Anda di halaman 1dari 2

Nama Mahasiswa : Putri Lestari

NIM : 855762669

Kelas :A

TUGAS 1
KETERAMPILAN MENULIS (PDGK4305)

Perhatikan kasus berikut ini!

Bu Iswati mengajar di kelas 5 di sebuah SD negeri di Kabupaten Pemalang. Suatu ketika, ia harus
mengikuti kegiatan pelatihan menulis kreatif di aula Dinas Pendidikan setempat. Saat pelatihan,
narasumber menjelaskan bahwa untuk menulis diperlukan latihan secara terus-menerus. Saat
berlatih membuat tulisan, ia selalu merasa apa yang ditulisnya tidak runtut dan tidak juga
menampilkan informasi seperti yang dia inginkan. Menurut narasumber, kelemahan Bu Iswati
adalah kurangnya kemampuan membuat kerangka karangan. Karena kondisi yang demikian ia
mencoba kembali dan ia berkonsentrasi di tahap prapenulisan, yakni membuat kerangka tulisan.

Pertanyaan

• Apakah konsentrasi Bu Iswati yang hanya fokus terlebih dahulu dalam membuat kerangka
tulisan dapat dibenarkan? Jelaskan jawaban Anda dengan mengaitkannya dengan menulis
sebagai proses.

• Jika dikaitkan dengan pendekatan menulis, pendekatan frekuensi tampaknya paling tepat
digunakan. Benarkah demikian? Jelaskan dengan mengaitkannya pada pendekatan lainnya
yang dianggap tidak tepat!

Jawaban

• Menurut saya, konsentrasi Bu Iswati yang hanya fokus terlebih dahulu dalam membuat
kerangka tulisan dapat dibenarkan karena pada umumnya penulis terutama yang masih pemula
tidak pernah memiliki ide, informasi, atau pengetahuan yang benar-benar lengkap, siap, dan
tersusun secara sistematis, mengenai topik yang akan ditulis. Untuk itu, diperlukan mencari
dan membaca informasi tambahan dari berbagai macam sumber, serta mengolah dan
menyistematiskannya, sehingga tulisan Bu Iswati memiliki fokus, tajam, tidak dangkal, tidak
kering, teratur dan enak dibaca. Tujuannya agar mengembangkan isi cerita yang akan ditulis
dapat disajikan dengan baik, tulisan yang dihasilkan akan lebih mengena, sesuai dengan yang
diharapkan. Tanpa persiapan yang baik, proses penulisan tidak efisien. Kegiatan menulis Bu
Iswati dapat dimulai dengan beberapa kegiatan, antara lain :
1) Menentukan topik
2) Menetukan tujuan menulis
3) Memperhatikan sasaran karangan
4) Mengumpulkan informasi pendukung
5) Mengorganisasikan ide dan informasi

Pendekatan menulis sebagai proses dapat memberikan Bu Iswati pemahaman dan sikap yang
luwes dalam menyikapi perolehan kemampuan dan kegiatan menulis. Berdasarkan kerangka
karangan kemudian dilakukan pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam
sebuah tulisan yang runtut, logis dan enak dibaca.

• “Jika dikaitkan dengan pendekatan menulis, pendekatan frekuensi tampaknya paling tepat
digunakan”. Menurut saya, berdasarkan kasus Bu Iswati ini untuk pendekatan frekuensi belum
tepat untuk dibenarkan. Alasannya, untuk dapat menguasai kemampuan menulis seseorang
harus perlu menguasai substansi yang akan ditulis, menguasai kaidah-kaidah penulisan, banyak
belajar dan berlatih, serta memperoleh masukan atas tulisannya. Seperti halnya untuk
Pendekatan Menulis sebagai Proses, kemampuan menulis berkembang dan diperoleh secara
bertahap melalui belajar, berlatih, serta pemberian balikan yang terus menerus. Rangkaian
menulis sebagai proses pun terdiri atas fase prapenulisan, fase penulisan dan fase
pascapenulisan berupa penyuntingan dan perbaikan bahkan harus memahami komponen yang
dilalui oleh Bu Iswati dalam sebuah kegiatan menulis. Berbanding dengan Pendekatan
Frekuensi yang menyatakan bahwa banyaknya latihan menulis atau mengarang, sekalipun
tidak dikoreksi, akan mempertinggi keterampilan menulis seorang. Yang mana menurut
narasumber, “kelemahan Bu Iswati adalah kurangnya kemampuan membuat kerangka
karangan”. Jadi, masih banyak hal yang harus Bu Iswati pahami dalam kegiatan menulis
kerangka karangan ini sedangkan pendekatan frekuensi ini hanya latihan menulis atau
mengarang tanpa dikoreksi apa yang dibahas dan tata urutan sistematis sebuah karangan dalam
pembuatan tulisan karangan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai