Anda di halaman 1dari 11

JPPSI: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia

Volume 1, Nomor 1, April 2018


ISSN: 2623-0852

IMPLEMENTASI PENDEKATAN STUDENT CENTERED LEARNING


DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN RELEVANSINYA DENGAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 SINGARAJA

Kadek Tenova Satriaman, Ni Made Pujani, Putri Sarini

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA, INDONESIA

e-mail: {tenova.satriaman, made.pujani, putri.sarini}@undiksha.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan student centered
learning (SCL) dalam pembelajaran IPA, faktor-faktor yang memengaruhi implementasi pendekatan
SCL, dan relevansi pendekatan SCL dengan hasil belajar siswa. Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif-kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang kepala sekolah, 5 orang guru IPA dan
90 orang siswa kelas VIII. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Metode
pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data
yang dilakukan dengan 4 tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi pendekatan SCL
berkategori baik meskipun belum sepenuhnya dapat diterapkan. (2) Faktor-faktor yang memengaruhi
implementasi pendekatan SCL adalah kemampuan guru dan sarana prasarana belajar. (3)
Implementasi pendekatan SCL berhubungan erat dengan hasil belajar IPA siswa. Pembelajaran
berbasis pendekatan SCL dapat diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif.

Kata kunci: implementasi pendekatan student centered learning, hasil belajar

Abstract
This study aims to describe the implementation of student centered learning (SCL) approach in
science learning, factors influencing the implementation of SCL approach, and the relevance of SCL
approach to student learning outcomes. This research includes descriptive-qualitative research.
Subjects in this study were 1 headmaster, 5 science teachers and 90 class VIII students. The
sampling technique is done by purposive sampling. Data collection methods used observation,
interviews, and document studies. Data analysis techniques performed with 4 stages of data
collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results showed that: (1)
The implementation of SCL approach is categorized well although not yet fully applicable. (2) The
factors that influence the implementation of the SCL approach are the ability of teachers and learning
infrastructure. (3) The implementation of SCL approach is closely related to students' learning
outcomes. SCL-based learning approaches can be applied using innovative learning methods.

Keywords: implementation of student centered learning approach, learning outcomes

PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA Terpadu adalah Pertama /Madrasah Tsanawiyah
pembelajaran IPA dengan situasi lebih (SMP/MTs). Pembelajaran ini pada
alami dan situasi dunia nyata, serta hakikatnya merupakan suatu pendekatan
mendorong siswa membuat hubungan pembelajaran yang memungkinkan siswa
antara cabang IPA yaitu fisika, kimia, dan aktif mencari, menggali, dan menemukan
biologi (Depdiknas, 2006). Pembelajaran konsep serta prinsip yang dipelajari secara
IPA terpadu dianjurkan untuk diaplikasikan menyeluruh (holistik), bermakna, otentik
pada jenjang/tingkat Sekolah Menengah dan aktif (Depdikbud, 1996).
12
Pembelajaran kurikulum 2013 me- memperoleh pengalaman langsung,
nerapkan pendekatan SCL sebagai salah sehingga dapat menambah kekuatan untuk
satu pendekatan pembelajaran dalam mencari, menyimpan dan menerapkan
bidang pendidikan. Pendekatan ini konsep yang telah dipelajarinya.
memberikan kebebasan dan fasilitas Sesuai dengan kurikulum 2013 di
kepada siswa untuk menggali sendiri ilmu SMP, guru IPA perlu mendorong siswa agar
pengetahuannya sehingga akan didapatkan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
pengetahuan yang mendalam (deep Hal ini bertujuan agar siswa tersebut dapat
learning) dan mampu meningkatkan memperoleh pengalaman belajar secara
kualitas siswa. Karsen (2008) menyatakan langsung sehingga dapat meningkatkan
bahwa melalui penerapan pembelajaran hasil belajar. Berdasarkan Permendikbud
yang berpusat pada siswa, maka siswa No. 103 tentang pembelajaran pada
diharapkan dapat berpartisipasi secara Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun
aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya 2014 menyatakan bahwa guru memfasilitasi
kritis, mampu menganalisa dan dapat siswa untuk melakukan proses mengamati,
memecahkan masalahnya sendiri. menanya, mengumpulkan informasi, me-
Pembelajaran berpusat pada siswa (student nalar/mengasosiasi, dan
centered learning) merupakan suatu mengomunikasikan adalah tahapan-
pembelajaran yang menempatkan siswa tahapan pembelajaran kurikulum 2013
sebagai pusat dari proses belajar. dengan pendekatan saintifik yang
Pembelajaran berpusat pada siswa merupakan pembelajaran berpusat pada
berbeda dari pembelajaran berpusat pada siswa. Hal tersebut menyatakan guru
guru (teacher centered learning) yang berperan sebagai fasilitator dan siswa yang
menekankan transfer pengetahuan dari berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran
guru ke siswa yang relatif bersifat pasif. di sekolah.
Pendekatan pembelajaran berpusat pada Berdasarkan Permendikbud No. 81A
siswa merupakan pembelajaran aktif tentang implementasi kurikulum 2013,
dimana siswa memecahkan masalah, sekolah diwajibkan untuk menggunakan
menjawab pertanyaan, merumuskan pendekatan SCL. Namun, masih banyak
pertanyaan mereka sendiri, berdiskusi, sekolah yang sudah menggunakan
menjelaskan selama di kelas, pembelajaran kurikulum 2013 tetapi belum menerapkan
kooperatif, dimana siswa bekerja dalam tim pendekatan SCL, termasuk di SMP Negeri
pada masalah dan proyek. 4 Singaraja. Berdasarkan observasi awal
Pembelajaran yang menggunakan dan wawancara dengan pihak guru guru
kurikulum 2013 wajib menerapkan mata pelajaran IPA di SMP Negeri 4
pendekatan SCL pada semua mata Singaraja, diperoleh fakta bahwa
pelajaran, termasuk juga mata pelajaran pendekatan SCL belum sepenuhnya
IPA (Kemendikbud, 2013). Implementasi diterapkan. Bahkan, ada beberapa guru
kurikulum 2013 pada pembelajaran IPA yang mengaku belum memahami
dikembangkan sebagai mata pelajaran IPA kurikulum 2013 meskipun telah mengikuti
terpadu (integrative science), bukan mata kegiatan pelatihan guru untuk
pelajaran yang terpisah sesuai dengan mengimplementasikan kurikulum 2013.
disiplin ilmu. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dampaknya ada beberapa guru masih
berkaitan dengan cara mencari tahu menggunakan pendekatan teacher
tentang alam secara sistematis, sehingga centered yang berpotensi pada makin
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan rendahnya kualitas pembelajaran di
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, sekolah.
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja Berdasarkan hasil survei TIMSS
tetapi juga merupakan suatu proses (Trend Internasional Mathematics and
penemuan (Badan Standar Nasional Science Study), tingkat kualitas pendidikan
Pendidikan, 2006). Pembelajaran IPA di- di Indonesia dari tahun ke tahun terus
laksanakan secara terpadu karena melalui menurun. Pada tahun 2011 Indonesia
pembelajaran IPA terpadu siswa dapat menduduki peringkat 40 dari 42 negara
13
yang berpartisipasi (Balitbang, 2011), tersebut, siswa yang memperoleh nilai di
sedangkan prestasi literasi IPA pada PISA atas KKM ada 15 siswa dari 109 siswa
(Programme for International Student atau dapat dikatakan siswa yang tuntas
Assessment) tahun 2012, Indonesia hanya 13,76 %. Bertolak dari data hasil
menempati urutan 64 dari 65 negara, belajar berupa nilai ulangan akhir semester
