother-infant who met the inclusion and exclusion criteria. The data
was collected using monitoring sheets and check lists. Hypothesis test used chi-square with p <
0.05 and 95% Confidence Interval. Analysis of data used univariable and bivariable analyses.
Results: There was a difference in the proportion of the risk of neonatal jaundice between mothers who
received good health education and those who received inadequate health education. Mothers who
received inadequate health education were more likely to have chances of neonatal jaundice by 2.1
times compared with mothers who received adequate health education.
Conclusion: Mothers who received inadequate health education had a higher risk for neonatal jaundice
to occur compared with those who received adequate health education.

Keyword: healthy born baby, health education, neonatal jaundice (icterus neonatorum)

PENDAHULUAN lebih lanjut di rumah sakit karena mengalami


Hiperbilirubinemia umumnya terjadi ikterus neonatorum berat. Munculnya ikterus
sampai bayi berumur 72-120 jam dan akan (72-120 jam setelah bayi dilahirkan) terjadi
kembali normal setelah 7-10 hari.(1) Bayi la- saat bayi dalam perawatan orang tua di-
hir cukup bulan (usia kehamilan 38-42 ming- rumah. Pencegahan terjadinya ikterus berat
gu) mempunyai resiko terjadi ikterus neona- dapat dilakukan orang tua apabila orang
torum mencapai 60%, dan pada bayi pre- mempunyai pengetahuan yang baik tentang
matur (usia kehamilan 34-37 minggu) resi- ikterus neonatorum.
konya meningkat sampai 80%. (2-3) Timbulnya kondisi ikterus pada bayi
Pemantauan terjadinya ikterus neona- memicu kekawatiran ibu tentang kesehatan
torum merupakan salah satu program pela- bayinya. Mereka membutuhkan informasi le-
yanan kesehatan neonatal. Fokus tindakan bih banyak dari petugas kesehatan berhu-
pada program ini adalah melakukan deteksi bungan dengan ikterus yang terjadi pada
dini dengan melihat munculnya warna ku- bayi.(6) Maisels(7) dan Schwoebel(8) menam-
ning pada kulit bayi dan mendorong untuk bahkan, faktor yang menyebabkan orang
terus memberikan ASI.(4) Pemeriksaan dila- tua kurang memahami tindakan mengatasi
kukan pada saat bayi baru lahir masih dalam ikterus dan pencegahan kernikterus yaitu ku-
perawatan rumah sakit dan saat bayi mela- rangnya materi pendidikan kesehatan yang
kukan kunjungan ulang pemeriksaan kese- berkaitan dengan ikterus neonatorum.
hatan pada hari kelima setelah dilahirkan. Pendidikan kesehatan diperlukan ibu/
Menurut hasil penelitian Escobar et al. (5) se- orang tua untuk menambah pengetahuan,
bagian besar bayi perlu dilakukan perawatan mendorong motivasi, keterampilan dan ke-
148
Media Ilmu Kesehatan Vol. 2, No. 3, Desember 2013

percayaan diri yang diperlukan untuk mela- Pendidikan kesehatan diberikan oleh
kukan pencegahan dan penanganan terja- perawat/bidan yang mencakup pengertian,
dinya ikterus neonatorum pada bayi baru penyebab, tanda dan gejala, pencegahan
lahir dengan melakukan pemberian ASI dan dan penanganan ikterus neonatorum. Peng-
deteksi dini melalui pemeriksaan visual. ambilan data dengan menggunakan lembar
Pendidikan kesehatan tentang ikterus neo- observasi berupa formulir pemeriksaan ikte-
natorum dan cara deteksi terjadinya ikterus rus pada bayi. Analisa data yang digunakan
akan mempengaruhi persepsi, keyakinan pada penelitian ini yaitu analisa univariabel
dan sikap ibu sehingga akan menimbulkan dan analisa bivariabel dengan uji statistik
niat melakukan deteksi dini untuk mencegah Chi-sguare pada tingkat kemaknaan p<
ikterus neonatorum berat pada bayi. Hasil 0.05, untuk melihat besarnya resiko
penelitian sebelumnya membuktikan bahwa terjadinya efek (outcome) terlihat dalam RR
deteksi dini yang dila-kukan ibu mempunyai dengan Convidence Interval (CI) 95%.
keakuratan yang baik untuk menentukan
derajat ikterus neonatorum. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan studi pendahuluan yang Karakteristik Responden
dilakukan penulis di RSUD Jogja Kota Yog- Penelitian dilakukan di RSUD Panem-
yakarta diketahui bahwa upaya pencegahan bahan Senopati Bantul, RS Jogja Kota Yog-
ikterus neonatorum dilakukan dengan mem- yakarta dan RSUD Morangan Sleman. Ala-
berikan pengetahuan tentang ikterus neona- san dipilihnya 3 RSUD ini adalah masya-
torum. Mengingat peran ibu melakukan tin- rakat (ibu bersalin) yang memanfaatkan fa-
dakan pencegahan dan deteksi dini terha- silitas kesehatan pemerintah di 3 wilayah
dap ikterus neonatorum menjadi salah satu DIY tersebut memiliki karakteristik sama dan
faktor yang menentukan keberhasilan pen- secara geografis wilayahnya mudah untuk
cegahan ikterus neonaturum berat, maka dijangkau saat melakukan kunjungan rumah.
penulis ingin mengetahui apakah terjadi pe- Hasil analisis menunjukkan masih ada
nurunan kejadian ikterus neonatorum sete- ibu melahirkan pada usia < 20 tahun se-
lah ibu mengetahui penyebab, pencegahan, banyak 12 orang dan 32,2% ibu baru me-
deteksi dini dan penanganan ikterus neo- lahirkan anak pertama. Dari keseluruhan ibu
natorum. yang mencapai pendidikan tinggi hanya
9,6% dan 36,5 ibu bekerja diluar rumah. dan
BAHAN DAN CARA PENELITIAN kejadian ikterus pada bayi laki-laki lebih
Jenis penelitian ini adalah observa- banyak dibandingkan pada bayi perempuan
sional dengan rancangan prospektif kohort. yaitu 48,7% dan 41,4%. Sebagian besar ibu
Penelitian dilaksanakan di 3 RSUD di Yog- melahirkan sudah dilakukan inisiasi menyu-
yakarta yaitu RSUD Jogja Kota Yogyakarta, su dini 62,6%.
RSUD Sleman, dan RSUD Panembahan
Senopati Bantul pada bulan Maret – Juni Analisis Univariat
2013 Pendidikan kesehatan yang dilakukan
Jumlah sampel 115 orang ibu yang petugas kesehatan sebagian besar sudah
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : 1) dilakukan dengan baik yaitu 75,7% dan bayi
tingkat pendidikan minimal lulus SMP; 2) yang mengalami ikterus 48,7%. Hasil ana-
melahirkan bayi sehat dengan berat lahir lisis univariat dapat dilihat pada Tabel 1.
≥2500 gram; 3) melahirkan spontan tanpa Sebagian besar ikterus terdeteksi pada hari
komplikasi; 4) sudah diperbolehkan pulang ke 4 setelah kelahiran dan sampai hari ke
dalam 48 jam. Sedangkan kriteria eklusinya lima sebagian ikterus pada tingkat ke-
adalah : 1) melahirkan bayi kembar; dan 2) parahan derajat 2 menurut klasifikasi Kra-
bayinya terdeteksi ikterus dalam 48 jam. mer.
149
Media Ilmu Kesehatan Vol. 2, No. 3, Desember 2013

Tabel 1. Distribusi frekuensi pendidikan bayi yang disusui 5-12% dari kejadian ikte-
kesehatan dan ikterus neonatorum rus tersebut mengembangkan risiko terjadi
Karakteristik n= 115 % ikterus neonatorum. (1)
Kernikterus dengan akibatnya berupa
Pendidikan kesehatan
- Baik 87 75,7 gangguan pertumbuhan dan perkembangan
- Kurang 28 24,3 (kerusakan persarafan) pada bayi merupa-
Ikterus neonatorum kan kejadian yang jarang ditemukan, tetapi
- Ikterus 56 48,7 bukan berarti tidak mungkin terjadi karena
- Tidak ikterus 59 51,3
setiap bayi yang lahir berisiko untuk terjadi
ikterus. Tindakan pencegahan harus dilaku-
Ada 6 (10%) bayi yang menunjukkan
kan sejak dini dengan melakukan peman-
tanda ikterus derajat 3 dan sudah dilakukan
tauan pada setiap bayi yang baru lahir dari
tindakan fototerapi.
kemungkinan penyebab risiko ikterus berat.
Temuan dalam penelitian ini sesuai
Hal penting lainnya yang dapat dilakukan
dengan American Academy of pediatrics (9)
yaitu meningkatkan kewaspadaan orang tua
bahwa ikterus neonatorun pada bayi baru
akan timbulnya tanda ikterus. Membangun
lahir yang berkaitan dengan menyusui onset
perhatian orang tua pada ikterus neona-
kemunculannya setelah 48 jam dan men-
capai puncaknya dalam 72-120 jam setelah torum dapat dicapai dengan memberikan
bayi dilahirkan. Pada bayi baru lahir dengan pendidikan kesehatan secara lengkap me-
ngenai ikterus neonatorum ketika masih
usia kehamilan cukup bulan, 60% berisiko
terjadi ikterus neonatorum. Faktor risiko hamil dan segera setelah melahirkan. (7-8)
terjadinya ikterus diantaranya lahir prematur,
ras Asia, jenis kelamin laki-laki dan peng-
gunaan obat-obatan dalam persalinan. Pada

Analisis Bivariat
Tabel 2. Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Risiko Terjadinya Ikterus
neonatorum
Ikterus neonatorum
Variabel Tidak ikterus ikterus x² p RR CI 95%
n % n %
Pendidikan kesehatan
- Baik 51 58,6 36 41,4 7,6 0,01 2,1 1,11-3,78
- Kurang 8 28,6 20 71,4

Dari hasil analisis hubungan antara Ibu materi belum terstruktur dan belum meng-
yang kurang mendapatkan pendidikan ke- gunakan media serta sarana yang sesuai
sehatan tentang ikterus neonatorum dan untuk penyampaian informasi. Penyampaian
risiko ikterus pada bayi mempunyai peluang informasi dilakukan dengan ceramah dan
2,1 kali terjadi ikterus dibandingkan ibu yang komunikasi hanya berjalan searah.
mendapatkan pendidikan kesehatan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan pe-
(10)
Hasil analisis bivariat menunjukkan nelitian yang dilakukan Yanikkerem et al.
(11)
bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan dan Siddell et al. yaitu pendidikan kese-
pada ibu setelah melahirkan tentang ikterus hatan yang diberikan pada ibu segera se-
dengan risiko terjadinya ikterus pada bayi telah melahirkan akan meningkatkan penge-
baru lahir bermakna secara statistik dan tahuan dan kemampuan/ketrampilan ibu da-
praktis. Hasil observasi tentang pendidikan lam memahami penyebab, melakukan pen-
kesehatan yang dilakukan petugas keseha- cegahan, deteksi dini dan penanganan yang
tan diketahui bahwa pendidikan kesehatan tepat untuk ikterus neonatorum. Penelitian
yang dilakukan belum terjadwal secara baik, lain yang sesuai yaitu dilakukan Liu et al. (12)
150
Media Ilmu Kesehatan Vol. 2, No. 3, Desember 2013

diketahui pendidikan kesehatan juga dapat KEPUSTAKAAN


merubah keyakinan ibu untuk meninggalkan 1. Smitherman, H., Stark, A. R. and
kebiasaan lama dan melakukan perilaku Bhutani, V. K. (2006) Early recognition
baru yang semula mereka anggap tabu. of neonatal hyperbilirubinemia and its
Pemberian informasi (pendidikan kesehatan) emergent management. Semin Fetal
yang jelas oleh petugas kesehatan meru- Neonatal Med, 11(3): 214-24.
pakan jalan keluar yang tepat untuk meru- 2. Maisels, M. J. (2010) Screening and
bah pemahaman yang salah yang dimiliki early postnatal management strategies
ibu. to prevent hazardous hyperbilirubine-
Hasil review yang dilakukan Rouck mia in newborns of 35 or more weeks
(13) (14)
and Leys dan Alderson et al. menya- of gestation. Semin Fetal Neonatal
takan bahwa informasi kesehatan yang dibe- Med, 15(3): 129-35.
rikan dapat membantu orang tua untuk me- 3. National Institute for Health and Cli-
ngendalikan situasi mengenai masalah ke- nical Excellence (2010) Neonatal Jaun-
sehatan yang dihadapi, membantu orang tua dice, MidCity Place, London: University
untuk menentukan apa yang harus dilakukan of South Alabama.
dan menimbulkan keinginan untuk mencari 4. Depkes RI. (2008) Manajemen Ter-
informasi lebih lanjut. Informasi yang di- padu Balita Sakit: Manajemen Terpadu
inginkan orang tua berasal dari tenaga ke- Bayi Muda Umur Kurang dari 2 Bulan,
sehatan profesional melalui media cetak Jakarta: Depkes RI.
(leaflet) maupun audio visual (video). Pen- 5. Escobar, G. J., Greene, J. D., Hulac,
didikan kesehatan yang diterima ibu setelah P., Kincannon, E., Bischoff, K., Gard-
melahirkan belum terstruktur (terjadwal dan ner, M. N., Armstrong, M. A. and
bertahap) dan proses komunikasi hanya France, E. K. (2005) Rehospitalisation
terjadi searah karena singkatnya periode pe- after birth hospitalisation: patterns
rawatan. Komunikasi dua arah banyak dila- among infants of all gestations. Arch
kukan saat orang tua biasanya dalam situasi Dis Child, 90(2): 125-31.
informal untuk menanyakan permasalahan 6. Hannon, P. R., Willis, S. K. and Scrim-
yang dihadapi. Haider et al.(15) menam- shaw, S. C. (2001) Persistence of
bahkan perlunya konseling untuk mengu- maternal concerns surrounding neona-
lang kembali informasi terutama pada ma- tal jaundice: an exploratory study. Arch
salah yang spesifik dan prioritas. Sehingga Pediatr Adolesc Med, 155(12): 1357-
dapat meningkatkan pemahaman, memba- 63.
ngun persepsi dan menimbulkan perubahan 7. Maisels, M. (2009) Neonatal hyperbili-
perilaku pada ibu untuk terus memberikan rubinemia and kernicterus - not gone
ASI secara penuh. but sometimes forgotten. Early Hum
Dev, 85(11): 727-32.
KESIMPULAN 8. Schwoebel, A., Bhutani, V. K. and
Berdasarkan uraian hasil penelitian Johnston, L. (2004) Kernicterus: A
dan pembahasan di atas maka kesimpulan “never-event” in healthy term and near-
yang dapat diambil adalah risiko terjadinya term newborns. Newborn & Infant
ikterus neonatorum dipengaruhi oleh pendi- Nursing Reviews, 4(4): 201-10.
dikan kesehatan. Disetiap pelayanan kese- 9. American Academy of Pediatrics
hatan hendaknya memastikan setiap ibu (2004) Management of hyperbiliru-
postpartum yang akan dipulangkan sudah binemia in the newborn infant 35 or
mempunyai pengetahuan dan kemampuan more weeks of gestation. Pediatrics,
untuk melakukan perawatan bayinya teru- 114(1): 297-316
tama yang berkaitan dengan pencegahan 10. Yanikkerem, E., Tuncer, R., Aslan, M.
dan penanganan ikterus neonatorum. and Karadeniz, G. (2009) Breast-
151
Media Ilmu Kesehatan Vol. 2, No. 3, Desember 2013

feeding knowledge and practices


among mother in Manisa, Turkey. Mid-
wifery, 25:e19-32.
11. Siddell, E., Marinelli, K., Froman, R. D.
and Burke, G. (2003) Evaluation of an
educational intervention on breast-
feeding for NICU nurses. J Hum Lact.,
19(3): 293-302.
12. Liu, N., Mao, L., Sun, X., Liu, L., Yao,
P. and Chen, B. (2009) The effect of
health and nutrition education Inter-
vention on women's postpartum beliefs
and practices: a randomized controlled
trial. BMC Public Health, 945.
13. Rouck, S. D. and Leys, M. (2009)
Information needs of parents of chil-
dren admitted to a neonatal intensive
care unit. A review of the literature
(1990-2008). Patient education and
Counseling, 76:159-173.
14. Alderson, P., Hawthorne, J. and Killen,
M. (2006) Parents’ experiences of
sharing neonatal information and deci-
sions: Consent, cost and risk. Soc Sci
Med, 62(13): 19-29.
15. Haider, R., Rasheed, S., Sanghvi, T.
G., Hassan, N., Pachon, H. and Islam,
S. (2010) Breastfeeding in infancy:
identifying the program-relevant issues
in Bangladesh. International Breast-
feeding Journal, 521.

Anda mungkin juga menyukai