Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL KE-3

Kode Mata Kuliah : PEBI 4223


Nama Mata Kuliah : Pendidikan Lingkungan Hidup
Jumlah SKS :3
Program Studi : S1 Pendidikan Biologi

Nama Penulis : Drs. Gusti Nurdin, M.Pd.


Nama Penelaah :
Status Pengembangan : Baru/Revisi*
Tahun Pengembangan : 2023.2

Sumber
Skor
No Tugas Tutorial Tugas
Maksimal
Tutorial
1 Tugas tutorial 3 Modul 7/
Untuk menjawab tugas tutorial kedua matakuliah PLH KB 2
PEBI4223, yang pertama Anda harus membuka Link berikut
pahami materinya, yang membahas tentang “Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan (Education for Sustainable
Development)” , dengan cara tekan control arahkan kursor dan
klik.
https://sway.office.com/Q7P4xpbmILE7inYM
Selanjutnya jawablah ke tiga pertanyaan berikut berdasarkan
informasi yang ada pada tayangan Dari Video tersebut.
Pertanyaan
Berdasar tayangan video, deskripsikan apa yang terjadi pada 30
masyarakat hutan bila terjadi pembukaan lahan hutan untuk
pembangunan industri.
Tuliskan tiga contoh masyarakat yang kehilangan sumberdaya
alam akibat dari pembukaan lahan hutan?
2. Pertanyaan: Modul 7/KB
Mengapa cara menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan 3
memilih jalur formal di pendidikan atau sekolah ESD (education 40
for sustainable development).
Untuk sekolah tempat kajian mengambil lokasi di Propinsi
Kalimantan Tengah!
3 Pertanyaan: Modul 8/KB
Berdasar tayangan video tersebut, apa tanggapan para guru di 30 3
Kalimantan Tengah setelah dilatih menerapkan etika lingkungan
dalam pembelajaran pendidikan/ESD (education for sustainable
development) oleh ibu Aulia!
Jumlah Skor Maksimal 100

Jawaban Nomor 1 :
Dampak Pembukaan Lahan Hutan untuk
Pembangunan Industri Terhadap Masyarakat
Hutan:

1. Kehilangan Sumber Daya Hutan:


 Masyarakat hutan yang sangat bergantung pada hutan
sebagai sumber kehidupan akan mengalami kehilangan
sumber daya alam yang vital. Pembukaan lahan hutan
untuk pembangunan industri dapat mengakibatkan
hilangnya akses masyarakat terhadap kayu, buah-buahan,
tanaman obat-obatan, serta hasil hutan lainnya yang
menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
2. Perubahan Tata Guna Lahan dan Kerusakan Lingkungan:
 Pembukaan lahan hutan untuk industri seringkali
menyebabkan perubahan drastis pada tata guna lahan.
Penebangan pohon dan penggundulan lahan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan, termasuk erosi
tanah, penurunan kualitas air, dan hilangnya
keanekaragaman hayati. Hal ini dapat berdampak negatif
pada mata pencaharian tradisional masyarakat yang
bergantung pada ekosistem hutan yang sehat.
3. Migrasi dan Dislokasi Masyarakat:
 Pembangunan industri di lahan hutan seringkali
menyebabkan migrasi dan dislokasi masyarakat.
Masyarakat yang awalnya hidup di sekitar hutan atau
bergantung pada sumber daya hutan dapat dipaksa
untuk pindah karena hilangnya sumber daya yang
mereka butuhkan. Migrasi ini dapat mengakibatkan
ketidakpastian ekonomi, sosial, dan kesejahteraan
masyarakat yang terlibat.

Tiga Contoh Masyarakat yang Kehilangan


Sumber Daya Alam akibat Pembukaan Lahan
Hutan:

1. Masyarakat Adat:
 Masyarakat adat seringkali memiliki hubungan erat
dengan hutan dan menggantungkan hidup pada
pengetahuan tradisional mereka tentang sumber daya
hutan. Pembukaan lahan hutan dapat menghilangkan
akses mereka terhadap sumber daya alam yang menjadi
bagian integral dari budaya dan identitas mereka.
2. Petani Subsisten
 Masyarakat petani yang hidup dari pertanian subsisten,
yang mengandalkan hutan sebagai sumber bahan
bangunan, obat-obatan, dan sumber daya lainnya, akan
mengalami dampak signifikan akibat hilangnya lahan dan
sumber daya hutan yang biasa mereka manfaatkan.
3. Suku Terasing atau Komunitas Terpencil:
 Suku atau komunitas yang hidup di daerah terpencil dan
memiliki ketergantungan tinggi pada sumber daya hutan
untuk bertahan hidup dapat kehilangan akses mereka
terhadap sumber daya tersebut. Dalam beberapa kasus,
pembukaan lahan hutan dapat memisahkan mereka dari
cara hidup tradisional mereka dan mengancam
keberlanjutan budaya mereka.