dibawah Qatar dan di atas Peru. Dengan tersebut maka, untuk dapat meningkatkan
rata-rata skor untuk pelajaran sains adalah kualitas pendidikan di Indonesia maka
385, padahal rata-rata skor OECD perlu di-lakukan pengkajian secara
(Organization for Economic Coorporation mendalam mengenai implementasi
dan Development) adalah 501 (OECD, pendekatan SCL di sekolah.
2014). METODE
Kecenderungan pendidik menerapkan Metode penelitian yang digunakan
pendekatan pembelajaran berpusat pada adalah metode deskriptif-kualitatif. Hal ini
guru yang menjadi salah satu penyebab dimaksudkan agar peneliti dapat membuat
menurunnya kualitas pendidikan di analisis deskriptif secara sistematis, faktual
Indonesia. Walaupun untuk beberapa dan akurat dalam mengungkapkan fakta
kondisi kegiatan belajar mengajar, teacher mengenai implementasi pendekatan SCL
centered sebenarnya sudah cukup baik. dalam pembelajaran IPA.
Namun ketika harus berhadapan dengan Subjek dalam penelitian ini adalah 1
kondisi siswa yang berbeda-beda orang kepala sekolah, 5 orang guru IPA dan
karakternya, maka pa-radigma ini sudah 90 orang siswa kelas VIII tersebar dari 10
tidak bijak lagi untuk tetap diterapkan kelas yang memiliki kriteria nilai raport
(Brown, 2003). tinggi, sedang, dan rendah, sedangkan
Hal Ini menunjukkan bahwa objek dalam penelitian ini adalah
perubahan paradigma tersebut belum implementasi pendekatan SCL dalam
sepenuhnya mampu meningkatkan hasil pembelajaran IPA, faktor-faktor yang
belajar siswa secara maksimal. Sebagai memengaruhi implementasi pendekatan
contoh, pembelajaran yang menggunakan SCL dan relevansinya terhadap hasil
metode diskusi kelompok, siswa cenderung belajar siswa.
tidak fokus terhadap materi yang Sumber data yang akan dikumpulkan
disampaikan oleh guru, bahkan siswa lebih dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
banyak menghabiskan waktu untuk dua, yaitu sumber data primer dan sumber
membicarakan tentang “dunia” mereka, data sekunder. Sumber data primer, yaitu
dari pada untuk memahami materi yang data yang langsung dikumpulkan peneliti
diberikan (Isjoni, 2007). Jika terus seperti dari sumber pertamanya. Adapun yang
ini pada proses pembelajaran, maka menjadi sumber data primer dalam
dikhawatirkan tujuan pembelajaran tidak penelitian ini adalah kepala sekolah, guru
tercapai secara maksimal, dan pada IPA dan siswa kelas VIII. Sumber data
akhirnya akan memengaruhi hasil belajar sekunder, yaitu data yang langsung di-
siswa. Hasil belajar yang kurang maksimal kumpulkan peneliti sebagai penunjang dari
ini ditunjukkan dengan nilai hasil belajar sumber pertama pihak pertama. Dapat juga
ranah kognitif IPA siswa kelas VIII di SMP data yang tersusun dalam bentuk dokumen.
Negeri 4 Singaraja yang masih belum Teknik pengambilan sampel dilakukan
mencapai standar Kriteria Kelulusan dengan purposive sampling. Penentuan
Minimal (KKM), yaitu 72. Berdasarkan hasil sampel dalam penelitian kualitatif tidak
ulangan akhir semester (UAS) semester didasarkan perhitungan statistik. Hasil
gasal tahun pelajaran 2016/2017 yang penelitian tidak akan digeneralisasikan ke
peneliti peroleh dari salah satu guru yang populasi karena, pengambilan sampel tidak
mengajar mata pelajaran IPA di kelas VIII secara random (Sugiyono, 2015). Metode
B4 yang berjumlah 37 siswa, VIII B5 pengumpulan data yang digunakan dengan
berjumlah 35 siswa dan VIII B6 berjumlah pedoman observasi, wawancara, dan studi
37 siswa untuk mata pelajaran IPA nilai dokumen.
siswa masih di bawah KKM. Dari 3 kelas
14
Analisis data penelitian ini adalah percobaan yang sudah dilakukan. Guru
analisis data kualitatif dan kuantatif. Analisis memberikan kesempatan pada kelompok
data kualitatif untuk mengetahui persentase lain untuk bertanya dari presentasi yang
hasil observasi mengenai pendekatan SCL. disampaikan kelompok penyaji.
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015) Selanjutnya, guru memberikan sanggahan
menyatakan bahwa dalam analisis data dari pertanyaan maupun saran yang
terdapat 4 komponen yang dilakukan yaitu: diberikan siswa lain kepada kelompok
pengumpulan data, reduksi data, penyajian penyaji. Pada akhir pembelajaran guru
data dan penarikan kesimpulan. Teknik mengajak siswa untuk menyimpulkan
analisis data kuantitatif digunakan untuk pembelajaran yang sudah dilakukan.
mengetahui relevansi implementasi Berdasarkan data hasil observasi
pendekatan SCL terhadap hasil belajar IPA guru model yang peneliti lakukan dengan
siswa ditinjau dari ranah kognitif. menggunakan lembar pedoman observasi
HASIL DAN PEMBAHASAN guru yang mengimplementasikan
pendekatan SCL yang peneliti buat, dapat
1. Implementasi Pendekatan SCL diketahui bahwa rata-rata skor yang
Berdasarkan observasi yang di- diperoleh 20,55 dengan persentase rata-
lakukan peneliti, secara keseluruhan rata skor sebesar 75,88%. Ini menunjukkan
pembelajaran yang dilakukan guru model bahwa pelaksanaan aktivitas guru termasuk
sudah mencerminkan adanya penerapan dalam kategori baik. Sesuai observasi yang
