Kompyang250689,+02 Tenova 12-22
Kompyang250689,+02 Tenova 12-22
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendekatan student centered
learning (SCL) dalam pembelajaran IPA, faktor-faktor yang memengaruhi implementasi pendekatan
SCL, dan relevansi pendekatan SCL dengan hasil belajar siswa. Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif-kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang kepala sekolah, 5 orang guru IPA dan
90 orang siswa kelas VIII. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Metode
pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data
yang dilakukan dengan 4 tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi pendekatan SCL
berkategori baik meskipun belum sepenuhnya dapat diterapkan. (2) Faktor-faktor yang memengaruhi
implementasi pendekatan SCL adalah kemampuan guru dan sarana prasarana belajar. (3)
Implementasi pendekatan SCL berhubungan erat dengan hasil belajar IPA siswa. Pembelajaran
berbasis pendekatan SCL dapat diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif.
Abstract
This study aims to describe the implementation of student centered learning (SCL) approach in
science learning, factors influencing the implementation of SCL approach, and the relevance of SCL
approach to student learning outcomes. This research includes descriptive-qualitative research.
Subjects in this study were 1 headmaster, 5 science teachers and 90 class VIII students. The
sampling technique is done by purposive sampling. Data collection methods used observation,
interviews, and document studies. Data analysis techniques performed with 4 stages of data
collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. The results showed that: (1)
The implementation of SCL approach is categorized well although not yet fully applicable. (2) The
factors that influence the implementation of the SCL approach are the ability of teachers and learning
infrastructure. (3) The implementation of SCL approach is closely related to students' learning
outcomes. SCL-based learning approaches can be applied using innovative learning methods.
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA Terpadu adalah Pertama /Madrasah Tsanawiyah
pembelajaran IPA dengan situasi lebih (SMP/MTs). Pembelajaran ini pada
alami dan situasi dunia nyata, serta hakikatnya merupakan suatu pendekatan
mendorong siswa membuat hubungan pembelajaran yang memungkinkan siswa
antara cabang IPA yaitu fisika, kimia, dan aktif mencari, menggali, dan menemukan
biologi (Depdiknas, 2006). Pembelajaran konsep serta prinsip yang dipelajari secara
IPA terpadu dianjurkan untuk diaplikasikan menyeluruh (holistik), bermakna, otentik
pada jenjang/tingkat Sekolah Menengah dan aktif (Depdikbud, 1996).
12
Pembelajaran kurikulum 2013 me- memperoleh pengalaman langsung,
nerapkan pendekatan SCL sebagai salah sehingga dapat menambah kekuatan untuk
satu pendekatan pembelajaran dalam mencari, menyimpan dan menerapkan
bidang pendidikan. Pendekatan ini konsep yang telah dipelajarinya.
memberikan kebebasan dan fasilitas Sesuai dengan kurikulum 2013 di
kepada siswa untuk menggali sendiri ilmu SMP, guru IPA perlu mendorong siswa agar
pengetahuannya sehingga akan didapatkan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
pengetahuan yang mendalam (deep Hal ini bertujuan agar siswa tersebut dapat
learning) dan mampu meningkatkan memperoleh pengalaman belajar secara
kualitas siswa. Karsen (2008) menyatakan langsung sehingga dapat meningkatkan
bahwa melalui penerapan pembelajaran hasil belajar. Berdasarkan Permendikbud
yang berpusat pada siswa, maka siswa No. 103 tentang pembelajaran pada
diharapkan dapat berpartisipasi secara Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun
aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya 2014 menyatakan bahwa guru memfasilitasi
kritis, mampu menganalisa dan dapat siswa untuk melakukan proses mengamati,
memecahkan masalahnya sendiri. menanya, mengumpulkan informasi, me-
Pembelajaran berpusat pada siswa (student nalar/mengasosiasi, dan
centered learning) merupakan suatu mengomunikasikan adalah tahapan-
pembelajaran yang menempatkan siswa tahapan pembelajaran kurikulum 2013
sebagai pusat dari proses belajar. dengan pendekatan saintifik yang
Pembelajaran berpusat pada siswa merupakan pembelajaran berpusat pada
berbeda dari pembelajaran berpusat pada siswa. Hal tersebut menyatakan guru
guru (teacher centered learning) yang berperan sebagai fasilitator dan siswa yang
menekankan transfer pengetahuan dari berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran
guru ke siswa yang relatif bersifat pasif. di sekolah.
Pendekatan pembelajaran berpusat pada Berdasarkan Permendikbud No. 81A
siswa merupakan pembelajaran aktif tentang implementasi kurikulum 2013,
dimana siswa memecahkan masalah, sekolah diwajibkan untuk menggunakan
menjawab pertanyaan, merumuskan pendekatan SCL. Namun, masih banyak
pertanyaan mereka sendiri, berdiskusi, sekolah yang sudah menggunakan
menjelaskan selama di kelas, pembelajaran kurikulum 2013 tetapi belum menerapkan
kooperatif, dimana siswa bekerja dalam tim pendekatan SCL, termasuk di SMP Negeri
pada masalah dan proyek. 4 Singaraja. Berdasarkan observasi awal
Pembelajaran yang menggunakan dan wawancara dengan pihak guru guru
kurikulum 2013 wajib menerapkan mata pelajaran IPA di SMP Negeri 4
pendekatan SCL pada semua mata Singaraja, diperoleh fakta bahwa
pelajaran, termasuk juga mata pelajaran pendekatan SCL belum sepenuhnya
IPA (Kemendikbud, 2013). Implementasi diterapkan. Bahkan, ada beberapa guru
kurikulum 2013 pada pembelajaran IPA yang mengaku belum memahami
dikembangkan sebagai mata pelajaran IPA kurikulum 2013 meskipun telah mengikuti
terpadu (integrative science), bukan mata kegiatan pelatihan guru untuk
pelajaran yang terpisah sesuai dengan mengimplementasikan kurikulum 2013.
disiplin ilmu. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dampaknya ada beberapa guru masih
berkaitan dengan cara mencari tahu menggunakan pendekatan teacher
tentang alam secara sistematis, sehingga centered yang berpotensi pada makin
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan rendahnya kualitas pembelajaran di
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, sekolah.
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja Berdasarkan hasil survei TIMSS
tetapi juga merupakan suatu proses (Trend Internasional Mathematics and
penemuan (Badan Standar Nasional Science Study), tingkat kualitas pendidikan
Pendidikan, 2006). Pembelajaran IPA di- di Indonesia dari tahun ke tahun terus
laksanakan secara terpadu karena melalui menurun. Pada tahun 2011 Indonesia
pembelajaran IPA terpadu siswa dapat menduduki peringkat 40 dari 42 negara
13
yang berpartisipasi (Balitbang, 2011), tersebut, siswa yang memperoleh nilai di
sedangkan prestasi literasi IPA pada PISA atas KKM ada 15 siswa dari 109 siswa
(Programme for International Student atau dapat dikatakan siswa yang tuntas
Assessment) tahun 2012, Indonesia hanya 13,76 %. Bertolak dari data hasil
menempati urutan 64 dari 65 negara, belajar berupa nilai ulangan akhir semester
dibawah Qatar dan di atas Peru. Dengan tersebut maka, untuk dapat meningkatkan
rata-rata skor untuk pelajaran sains adalah kualitas pendidikan di Indonesia maka
385, padahal rata-rata skor OECD perlu di-lakukan pengkajian secara
(Organization for Economic Coorporation mendalam mengenai implementasi
dan Development) adalah 501 (OECD, pendekatan SCL di sekolah.
2014). METODE
Kecenderungan pendidik menerapkan Metode penelitian yang digunakan
pendekatan pembelajaran berpusat pada adalah metode deskriptif-kualitatif. Hal ini
guru yang menjadi salah satu penyebab dimaksudkan agar peneliti dapat membuat
menurunnya kualitas pendidikan di analisis deskriptif secara sistematis, faktual
Indonesia. Walaupun untuk beberapa dan akurat dalam mengungkapkan fakta
kondisi kegiatan belajar mengajar, teacher mengenai implementasi pendekatan SCL
centered sebenarnya sudah cukup baik. dalam pembelajaran IPA.
Namun ketika harus berhadapan dengan Subjek dalam penelitian ini adalah 1
kondisi siswa yang berbeda-beda orang kepala sekolah, 5 orang guru IPA dan
karakternya, maka pa-radigma ini sudah 90 orang siswa kelas VIII tersebar dari 10
tidak bijak lagi untuk tetap diterapkan kelas yang memiliki kriteria nilai raport
(Brown, 2003). tinggi, sedang, dan rendah, sedangkan
Hal Ini menunjukkan bahwa objek dalam penelitian ini adalah
perubahan paradigma tersebut belum implementasi pendekatan SCL dalam
sepenuhnya mampu meningkatkan hasil pembelajaran IPA, faktor-faktor yang
belajar siswa secara maksimal. Sebagai memengaruhi implementasi pendekatan
contoh, pembelajaran yang menggunakan SCL dan relevansinya terhadap hasil
metode diskusi kelompok, siswa cenderung belajar siswa.