Pemilihan jalur formal dalam menerapkan konsep


pembangunan berkelanjutan di pendidikan, khususnya melalui
sekolah Education for Sustainable Development (ESD), dapat
memiliki beberapa alasan yang melibatkan aspek formal
pendidikan dan konteks lokasi di Provinsi Kalimantan Tengah.
Berikut beberapa pertimbangan yang mungkin menjadi alasan:

1. Struktur Kurikulum dan Pengajaran:


 Jalur formal memungkinkan integrasi konsep
pembangunan berkelanjutan ke dalam kurikulum resmi
sekolah. Dengan demikian, pendekatan pembangunan
berkelanjutan dapat diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran yang ada, seperti ilmu pengetahuan,
matematika, bahasa, dan lainnya, sehingga memastikan
penyebarluasan konsep ini kepada seluruh siswa.
2. Pengembangan Keterampilan dan Kesadaran:
 Melalui jalur formal, pembangunan berkelanjutan dapat
dijadikan bagian integral dari pembelajaran, membantu
mengembangkan keterampilan dan kesadaran siswa
terkait isu-isu lingkungan dan sosial. Ini mencakup
pengembangan pemahaman tentang keberlanjutan, etika
lingkungan, dan tanggung jawab sosial.
3. Dukungan Institusi Pendidikan:
 Dalam jalur formal, konsep pembangunan berkelanjutan
mendapatkan dukungan langsung dari institusi
pendidikan dan pemerintah daerah. Ini bisa memfasilitasi
penyediaan sumber daya, pelatihan guru, dan
implementasi program yang konsisten dengan kebijakan
pendidikan nasional dan lokal.
4. Penanaman Nilai Konservasi:
 Jalur formal memungkinkan penyampaian nilai-nilai
konservasi dan keberlanjutan kepada generasi muda
secara resmi. Pendidikan formal dapat membentuk pola
pikir dan perilaku siswa sejak dini, memperkuat sikap
positif terhadap lingkungan dan mendorong tindakan
yang berkelanjutan.
5. Keterlibatan Komunitas Sekolah:
 Sekolah sebagai pusat pendidikan formal cenderung
melibatkan komunitas lebih luas, termasuk orang tua dan
masyarakat setempat. Dengan menggunakan jalur
formal, konsep pembangunan berkelanjutan dapat lebih
mudah diintegrasikan ke dalam aktivitas sekolah,
program ekstrakurikuler, dan proyek kolaboratif yang
melibatkan partisipasi komunitas.
6. Kesesuaian dengan Kebijakan Pendidikan Lokal:
 Pilihan jalur formal dapat disesuaikan dengan kebijakan
pendidikan di tingkat provinsi atau kabupaten,
memastikan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan
sesuai dengan arah dan tujuan strategis pendidikan
daerah tersebut.

Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan melalui jalur


formal di Kalimantan Tengah dapat menjadi strategi efektif
untuk mencapai dampak jangka panjang dengan memperkuat
pengajaran dan pemahaman siswa terkait dengan isu-isu
keberlanjutan yang khusus relevan dengan konteks lokal.

Namun, secara umum, pelatihan etika lingkungan dalam


konteks pembelajaran pendidikan atau ESD dapat memberikan
dampak positif, antara lain:

1. Peningkatan Kesadaran: Guru dapat menjadi lebih sadar akan


isu-isu lingkungan dan keberlanjutan serta pentingnya
memasukkan aspek ini ke dalam pembelajaran mereka.
2. Pengembangan Keterampilan: Guru dapat mengembangkan
keterampilan baru dalam merancang dan
mengimplementasikan kurikulum yang mempromosikan
pemahaman siswa tentang etika lingkungan.
3. Pengintegrasian dalam Mata Pelajaran: Pelatihan dapat
membantu guru mengintegrasikan prinsip-prinsip etika
lingkungan ke dalam berbagai mata pelajaran, sehingga
menciptakan pembelajaran yang holistik dan terintegrasi.
4. Pemberdayaan Siswa: Guru dapat memotivasi dan
memberdayakan siswa untuk mengambil tindakan positif terkait
isu-isu lingkungan dan keberlanjutan.
5. Kolaborasi dengan Komunitas: Guru dapat belajar untuk bekerja
sama dengan komunitas lokal untuk mengenalkan konsep etika
lingkungan dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa.

* coret yang tidak sesuai

Anda mungkin juga menyukai