aspek-aspek pendekatan student centered dilakukan peneliti terhadap guru model dari
learning. Selama pembelajaran aktivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada
lebih didominasi dengan kegiatan yang tiap kelas yang diajarkan sudah sesuai
dilakukan oleh siswa. Pada awal dengan karakteristik pendekatan SCL
pembelajaran guru membuka pembelajaran meskipun beberapa indikator belum
dengan me-ngucapkan salam dan maksimal di-lakukan oleh guru.
mengkondisikan siswa agar siap mengikuti Skor rata-rata observasi guru model
pembelajaran. Setelah semua siswa yang mengimplementasikan pendekatan
terkondisikan, guru memberikan apersepsi SCL di SMP Negeri 4 Singaraja disajikan
dengan melakukan tanya jawab dengan pada Tabel 4.1 berikut.
siswa secara menyeluruh terkait dengan
pengalaman disekitar siswa sehingga dapat Tabel 4.1 Skor rata-rata observasi guru
menarik siswa untuk berpartisipasi aktif yang mengimplementasikan pendekatan
dalam memulai pembelajaran. Siswa SCL
tampak antusias memberikan jawaban atas Guru Model Rata-rata Nilai Kategori
pertanyaan yang diberikan guru. Mengawali 1 20 74 Baik
pembelajaran guru memberitahu siswa 2 19,5 72,2 Baik
materi yang diajarkan pada pertemuan kali 3 21,75 79,6 Baik
ini. Metode mengajar yang digunakan 4 20,75 76,8 Baik
adalah menjelaskan materi, diskusi 5 20,75 76,8 Baik
kelompok, dan percobaan. Pertama-tama
guru menjelaskan materi yang dipelajari Sejalan dengan observasi yang
guna memberikan gambaran awal pada peneliti lakukan terhadap guru, peneliti juga
siswa. Setelah menyampaikan materi guru memperoleh data berdasarkan perhitungan
menanyakan pada siswa materi yang belum hasil observasi siswa mengenai
dipahami. Jika dirasa siswa sudah paham implementasi pendekatan SCL dalam
materi yang diberikan, maka guru mengajak pembelajaran IPA.
siswa melakukan percobaan sederhana Berdasarkan perhitungan hasil
yang didiskusikan dengan kelompok. Siswa observasi siswa mengenai implementasi
terlihat antusias selama melakukan pendekatan SCL terhadap 30 siswa yang
percobaan dan diskusi. Setelah melakukan me-miliki nilai IPA tertinggi diseluruh kelas
percobaan, pada masing-masing kelompok VIII sesuai raport diketahui bahwa rata-rata
diminta mempresentasikan hasil diskusi dari skor yang diperoleh 38,09 dengan
15
persentase rata-rata skor sebesar 70,54%. materi belajar secara mandiri, merumuskan
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa harapan terhadap proses pembelajaran dan
pelaksanaan aktivitas belajar siswa mengukur kinerjanya, memantau
termasuk dalam kategori baik. Dari pembelajarannya, dan membangun
observasi yang dilakukan peneliti terhadap pengetahuannya sendiri.
30 siswa tersebut, dalam pembelajaran Berdasarkan perhitungan hasil
yang dilakukan sudah sesuai dengan observasi siswa mengenai implementasi
indikator dari instrumen observasi yang pendekatan SCL terhadap 30 siswa yang
peneliti buat meskipun beberapa indikator me-miliki nilai IPA rendah diseluruh kelas
belum dapat dicapai siswa secara VIII sesuai raport diketahui bahwa rata-rata
maksimal. Indikator yang belum dicapai skor yang diperoleh 32,44 dengan
siswa secara maksimal dari aspek persentase rata-rata skor sebesar 60,08%.
merumuskan harapan terhadap proses Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran dan mengukur kinerjanya, aktivitas belajar siswa termasuk dalam
memantau pembelajarannya sendiri, dan kategori baik. Dari observasi yang dilakukan
mengembangkan materi belajar secara peneliti terhadap 30 siswa tersebut, dalam
mandiri. pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai
Berdasarkan perhitungan hasil dengan indikator dari instrumen observasi
observasi siswa mengenai implementasi yang peneliti buat meskipun beberapa
pendekatan SCL terhadap 30 siswa yang indikator belum dapat dicapai siswa secara
me-miliki nilai IPA sedang diseluruh kelas maksimal. Indikator yang belum dicapai
VIII sesuai raport diketahui bahwa rata-rata siswa secara maksimal dari aspek mampu
skor yang diperoleh 35,41 dengan sebagai tokoh yang aktif, mengembangkan
persentase rata-rata skor sebesar 65,57%. materi belajar secara mandiri, merumuskan
Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan harapan terhadap proses pembelajaran dan
aktivitas belajar siswa termasuk dalam mengukur kinerjanya, memantau
kategori baik. Dari observasi yang dilakukan pembelajarannya sendiri, membangun
peneliti terhadap 30 siswa tersebut, dalam pengetahuannya sendiri, dan termotivasi
pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai untuk mencapai sasaran yang telah
dengan indikator dari instrumen observasi ditetapkannya sendiri.
yang peneliti buat meskipun beberapa Skor rata-rata observasi siswa
indikator belum dapat dicapai siswa secara mengenai implementasi pendekatan SCL
maksimal. Indikator yang belum dicapai ditinjau dari nilai raport siswa SMP Negeri 4
siswa secara maksimal dari aspek mampu Singaraja disajikan pada Tabel 4.2 berikut.
sebagai tokoh yang aktif, mengembangkan

