Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH INSTRUMENTASI NON TES

“ OBSERVASI “

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Nuryani Henan 202201501606


Nurul Adilah 202201501618
Rut Damayanti 202201501622
Mia Dwi 202201501624

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN & PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama pemakalah ingin mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT

yang telah menuntun kami untuk dapat mampu mengolah pikiran serta menggerakkan pena

kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Sehingga pemakalah dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Kepribadian dan Budaya” ini dengan baik. Makalah ini kami susun

dengan tujuan untuk memenuhi tugas, baik yang digunakan sebagai penilaian proses belajar,

maupun untuk penilaian hasil belajar. Untuk itu dalam kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan

makalah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun demikian, kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan

seperti peribahasa “tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, segala masukan, kritik dan

saran positif sangat kami harapkan untuk dijadikan sebagai batu loncatan yang dapat membantu

dalam proses penyempurnaan dan peningkatan mutu makalah ini di masa mendatang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….ii


DAFTAR ISI …………………………………………………………………....iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….....1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………....

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..


2.1 Pengertian Observasi ………………………………………………………..
2.2 Materi Observasi ………………………………………………..
2.3 Waktu dan Pencatatan …………………………………………………………
2.4 Bentuk Pencatatan………………………………………....
2.5 Pencatatan Lapangan Hasil Observasi …………………………………...
2.6 Jenis-jenis Observasi …………………………………………....
2.7 Keuntungan dan Keterbatasan Observasi………………………………….
BAB III PENUTUP …………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………
3.2 Saran ……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode observasi merupakan metode yang di gunakan dalam ilmu fisikologi,observasi

terbagi banyak di mensi , termasuk observasi overt dan covert yang di bahas dalam materi ini

dan keuntugan sertaketerbatasan observasi yang juga bias sebagai evaluasi yang cocok

terhadap aspek-aspek perilaku,yang tentunya di bahas dan dikupas dalam makalah ini. Yang

bertujuan membantu mahasiswa agar dapat mengetahui dan menjelaskan tentang

observasi,terlebih observasi secara overt dan covert.

1.2 Rumusan Masalah

1. Sebutkan pengertian observasi?

2. Apasajakah materi observasi ?

3. Bagaimana pencatatan observasi

4. Apasajakah Jenis observasi dari berbagai para ahli?

5. Apa itu observasi overt dan covert?

6. Bagaimana jenis observasi berdasarkan sudut pandang?

7. Apasajakah keuntungan dan keterbatasan observasi

8. Apasajakah aspek-aspek tingkah laku yang cocok dievaluasi dengan

metode observasi ?

3.1 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian observasi

2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang materi observasi


3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang pencatatan observasi
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang Jenis observasi dari
berbagai para ahli
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang observasi overt dan
covert
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang jenis observasi
berdasarkan sudut pandang
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang keuntungan dan keterbatasan
observasi
8. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang aspek-aspek tingkah laku
yang cocok dievaluasi dengan metode observasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan


langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan
secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang
perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis
data yang dikumpulkan. Apabila observasi itu akan dilakukan pada sejumlah orang, dan hasil
observasi itu akan digunakan untuk mengadakan perbandingan antar orang-orang tersebut,
maka hendaknya observasi terhadap masing-masing orang dilakukan dalam situasi yang
relatif sama.
Sebelum observasi itu dilaksnanakan, pengobservasi (observer) hendaknya telah
menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek apayang akan diobservasi dari tingkah laku
seseorang. Aspek-aspek tersebut hendaknya telah dirumuskan secara operasional, sehingga
tingkah laku yang akan dicatat nanti dalam observasi hanyalah apa-apa yang telah
dirumuskan tersebut.

2.2 Materi Observasi

Objek yang dapat diamati yaitu :

1. Perilaku Verbal

Intonasi jelas, jeda, kelancaran, volume suara, artikulasi, vibrasi suara, gaya bicara,
dialog/dialek/logat, salah ucap, kebiasaan, mengucap, kota kata, isi pembicaraan atau materi,
gagap.
2. Perilaku non-verbal

Gerak motorik tubuh, ekspansi wajah, bahasa tubuh, aktivitas, dan isyarat.

