Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN


KECELAKAAN KERJA DI PT. MADUBARU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

ANGELINA GUNAWAN
202201016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mengurangi angka kecelakaan kerja, keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan landasan penting dalam meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja. Untuk mencegah penyakit atau cedera akibat kerja di kalangan
karyawan, yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka
panjang, program K3 bertujuan untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman
dan bebas kecelakaan (darmayani, Supati, & dkk, 2023). Kejadian yang tidak
terduga dan terjadi secara tiba-tiba, kecelakaan kerja dapat menimbulkan korban
harta benda dan manusia (Mohammad, Putu, & Suprapto, 2022).
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) melaporkan bahwa terdapat
430 juta kecelakaan terkait kerja secara global setiap tahunnya, dan 2,78 juta
pekerja meninggal dunia. Statistik tersebut dapat menyebabkan kerugian negara
berkisar antara 4% hingga 3,94%. (Takala, Tan, & Tips, 2017). Profil Nasional
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tahun 2022 menunjukkan adanya
peningkatan jumlah penyakit dan kecelakaan kerja setiap tahunnya. Pada tahun
2020, terdapat 4.287 korban kecelakaan kerja; pada tahun 2021, jumlah tersebut
meningkat menjadi 6.552 korban jiwa. Sebanyak 64,4%, lokasi kerja merupakan
lokasi yang paling sering terjadi kecelakaan (Adiratna, Astono, Fertiaz, & dkk,
2022).
Berdasarkan statistik terkini, terdapat beberapa kategori kecelakaan kerja
pada tahun 2021. Kategori pertama mencakup 2.097 kejadian pekerja terpotong,
tercakar, atau terluka oleh benda keras atau tajam. Kedua, terdapat 485 kejadian
pekerja terjatuh atau tertimpa benda saat bekerja. Ketiga, dilaporkan sebanyak
1.116 kasus pekerja digigit, dicubit, dikubur, ditenggelamkan, dan lain-lain.
Keempat, terjadi 1.387 kasus pekerja terpeleset. Kelima, 455 kejadian melibatkan
pekerja yang pernah terpapar getaran, cahaya, suara, radiasi, tekanan udara, dan
lain-lain. Keenam, 101 kejadian melibatkan personel yang berinteraksi langsung
dengan proses masuknya obat-obatan dan senyawa berbahaya ke dalam tubuh
(Adiratna, Astono, Fertiaz, & dkk, 2022)
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, frekuensi kecelakaan kerja masih cukup
tinggi dan terus meningkat. Pada tahun 2020, terdapat 134 korban jiwa akibat
kejadian tersebut; pada tahun 2021, jumlah tersebut meningkat menjadi 533.
Terdapat 348 laporan kecelakaan baik luka tergores, tergores, tertusuk pisau, dan
terbentur. Dua belas kasus terpeleset dan 62 kasus digigit, terjepit, dan terjepit
telah dilaporkan (Adiratna, Astono, Fertiaz, & dkk, 2022).
Banyak faktor, termasuk ciri-ciri kepribadian, budaya tempat kerja, dan
perilaku individu, berkontribusi terhadap tingginya frekuensi kejadian kecelakaan
kerja. Variabel perilaku atau tindakan merupakan penyebab mayoritas terjadinya
kecelakaan kerja di antara ketiga kategori tersebut (Setiono & Andjarwati, 2019).
Dengan jumlah kejadian kecelakaan sebanyak 18 kasus, studi pendahuluan di PT
Madubaru Yogyakarta (Pratama & Yuamita, 2022) mengungkapkan masih
banyak kejadian kecelakaan kerja. Kecelakaan disebabkan oleh masih rendahnya
perilaku pencegahan kecelakaan kerja, yaitu masih banyaknya pekerja yang masih
menggunakan APD (alat pelindung diri) yang tidak sesuai standar dan SOP
(standar operasional kerja).
Pengetahuan merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang
mungkin mempengaruhi perilaku K3. Setelah seseorang memahami suatu hal, ia
dapat mengamati benda yang dilihatnya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini
menunjukkan bagaimana pengetahuan pekerja mempengaruhi perilaku K3;
semakin tinggi pengetahuan mereka, maka semakin besar kemungkinan mereka
untuk melakukan perilaku K3. Sebaliknya, kurangnya informasi yang dimiliki
seseorang dapat mengurangi kemungkinannya untuk bertindak K3 (Widhiastuti &
Yuliasih, 2021). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Yunif, Dania, &
Hilman, 2020), 48 (90,6%) dari 53 responden sebagian besar memiliki
pemahaman yang kurang. Sebagian responden belum cukup mengetahui tentang
K3 terkait dengan kecelakaan kerja.
Setelah melakukan studi percontohan di PT Madubaru, peneliti
mengumpulkan data dari wawancara bagian boiler. Data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat 111 personel di bagian boiler. Akan terjadi lima puluh kecelakaan
kerja di PT Madubaru divisi boiler pada tahun 2023. Selain itu, dilakukan
wawancara terhadap sepuluh karyawan area boiler PT. Tiga pekerja di Madubaru
mengalami luka akibat kerja: dua orang tergores benda tajam dan satu orang
terkena percikan api. Sepuluh pekerja mengatakan, meski K3 dan SOP sudah
sering diajarkan, namun sikap pekerja menghalangi mereka untuk
mempraktikkannya sejak saat itu. mereka merasa tidak nyaman dan kepanasan
saat memakai APD termasuk sarung tangan, masker, dan pelindung kepala.
Masih banyak kecelakaan yang terjadi secara lokal, nasional, dan global.
Ketika seseorang memiliki pengetahuan tentang suatu hal, mereka sering kali
bertindak dengan tepat, sehingga dapat membantu menurunkan jumlah kecelakaan
di tempat kerja. Peneliti tertarik untuk mengkaji “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Perilaku Pencegahan Kecelakaan
Kerja Di PT. Madubaru”
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah praktik
pencegahan kecelakaan kerja di PT Madubaru Yogyakarta berkorelasi dengan
tingkat pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara perilaku pencegahan kecelakaan kerja PT dengan derajat pengetahuan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan memperhatikan konteks dan
permasalahan yang ada saat ini. Madubaru Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keselamatan dan kesehatan
kerja yang dimiliki oleh karyawan PT Madubaru;
b. Untuk mengetahui praktik pencegahan kecelakaan kerja yang
dilakukan perusahaan.
c. Untuk memastikan apakah praktik pencegahan kecelakaan kerja dan
tingkat pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) PT
Madubaru Yogyakarta berkorelasi erat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Harapanya hasil penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Pencegahan
Kecelakaan kerja di PT. Madu Baru” diharapkan dapat menjadi sumber
informasi penting bagi praktik keperawatan K3 serta memberikan kontribusi
yang besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pekerja
Pekerja dapat mencegah kecelakaan kerja dengan lebih
memperhatikan faktor keselamatan saat bekerja dengan menerima
informasi tentang cara-cara pencegahan kecelakaan kerja dan kaitannya
dengan derajat kesadaran keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Bagi Manajemen PT. Madu Baru
Agar dunia usaha dapat menangani Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) dengan tepat dan menurunkan angka kecelakaan kerja,
diharapkan temuan penelitian ini mampu memberikan masukan kepada
PT. Madubaru mengenai tingkat pengetahuan berhubungan dengan
perilaku pencegahan kecelakaan kerja.
c. Bagi Tenaga Kesehatan PT. Madu Baru
Dapat menjadi alat pendidikan yang berguna untuk membantu
Tenaga kesehatan PT. Madubaru mendapatkan pemahaman, keahlian,
dan kemampuan yang lebih baik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sebagai tahap pertama yang penting dalam proses penelitian, seorang
peneliti harus memutuskan jenis penelitian apa yang paling sesuai dengan isu
dan kejadian saat ini. Peneliti akan lebih mudah mendapatkan gambaran
masalah yang sesuai jika mereka memilih jenis investigasi yang tepat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut (Abdullah, Janna,
& Aiman, 2021) penelitian kuantitatif adalah pendekatan ilmiah metodis
terhadap komponen dan fenomena tertentu yang memerlukan pengumpulan
data yang dikuantifikasi dengan alat statistik, matematika, atau komputasi.
Untuk mengevaluasi keadaan dan laju perubahan, data dari banyak
kelompok sampel dengan berbagai karakteristik dikumpulkan secara langsung
pada waktu yang bersamaan sebagai bagian dari desain penelitian Metode
Pendekatan Cross Sectional (Abdullah, Janna, & Aiman, 2021).
B. Lokasi dan Waktu Kegiatan
1) Lokasi Penelitian
Stasiun boiler PT dijadikan sebagai lokasi penelitian untuk
penelitian ini adalah di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta, PT. Madu
Baru Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
2) Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari pembuatan proposal hingga hasil
skripsi yaitu pada bulan Februari 2024 hingga Juni 2024
C. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Istilah “populasi” menggambarkan jumlah total item yang
dijadikan subjek penelitian, seperti orang, benda, tumbuhan, hewan, atau
peristiwa yang memenuhi kriteria tertentu untuk digunakan sebagai
sumber data dalam suatu penelitian (Hardan, 2020). Sektor boiler PT
merupakan populasi yang digunakan dalam penelitian ini. Dari 111
penduduk, Madubaru mempunyai risiko kecelakaan kerja paling besar.
2) Sampel
Dengan menggunakan teknik sampling, sampel adalah sebagian
dari suatu objek yang diambil dari suatu populasi yang mewakili keadaan
populasi tersebut (Hardan, 2020). Karyawan di PT yang bekerja di bagian
boiler dijadikan sebagai sampel penelitian. Sampel Madubaru yang
mempunyai risiko kecelakaan kerja tertinggi berjumlah 76 orang.
3) Besar sampel
Rumusan berikut mungkin dapat digunakan untuk menentukan
besar sampel dalam penelitian dengan menggunakan metode perhitungan
besar sampel Sopiyudin Dahlan (2016):

[ ( )] + 3
2
1+r
n= Zα + Zβ ¿ ¿ ¿ 0 , 5 ln
1+r

[ )] +3
2

n= 1,960+1,645 ¿ ¿ ¿ 0 , 5 ln (
1+0 , 4
1+0 , 4

[ ]
2
(3,605)
n= +3
0 ,5 ln ( 2 , 33 )

[ ]
2
(3,605)
n= +3
0,422
2
n=[ 8,54265402844 ] +3
n=72 ,97 +3
n=75 , 97
n=76 responden
Keterangan :

n = adalah jumlah subjek penelitian.

Alpha (α) = Mewakili kesalahan tipe 1. Peneliti menetapkan nilainya

Zα = 5% dari nilai standar alfa (1,960)

Beta (β) = Kesalahan tipe II sama dengan beta (β).

Zβ = 5% Beta Standar (1,645)

r = Koefisien korelasi terendah dianggap signifikan..


Metode penghitungan ini menunjukkan bahwa diperlukan 76 responden
dalam sampel, ditambah tambahan 10% menjadi 84 responden untuk
memperhitungkan potensi putus sekolah yang memenuhi persyaratan
inklusi. 111 responden, atau seluruh populasi, diberikan kuesioner untuk
diisi guna menerapkan pendekatan sampel. Setelah pengumpulan data, akan
dipilih 84 sampel dari hasil pengacakan oleh peneliti yang akan
menggunakan spinner online untuk melakukan pengacakan.

4) Cara pemilihan sampel


Faktor-faktor berikut digunakan untuk menentukan kriteria inklusi
dan eksklusi dalam pengambilan sampel:
a) Kriteria inklusi
Meneliti ciri-ciri keseluruhan individu adalah kriteria inklusi.
(Muharto & Ambarita, 2016). Sampel penelitian terdiri dari
pekerja PT di Madubaru yang memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut:
1) Karyawan stasiun ketel
2) Pegawai yang terbuka untuk berpartisipasi dalam penelitian
sebagai tanggapannya
b) Kriteria eksklusi
Menurut (Muharto & Ambarita, 2016), kriteria eksklusi
melarang orang dijadikan sampel karena alasan tertentu.
Berikut adalah kriteria eksklusi penelitian ini:
1) Karyawan yang sakit

D. Variabel Penelitian
Penelitian tidak dapat berjalan tanpa variabel penelitian karena variabel
tersebut merupakan elemen utama yang diidentifikasi oleh peneliti sebagai
kebutuhan untuk melaksanakan penelitian guna membangun tanggapan dan
menarik kesimpulan (Sahir, 2021). Menurut (Wijayanti, 2021) membagi jenis
penelitian variabel menjadi dua kategori:
1) Variabel Dependen
Variabel yang akan menjadi fokus penyelidikan dan permasalahan
yang akan coba dipecahkan oleh peneliti selama proses penelitian
dikenal sebagai variabel terikat. Kita menyebut variabel yang
bergantung pada kita sebagai variabel terikat. Variabel terikatnya
adalah fenomena yang akan dijelaskan, sehingga topik pembahasan
dalam penelitian biasanya terfokus pada fenomena tersebut. Perilaku
pencegahan kecelakaan kerja menjadi variabel dependen dalam
penelitian ini.

2) Variabel Independen
Variabel terikat dapat dipengaruhi oleh faktor bebas, yang mungkin
mempunyai pengaruh positif atau negatif. Kesulitan yang timbul dan
penyelesaiannya akan dirinci pada variabel independen. Nama lain dari
variabel bebas adalah variabel bebas. Dengan menggunakan variabel
independen, variabel independen berupaya mengantisipasi variabilitas
yang timbul pada variabel dependen. Derajat pemahaman terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja menjadi variabel independen dalam
penelitian ini (K3).
E. Definisi Operasional
Merupakan suatu teknik untuk mengukur variabel atau mendeskripsikan
variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian operasional oleh
peneliti agar alat ukur penelitian dapat mengukurnya. Pengukuran tepat
variabel yang ditempatkan dalam matriks dijelaskan oleh definisi operasional
(Abdullah, Janna, & Aiman, 2021).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Pengetahuan K3 dengan
Perilaku Pencegahan Kecelakaan Kerja di PT. Madubaru
Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
F. Operasional Ukur
Tingkat Setelah seseorang Kuesioner 1. Pengetahuan Tinggi: Ordinal
Pengetah
memahami suatu hal, jika tingkat respon
uan K3
ia dapat mengamati lebih dari 50%
benda yang dilihatnya 2. Pengetahuan Rendah:
untuk memperoleh respon kurang dari
pengetahuan. 50%

Peerilaku Kecelakaan terkait Kuesioner 1. Sangat setuju : 4 Ordinal


Pencegah pekerjaan dapat
an 2. Setuju : 3
Kecelaka dicegah dengan aman,
3. Tidak setuju : 2
an kerja dan hal ini dapat
membantu mengurangi 4. Saya sangat tidak

risiko cedera. setuju 1.


 Perilaku positif: jika
tingkat respons lebih
dari 62,5%
 Perilaku yang
merugikan: ketika
respons peserta turun di
bawah 62,5%

Alat dan Metode Pengumpulan Data


1) Alat Ukur
Kuesioner digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
Peneliti menggunakan dua jenis kuesioner: satu berdasarkan tingkat
pengetahuan, satu lagi diadaptasi dari penelitian sebelumnya dan
mengukur perilaku pencegahan kecelakaan kerja (Rahmatunnazhifah,
2022). Responden menjawab lima pertanyaan terbuka pada formulir
dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Identitas, jenis kelamin, usia,
jenis pekerjaan, dan masa kerja responden semuanya dimasukkan dalam
pertanyaan ini.
Tabel 3.2 kisi-kisi kuesioner tingkat pengetahuan K3 dan
perilaku pencegahan kecelakaan kerja.
Tingkat Pengetahuan K3
N Pertanyaan Favorable Unfavorable Jumlah
O
1. Materi K3 1,2 7 3
2. Kecelakaan kerja 3,4,5 9 4
3. Alat Pelindung Diri 6 1
(APD)
4. Standar Operasional 8,10 2
Prosedur (SOP)
Perilaku Pencegahan Kecelakaan Kerja
1. Pencegahan kecelakaan 1,2,3,4 4
kerja
2. Tingkat pengetahuan 7,8 2
pekerja
3. Sikap pekerja 5,6 2

2) Pengumpulan Data
Menurut Nurselam (2015), pengumpulan data adalah prosedur
yang dilakukan peneliti untuk mendekati subjek guna mengumpulkan
informasi yang memenuhi kriteria yang diperlukan untuk penelitian.
Sejumlah PT. Pekerja baru di Honey menerima kuesioner dan alat tulis
sebagai bagian dari proses pengumpulan data untuk penelitian ini.
Membuat pendahuluan dan menguraikan maksud dan tujuan tugas
yang ada merupakan tahap pertama dalam proses pengumpulan data.
kemudian memberikan kepada anggota staf sejumlah survei dan alat tulis
yang telah diberikan peneliti. Peneliti mengikuti karyawan seperti objek
saat mengumpulkan data, mengarahkan peneliti menuju temuan.
G. Validitas dan Reliabilitas
1) Uji Validitas
Uji validitas disebut juga dengan uji kesalahan merupakan suatu
prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik kuesioner
peneliti dapat mengukur data atau informasi yang diperlukan secara andal
dan konsisten sepanjang penelitian (Wijayanti, 2021). Temuan uji validitas
angket tingkat pengetahuan (K3) yang berada di antara r 0,44 hingga r
0,767 dianggap valid. (Rahmatunnazhifah, 2022) melaporkan bahwa
angket perilaku pencegahan kecelakaan kerja lolos uji validitas dengan
skor r 575 hingga r 912.
2) Uji Reliabilitas
Proses menilai konsistensi suatu kuesioner dalam menghasilkan
temuan yang sama ketika diberikan kepada orang yang sama dalam
beberapa periode disebut dengan pengujian reliabilitas, atau reliabilitas
ketergantungan (Wijayanti, 2021). Untuk Tingkat Pengetahuan, angket
peneliti sebelumnya menghasilkan skor uji reliabilitas sebesar 0,634.
(Rahmatunnazhifah, 2022) melaporkan bahwa outcome perilaku
pencegahan kecelakaan kerja sebesar 0,912 dapat diandalkan.

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data


1) Metode Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, peneliti mengolahnya menggunakan
perangkat lunak statistik otomatis. Ada beberapa langkah yang terlibat
dalam proses pengolahan data, seperti:
a) Sebelum melakukan input data, peneliti mengatur dan
menyempurnakan data yang diperoleh selama langkah pengeditan.
Menata ulang dan memeriksa ulang data untuk memastikan tidak ada
yang hilang adalah bagian dari prosedur pengeditan ini. Responden
menerima kembali data jika ada yang hilang.
b) Proses pengkodean melibatkan pemberian nomor pada setiap
pertanyaan kuesioner.
1) Usia Pekerja
Kode 1 = < 35 tahun
Kode 2 = > 35 tahun
2) Jenis Kelamin
Kode 1 = Laki – laki
Kode 2 = Perempuan
3) Pendidikan
Kode 1 = SMA
Kode 2 = SMK
Kode 3 = S1
4) Lama Kerja
Kode 1 = < 5 tahun
Kode 2 = > 5 tahun
5) Pengetahuan
Kode 1 = Benar
Kode 2 = Salah
6) Perilaku pencegahan kecelakaan kerja
Kode 1 = Sangat Setuju
Kode 2 = Setuju
Kode 3 = Tidak Setuju
Kode 4 = Sangat Tidak Setuju
c) Entri Data: Tahap ini melibatkan memasukkan informasi yang
dikumpulkan dari kuesioner ke dalam tabel data dasar. Prosedurnya
memerlukan konversi data kuesioner ke dalam database Excel.
Setelah itu, informasi tersebut dipindahkan dari Excel ke perangkat
lunak komputer untuk memeriksa frekuensi setiap variabel dan
menilai bagaimana hubungan antara perilaku pencegahan kecelakaan
kerja dan tingkat pengetahuan K3.
d) Pembersihan Data Menurut (Astuti, 2017), langkah ini meliputi
pengecekan data untuk memastikan kesalahan pengisian pada tabel
telah dihilangkan. Prosedur ini digunakan untuk memverifikasi
bahwa tidak ada kesalahan yang dilakukan saat memasukkan data ke
dalam tabel setelah entri data.
2) Analisa Data
Peneliti merangkai rangkaian data dalam suatu pola, kategori, dan
satuan rangkaian yang mendasar (Anggito, 2018). Proses ini dikenal
sebagai analisis data. Klasifikasi analisis data meliputi:
a. Univariat
Salah satu variabel menjadi subjek analisis univariat. Apabila
melakukan penelitian deskriptif dengan statistik deskriptif, analisis
univariat semacam ini dapat diterapkan. Masing-masing variabel
berikut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendidikan, dan masa kerja
memiliki persentase atau frekuensi yang sesuai dan dilaporkan
menggunakan analisis univariat dalam penelitian ini. Rumus analisis
univariatnya adalah sebagai berikut:
f
P= x 100 %
n
Keterangan :
P : Presentase
f = Frekuensi
n = Jumlah seluruh observasi
b. Bivariat
Salah satu jenis analisis yang akan dilakukan dalam penelitian
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel disebut analisis
bivariat. Dua kategori variabel tersebut adalah variabel pengaruh
(variabel terikat) dan variabel pengaruh (variabel bebas). Analisis
bivariat penelitian ini menguji hubungan antara PT. Praktik
pencegahan kecelakaan kerja karyawan New Honey dan tingkat
pengetahuan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Uji korelasi Gamma dilakukan untuk mengukur kedua variabel
tersebut, dan skala pengukurannya adalah Ordinal Ordinal. Hal ini
disebabkan sifat premis penelitian yang bersifat relasional (korelatif).
Rumus Uji Korelasi Gamma (Julius H, 2020) sebagai berikut:
P−Q
Y=
P+Q
Keterangan :
P = Pasangan berkondron.
Q = Pasangan diskordan.
Menurut (sugiyono, 2017), koefisien korelasi dapat diartikan
dengan melihat tabel berikut yang menampilkan besarnya hubungan
pada table berikut ini:

Tabel 3.3 padomen interpretasi koeisien korelasi


Interval koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 – 1, Sangat kuat

I. Etika Penelitian
Prioritas etika dalam penelitian sangatlah penting, karena etika terkait erat
dengan norma, budaya, dan adat istiadat masyarakat. Ilmu adat istiadat atau
ilmu tentang apa yang boleh dilakukan adalah etika. (wiroro, 2022) membagi
standar etika penelitian menjadi beberapa kategori, seperti:
1) Respect for persons (other)
Ini adalah segala sesuatu yang melindungi kelompok yang bergantung
atau rentan terhadap pelecehan dan cedera sambil menghormati otonomi
untuk membuat keputusan otonom (penentuan nasib sendiri).
Karena peneliti telah mengkomunikasikan tujuan dan sasaran yang
jelas dan tidak menggunakan kekerasan, responden jarang menolak untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini karena perlindungan hak dan martabat
mereka selalu diprioritaskan.
2) Beneficience and Non Maleficence
Ini adalah gagasan untuk berbuat baik, memanfaatkan setiap peluang
bantuan, dan menawarkan keuntungan tanpa membahayakan masyarakat.
Para peneliti telah menempatkan prioritas yang kuat pada memaksimalkan
keuntungan dan menghindari kerugian bagi partisipan dalam penelitian ini.
Dengan demikian, selama proses pengumpulan data, peneliti memberikan
informasi dan kenang-kenangan penting kepada responden.
3) Prinsip etik keadilan (justice)
Ini adalah filosofi yang tidak membeda-bedakan siapa pun dan
diterapkan secara setara, adil, dan sesuai dengan hak setiap orang.
Menghormati cita-cita keadilan responden menjadi prioritas utama dalam
penelitian ini. Peneliti mengumpulkan data dan kemudian menyajikannya
dengan hati-hati, profesionalisme, keterusterangan, dan pemahaman yang
jelas tentang tujuan mereka.

J. Rencana Pelaksanaan Penelitian


1) Tahap Persiapan Penelitian
Untuk menunjang kegiatan penelitian yang akan dilakukan, peneliti
kini melakukan persiapan sebagai berikut:
a) Memilih topik dan menyarankan judul penelitian.
b) Membahas judul proposal dan langkah-langkah penyusunannya
dengan dosen pembimbing.
c) Mengumpulkan bahan-bahan bacaan untuk digunakan sebagai
panduan sambil menyusun ide-ide penelitian.
d) Mengajukan permohonan untuk melakukan penyelidikan eksplorasi.
e) Melaksanakan penyelidikan eksplorasi di lokasi penelitian yang
dipilih (PT. Madubaru).
f) Melakukan monitoring dengan dosen pembimbing untuk menyusun
proposal penelitian, melakukan revisi yang diperlukan, dan kemudian
menyiapkan presentasi proposal.
g) Menyajikan hasil laporan proposal penelitian.
h) Pilih seorang pembantu untuk membantu pengumpulan data.
i) Mengamankan otorisasi untuk mengumpulkan data di situs yang
sesuai.
j) Mengumpulkan informasi.
2) Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di PT. Madubaru. Setelah persetujuan
pembimbing dan penguji terhadap proyek penelitian, pengumpulan data
selesai. Berikut prosedur dalam pengumpulan data:
a) Memilih responden berdasarkan standar yang telah ditentukan.
b) Menjelaskan kepada responden maksud dan tujuan penelitian
c) Memberikan kuesioner kepada responden dan informasi mengenai
informed consent.
d) Mendidik responden tentang substansi pertanyaan.
e) Untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, seluruh responden harus
menandatangani formulir izin dan mengisi kuesioner yang digunakan
untuk mengumpulkan data.
f) Bagi responden tertentu, kuesioner diperiksa oleh peneliti sebelum
mereka dapat melengkapi jawabannya.
g) Setelah pengumpulan data selesai, periksa kembali untuk memastikan
tidak ada informasi yang terlewatkan.
h) Peneliti menyerahkan kenang-kenangan kepada responden sebagai
bentuk apresiasi.
i) Pemberian arahan penelitian dari dosen pembimbing.

Anda mungkin juga menyukai