Tabel 4.2 Skor rata-rata observasi siswa mengenai implementasi pendekatan


student centered learning
Kategori kemampuan
Rata-rata % Kategori
kognitif siswa
Tinggi 38,09 70,54 Baik
Sedang 35,41 65,57 Baik
Rendah 32,44 60,08 Baik

Berdasarkan hasil wawancara menyiapkan RPP yang dibuat sendiri


menyatakan bahwa, SMP Negeri 4 dengan bekerjasama di dalam forum
Singaraja sudah menerapkan kurikulum MGMP. Selama guru me-nerapkan
2013 sejak Tahun Pelajaran 2013/2014. pendekatan SCL di dalam proses
Selama itu juga guru sudah menerapkan pembelajaran terkadang saat
pendekatan pembelajaran SCL sampai pelaksanaannya di kelas belum
sekarang ini. Menurut kepala sekolah, sepenuhnya dapat diterapkan sebab guru
sebelum guru melaksanakan pembelajaran dihadapkan pada banyaknya kendala, baik
berbasis pendekatan SCL guru sudah itu dari sikap siswa dan kemampuan siswa
16
yang berbeda-beda pada tiap kelas. Sejalan penilaian guru IPA di SMP Negeri 4
dengan itu, kepala sekolah juga Singaraja melaksanakan penilaian KI-1, KI-
mengatakan bahwa apa yang diharapkan 2 dan KI-4 yaitu penilaian kognitif
tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. (pengetahuan), afektif (sikap) dan
Orientasi pembelajaran dari pendekatan psikomotor (keterampil-an) menggunakan
teacher centered ke student centered rubrik penilaian. Penilaian pengetahuan
learning tentu ada hambatan-hambatannya dilakukan pada saat pemeriksaan tugas,
dari sumber daya siswa itu sendiri, sumber ulangan harian, ulangan tengah semester
daya yang masuk masih sangat kurang (UTS), dan ulangan kenaikan kelas (UKK),
sehingga untuk me-nerapkan pendekatan penilaian sikap dilakukan guru selama
ini masih belum bisa sepenuhnya dapat proses pembelajaran di dalam kelas
diterapkan. Dengan kemampuan siswa maupun di luar kelas secara berkala sebab
yang bervariasi ini diperlukan kejelian guru jumlah siswa yang banyak guru kesulitan
dalam menggunakan metode yang cocok untuk menilai siswa sekaligus, dan
diterapkan di kelas yang berbeda sehingga penilaian keterampilan siswa biasanya
RPP yang dibuat guru tidak seragam, dilakukan pada saat siswa melakukan
mungkin pendekatan SCL dapat diterapkan praktikum/percobaan karena yang dinilai
di kelas atas namun kelas bawah belum dari siswa adalah bagaimana dia mau
tentu sepenuhnya dapat diterapkan. melakukan praktikum dilihat dari
Dari analisis data mengenai keterampilan prosesnya.
pembelajaran IPA yang berpusat pada Pada tahap pelaksanaan
siswa (SCL) di kelas VIII SMP Negeri 4 pembelajaran, sesuai dengan observasi
Singaraja menunjukkan bahwa penerapan yang peneliti lakukan selama aktivitas
pembelajaran yang dilakukan dari guru dan mengajar guru IPA menerapkan
siswa di-sesuaikan dengan karakteristik dari pembelajaran yang berpusat pada siswa
pendekatan SCL. yang menempatkan siswa sebagai pusat
Pada tahap perencanaan pembelajaran, khususnya dalam kegiatan
pembelajaran, sesuai dengan wawancara inti pembelajaran yang dalam
yang peneliti lakukan kepada kepala pelaksanaanya sesuai dengan alokasi
sekolah dan guru IPA yang mengajar di waktu yang sudah ditentukan dalam RPP.
kelas VIII SMP Negeri 4 Singaraja Pada tahap pertama, guru mengarahkan
menggunakan silabus yang telah siswa untuk membaca materi yang akan
dikembangkan oleh Kementerian disampaikan oleh guru selama beberapa
Pendidikan dan Budaya (Kemdikbud) menit yang terdapat pada buku paket dan
sebagai pedoman penyusunan rencana LKS. Kemudian pada tahap kedua, guru
pelaksanaan pembelajaran (RPP). mengarahkan agar siswa mau bertanya dari
Kemudian, guru menyusun RPP secara apa yang sudah mereka baca sebelumnya
mandiri dengan bekerjasama dalam forum dari materi tersebut. Setelah itu, guru
MGMP IPA yang ada di sekolah menyampaikan materi yang akan dibahas
disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada pertemuan kali ini. Pada tahap ketiga,
sekolah. Ini di-sesuaikan dengan guru membagi siswa dalam bentuk
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 kelompok yang bertujuan agar siswa
tentang komponen RPP dan Permendikbud bekerjasama mencari dan mengumpulkan
Nomor 81A Tahun 2013 tentang sistematika informasi dari berbagai sumber dan
format RPP. RPP guru IPA kelas VIII SMP berdiskusi untuk menjawab pertanyaan
Negeri 4 Singaraja mencantumkan yang sudah guru siapkan sebelumnya.
komponen RPP seperti materi pokok Pada tahap keempat, siswa secara
pembelajaran yang akan dibahas, tujuan berkelompok me-ngolah informasi yang
pembelajaran dan media alat serta sumber sudah didapatkan melalui berbagai macam
belajar. Pada RPP dicantumkan KD sumber kemudian dianalisis data tersebut
berdasarkan KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4 serta sampai dapat menyimpulkan jawaban dari
memuat materi pelajaran berdasarkan pertanyaan yang diberikan guru dibuat
fakta, konsep, prinsip dan prosedural. Pada dalam bentuk laporan. Pada tahap kelima,
17
siswa mempresentasikan hasil diskusi dilakukan perhitungan, rata-rata skor
mereka kepada kelompok lainnya sehingga diperoleh 20,55 dengan persentase rata-
dapat terjadi proses tanya jawab dan rata skor sebesar 75,88% menunjukkan
diskusi antara kelompok penyaji dengan bahwa pelaksanaan aktivitas guru termasuk
kelompok lainnya. Pada proses tanya jawab dalam kategori baik.
terlihat keantusiasan siswa kelompok Selain melakukan observasi pada
penyaji dan juga kelompok lainnya, guru, peneliti juga melakukan observasi
kelompok penyaji mendiskusikan perta- terhadap aktivitas belajar siswa sehingga
nyaan yang diajukan siswa/kelompok diperoleh hasil perhitungan observasi
lainnya, dan kelompok lain memberikan sesuai yang peneliti buat pada hasil
pertanyaan maupun saran kepada penelitian. Dari sepuluh kelas VIII yang ada,
kelompok penyaji bila masih ada yang peneliti memilih sembilan siswa pada setiap
