Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut UU RI No.2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk


menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan/atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan kesejarahan, yakni
pengalaman-pengalaman masa lampau, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa
kini, dan aspirasi serta harapan masa depan. Melalui pendidikan setiap
masyarakat akan melestarikan nilai-nilai luhur social kebudayaannya yang telah
terukir dengan indahnya dalam sejarah bangsa tersebut. Serentak dengan itu,
melalui pendidikan juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk
menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun
tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan.
Menurut Philip pengelolaan pendidikan dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu :
pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal. Di Indonesia,
pengelolaan pendidikan menggunakan jalur pendidikan formal yakni jalur
pendidikan melalui sekolah.
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan (pendidikan dasar,pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi). Sifatnya formal, diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah dan
mempunyai keragaman pola yang bersifat nasional
Seiring dengan perkembangan zaman, banyak hal yang mengalami tingkat
perubahan salah satunya yaitu kegiatan pembelajaran. Saat ini, kegiatan
pembelajaran di Indonesia semakin menurun tingkat kualitasnya. Hal ini, dapat
kita lihat melalui beberapa faktor diantaranya yaitu, masih banyak sarana belajar
yang kurang menunjang dalam proses kegiatan belajar, guru yang masih belum

5
menguasai materi ajar dan menggunakan metode pembelajaran yang tidak tepat,
serta peserta didik yang sulit menerima dan memahami materi ajar yang
disampaikan oleh guru.
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kegiatan ini melibatkan
guru yang tugasnya antara lain membimbing, mendidik siswa dan
menyampaikan materi termasuk menciptakan suasana belajar yang kondusif
untuk anak didik. Suasana belajar yang kondusif sangat berpengaruh bagi
proses pembelajaran yang optimal di dalam kelas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1990
tentang pendidikan menengah, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
Kemajuan bidang teknologi menuntut SMK melakukan peningkatan kualitas
pendidikan agar mampu mengimbangi kebutuhan dunia industri. Langkah nyata
dari peningkatan kualitas pendidikan tersebut adalah dengan meningkatkan
kualitas dalam hal kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidik, metode
pembelajaran, maupun peserta didik itu sendiri
Salah satu faktor yang menentukan kualitas pembelajaran adalah metode
pembelajaran.Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran
yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa
dalam upaya untuk mencapai tujuan.
Selain itu, metode pembelajaran juga dapat diartikan sebagai teknik
pembelajaran yang akan diterapkan atau dipergunakan pengajar untuk
memberikan pengajaran di kelas. Dari pengertian tentang metode pembelajaran
diatas yang harus diperhatikan adalah pada penerapannya dalam pembelajaran.
Karena dengan penerapan suatu metode pembelajaran yang tepat akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.

6
Dalam proses pembelajaran di kelas guru sering menghadapi peserta didik
yang mengalami gangguan perhatian seperti banyak siswa yang ngobrol sendiri,
bermain handphone, bahkan ada yang tidur pada saat proses pembelajaran
berlangsung sehingga peserta didik tersebut kurang dapat memusatkan
perhatiannya dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Akibatnya peserta
didik tersebut kurang dapat mengetahui dan memahami materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru sehingga memperoleh prestasi hasil belajar yang
rendah.
Gejala yang dialami peserta didik di kelas seperti yang tercantum di atas
haruslah diketahui dan dipahami oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di
kelas untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialami peserta
didik dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Adapun upaya yang
dapat dilakukan oleh guru di kelas dalam mencegah dan mengatasi masalah
gangguan perhatian yang dialami oleh peserta didik di kelas ialah guru
sebaiknya menerapkan metode dan strategi pembelajaran yang menarik
perhatian belajar agar peserta didik dapat proses pembelajaran di kelas
dengan baik dari awal pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran.
Mata pelajaran Dasar Dasar Pengelasan merupakan mata pelajaran yang
penting dalam dunia pendidikan kejuruan khususnya dalam Teknik Pengelasan.
Pada mata pelajaran Dasar Dasar Pengelasan siswa mendapatkan materi-materi
ajar yang sesuai dengan bidangnya . Sesuai dengan Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar mata pelajaran ini, siswa diharuskan untuk memahami,
menerapkan dan menganalisis pengetahuan yang telah dia dapatkan.Sebagai mata
diklat wajib kejuruan, haruslah ada keterkaitan antara kegiatan belajar praktik
maupun teori,. Pada Umumnya, penyampaian materi ajar yang sering digunakan
oleh guru hanya melalui pemaparan materi saja (ceramah). Bahkan banyak siswa
dalam proses pembelajaran yang tidak memperhatikan dan sering kali
menganggap sepele hal ini. Siswa kelas X Teknik Pengelasan SMK Negeri 53
Jakarta lebih sering asal hadir dari pada berusaha memahami atau bahkan
menguasai kompetensi yang dibentuk melalui materi ini. Hal ini tidak sesuai

7
dengan tujuan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam mata pelajaran
ini yaitu siswa mampu memahami semua pokok – pokok materi yang ada
kaitannya langsung dengan jurusan mereka.
Berdasarkan Kegiatan Mengajar di SMK Negeri 53 Jakarta terdapat
permasalahan yang ditemukan selama kegiatan proses belajar mengajar
berlangsung. Selama pembelajaran berlangsung, guru hanya menggunakan
metode ceramah dari awal hingga akhir pelajaran dan kurang memotivasi siswa,
sehingga kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru dan hal itu
menyebabkan siswa pasif, kurang termotivasi, bosan, malas dalam mengikuti
pelajaran, dan kurang berani ketika ingin bertanya ataupun mengemukakan
pendapat. Selain itu, hasil belajar siswa dengan penggunaan metode ceramah
sangat kurang optimal seperti halnya hasil belajar siswa kelas X Teknik
Pengelasan yang mendapatkan hasil akhir belajarnya yaitu hanya standard KKM
dengan nilai 75 pada rata-rata jumlah 30 siswa dikelasnya. Dapat dipahami bahwa
penyebab belum optimalnya hasil belajar tersebut antara lain: 1) Rendahmya
keaktifan atau partisipasi siswa dalam pembelajaran , dan 2) Kurang efektifnya
model pembelajaran yang digunakan guru.
Salah satu metode pembelajaran yang menuntut keaktifan seluruh siswa
adalah metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan
pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam
kelompok.
Slavin,Abrani dan Chambers dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat
dijelaskan dari berbagai perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial,
perspektif perkembangan kognitif , dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif
motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok
memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan
demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan
kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk

8
memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Perspektif sosial artinya bahwa
melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena
mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.
Pada mata pelajaran kompetensi kejuruan yang materinya adalah teori
dibutuhkan suatu pembelajaran kooperatif. Diskusi yang terjadi dalam
pembelajaran kooperatif dapat menambah pengetahuan pada seluruh anggota
diskusi. Dalam pembelajaran kooperatif, pemahaman siswa akan lebih kuat
sehingga konsep yang dikonstruksi sendiri oleh siswa semakin kuat. Dalam
pembelajaran kooperatif terjadi hubungan interaksi antar siswa. Siswa yang
kurang pandai atau lemah akan dibantu oleh siswa yang lebih pandai, sehingga
akan memperkaya pengetahuan siswa yang diharapkan sehingga hasil
belajarnya dapat meningkat.
Setelah mempelajari berbagai strategi pembelajaran yang telah dikembangkan
dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka strategi yang memungkinkan
dapat tercapainya dua hal sekaligus yaitu keaktifan dan hasil belajar yang sesuai
dengan permasalahan yang ditemukan selama Kegiatan Mengajar di SMK 53
Jakarta adalah strategi pembelajaran kooperatif yang salah satunya yaitu metode
pembelajaran Jigsaw.
Jigsaw adalah salah satu dari metode kooperatif yang paling fleksibel 1. Model
pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative
Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan
informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang
dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman
kepada seluruh anggota.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

9
Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang efektif untuk digunakan
sesuai dengan permasalahan yang terjadi kepada siswa seperti, banyak
mengantuk didalam kelas, pasif, dan tidak memahami materi yang disampaikan
oleh guru sehingga berdampak pada hasil belajarnya. Dalam pembelajaran jigsaw
ini, seluruh siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dan siswa
dapat bertanggung jawab atas materi yang diterimanya. Sehingga permasalahan
belum optimalnya hasil belajar yang terjadi kepada siswa tersebut dapat diatasi
dengan model pembelajaran Jigsaw.
Penjelasan terkait masalah – masalah yang dialami oleh siswa dan pemilihan metode
pembelajaran yang sesuai, dapat disimpulkan dengan judul Penelitian PENGARUH
METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DALAM MATA PELAJARAN DASAR
DASAR PENGELASAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X
TEKNIK PENGELASAN

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang teridentifikasi adalah:
1. Apakah Siswa belum memahami materi ajar yang disampaikan?
2. Apakah Siswa belum dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran?
3. Bagaimanakah sistem pendidikan di Indonesia saat ini?
4. Apakah metode Pembelajaran yang digunakan masih kurang efektif dan
membosankan bagi siswa?
5. Apakah guru telah menggunakan metode pembelajaran yang tepat?
6. Apakah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa harus memiliki
karaktersitik yang sesuai dengan metode pembelajaran yang dipilih oleh guru?
7. Apakah hasil belajar siswa telah maksimal dengan menggunakan metode
pembelajaran yang ada ?

10
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka peniliti membatasi penelitian
ini pada:
1. Siswa yang diteliti dibatasi pada siswa kelas X Teknik Pengelasan
2. Metode pembelajaran kooperatif yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah metode jigsaw.
3. Mata Pelajaran dibatasi pada Dasar- dasar Pengelasan
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah,
maka rumusan masalahnya adalah:
Apakah ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas Eksperimen dengan
metode pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar siswa kelas kontrol dengan
metode pembelajaran konvensional dalam mata Pelajaran Dasar- dasar
Pengelasan
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode
pembelajaran jigsaw.
2. Untuk melihat peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.

1.6 Manfaat Penelitian


1.6.1 Bagi siswa
1. Dapat membantu siswa memahami dan saling bertukar informasi terkait
materi ajar dalam proses pembelajaran.
2. Dapat membantu siswa berperan aktif dalam pelajaran.

1.6.2 Bagi Guru


1. Dapat mempermudah dalam penyampaian materi ajar.

11
2. Dapat membantu menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan aktif
bagi siswa.

12

Anda mungkin juga menyukai