Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TUTORIAL I

Pembelajaran IPA di SD

NAMA : IIS VILDA


NIM : 856578544
SEMESTER : VIII (DELAPAN)
KODE MATA KULIAH : PDGK4202
NAMA MATA KULIAH : Pembelajaran IPA di SD
PROGRAM STUDI : 118 / PGSD – S1
UPBJJ : 17 / JAMBI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2024.1
SOAL
TUGAS TUTORIAL I
No Soal Skor
1. Teori belajar dapat dikatakan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang
kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Anda telah mempelajari dan memperaktekkan teori 20
belajar Piaget, Bruner, Gagne dan Ausabel. Apa perbedaan yang menyolok antara teori belajar
Piaget dengan Bruner tuliskan dan jelaskan !
2. Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai
tujuan pengajaran. Ada sejumlah pendekatan yang bisa digunakan guru, bedakanlah antara 20
Pendekatan Inquiri dengan Pendekatan Terpadu !

3. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktifitas dan rasa ingin
tahu peserta didik. Di dalam pembelajaran IPA banyak metode-metode yang digunakan, salah satu 20
diantaranya adalah metode eksperimen. Sebagai guru bagaimana Anda mengaplikasikan metode
eksperimen IPA SD kelas V dengan Pokok bahasan: Ekosistem yang Harmonis
4. Metode pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan rasa ingin tahu peserta didik. Di
dalam pembelajaran IPA banyak metode-metode yang digunakan. Bila diberi materi Pelajaran 20
Rangka, Sendi, dan Otot: Aktor Dibalik Bentuk Tubuh Kita", pilihlah 3 metode pembelajaran yang
Anda ketahui yang cocok untuk materi tersebut dan Uraikanlah !
5. Model pembelajaran dapat digunakan untuk memilih dan menentukan strategi, metode, keterampilan
mengajar, dan aktivitas siswa dalam penekanan proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran 20
berjalan dengan baik, buatlah suatu diagram model pembelajaran IPA SD dan uraikanlah dengan
lengkap!

Jawaban

Menurut pendapat saya yang lebih


unggul adalah tes uraian karena
dapat mengukur
proses berpikir lebih tinggi, tepat
digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang
kompleks yang tidak dapat diukur
dengan tes objektif. Dapatkah
keterampilan
menulis, kemampuan dalam
menghasilkan, mengorganisasi dan
mengekspresikan ide
atau gagasan, serta kemampuan
dalam membuat rancangan
penelitian diukur dengan
tes objektif? Inilah Salah satu
keunggulan tes uraian yang tidak
dimiliki oleh tes
objektif. Jika kita mempunyai tujuan
pembelajaran yang seperti ini maka
kita tidak
dapat mengukurnya dengan
menggunakan tes objektif tetapi kita
harus mengukurnya
dengan menggunakan tes uraian
walaupun jumlah siswanya
banyak.Waktu yang
digunakan untuk menulis satu set tes
uraian untuk satu waktu ujian lebih
cepat
daripada waktu yang digunakan
untuk menulis satu set tes objektif.
Menurut pendapat saya yang lebih
unggul adalah tes uraian karena
dapat mengukur
proses berpikir lebih tinggi, tepat
digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang
kompleks yang tidak dapat diukur
dengan tes objektif. Dapatkah
keterampilan
menulis, kemampuan dalam
menghasilkan, mengorganisasi dan
mengekspresikan ide
atau gagasan, serta kemampuan
dalam membuat rancangan
penelitian diukur dengan
tes objektif? Inilah Salah satu
keunggulan tes uraian yang tidak
dimiliki oleh tes
objektif. Jika kita mempunyai tujuan
pembelajaran yang seperti ini maka
kita tidak
dapat mengukurnya dengan
menggunakan tes objektif tetapi kita
harus mengukurnya
dengan menggunakan tes uraian
walaupun jumlah siswanya
banyak.Waktu yang
digunakan untuk menulis satu set tes
uraian untuk satu waktu ujian lebih
cepat
daripada waktu yang digunakan
untuk menulis satu set tes objektif.
Menurut pendapat saya yang lebih
unggul adalah tes uraian karena
dapat mengukur
proses berpikir lebih tinggi, tepat
digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang
kompleks yang tidak dapat diukur
dengan tes objektif. Dapatkah
keterampilan
menulis, kemampuan dalam
menghasilkan, mengorganisasi dan
mengekspresikan ide
atau gagasan, serta kemampuan
dalam membuat rancangan
penelitian diukur dengan
tes objektif? Inilah Salah satu
keunggulan tes uraian yang tidak
dimiliki oleh tes
objektif. Jika kita mempunyai tujuan
pembelajaran yang seperti ini maka
kita tidak
dapat mengukurnya dengan
menggunakan tes objektif tetapi kita
harus mengukurnya
dengan menggunakan tes uraian
walaupun jumlah siswanya
banyak.Waktu yang
digunakan untuk menulis satu set tes
uraian untuk satu waktu ujian lebih
cepat
daripada waktu yang digunakan
untuk menulis satu set tes objektif.
1. Teori Belajar Piaget:
a. Piaget menekankan pada perkembangan kognitif anak yang terjadi secara bertahap melalui 4 tahap
utama, yaitu: sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
b. Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak terjadi secara alami sesuai dengan tahapan usianya.
Anak akan belajar sesuai dengan kemampuan kognitif yang dimilikinya pada tahap perkembangan
tersebut.
c. Piaget menekankan pada proses asimilasi dan akomodasi dalam perkembangan kognitif anak. Anak
akan menyesuaikan informasi baru dengan skema yang sudah ada (asimilasi) atau mengubah skema
yang ada untuk menyesuaikan dengan informasi baru (akomodasi).
d. Dalam teori Piaget, anak berperan aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi
dengan lingkungan.

Teori Belajar Bruner:


a) Bruner menekankan pada pembelajaran melalui penemuan (discovery learning). Anak didorong
untuk belajar sendiri menemukan konsep, prinsip, dan ide-ide.
b) Bruner membagi perkembangan kognitif anak menjadi 3 tahap, yaitu: enaktif, ikonik, dan simbolik.
Tahap-tahap ini tidak terikat pada usia, tetapi lebih pada kemampuan anak.
c) Dalam teori Bruner, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu anak dalam menemukan
konsep dan prinsip melalui aktivitas belajar yang terstruktur.
d) Bruner menekankan pada pentingnya struktur materi pelajaran dan urutan penyajiannya agar anak
dapat belajar dengan baik.

Perbedaan yang menyolok antara teori Piaget dan Bruner adalah:


1) Piaget menekankan pada perkembangan kognitif anak yang terjadi secara alami sesuai tahapan usia,
sedangkan Bruner tidak terikat pada usia tetapi lebih pada kemampuan anak.
2) Piaget menekankan pada proses asimilasi dan akomodasi, sedangkan Bruner menekankan pada
pembelajaran melalui penemuan (discovery learning).
3) Dalam teori Piaget, anak berperan aktif membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan dalam teori
Bruner, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu anak menemukan konsep dan prinsip.
Jadi, perbedaan yang paling menyolok adalah pada penekanan masing-masing teori, di mana Piaget
lebih menekankan pada perkembangan kognitif anak secara alami, sedangkan Bruner lebih menekankan
pada pembelajaran melalui penemuan.