kurang dalam penyampaiannya. Pada kelas yang ada dilihat dari nilai raport mata
kegiatan penutup, guru mengajak siswa pelajaran IPA terdiri dari 3 siswa yang
untuk menyimpulkan materi yang sudah memiliki nilai yang tinggi, 3 siswa yang
dibahas sebelumnya. Setelah itu, guru memiliki nilai sedang dan 3 siswa yang
memberikan pekerjaan rumah kepada memiliki nilai rendah. Dari hasil perhitungan
siswa dan menyuruh siswa untuk aktivitas belajar pada 30 siswa yang
mempelajari materi yang akan dibahas memiliki nilai tinggi dari setiap kelas VIII,
pada pertemuan selanjutnya. dapat diketahui bahwa dari observasi yang
Berdasarkan observasi yang peneliti dilakukan peneliti diperoleh rata-rata
lakukan tersebut maka diperoleh keseluruhan skor sebanyak 38,09 dengan
perhitungan hasil observasi aktivitas guru, persentase keseluruhan skor sebesar
yang dapat dilihat pada hasil penelitian. 70,54%. Pada 30 siswa yang memiliki nilai
Dari hasil perhitungan observasi tersebut, sedang berdasarkan hasil observasi yang
dapat diketahui bahwa dari observasi peneliti lakukan diperoleh rata-rata
pertama sampai dengan observasi keempat keseluruhan skor sebanyak 35,41 dengan
guru model 1 penilaian terhadap aktivitas persentase keseluruhan skor sebesar
guru tidak terjadi perubahan dari metode 65,57%. Sedangkan pada 30 siswa yang
yang guru gunakan saat mengajar dengan memiliki nilai rendah berdasarkan hasil
rata-rata skor 20 dan persentase skor observasi yang peneliti lakukan diperoleh
sebesar 74%. Guru model 2 penilaian rata-rata keseluruhan skor sebanyak 32,44
terhadap aktivitas guru pada observasi dengan persentase keseluruhan skor
pertama mendapat skor sebesar 18 dan sebesar 60,08%. Hal ini menunjukkan
mengalami peningkatan skor menjadi 20 bahwa pelaksanaan aktivitas belajar siswa
pada observasi kedua, ketiga dan keempat. termasuk dalam kategori baik. Karena dari
Dari keempat observasi tersebut diperoleh empat kali observasi yang peneliti lakukan
rata-rata skor 19,5 dan persentase skor sudah sesuai dengan karakteristik
sebesar 72,2%. Guru model 3 penilaian pendekatan SCL meskipun beberapa
terhadap aktivitas guru pada observasi indikator belum dapat dicapai siswa secara
pertama memperoleh skor sebesar 21 dan maksimal.
me-ngalami peningkatan pada observasi Pendekatan SCL menempatkan siswa
kedua, ketiga dan keempat menjadi 22. Dari sebagai pusat dari proses pembelajaran
keempat observasi tersebut diperoleh rata- sebab siswa yang berperan aktif dengan
rata skor 21,75 dan persentase skor membiasakan siswa dalam mengemukakan
sebesar 79,6%. Guru model 4 dan model 5 pendapat dan merumuskan pertanyaan
penilaian terhadap aktivitas guru pada serta aktif secara mandiri untuk mencari
observasi pertama memperoleh skor pengetahuannya sendiri. Hal senada juga
sebesar 20 dan mengalami peningkatan disampaikan oleh Kain (dalam prasetya,
pada observasi kedua, ketiga dan keempat 2013) yang menyatakan bahwa,
menjadi 21. Dari keempat observasi pembelajaran berpusat pada siswa
tersebut diperoleh rata-rata skor 20,75 dan merupakan pendekatan yang
persentase skor sebesar 76,8%. Setelah mengharuskan berbagai pengetahuan
18
dibangun melalui kegiatan aktif siswa dalam diterapkan di kelas yang berbeda sehingga
beragam aktivitas. Melalui penerapan RPP yang dibuat guru tidak seragam,
pembelajaran yang berpusat pada siswa, mungkin pendekatan SCL dapat diterapkan
maka siswa diharapkan dapat berpartisipasi di kelas atas namun untuk kelas bawah
secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki belum tentu sepenuhnya dapat di-terapkan.
daya kritis, mampu menganalisa dan dapat Kedua, keterbatasan sumber
memecahkan masalahnya sendiri (Karsen, informasi/referensi yang dimiliki oleh siswa
2008). Guru IPA berperan sebagai fasilitator seperti buku pegangan IPA kelas VIII edisi
yang memfasilitasi apa yang diperlukan revisi kurikulum 2013, dari banyaknya siswa
dalam pembelajaran dan membuat siswa kelas VIII yang ada tidak semua
terus aktif selama proses pembelajaran mendapatkan buku pegangan IPA tersebut.
dengan memilih model pembelajaran yang Ketiga, proses penilaian yang mesti
dipadukan dengan pendekatan student dilakukan oleh guru banyak, ini dianggap
centered learning seperti model kooperatif memberatkan guru untuk melaksanakannya
learning, discovery learning, dan problem sehingga guru merasa terbebani. Guru tidak
based learning. Tahap evaluasi pembelajar- bisa sekaligus melakukan penilaian sikap,
an IPA dilakukan guru selama proses pengetahuan dan keterampilan dalam satu
pembelajaran berlangsung dengan melihat kali pertemuan dengan jumlah yang banyak
dan menilai sikap (afektif), pengetahuan dalam satu kelas. Penilaian dilakukan
(kognitif), dan keterampilan (psikomotor) secara berkesinambungan untuk menilai
siswa sehingga guru mampu memantau siswa, mungkin hari ini guru akan menilai
perkembangan belajar siswa dengan sikap siswa dan pertemuan selanjutnya
berharap agar pelaksanaan evaluasi dapat guru akan menilai kognitif siswa. Kemudian
berjalan dengan optimal. Penilaian untuk terbatasnya sarana fasilitas sekolah yang
kompetensi sikap, pengetahuan dan dapat menunjang proses pembelajaran
keterampilan menggunakan skala 100. seperti kurangnya LCD proyektor, dari ba-
Selama guru menerapkan nyaknya kelas yang ada hanya terpasang
pendekatan SCL di dalam proses beberapa LCD dari kelas tersebut, namun
pembelajaran terkadang saat jaringan wifi internet sudah bisa diakses
pelaksanaannya di kelas belum sampai keseluruhan ruangan dan areal
sepenuhnya dapat diterapkan. Ada sekolah. Kendala lainnya saat proses
beberapa kendala yang dialami guru dan pembelajaran pada tahap mengumpulkan
siswa dalam menerapkan pembelajaran informasi atau data serta mengolah
