Anda di halaman 1dari 5

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik


Laurensia Dhika Maretasani M.Pd

Nama Mahasiswa : Anisa Fitri


Program Studi : PGSD
NIM : 859511393
UPBJJ : UT Jakarta

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


FKIP UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
Perbedaan antara teori perkembangan Piaget dan teori perkembangan kognitif Vygotski

Teori Piaget mengemukakan bahwa seseorang dapat belajar secara mandiri dengan
melihat orang orang di sekelilingnya. Sedangkan, Vygotski berpendapat bahwa seseorang
harus ditunjang dengan interaksi sosial agar dapat berkembang. Adanya keterlibatan
seseorang dalam aktivitas sosial membuat bahasa dan kondisi diri seseorang berkembang.

Piaget menyatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang berkembang sesuai


dengan usia. Bertentangan dengan itu, tanpa melihat rentang usia, Vygotski menyatakan
bahwa perkembangan kognitif seseorang diperoleh dari keterlibatannya di masyarakat.

Piaget dan Vygotski memiliki pendekatan pembelajaran yang berbeda. Piaget secara
rinci mengamati bagaimana pembelajaran pada anak anak berlangsung, tetapi ia tidak
menegaskan peran dari seorang pembina (tutor) atau guru (teacher). Disamping itu, teori
Vygotski tidak mengamati perkembangan mental nyata dan hanya membahas mengenai
perolehan – perolehan konsep/kemampuan baru. Keduanya berpikir bahwa selalu ada tugas
diluar jangkauan pembelajaran. Vygotski yakin dengan adanya bantuan dari pembimbiing
(mentor) tugas tugas tersebut dapat dilaksanakan. Sedangkan Piaget, tidak menyarankan
apapun mengenai permasalahan ini.

Maka dari itu, teori Vygotski sangat cocok apabila diterapkan ke dalam strategi
pengajaran. Di sisi lain, teori Piaget memberikan pilihan pada seorang individu untuk
menjelajahi dan mempelajari sesuatu secara mandiri tanpa adanya ketergantungan dari pihak
lain.

Teori perkembangan kognitif Piaget

Berikut mekanisme perkembangan kognitif Piaget :

1. Organization
Kecenderungan untuk berpikir yang terdiri atas sistem – sistem yang mana bagiannya
digabungkan menjadi bentuk keseluruhan.
2. Adaptasi
Kecenderungan bawaan setiap organisme untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan interaksi antara individu dengan lingkungan.
Adaptasi ada 2 jenis :
a. Asimilasi
Proses masuknya hal – hal baru yang dijumpai ke dalam ranah kognitif dan dicerna
berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.
b. Akomodasi
Proses perubahan struktur kognitif karena adanya hal – hal baru yang muncul
dalam kehidupan, sehingga hal – hal tersebut bisa dianggap masuk akal.

Tahap perkembangan kognitif anak

1. Sensory motor period


Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Bayi memberikan reaksi motorik
atas rangsangan dan rangsangan yang di terimanya dalam bentuk refleks misalnya
refleks menangis, dan lain – lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi
gerakan dan gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan.
2. Pre operational period
Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya
dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum
stabil dan tidak terorganisasi secara baik.
3. Concrete operational period
Pada umumnya anak – anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklarifikasi dan serasi, mampu menandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup
matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat
ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit).
4. Formal operational period
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal –
hal yang abstrak dan menggunakan logika. Selain itu pada tahap ini individu dapat
berpikir secara abstrak, mengenai situasi – situasi perumpamaan dan berpikir
mengenai berbagai kemungkinan.

Teori perkembangan Vygotski

Sudut pandang Vygotski terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak diwarnai


oleh lingkungan sosial atau budaya, maka pendekatan kontruktivitasnya disebut dengan
kontruktivis sosial (social contructivist). Tidak seperti Piaget yang beranggapan bahwa anak
secara individual aktif mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan
lingkungannya. Piaget lebih menekankan interaksi anak dengan lingkungan fisik. Sedikit
berbeda dengan Piaget, Vygotski beranggapan bahwa anak mengonstruksi pikirannya dalam
sebuah kontek sosial. Anak mengkonstruksi secara aktif pengetahuannya secara mandiri
dalam konteks interaksi dengan pengasuh, keluarga atau komunitas dan masyarakat.
Vygotski percaya bahwa bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif
anak. Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang –
orang yang ada disekeliling sosialnya (pengasuh, orangtua, teman). Bahasa akan banyak
membantu anak menyelesaikan persoalan – persoalannya yang tidak dapat ia selesaikan
sendiri. Dengan bahasa, anak akan mengkomunikasikan permasalahan – permasalahan yang
ia hadapi kepada orang lain yang dia anggap memiliki kemampuan untuk membantunya
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Salah satu elemen dari teori Vygotski yaitu zone of proximal development (ZPD). ZPD
adalah celah antara apa yang anak dapat kerjakan secara mandiri dan apa yang dia tidak
dapat dikerjakan bahkan dengan bantuan seseorang (seperti orang dewasa atau teman
sebaya) yang lebih terampil dari dia.

ZPD terbagi dalam 2 tingkat :

- Actual Development → batas dimana seseorang dapat melakukan tugasnya sendiri


- Potential Development → batas dimana seseorang melakukan tugasnya dengan
bantuan orang yang lebih kompeten.

Elemen kedua dari teori Vygotski yaitu Scaffolding. Scaffolding berarti mengubah tingkat
dukungan. Bantuan sementara yang diberikan oleh orangtua, guru atau orang yang lebih tua
yang diberikan kepada anak sampai anak itu mampu mengerjakan tugasnya sendiri.

Contoh Perbedaan dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh perbedaan antara kedua teori ini dapat dilihat dalam pembelajaran
matematika. Menurut teori Piaget, anak akan melewati tahap-tahap perkembangan kognitif
yang berbeda dalam memahami konsep matematika. Misalnya, pada tahap praoperasional,
anak mungkin masih sulit memahami konsep bilangan abstrak seperti angka. Namun, ketika
anak memasuki tahap konkret operasional, mereka akan mampu memahami konsep bilangan
dan melakukan operasi matematika secara konkret.

Sementara itu, menurut teori Vygotsky, anak dapat belajar matematika melalui
interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berpengalaman. Misalnya,
seorang anak yang sedang belajar menghitung dapat dibantu oleh seorang guru atau teman
sekelas yang sudah lebih mahir dalam matematika. Dalam interaksi ini, anak dapat mencapai
zona perkembangan proksimalnya dan mengembangkan pemahaman matematika yang lebih
baik.
Dengan demikian, perbedaan antara kedua teori ini terletak pada penekanan pada tahapan
perkembangan kognitif (Piaget) versus interaksi sosial dan penggunaan alat-alat budaya
(Vygotsky) dalam memahami perkembangan kognitif anak.

Anda mungkin juga menyukai