3. Peristiwa / kejadian

Saat dimana kejadian itu berlangsung. Wisuda, ultah, khitanan, pasca bencana, upacara
pernikahan.

4. Setting. Fisik, waktu, tempat.


Kapan terjadinya. Waktu: pagi, siang, sore, malam, saat dihalte. Tempatnya, dikelas, mall atau di

lapangan.

5. Interaksi Individu

Berhubungan dan berkomunikasi secara langsung dengan subyek yang ingin diamati.

Menurut Azwar (2001), materi observasi tidak dapat bisa di lepaskan dari scope dan tujuan dari

pada penelitian yang hendak dilakukan, perlu sekali observer memusatkan perhatiannya pada

apa yang sudah dikerangkakan (observation guide) dan tidak terlalu insindental pada

observasinya, dibawah ini adalah contoh kerangka faktor-faktor yang dapat diobservasi

(observation guide) secara partisipant beserta ciri-ciri tertentu dari faktor-faktor itu:

Para pelakunya

 Berapa atau bagaimana jumlahnya, besar-kecil


 Tingkat keaktifan pelaku, aktif-menonton
 Peranan, pemimpin-anggota dll
 Sifat hubungan, erat-longgar

Konsekuensi interaksi

a. Keinsyafan: kosekuensi disadari-tidak disadari, dilaksanakan tidak dilaksanakan,

b. Tujuan: sama-beda, jangka panjang-jangka pendek, dapat dicapa dalam situasi_ tidak dapat
dicapai.

2.3 Waktu dan Pencatatan


 Jika situasi normal

Apabila situasi berjalan normal, maka dilakukan pencatatan sesegera mungkin/pencatatan

“on the spot”, sehingga data yang ingin diperoleh tidak hilang atau lupa. (menurut Sutrisno

Hadi).

 Jika situasi tidak normal.

a. Situasi obstrusif, subyek mengetahui bahwa sedang diamati sehingga perilaku yang
dimunculkan dibuat-buat atau tidak alami.

b. Gejala observee terlalu cepat. Saat kejadian berlangsung, jeda waktunya sangat cepat.

c. Ada gangguan dari luar. Gangguan ini bisa dari alam, seperti hujan atau panas. Atau bisa

juga orang ketiga yang menganggu.

Apabila terjadi situasi yang tidak normal kita bisa melakukan pencatatan dengan

kode/symbol (coding system) atau pencatatan dengan kata kunci (key word)

2.4 Bentuk Pencatatan

Tugas seorang pengamat bukanlah sekedar menjadi penonton dari apa yang menjadi

sasaran perhatiannya, melainkan menjadi pengumpul sebanyak mungkin keterangan atas

dasar apa yang terlihat mengenai sasaran tadi. Jadi seorang pengamat harus mencatat segala

sesuatu yang dianggap penting agar dapat membuat laporan mengenai hasil pengamatannya.

Ingatan manusia sangat terbatas waktunya sehingga pengamat perlu selekas mungkin

membuat catatan yang terperinci mengenai apa yang dilihatnya.

Menurut Hadari (2007) dari uruaian tentang alat pengumpul data dalam observasi

dapat disimpulkan bahwa pencatatan pada dasarnya dilakukan dalam salah satu dari dua

bentuk sebagai berikut :

a. Pencatatan berbentuk kronologis yaitu pencatatan yang dilakukan menurut urutan kejadian

b. Pencatatan berbentuk sistematis yaitu pencatatan yang dilakukan dengan memasukkan tiap-

tiap gejala yang diamati kedalam kategori tertentu, tanpa memperhatikan urutan kejadiannya.

Kronologis

Bentuk pencatatan yang menekankan pada urutan kejadian/waktu kejadian.

Beberapa pertimbangan untuk menempatkan waktu amatan dan waktu jeda

a. Kemampuan observer mengingat dan meralat data hasil amatan.

b. Dinamika, fleksifitas, kompleksitas perilaku atau kejadian yang muncul.

c. Waktu jeda < jarak amatan


Contoh : Perilaku prososial siswa XII(3) SMA

Waktu Deskripsi
07.00 – 07.50 Pada saat awal pelajaran ada seorang anak terlihat
lupa membawa buku dan pensil, teman
sebangkunya meminjami kepada anak itu.
08.00 – 08.500 Guru akan menulis materi berikutnya tetapi papan
tulis penuh dengan tulisan kemudian seorang anak
perempuan menolong menghapuskan.
09.00 – 09.50 Ketika jam istirahat. Seorang anak sedang duduk
termenung seorang diri, ternyata uangnya hilang
kemudian temannya membelikan minum untuknya.
11.00 – 11.00 Buku pelajaran yang ada diatas meja seorang anak
laki-laki terjatuh, lalu ketika ada anak perempuan
yang melintas diambilkannya buku tersebut.

 Waktu observasi
- 07.00 – 11.00
- 4 X amatan
- waktu pengamatan : 50 menit
- Jeda waktu : 10 menit

 Kelebihan dari bentuk pencatatan kronologis adalah :

1. Konteks waktu bisa dipertahankan

2. Bisa mendapatkan data yang lengkap (deskripsi lengkap)

 Kelemahannya

1. Data deskripsi (kualitatif) ditransfer ke data kuantitatif

2. reliabilitas dan validitas kurang karena datanya sukar diterjemahkan secara kuantitatif.
 Sistematis

Kita memasukkan kejadian kedalam kategori atau klasifikasi perilaku yang sejenis. Atau ciri

utama kita memasukkan data amatan kedalam klasifikasi atau kategorisasi prilaku yang

dibuat sebelum observasi.

Contoh : Perilaku prososial siswa XII(3) SMA


No Kategori / Klasifikasi prilaku Ayu Abi Ab As
u a
1. Menolong teman dalam memahami
   -
pelajaran.
2. Menolong teman dengan memberikan
 -  
bantuan sarana/fasilitas belajar.
3. Menolong guru sehingga tugas belajar
 - - -
menjadi lancar.
4. Menolong teman yang sedang kesulitan.  -  

 Kelebihan dari bentuk yang sistematis adalah :


1. Sudah menjadi data yang kuantitatif
2. lebih praktis, karena tinggal memberi data (misal : )

 Kelemahan dari bentuk tersebut :


1. Tidak bisa melihat urutan kejadian secara utuh.
2. Data yang diperoleh tidak selengkap data kronologis

2.5 Pencatatan Lapangan Hasil Observasi

Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap

penting. Penulisan catatan lapangan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda- beda. Yang penting

untuk diingat adalah catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap, dengan keterangan tanggal dan

waktu yang lengkap.

Untuk mampu menulis catatan lapangan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu melatih

kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinue dan menuliskannya langsung saat

melakukan observasi dilapangan. Bila pencatatan tidak mungkin dilakukan langsung di lapangan, hal

tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah peneliti meninggalkan lapangan. Peneliti harus

menyadari ia tidak dapat mengandalkan ingatannya saja dan bila ia tidak segera mencatat apa yang ia

amati, sangat mungkin akan kehilangan nuansa yang diamati.

Catatan lapangan harus deskriptif, diberi tanggal dan waktu dan dicatat dengan menyertakan

informasi-informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa yang hadir di sana, bagaimana
setting fisik lingkungan, interaksi sosial dan aktivitas apa yang berlangsung dan sebagainya.

Penting untuk diingat bahwa peneliti yang baik akan melaporkan hasil observasinya secara

deskriptif, tidak interpretatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan/interpretasi, melahirkan data

konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati. Deskripsi harus memadai dalam detil dan ditulis

sedemikian rupa untuk memungkinkan pembaca memvisualisasikan setting yang diamati. Deskripsi

interpretatif dengan menggunakan penyimpulan-penyimpulan dari peneliti harus dihindari.

Interpretasi dengan memberikan label/penjelasan sifat-sifat tidak dianjurkan. Yang perlu dilakukan

adalah menjabarkan situasi yang diamati tanpa segera mengambil kesimpulan tentang hal tersebut.

Dengan uraian deskriptif sekaligus informatif.

demikian, pengamat meminimalkan bisanya, sehingga dengan sendirinya juga dapat

mengembangkan analisis yang lebih akurat saat menginterpretasikan seluruh data yang ada.