berpusat pada siswa (student centered) informasi terkadang ada beberapa siswa
meskipun siswa sudah memahami materi tidak mau bekerjasama dan hanya
yang disampaikan guru sebelumnya, menunggu hasil pekerjaan teman
pertama, guru dihadapkan pada banyaknya kelompoknya.
kendala baik itu dari sikap siswa dan Guru IPA selalu berusaha untuk
kemampuan siswa yang berbeda-beda melakukan berbagai upaya dalam
pada setiap kelas. Sejalan dengan itu, mengatasi kendala yang ditemui selama
kepala sekolah juga mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran. Dalam mengatasi
apa yang diharapkan tidak sesuai dengan terbatas-nya referensi, guru mengarahkan
kenyataan di lapangan. Orientasi siswa untuk melakukan kegiatan literasi ke
pembelajaran dari pendekatan teacher perpustakaan sekolah mencari buku-buku
centered ke student centered learning tentu yang memiliki keterkaitan dengan materi
ada hambatan-hambatannya dari sumber IPA yang akan dipelajari. Dan bisa mencari
daya siswa itu sendiri, sumber daya yang sumber informasi dari internet untuk
masuk masih sangat kurang sehingga untuk menambah pengetahuan siswa. Selain itu,
menerapkan pendekatan ini masih belum guru memberikan tugas untuk mencari
bisa sepenuhnya dapat diterapkan. Dengan materi yang akan dibahas pada pertemuan
kemampuan siswa yang bervariasi ini selanjutnya agar mememperkaya wawasan
diperlukan kejelian guru dalam pengetahuan siswa dan dapat melengkapi
menggunakan metode yang cocok materi yang ada di LKS yang dirasa masih
19
kurang padat materinya. Pada penilaian berpikir dalam menyimpulkan. Sehingga
guru memanfaatkan waktu pada saat guru diharapkan memberi kesempatan
pelaksanaan pembelajaran berlangsung. kepada siswa untuk mengkomunikasikan
Guru memberikan arahan kepada siswa apa yang telah mereka pelajari,
agar sering membaca buku yang terkait menyampaikan hasil pengamatan dan
dengan materi dan mengakses internet memberi ke-simpulan berdasarkan hasil
untuk menggali informasi yang ada analisis secara lisan, dan tertulis.
sebanyak-banyaknya agar wawasan 2) Ditinjau dari sarana prasarana belajar
pengetahuan siswa dapat berkembang. Roestiyah (dalam wahono, 2014)
menyatakan bahwa, sarana belajar adalah
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi peralatan belajar yang dibutuhkan dalam
Implementasi Pendekatan SCL belajar agar pencapaian tujuan belajar
Pelaksanaan pembelajaran dengan dapat berjalan dengan lancar, teratur,
mengimplementasikan pendekatan SCL di efektif, dan efisien. Dengan memanfaatkan
SMP Negeri 4 Singaraja belum sepenuhnya sarana belajar yang baik akan
dapat diterapkan, hal ini disebabkan oleh mempermudah siswa untuk melakukan
beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut, aktivitas belajar sehingga siswa antusias
diantaranya kemampuan guru dan sarana dalam belajar. Sebaliknya, dengan
prasarana belajar. kurangnya sarana pembelajaran akan
1) Ditinjau dari kemampuan guru berdampak pada kurang antusias dan
Berdasarkan observasi terhadap guru ketertarikan siswa dalam belajar.
model saat mengimplementasikan Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendekatan SCL selama proses pendapat dari Dalyono (2001) yang
pembelajaran guru kurang melakukan menyatakan bahwa, kelengkapan fasilitas
variasi dalam kegiatan pembelajaran belajar akan membantu siswa dalam
sehingga siswa merasa bosan dengan belajar, dan kurangnya alat-alat atau
pembelajaran yang dilakukan oleh guru fasilitas belajar akan menghambat
model. Hal ini sesuai dengan hasil kemajuan belajarnya.
observasi pelaksanaan pembelajaran, Berdasarkan temuan hasil wawancara
dimana kegiatan pembelajar-an yang dengan guru model terkait faktor-faktor
dilakukan guru model hampir sama disetiap yang memengaruhi implementasi
pertemuan. Padahal kualitas pengajaran di pendekatan SCL, sesuai dengan
sekolah sangat ditentukan oleh guru, pernyataan yang disampaikan guru model
sebagaimana dikemukakan oleh Wina bahwa masih terbatasnya sarana fasilitas
Sanjaya (2006) yang menyatakan bahwa, sekolah dalam menunjang proses
guru adalah komponen yang sangat pembelajaran salah satunya kurangnya
menentukan dalam implementasi suatu ketersediaan LCD proyektor, dari
strategi pembelajaran. Kemampuan guru banyaknya kelas yang ada hanya terpasang
model dalam penguasaan kelas juga terlihat beberapa LCD dari kelas tersebut. Belum
masih kurang dikarenakan pada saat siswa tersedianya LCD ini menyebabkan guru
di kelas ribut guru model tidak memarahi hanya bisa mengajar secara konvensional
mereka, guru model hanya menegur siswa menggunakan papan tulis, dan guru
secara halus dan hal tersebut tentu saja mengalami kesulitan dalam melakukan
tidak berlangsung lama karena beberapa variasi mengajar. Kurangnya variasi
saat kemudian siswa mulai ribut kembali. mengajar membuat siswa menganggap
Guru model terlihat belum dapat pembelajaran monoton, membosankan dan
mengubah pola pikirnya bahwa bukan guru siswa kurang bersemangat, akibatnya
yang selalu menjadi pusat belajar bagi pelajaran yang disampaikan tidak diterima
siswa tetapi seharusnya pada implementasi dengan baik oleh siswa. Dan masih
pendekatan SCL ini siswa yang harus lebih terbatasnya buku pelajaran yang wajib
aktif di kelas, siswa yang harus dapat digunakan sebagai sumber pegangan bagi
memproses informasi yang sudah siswa untuk belajar.
dikumpulkan dan mendorong kemampuan
20
3. Relevansi Pendekatan SCL terhadap tinggi
Hasil Belajar 60 – 79 56 62,22 Tinggi
Berdasarkan observasi yang di- Sangat
lakukan pada siswa, baik observasi 40 – 59 - 0
rendah
terhadap hasil belajar IPA maupun Sangat
observasi pembelajaran di kelas. Hasil 20 – 39 - 0
rendah
observasi awal menunjukkan bahwa Sangat
suasana pembelajaran di kelas masih < 20 - 0
rendah
terdapat kelemahan. Pada proses Sangat
