Anda di halaman 1dari 7

TANTANGAN IDENTITAS NASIONAL

Sejak tercapainya kemerdekaan 17 Agustus 1945, Kebangkitan Nasional bersama


Sumpah Pemuda 1928 agaknya lebih memiliki makna simbolis daripada hal-hal lain. Ia
merupakan simbol penting dari perjalanan bangsa menuju kehidupan yang lebih berharkat
dan bermartabat. Simbolisme jelas sangat diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam usaha mewujudkan kehidupan yang lebih baik pada hari ini dan di masa
depan.
Perjalanan negara-bangsa ini jelas masih jauh dari pada selesai. Bahkan, boleh jadi
tidak akan pernah selesai. Negara/bangsa Indonesia tampaknya masih harus bergulat kembali
dengan hal-hal yang dasar dalam kehidupan kebangsaan. Dalam konteks ini, salah satu
tantangan berat bangsa di hari kini dan ke depan adalah memperkuat kembali identitas bangsa
atau identitas nasional yang mulai bangkit sejak Kebangkitan Nasional 1908. Lalu,
menemukan bentuknya pada Sumpah Pemuda 1928 dan mengalami kristalisasi dengan
tercapainya kemerdekaan.
Secara sederhana, identitas nasional Indonesia mencakup semangat kebangsaan
(nasionalisme) Indonesia, negara-bangsa (nation-state) Indonesia, dasar negara Pancasila,
bahasa nasional, bahasa Indonesia, lagu kebangsaan Indonesia Raya, semboyan negara
'Bhinneka Tunggal Ika', bendera negara sang saka merah putih, konstitusi negara UUD 1945,
integrasi Wawasan Nusantara, serta tradisi dan kebudayaan daerah yang telah diterima secara
luas sebagai bagian integral budaya nasional setelah melalui proses tertentu yang bisa disebut
sebagai 'mengindonesia', yang berarti proses untuk mewujudkan mimpi, imajinasi, dan cita-
cita ideal bangsa Indonesia yang bersatu, adil, makmur, berharkat, dan bermartabat, baik ke
dalam maupun ke luar dalam kancah internasional.
Identitas nasional jelas tidak statis. Proses 'mengindonesia' mendapat tantangan bukan
hanya secara eksternal, tetapi juga secara internal. Secara eksternal, arus globalisasi yang
terus meningkat dalam berbagai bidang kehidupan; sejak dari ekonomi, politik, sampai
budaya, secara signifikan telah mengubah lanskap Indonesia.
Akibatnya, secara internal terjadi perubahan yang tidak selalu menguntungkan
penguatan identitas nasional. Dalam dasawarsa terakhir, kita bisa menyaksikan terjadinya
disorientasi dan dislokasi ekonomi, politik, dan sosial-budaya, baik pada tingkat nasional
maupun lokal. Euforia politik dan demokrasi dengan berbagai eksesnya terus berlanjut,
mengakibatkan menguatnya rasa kecewa dan frustasi di kalangan masyarakat. Rasa terpuruk
akibatnya terus bertahan mengancam identitas nasional.
Identitas nasional tidaklah ditentukan oleh keberadaan seseorang atau sekelompok
orang dalam aparat negara. Ia sangat bergantung pada relasinya untuk memajukan orang
banyak bukan saja dalam menghormati eksistensi golongan-golongan, melancarkan kritik
atas berbagai praktik penyelewengan kekuasaan dan perlindungan hak-hak asasi manusia,
tetapi menyuarakan kesejahteraan rakyat dan menyegerakan penghentian konflik komunal
atau bersenjata.
Identitas itu tak perlu dengan memakai taktik menggembar-gemborkan isu keutuhan
NKRI sembari menuding orang-orang yang tak mendukung taktiknya sebagai pihak
pendukung pelepasan suatu daerah. Bukankah kekerasan negara (state violence) baik
langsung maupun dengan pembiaran sudah terbukti banyak menimbulkan korban. Satu
nyawa melayang tak mungkin dipulihkan lagi. Lebih memprihatinkan lagi, banyak korban
jiwa adalah orang-orang yang tak bersalah dan penduduk sipil yang tak ikut ambil bagian
dalam konflik. Padahal, negara RI yang didirikan justru bertujuan untuk melindungi segenap
bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tantangan mengembangkan identitas nasional terletak pada pikiran dan sikap yang
terbuka untuk menghormati keanekaragaman, mendorong demokrasi yang partisipatif,
memperkuat penegakan hukum, serta memajukan solidaritas terhadap mereka yang lemah
atau korban di mana negeri Indonesia adalah ruang publik sebagai tempat kita hidup bersama.

PENGIKISAN IDENTITAS NASIONAL


Kendatipun dalam hidup keseharian yang mencakup suatu negara berdaulat, Indonesia
sendiri sudah menganggap bahwa dirinya memiliki identitas nasional. Akan tetapi pada
kenyataannya negara kita ini masih merasakan kekritisan yang mengancam disintegrasi.
Adapun pengertian identitas sendiri adalah ciri-ciri, tanda-tanda, jati diri yang melekat pada
seseorang atau sesuatu yang bisa membedakannya. Oleh karena ciri-ciri atau tanda-tanda
yang terdapat dalam identitas nasional itu, suatu negara mampu menampilkan watak,
karakteristik kebudayaan dan memperkuat rasa kebangsaan. Dan identitas nasional juga bisa
dikatakan sebagai jati diri yang menjadi selogan-selogan kibaran bendera kehidupan.
Karena kedudukannya yang amat penting itu, identitas nasional harus dimiliki oleh
setiap bangsa. Karena tanpa identitas nasional suatu bangsa akan terombang-ambing.
Namun apabila kita melihat penomena yang terjadi di masyarakat saat ini, identitas yang
dimiliki bangsa kita seolah-olah telah terkikis dengan adanya pengaruh yang timbul dari
pihak luar. Budaya-budaya barat yang masuk ke negara kita ini, rasanya begitu capat di serap
oleh lapisan masyarakat. Masyarakat lebih mudah mengambil budaya-budaya barat yang
tidak sesuai dengan corak ketimuran. Yang pada dasarnya masih menjunjung tinggi nilai
moral dan etika. Namun kenyataannya, hal itu sering kali di abaikan. Dengan melihat
kenyataan ini, terlihat jelas bahwa identitas nasional telah mulai terkikis dengan datangnya
budaya-budaya barat yang memang tidak sesuai dengan budaya bangsa indonesia.
Langkah kita selanjutnya adalah bagaimana caranya untuk memerangi pengikisan
identitas nasional. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah menumbuhkan kembali sifat-
sifat identitas nasional kedalam pribadi manusia itu sendiri. Agar timbul dalam dirinya
sebuah pemahaman akan identitas nasional suatu bangsa. Yang menjadi pertanyaan kita
sekarang adalah akankah kita junjung tinggi identitas nasional, atau justru kita merusak dan
meniadakannya. Jawaban akan pertanyaan ini tentu kembali kepada pribadi kita masing-
masing. Sejauh mana kita mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

MENGHADAPI GLOBALISASI
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena
pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The Capitalist Revolution, era
globalisasi dewasa ini, ideology kapitalisme yang akan menguasai dunia. Kapitalisme telah
mengubah masyarakat satu persatu dan menjadi sistem internasional yang menentukan nasib
ekonomi sebagian besar bangsa-bangsa di dunia, dan secara tidak langsung juga nasib, sosial,
politik dan kebudayaan. Dalam kondisi seperti ini, negara nasional akan dikuasai oleh negara
transnasional yang lazimnya didasari oleh negara-negara dengan prinsip kapitalisme.
Konsekuensinya, negara-negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak. Namun
demikian, dalam menghadapi proses perubahan tersebut sangat tergantung kepada
kemampuan bangsa itu sendiri.
Oleh karena itu agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka
harus tetap meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa
Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Sebagaimana terjadi di
berbagai negara di dunia, justru dalam era globalisasi dengan penuh tantangan yang
cenderung menghancurkan nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran
nasional.
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai
dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakanlan
prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernagara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat dari filsafat hidup
bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara
yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu bangsa dan Negara berakar pada pandangan hidup yang
bersumber pada kepribadiannya sendiri. Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai
dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai
budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa.
Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan suatu rezim atau
penguasa melainkan melalui suatu historis yang cukup panjang. Sejarah budaya bangsa
sebagai akar Identitas Nasional. Kegagalan dalam menjalankan dan medistribusikan output
berbagia agenda pembangunan nasional secara lebih adil akan berdampak negatif pada
persatuan dan kesatuan bangsa. Pada titik inilah semangat Nasionalisme akan menjadi salah
satu elemen utama dalam memperkuat eksistensi Negara/Bangsa.
Fenomena globalisasi dengan berbagai macam aspeknya seakan telah meluluhkan
batas-batas tradisional antarnegara, menghapus jarak fisik antar negara bahkan nasionalisme
sebuah negara. Alhasil, konflik komunal menjadi fenomena umum yang terjadi diberbagai
belahan dunia, khususnya negara-negara berkembang. Konflik-konflik serupa juga melanda
Indonesia. Dalam konteks Indonesia, konflik-konflik ini kian diperuncing karekteristik
geografis Indonesia. Berbagai tindakan kekerasan (separatisme) yang dipicu sentimen
etnonasionalis yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia bahkan menyedot perhatian
internasional. Nasionalisme bukan saja dapat dipandang sebagai sikap untuk siap
mengorbankan jiwa raga guna mempertahankan Negara dan kedaulatan nasional, tetapi juga
bermakna sikap kritis untuk memberi kontribusi positif terhadap segala aspek pembangunan
nasional.
SUMBER
http://goecities.com/sttintim/jhontitaley.html
http://unisosdem.org.kliping_detail.php/?aid=7329&coid=1&caid=52
http://yanel.wetpaint.com/page/Identitas+Nasional
http://kewarganegaraan.wordpress.com/2007/11/30/%20memerangi-pengikisan-identitas-
nasional/
2.5 DINAMIKA DAN TANTANGAN IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Banyak sejumlah kasus dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mengenai dinamika
kehidupan dan tantangan terkait identitas nasional yang pernah kita lihat sebagai berikut :

1. Pancasila belum menjadi sikap dan perilaku sehari-hari ( membuang sampah


sembarangan, tidak disiplin)
2. Lunturnya nilai-nilai luhur dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara
( kesantunan, kepedulian)
3. Rasa nasionalisme dan patriotisme yang luntur dan memudar ( menghargai dan
mencintai buaya asing )
4. Lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa indonesia.
5. Lebih mengapresiasi lagu-lagu asing daripada mengapresiasi lagu nasional atau lagu
daerah sendiri.
6. Lunturnya semangat nasionalisme dalam menjunjung nama bangsa dan negara.

Kita harus mampu menghadapi segenap tantangan dan hambatan dalam kehidupan guna
dapat memelihara stabilitas nasional. Tantangan dan masalah yang dihadapi terkait dengan
Pancasila telah banyak mendapat tanggapan dan analisis sejumlah pakar. Seperti Azyumardi
Azra ( Tilaar,2007), menyatakan bahwa saat ini Pancasila sulit dan dimarginalkan di dalam
semua kehidupan masyarakat indonesia karena: 1) Pancasila dijadikan sebagai kendaraan
politik; 2) adanya liberalismepolitik; dan 3) lahirnya desentralisasi atau otonomi daerah
menurut Tilaar (2007)

Disadari bahwa rendahnya pemahaman dan menurunnya kesadaran warga negara dalam
bersikap dan berperilaku menggunakan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara khususnya pada era reformasi bagaikan berada dalam tahap disintegrasi karena tidak
ada nilai-nilai yang menjadi pegangan bersama. Oleh karena itu perlu adanya pendukungdalam
meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pegangan dalam
bermasyarakat. Memahami dan mengerti nilai-nilai pancasila sejak dini dalam kehidupan
sekolah sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran dalam mewujudkan nilai-nilai
pancasila. Kita perlu memahami secara penuh bahwa pancasila sebagai pedoman hidup bangsa
sehingga kita dapat merasa berkewajiban dalam melaksanakannya.

Tantangan terkait memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme perlu mendapat


perhatian. Bangsa indonesia perlu mengupayakan strategi untuk mengalihkan kecintaan
terhadap bangsa asing agar dapat berubah menjadi bangsa sendiri. Hal tersebut perlu adanya
upaya dari generasi baru untuk mendorong bangsa indonesia untuk membuat prestasi yang
tidak dapat dibuat oleh bangsa lain. Mendorong masyarakat kita untuk bangga menggunakan
produk bangsa sendiri.

Semua unsur formal identitas nasional, baik langsung maupun secara tidak langsung
diterapkan, perlu dipahami, diamalkan dan diperlakukan sesuai dengan peraturan dan
perundangan yang berlaku. Permasalahannya terletak pada sejauh mana masyarakat kita
memahami dan menyadari dirinya sebagai warga negara yang baik yang beridentitas sebagai
warga negara indonesia dengan pancasila sebagai pedomannya. Oleh karena itu, warga negara
yang baik akan berupaya belajar secara berkelanjutan untuk menjadi warga negara yang baik
dan cerdas.

Anda mungkin juga menyukai