Bila relevan dan memungkinkan, catatan lapangan perlu juga diisi kutipan-kutipan langsung

apa yang dikatakan obyek yang diamati selama proses observasi. Hal itu akan membantu peneliti

dalam mengungkap perspektif orang yang diamati mengenai realitas yang alami.

2.6 Jenis-jenis Observasi

Macam-macam Observasi menurut Sugiyono (2004)

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi

participan observation (observasi berperan serta) dan non participan observation. Selanjutnya dari

segi instrumentasi yang digunakan maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan

tidak terstruktur.

a. Observasi berperan serta (Participan observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati

atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut

melakukan apa yang dikedakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan

observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai
mengetahui pada tingkat makna, dari setiap perilaku yang nampak.

Contoh: Dalam suatu perusahaan peneliti dapat berperan sebagai karyawan. Ia dapat

mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat keduanya,

bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan lainnya, hubungan antara karyawan

dengan supervisor dan pimpinan, keluhan dalam pekerjaan dan lain sebagainya.

b. Observasi Non Partisipan

Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas-aktivitas orang-

orang yang sedang diamati, maka dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan

hanya sebagai pengamat independen.

Contoh: dalam suatu pusat belanja, peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku pembeli

terhadap barang-barang. Barang-barang apa saja yang paling diminati pembeli saat itu.

Peneliti mencatat menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku

pembeli, dan barang-barang apa saja yang paling diminati pembeli. Pengumpulan data

dengan observasi non partisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak

sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang

terucapkan dan yang tertulis.

c. Observasi terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa

yang akan diamati, dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti

telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan

pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan

reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat juga digunakan

sebagai pedoman untuk melakukan observasi.

Contoh: Peneliti akan melakukan pengukuran terhadap kinja karyawan bidang pemasaran

melalui pengamatan, maka peneliti dapat menilai setiap perilaku dengan menggunakan
instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan tersebut.

d. Observasi tidak terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang

apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang

apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan

instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Dalam suatu

pameran produk industri dalam berbagai negara., peneliti belum tahu pasti apa yang akan

diamati. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang

tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.

Dalam melakukan observasi ada beberapa hal yang mempengaruhi kecermatan dalam

observasi, yaitu:

1. Prasangka-prasangka dan keinginan-keinginan dari observer.

2. Keterbatasan panca indera, kemampuan pengamatan dan ingatan manusia.

3. Keterbatasan wilayah pandang.

4. Ketangkasan menggunakan alat-alat pencatatan.

5. Ketelitian pencatatan hasil-hasil observasi.

6. Ketepatan alat dalam observasi.

7. Pengertian observer tentang gejala yang diobservasi.


8. Kemampuan menangkap hubungan sebab akibat tergantung pada keadaan mental, indera
pada suatu waktu.

Oleh karena itu untuk dapat menjadi seorang observer yang baik harus memiliki syarat-syarat

sebagai berikut:

1. Mengerti latar belakang tentang materi yang akan diobservasi. Untuk mengobservasi tentang

perkembangan anak maka seorang observer harus menguasai teori tentang perkembangan

yang harus dilalui oleh setiap anak.


2. Mampu memahami kode-kode/tanda-tanda tingkah laku untuk membedakan tingkah laku yang

satu dengan yang lain. Seorang obsever hendaknya mempunyai kemampuan untuk

membedakan tanda-tanda tingkah laku agar dapat membedakan tingkah laku yang satu dengan

yang lain. Juga perlu mengetahui perbedaan mengekspresikan emosi ke dalam perilaku bagi

masing-masing kelompok masyarakat. Contoh: ekspresi wajah marah, sedih dan gembira.

3. Membagi perhatian. Seorang observer harus mampu membagi perhatiannya antara

mengamati tindakan yang dilakukan oleh observee dan mencatat perilaku tersebut.

4. Dapat melihat hal-hal yang detail,Seorang observer harus mampu mengamati perilaku observee

sampai pada perilaku yang sekecil-kecilnya, karena bisa saja perilaku yang dianggap tidak penting

justru merupakan perilaku yang sangat penting.