pembelajaran IPA di kelas tersebut, Jumlah 90 100
rendah
terkadang guru masih menerapkan metode
pembelajaran yang berpusat pada guru Berdasarkan distribusi frekuensi hasil
dimana proses pembelajaran tersebut guru belajar IPA siswa di atas dapat
yang masih berperan aktif dan siswa digambarkan grafik sebagai berikut.
tampak hanya mendengarkan dan mencatat
materi yang diberikan oleh guru. Bahkan
ada beberapa siswa yang tidak fokus
mengikuti pembelajaran sampai akhir.
Pembelajaran berpusat pada guru sering
menghambat siswa dalam membangun
kompetensi, baik pengetahuan maupun
keterampilan, lebih-lebih dalam
pengembangan nilai-nilai dasar untuk
berpikir dan bertindak (Santyasa, 2012).
Jika pembelajaran cenderung berpusat
pada guru, maka pembelajaran tidak lagi Gambar 4.1 Distribusi frekuensi hasil
menjadi ajang pembudayaan dan belajar IPA
pemberdayaan siswa dalam praktik
pendidikan. Dengan kata lain, pembelajaran Berdasarkan tabel dan grafik
tidak tepat lagi menerapkan pendekatan distribusi frekuensi hasil belajar IPA siswa
teacher centered namun harus bergeser dapat diketahui bahwa dari 90 siswa ada 34
menuju pendekatan student centered siswa yang memperoleh rentangan nilai ≥
learning (SCL). Santyasa (2012) 80 dengan persentase 37,78% yang
menyatakan bahwa, SCL menyediakan berkategori sangat tinggi, ada 56 siswa
peluang pemberdayaan potensi diri siswa yang memperoleh rentangan nilai 60-79
secara optimal untuk lebih bertanggung dengan persentase 62,22% yang
jawab pada proses dan hasil belajarnya. berkategori tinggi.
Berdasarkan studi hasil belajar siswa Berdasarkan data tersebut, dapat
berupa nilai raport 90 siswa yang masing- diperoleh perhitungan hasil belajar IPA
masing terdiri dari 30 siswa yang memiliki ditinjau dari nilai raport (x = 79) yang
nilai tinggi, 30 siswa yang memiliki nilai berada pada rentangan nilai 60-79. Dari
sedang dan 30 siswa yang memiliki nilai data tersebut siswa dapat dikatakan tuntas
rendah pada mata pelajaran IPA pada dalam mengikuti pembelajaran IPA dan
semester gasal tahun ajaran 2016-2017. data tersebut menunjukkan bahwa hasil
Dari nilai hasil belajar IPA 90 siswa tersebut belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 4
selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensi Singaraja berkategori tinggi.
hasil belajar IPA sebagai berikut. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hasil belajar pembahasan di atas, dapat disimpulkan
IPA sebagai berikut.
Rentangan 1. Implementasi pendekatan SCL dalam
Frekuensi % Kategori
Nilai pembelajaran IPA di SMP Negeri 4
≥ 80 34 37,78 Sangat Singaraja termasuk dalam kategori baik
21
meskipun dalam penerapannya belum student.html. (diakses pada tanggal
sepenuhnya dapat dilaksanakan. Ini 28 Desember 2016)
ditunjukkan dari indikator setiap aspek OECD. 2014. PISA 2012 Result: What
yang sudah menyesuaikan dengan Student Know and Can Do. Canada:
karakteristik pendekatan SCLmeskipun OECD
beberapa indikator belum maksimal di- Peraturan Menteri Pendidikan dan
lakukan oleh guru. kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
2. Faktor yang memengaruhi implementasi tentang komponen RPP. Jakarta:
pendekatan SCL adalah kemampuan Depdiknas
guru dan sarana prasarana belajar. Peraturan Menteri Pendidikan dan
3. Pembelajaran dengan menggunakan kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013
pendekatan SCL berhubungan erat tentang Implementasi Kurikulum
dengan hasil belajar siswa pada pelajar- 2013. Jakarta: Depdiknas
an IPA. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, kebudayaan No.103 Tahun 2014
dapat diajukan saran sebagai berikut. tentang Pembelajaran Pada
1. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru Pendidikan Dasar dan Pendidikan
harus lebih optimal melaksanakan Menengah. Jakarta: Depdiknas
pembelajaran dengan berbasis Prasetya, S P. 2014. Memfasilitasi
pendekatan SCL yang memusatkan Pembelajaran Berpusat pada Siswa.
siswa sebagai tokoh aktif serta Jurusan Pendidikan Geografi Unesa.
menggunakan berbagi metode Jurnal Geografi, Volume 12, Nomor 1
pembelajaran inovatif sehingga proses (hlm. 1-12)
pembelajaran yang dilakukan guru Santyasa, I W. 2015. Validasi Dan
bervariasi dan tidak monoton. Implementasi Model-Model Student
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan Centered Learning Untuk
menggunakan pendekatan SCL Meningkatkan Penalaran Dan
diharapkan mampu meningkatkan Karakter Siswa Sekolah Menengah
aktivitas belajar siswa yang akan Atas. Jurusan Teknologi
berdampak pada hasil belajar yang Pembelajaran Program Pascasarjana
diperoleh. Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja. Jurnal Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, Volume 4, Nomor 1 (hlm.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. 512-527)
Standar Kompetensi dan Kompetensi Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Dasar SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Balitbang. 2011. Hasil Survei TIMSS: 2011. Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan
Trends Internasional Mathematics Pembelajaran di Sekolah Dasar.
and Scince Study. US: TIMSS and Jakarta: Prenadamedia Group
PIRLS International Study Center Wahono. 2014. Kualitas Pembelajaran
Dalyono, M. (2001). Psikologi Pendidikan. Siswa SMK Ditinjau dari Fasilitas
Jakarta: Rineka Cipta. Belajar. Jurnal Ilmiah Guru. Nomor 1
Depdikbud. 1996. Program Pembelajaran (hlm. 66-71)
Terpadu D-II PGSD. Jakarta:
Depdikbud
Isjoni. 2007. Cooperative Learning:
Efektifitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta
Karsen. 2008. “Karakteristik Pembelajaran
Student Centered Learning”. Tersedia
pada
http://www.psychologymania.com/201
3/01/karakteristik-pembelajaran-
22

Anda mungkin juga menyukai