tidak fokus terhadap materi yang Sumber data yang akan dikumpulkan
disampaikan oleh guru, bahkan siswa lebih dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
banyak menghabiskan waktu untuk dua, yaitu sumber data primer dan sumber
membicarakan tentang “dunia” mereka, data sekunder. Sumber data primer, yaitu
dari pada untuk memahami materi yang data yang langsung dikumpulkan peneliti
diberikan (Isjoni, 2007). Jika terus seperti dari sumber pertamanya. Adapun yang
ini pada proses pembelajaran, maka menjadi sumber data primer dalam
dikhawatirkan tujuan pembelajaran tidak penelitian ini adalah kepala sekolah, guru
tercapai secara maksimal, dan pada IPA dan siswa kelas VIII. Sumber data
akhirnya akan memengaruhi hasil belajar sekunder, yaitu data yang langsung di-
siswa. Hasil belajar yang kurang maksimal kumpulkan peneliti sebagai penunjang dari
ini ditunjukkan dengan nilai hasil belajar sumber pertama pihak pertama. Dapat juga
ranah kognitif IPA siswa kelas VIII di SMP data yang tersusun dalam bentuk dokumen.
Negeri 4 Singaraja yang masih belum Teknik pengambilan sampel dilakukan
mencapai standar Kriteria Kelulusan dengan purposive sampling. Penentuan
Minimal (KKM), yaitu 72. Berdasarkan hasil sampel dalam penelitian kualitatif tidak
ulangan akhir semester (UAS) semester didasarkan perhitungan statistik. Hasil
gasal tahun pelajaran 2016/2017 yang penelitian tidak akan digeneralisasikan ke
peneliti peroleh dari salah satu guru yang populasi karena, pengambilan sampel tidak
mengajar mata pelajaran IPA di kelas VIII secara random (Sugiyono, 2015). Metode
B4 yang berjumlah 37 siswa, VIII B5 pengumpulan data yang digunakan dengan
berjumlah 35 siswa dan VIII B6 berjumlah pedoman observasi, wawancara, dan studi
37 siswa untuk mata pelajaran IPA nilai dokumen.
siswa masih di bawah KKM. Dari 3 kelas
14
Analisis data penelitian ini adalah percobaan yang sudah dilakukan. Guru
analisis data kualitatif dan kuantatif. Analisis memberikan kesempatan pada kelompok
data kualitatif untuk mengetahui persentase lain untuk bertanya dari presentasi yang
hasil observasi mengenai pendekatan SCL. disampaikan kelompok penyaji.
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015) Selanjutnya, guru memberikan sanggahan
menyatakan bahwa dalam analisis data dari pertanyaan maupun saran yang
terdapat 4 komponen yang dilakukan yaitu: diberikan siswa lain kepada kelompok
pengumpulan data, reduksi data, penyajian penyaji. Pada akhir pembelajaran guru
data dan penarikan kesimpulan. Teknik mengajak siswa untuk menyimpulkan
analisis data kuantitatif digunakan untuk pembelajaran yang sudah dilakukan.
mengetahui relevansi implementasi Berdasarkan data hasil observasi
pendekatan SCL terhadap hasil belajar IPA guru model yang peneliti lakukan dengan
siswa ditinjau dari ranah kognitif. menggunakan lembar pedoman observasi
HASIL DAN PEMBAHASAN guru yang mengimplementasikan
pendekatan SCL yang peneliti buat, dapat
1. Implementasi Pendekatan SCL diketahui bahwa rata-rata skor yang
Berdasarkan observasi yang di- diperoleh 20,55 dengan persentase rata-
lakukan peneliti, secara keseluruhan rata skor sebesar 75,88%. Ini menunjukkan
pembelajaran yang dilakukan guru model bahwa pelaksanaan aktivitas guru termasuk
sudah mencerminkan adanya penerapan dalam kategori baik. Sesuai observasi yang
aspek-aspek pendekatan student centered dilakukan peneliti terhadap guru model dari
learning. Selama pembelajaran aktivitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada
lebih didominasi dengan kegiatan yang tiap kelas yang diajarkan sudah sesuai
dilakukan oleh siswa. Pada awal dengan karakteristik pendekatan SCL
pembelajaran guru membuka pembelajaran meskipun beberapa indikator belum
dengan me-ngucapkan salam dan maksimal di-lakukan oleh guru.
mengkondisikan siswa agar siap mengikuti Skor rata-rata observasi guru model
pembelajaran. Setelah semua siswa yang mengimplementasikan pendekatan
terkondisikan, guru memberikan apersepsi SCL di SMP Negeri 4 Singaraja disajikan
dengan melakukan tanya jawab dengan pada Tabel 4.1 berikut.
siswa secara menyeluruh terkait dengan
pengalaman disekitar siswa sehingga dapat Tabel 4.1 Skor rata-rata observasi guru
menarik siswa untuk berpartisipasi aktif yang mengimplementasikan pendekatan
dalam memulai pembelajaran. Siswa SCL
tampak antusias memberikan jawaban atas Guru Model Rata-rata Nilai Kategori
pertanyaan yang diberikan guru. Mengawali 1 20 74 Baik
pembelajaran guru memberitahu siswa 2 19,5 72,2 Baik
materi yang diajarkan pada pertemuan kali 3 21,75 79,6 Baik
ini. Metode mengajar yang digunakan 4 20,75 76,8 Baik
adalah menjelaskan materi, diskusi 5 20,75 76,8 Baik
kelompok, dan percobaan. Pertama-tama
guru menjelaskan materi yang dipelajari Sejalan dengan observasi yang
guna memberikan gambaran awal pada peneliti lakukan terhadap guru, peneliti juga
siswa. Setelah menyampaikan materi guru memperoleh data berdasarkan perhitungan
menanyakan pada siswa materi yang belum hasil observasi siswa mengenai
dipahami. Jika dirasa siswa sudah paham implementasi pendekatan SCL dalam
materi yang diberikan, maka guru mengajak pembelajaran IPA.
siswa melakukan percobaan sederhana Berdasarkan perhitungan hasil
yang didiskusikan dengan kelompok. Siswa observasi siswa mengenai implementasi
terlihat antusias selama melakukan pendekatan SCL terhadap 30 siswa yang
percobaan dan diskusi. Setelah melakukan me-miliki nilai IPA tertinggi diseluruh kelas
percobaan, pada masing-masing kelompok VIII sesuai raport diketahui bahwa rata-rata
diminta mempresentasikan hasil diskusi dari skor yang diperoleh 38,09 dengan
15
persentase rata-rata skor sebesar 70,54%. materi belajar secara mandiri, merumuskan
Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa harapan terhadap proses pembelajaran dan
pelaksanaan aktivitas belajar siswa mengukur kinerjanya, memantau
termasuk dalam kategori baik. Dari pembelajarannya, dan membangun
observasi yang dilakukan peneliti terhadap pengetahuannya sendiri.
30 siswa tersebut, dalam pembelajaran Berdasarkan perhitungan hasil
yang dilakukan sudah sesuai dengan observasi siswa mengenai implementasi
indikator dari instrumen observasi yang pendekatan SCL terhadap 30 siswa yang
peneliti buat meskipun beberapa indikator me-miliki nilai IPA rendah diseluruh kelas
belum dapat dicapai siswa secara VIII sesuai raport diketahui bahwa rata-rata
maksimal. Indikator yang belum dicapai skor yang diperoleh 32,44 dengan
siswa secara maksimal dari aspek persentase rata-rata skor sebesar 60,08%.
merumuskan harapan terhadap proses Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
pembelajaran dan mengukur kinerjanya, aktivitas belajar siswa termasuk dalam
memantau pembelajarannya sendiri, dan kategori baik. Dari observasi yang dilakukan
mengembangkan materi belajar secara peneliti terhadap 30 siswa tersebut, dalam
mandiri. pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai
Berdasarkan perhitungan hasil dengan indikator dari instrumen observasi
observasi siswa mengenai implementasi yang peneliti buat meskipun beberapa
pendekatan SCL terhadap 30 siswa yang indikator belum dapat dicapai siswa secara
me-miliki nilai IPA sedang diseluruh kelas maksimal. Indikator yang belum dicapai
VIII sesuai raport diketahui bahwa rata-rata siswa secara maksimal dari aspek mampu
skor yang diperoleh 35,41 dengan sebagai tokoh yang aktif, mengembangkan
persentase rata-rata skor sebesar 65,57%. materi belajar secara mandiri, merumuskan
Ini menunjukkan bahwa pelaksanaan harapan terhadap proses pembelajaran dan
aktivitas belajar siswa termasuk dalam mengukur kinerjanya, memantau
kategori baik. Dari observasi yang dilakukan pembelajarannya sendiri, membangun
peneliti terhadap 30 siswa tersebut, dalam pengetahuannya sendiri, dan termotivasi
pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai untuk mencapai sasaran yang telah
dengan indikator dari instrumen observasi ditetapkannya sendiri.
yang peneliti buat meskipun beberapa Skor rata-rata observasi siswa
indikator belum dapat dicapai siswa secara mengenai implementasi pendekatan SCL
maksimal. Indikator yang belum dicapai ditinjau dari nilai raport siswa SMP Negeri 4
siswa secara maksimal dari aspek mampu Singaraja disajikan pada Tabel 4.2 berikut.
sebagai tokoh yang aktif, mengembangkan