2. Perbedaan antara Pendekatan Inquiri dan Pendekatan Terpadu dalam pembelajaran.


1) Pendekatan Inquiri (Inquiry-based Learning):
- Pendekatan Inquiri adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered).
- Dalam pendekatan ini, siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dengan menemukan
dan menyelidiki sendiri konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang dipelajari.
- Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan
sendiri pengetahuan mereka.
- Tujuan utama pendekatan Inquiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis, pemecahan
masalah, dan keterampilan proses sains siswa.
- Langkah-langkah dalam pendekatan Inquiri umumnya meliputi: merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan.
2) Pendekatan Terpadu (Integrated Learning):
- Pendekatan Terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai disiplin
ilmu atau mata pelajaran.
- Dalam pendekatan ini, konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu dikaitkan
dan dipadukan sehingga siswa memperoleh pemahaman yang utuh dan komprehensif.
- Tujuan utama pendekatan Terpadu adalah membantu siswa memahami konsep-konsep secara
menyeluruh dan bermakna.
- Pendekatan Terpadu dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: tematik, interdisipliner,
multidisipliner, atau transdisipliner.
- Guru berperan dalam merancang pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu atau
mata pelajaran sesuai dengan tema atau topik yang dipelajari.
Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa Pendekatan Inquiri berfokus pada proses penemuan
dan penyelidikan oleh siswa, sedangkan Pendekatan Terpadu berfokus pada pengintegrasian berbagai
disiplin ilmu atau mata pelajaran untuk memperoleh pemahaman yang utuh dan komprehensif.

3. Sebagai guru IPA di kelas V SD, saya akan mengaplikasikan metode eksperimen untuk pokok bahasan
Ekosistem yang Harmonis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan:
- Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk eksperimen, seperti akuarium, tanaman,
hewan kecil, dan lain-lain.
- Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mencakup tujuan, langkah-langkah
eksperimen, dan penilaian.
- Memastikan siswa memahami konsep dasar tentang ekosistem.
b. Pendahuluan:
- Memotivasi siswa dengan menampilkan video atau gambar tentang ekosistem yang harmonis.
- Menggali pengetahuan awal siswa tentang komponen-komponen ekosistem.
- Menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan.

c. Kegiatan Inti:
- Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.
- Membagikan lembar kerja eksperimen yang berisi petunjuk dan pertanyaan-pertanyaan panduan.
- Membimbing siswa dalam melakukan eksperimen, seperti:
- Membuat miniatur ekosistem dalam akuarium.
- Mengamati interaksi antara komponen-komponen ekosistem (produsen, konsumen, dan pengurai).
- Mencatat hasil pengamatan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kerja.
- Memfasilitasi diskusi antar kelompok untuk membandingkan hasil eksperimen.

d. Penutup:
- Meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimen dan kesimpulan yang
diperoleh.
- Memberikan penguatan dan umpan balik terhadap hasil eksperimen siswa.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menyampaikan pendapat.
- Menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tugas tindak lanjut.

Melalui metode eksperimen, siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran, meningkatkan rasa ingin
tahu, dan memahami konsep ekosistem secara lebih mendalam. Guru berperan sebagai fasilitator yang
membimbing dan mengarahkan siswa selama proses eksperimen. Dengan demikian, diharapkan
pembelajaran IPA tentang Ekosistem yang Harmonis dapat berlangsung secara efektif dan
menyenangkan bagi siswa.

4. Untuk materi pelajaran “Rangka, Sendi, dan Otot: Aktor Dibalik Bentuk Tubuh Kita”, tiga metode
pembelajaran yang cocok dan dapat meningkatkan aktivitas serta rasa ingin tahu peserta didik adalah:
1) Metode Eksperimen
- Deskripsi: Metode eksperimen melibatkan peserta didik secara langsung dalam melakukan
percobaan atau praktikum terkait materi rangka, sendi, dan otot.
- Contoh Aktivitas: Peserta didik dapat melakukan percobaan sederhana untuk mengamati struktur
dan fungsi rangka, sendi, serta otot pada tubuh manusia. Misalnya, mengamati pergerakan sendi,
menguji kekuatan otot, dan lain-lain.
- Manfaat: Metode ini dapat meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik, mendorong mereka untuk
aktif terlibat dalam pembelajaran, serta membantu memahami konsep-konsep terkait sistem gerak
secara lebih konkret.
2) Metode Demonstrasi
- Deskripsi: Metode demonstrasi melibatkan guru atau peserta didik untuk menunjukkan atau
memperagakan suatu proses, konsep, atau prosedur terkait materi rangka, sendi, dan otot.
- Contoh Aktivitas: Guru atau peserta didik dapat mendemonstrasikan pergerakan sendi, fungsi
otot, atau struktur rangka tubuh manusia dengan menggunakan model atau media pembelajaran
yang sesuai.
- Manfaat: Metode ini dapat membantu peserta didik memvisualisasikan konsep-konsep abstrak
terkait sistem gerak, serta meningkatkan pemahaman mereka melalui pengamatan langsung.
3) Metode Diskusi
- Deskripsi: Metode diskusi melibatkan peserta didik dalam kegiatan tanya-jawab, berbagi ide, dan
bertukar informasi terkait materi rangka, sendi, dan otot.
- Contoh Aktivitas: Peserta didik dapat berdiskusi dalam kelompok kecil untuk membahas topik-
topik seperti hubungan antara struktur dan fungsi rangka, sendi, serta otot, atau aplikasi konsep
sistem gerak dalam kehidupan sehari-hari.
- Manfaat: Metode ini dapat meningkatkan aktivitas peserta didik, mendorong mereka untuk
berpikir kritis, dan memfasilitasi pertukaran pengetahuan serta pemahaman yang lebih mendalam
mengenai materi yang dipelajari.
Dengan menerapkan ketiga metode pembelajaran tersebut, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
dan rasa ingin tahu peserta didik dalam mempelajari materi “Rangka, Sendi, dan Otot: Aktor Dibalik
Bentuk Tubuh Kita” pada pembelajaran IPA.
5. Baik, saya akan menjelaskan tentang 5 model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memilih dan
menentukan metode, keterampilan mengajar, dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA di SD.
1) Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
- Berpusat pada guru, dengan guru sebagai pusat informasi.
- Guru menyampaikan materi secara sistematis dan terstruktur.
- Siswa menerima informasi secara pasif.
- Cocok untuk pembelajaran konsep, prinsip, atau keterampilan.
2) Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
- Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.
- Siswa saling berinteraksi dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.
- Meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi.
- Cocok untuk pembelajaran konsep, pemecahan masalah, dan pengembangan sikap.
3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
- Berpusat pada siswa, dengan masalah sebagai titik awal pembelajaran.
- Siswa aktif dalam mengidentifikasi, mengumpulkan informasi, dan memecahkan masalah.
- Guru sebagai fasilitator.
- Cocok untuk pembelajaran konsep, prinsip, dan keterampilan pemecahan masalah.
4) Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry-Based Learning)
- Berpusat pada siswa, dengan siswa aktif dalam proses penyelidikan.
- Siswa merumuskan pertanyaan, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan.
- Guru sebagai fasilitator.
- Cocok untuk pembelajaran konsep, prinsip, dan keterampilan proses sains.
5) Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
- Berpusat pada siswa, dengan siswa mengerjakan proyek untuk menghasilkan produk.
- Siswa aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proyek.
- Guru sebagai fasilitator.
- Cocok untuk pembelajaran konsep, prinsip, dan keterampilan pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran IPA di SD, guru dapat menggunakan kombinasi dari kelima model pembelajaran
tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik materi, dan kebutuhan siswa. Misalnya, guru
dapat menggunakan model pembelajaran langsung untuk menyampaikan konsep-konsep dasar,
kemudian dilanjutkan dengan model pembelajaran inkuiri atau berbasis proyek untuk mengembangkan
keterampilan proses sains dan pemecahan masalah.

Dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang sesuai, proses pembelajaran IPA di SD dapat
berjalan dengan baik, meningkatkan pemahaman siswa, dan mengembangkan keterampilan serta sikap
ilmiah mereka.

Anda mungkin juga menyukai