5. Dapat mereaksi dengan cepat dan menerangkan contoh-contoh tingkah laku secara verbal/non

verbal. Seorang observer harus bisa memahami dengan cepat perilaku yang ditunjukkan oleh

observee dan bagaimana respon yang harus diberikan.

6. Menjaga hubungan antara observer dan observee. Kemampuan menjalin hubungan baik

dengan observee merupakan faktor yang sangat penting dalam observasi.

2.7 Keuntungan dan Keterbatasan Observasi

1. Dengan observasi kita mengamati tingkah laku siswa dalam tingkah laku siswa dalam kondisi
wajar, sehingga tingkah laku yang kita amati adalah tingkah laku yang muncul secara spontan.
Jadi data yang kita peroleh adalah bersifat alamiah (natural), tidak dibuat-buat.
2. Subyek yang diobservasi tidak merasa dibebani tugas tambahan. Ia tetap pada kegiatan yang
telah dilakukannya tanpa merasa terganggu. Berbeda dengan interview atau kuesioner di
mana subyek merasa di sita waktu dan tenaganya untuk memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam interview atau kuisioner tersebut.

Observasi tidak dilkaukan terhadap beberapa situasi atau beberapa siswa dalam wktu

yang sama. Apabila kita hendak mengobservasi semua sisiwa yang kita asuh maka kita akan

emerlukan waktu yang sangat panjang. Kelemahan dari observasi ialah bahwa penafsiran

terhadap hasil-hasil observasi sering bersiifat subyektif. Sikap dari pengobservasi, jarak
waktu yang panjang antara situasi-situasi tingka laku yang diobservasi, serta obyektivitas dari

pencatatan-pencatatan sangat mempengaruhi validitas dari observasi. Sehubunungan dengan

kelemaan-kelemaan tersebut, ada beberapa ala yang perlu diperatikan ole petugas observasi.

Untuk mengatasi subyektivitas terhadap hasil-asil observasi, hendaknya intrpretasi jangan

dilkaukan hanya terhadap satu kali observasi saja, sebaiknya interpretasi baru dilakukan

setela dilakukan setela dua atau tiga kali observasi.

2.8 Aspek-Aspek Tingkahlaku yang Cocok di Evaluasi dengan Metode Observasi

Aspek tingka laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi adalah tempramen,

karakter, penyesuaian, sikap dan minat. Intelegensi, bakat dan asil belajar dapat pula dievaluasi

dengan metode observasi, tetapi pelaksanaannya sangat sulit dan kurang efektif. Dalam mengevaluasi

penyesuaian sosial dapat dilakukan observasi tentang al-al sebagai berikut : dalam situasi manakah

siswa-siswa itu bermain sendiri bersama dengan teman- temannya? Dalam bermain bersama apaka ia

sebagai pemimpin atau pengikut? Apaka ia bertengkar dengan siswa-siswa lain? Dan sebagainya.

Untuk mengevaluasi penyesuaian personal dapat dilakukan observasi terhadap hal-hal sebagai berikut

: apakah siswa ini biasanya gugup? Apakah ia pemarah? Dan sebagainya.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan :

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan

secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Materi observasi ada 5 objek, yaitu :

Perilaku Verbal, Perilaku non-verbal, Peristiwa / kejadian, Setting(Fisik, waktu, tempat),dan

Interaksi Individu.Kategorikan observasi dalam kombinasi ada3 dimesi, yaitu: Dimensi

kesadaran subyek (Covert Vs Overt), Dimensi derajat interaksi dengan subyek (Partisipan Vs

Non Partisipant), dan Dimensi situasi observasi (alam/natural Vs buatan/contrived). Aspek

tingka laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi adalah tempramen, karakter,

penyesuaian, sikap dan minat. Intelegensi, bakat dan asil belajar dapat pula dievaluasi dengan

metode observasi, tetapi pelaksanaannya sangat sulit dan kurang efektif.

3.2 Saran :

Semoga materi ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan mengetahui ilmu

perilaku dengan observasi, terutama observasi overt dan covert.


DAFTAR PUSTAKA

 Hidayati,farida & karyono.2002.psikologi klinis.Semarang : P.S Psikologi fakultas

kedokteran undip.
 Markam suprati sumarto ,2003.pengantar fisilogi klinis.Jakarta : penerbit universitas

Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai