Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI OBSERVASI NARATIF DAN EVENT SAMPLING

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikodiagnostika I: Observasi dan Wawancara
Dosen Pengampu:
Annastasia Ediati, S.Psi., M.Sc., Ph.D., Psikolog
Hasan Fahrur Rozi, S.Psi., M.Psi, Psikolog

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Fannia Latifa N. (15000122130162)
2. Maharani (15000122140273)
3. Mutia Nastiti (15000122140265)
4. Naila Ula Faiza (15000122140269)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan
penulisan makalah yang berjudul “Strategi Observasi Naratif dan Event Sampling” ini adalah
untuk memenuhi penugasan mata kuliah Psikodiagnostik I: Observasi dan Wawancara.
Kami selaku penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Annastasia Ediati, S.Psi., M.Sc., Ph.D., Psikolog dan Bapak Hasan Fahrur Rozi, S.Psi., M.Psi,
Psikolog selaku dosen pengampu mata kuliah Psikodiagnostik I: Observasi dan Wawancara serta
seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan makalah.
Kami menyadari bahwa makalah penugasan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran sangat diharapkan guna meningkatkan mutu penulisan makalah di masa yang
akan datang.

Semarang, 25 Agustus 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………….………………………………………… 1
DAFTAR ISI………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 3
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 3
C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….… 5
A. Strategi Observasi Jenis Naratif……………………………………….. 5
1. Pengertian Narrative Type…………………………………………... 5
2. Jenis Pencatatan Narrative Types…………………………………… 5
3. Kelebihan Narrative Style……………………………….………….. 7
4. Kelemahan Narrative Style……….………………….……………… 7
B. Event Sampling………………………………………………………… 7
a. Kuantifikasi Data dalam Event Sampling…………………..…… 8
b. Data Kualitatif Event Sampling…………………………………. 8
c. Bagaimana Mendesain Event Sampling………………………… 9
d. Kelebihan Event Sampling…………………………………….. 10
e. Keterbatasan Event Sampling……………………………...…… 10
BAB III PENUTUP……………………………………………………...…. 12
A. Kesimpulan ………………………………………………………...… 12
B. Saran…………………………….......…………………………...…… 12
DAFTAR PUSTAKA...……………….………………………………..…… 13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Observasi adalah metode penelitian yang digunakan dalam psikologi untuk
mengumpulkan data dengan mengamati orang, perilaku, dan kejadian. Salah satu teknik
pencatatan observasi yang digunakan adalah teknik narrative type. Teknik ini digunakan
untuk mencatat tingkah laku individu secara rinci dalam konteks tertentu. Yang bertujuan
untuk memahami dengan detail berbagai aspek perilaku individu sehari-hari, termasuk
perilaku yang tidak biasa atau biasa. Dalam proses pencatatan, observer harus memastikan
bahwa deskripsi perilaku bersifat objektif dan tidak mengandung penyimpulan,
interpretasi, atau penilaian secara subjektif. Lalu dalam makalah ini juga kami akan
membahas tentang event sampling. Dalam event sampling, kita mengamati perilaku yang
telah ditetapkan, seperti perilaku agresif, dan hanya mencatat tindakan yang mencerminkan
perilaku agresif. Oleh karena itu, dalam materi yang akan kami jelaskan ini bermaksud
menjelaskan secara lebih mendalam mengenai pengertian, jenis -jenis pencatatan,
kelebihan dan kelemahan narrative type, dan pengertian dari event sampling, yang berguna
untuk memahamkan tidak hanya bagi yang membaca makalah ini, melainkan juga terhadap
yang menulis makalah ini untuk memahami materi secara keseluruhan dan dapat
diterapkan dalam observasi dan wawancara.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan narrative type
b. Apa saja jenis pencatatan narrative type
c. Apa saja kelebihan dari narrative type
d. Apa saja kelemahan dari narrative type
e. Apa yang dimaksud dengan kuantifikasi data dalam event sampling
f. Apa yang dimaksud dengan data kualitatif event sampling
g. Bagaimana cara mendesain event sampling
h. Apa saja kelebihan dari event sampling
i. Apa saja keterbatasan dari event sampling

3
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan narrative type
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pencatatan narrative type
3. Untuk mengetahui kelebihan dari narrative type
4. Untuk mengetahui kelemahan dari narrative type
5. Untuk memahami kuantifikasi data dalam event sampling
6. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan data kualitatif event sampling
7. Untuk mengetahui bagaimana cara mendesain event sampling
8. Untuk mengetahui kelebihan dari event sampling
9. Untuk mengetahui keterbatasan dari event sampling

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi Observasi Jenis Naratif
1. Pengertian Narrative Type
Narrative type dalam observasi merupakan teknik pencatatan observasi
untuk mencatat deskripsi atau gambaran tingkah laku seorang individu secara apa
adanya dalam suatu konteks tertentu. Pencatatan jenis naratif digambarkan dalam
bentuk narasi/cerita. Tingkah laku dalam pencatatan digambarkan secara detail dan
terperinci di mana sebelumnya sudah ditentukan terlebih dahulu kriteria yang akan
digunakan. Hal ini digunakan untuk memperoleh gambaran secara detail dari
beberapa aspek perilaku individu sehari-hari, baik perilaku yang tidak biasa atau
yang biasa terjadi. Dalam uraian naratif haruslah memuat tingkah laku target
observasi, konteks yang mencakup setting dan situasi tingkah laku terjadi, serta
rangkaian bagaimana tingkah laku terjadi. Dengan demikian, observer memperoleh
gambaran yang komprehensif perilaku yang menjadi target observasi.
Saat melakukan pencatatan dengan menggunakan teknik narrative,
observer harus memperoleh gambaran perilaku secara detail dan objektif tanpa ada
penyimpulan, interpretasi, atau penilaian. Oleh karena itu, observer tidak boleh
banyak menggambarkan perilaku yang merupakan penilaian secara subjektif
terhadap apa yang dilihatnya (observer tidak menggambarkan secara apa adanya
apa yang dilihat).

2. Jenis Pencatatan Narrative Type


a. Diary Description
Diary description merupakan teknik pencatatan yang digunakan
untuk mencatat perkembangan aspek-aspek psikologis seorang individu
anak secara kronologis sehingga dapat diketahui di usia berapa anak
memunculkan keterampilan atau kemampuan baru dalam suatu aspek
psikologis (misal: aspek motorik, aspek emosi, aspek sosial). Tujuan dari
diary description ini adalah untuk memetakan tahap demi tahap kemajuan
kemampuan anak dalam suatu periode tertentu. Observer mencatat secara

5
langsung pada saat kejadian atau sesegera mungkin setelah kejadian setiap
hari sehingga membutuhkan interaksi yang tetap dan berlangsung lama.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya hubungan yang dekat antara observer dan
anak.
Diary description bersifat open method karena mencakup detail
perilaku anak, perubahan perilaku, dan konteksnya dalam data mentah.
Oleh karena itu, diary description memberikan gambaran mengenai prose
perubahan/perkembangan seiring waktu secara jelas dan detail. Akan tetapi,
dalam diary description terdapat bias seleksi sehingga keterwakilan sifat-
sifat fakta akan hilang. Dalam diary description juga terdapat bias observasi
berupa reliabilitas pencatatan dan objektivitas interpretasi. Kelemahan lain
yang dimiliki diary description adalah keterbatasan kasus untuk
generalisasi. Selain itu, waktu dan sumber daya yang dibutuhkan terlalu
banyak sehingga tidak efisien.

b. Specimen Description
Specimen description merupakan pengamatan yang detail dan
lengkap, intensif dan kontinu dengan pencatatan naratif sekuensial terhadap
episode tunggal dari perilaku dan keadaan lingkungannya. Observer akan
memasukkan semua hal yang dianggap penting pada saat menggunakan
specimen description ini.

c. Anecdotal Record
Anecdotal record merupakan cara pencatatan observasi yang berisi
gambaran secara naratif kejadian atau peristiwa yang terjadi secara
beberapa detik atau beberapa menit. Kejadian ini bisa berupa kejadian yang
biasanya terjadi atau yang tidak biasanya terjadi. Dalam proses pencatatan
anecdotal record, perlu ditekankan bahwa gambaran/deskripsi dari perilaku
harus faktual. Hal ini berarti, fakta kejadiannya dicatat bukan penilaian atau
interpretasi observer terhadap kejadian/perilaku tersebut.

6
Anecdotal record digunakan untuk mencatat perilaku yang tidak
dapat diantisipasi sebelumnya atau perilaku yang terjadi secara spontan.
Sifat spontan ini membuat anecdotal record dikatakan sangat tidak
terstruktur (not highly structured) atau open method (gambaran secara
naratif yang berisi detail perilaku).
Teknik pencatatan anecdotal record melaporkan apapun yang
terjadi dan penting bagi observer kapan saja perilaku terjadi pada orang
yang berbeda dan waktu yang berbeda. Tidak diperlukan spesifikasi waktu
tertentu, tetapi dapat dilakukan kapanpun ketika perilaku yang
penting/menarik muncul, tidak bergantung pada setting atau lingkungan
tertentu dan dapat dilakukan di mana pun. Tidak mensyaratkan kode khusus
atau kategori dan dapat ditulis secara sederhana pada buku catatan.

3. Kelebihan Narrative Style


a. Dapat lebih mampu pandangan seseorang yang sedang diobservasi.
b. Dapat diaplikasikan dalam berbagai ilmu pengetahuan.
c. Dapat dibentuk menjadi berbagai hasil penelitian.

4. Kelemahan Narrative Style


a. Observer harus lebih mampu dalam memahami seseorang yang sedang
diobservasi.
b. Ada kemungkinan bahwa observer tidak melaporkan pengalaman individu
secara detail.
c. Memiliki jangkauan responden yang terbatas, karena jika terlalu banyak
responden maka hasilnya tidak akan fokus dan detail.

B. Event Sampling
Event sampling mengacu kepada tiap-tiap perilaku khusus yang menjadi target
behavior ataupun menuliskan event apa saja yang terjadi selama proses observasi
berlangsung, dalam artian bahwa strategi event sampling ini menjadikan event atau
kejadian menjadi titik sentralnya. Event merupakan semua kejadian yang terjadi pada

7
sebuah tempat di dunia (Bentzen, 2000). Jadi pada konteks event sampling, event atau
tingkah laku apa saja yang akan diamati atau diobservasi akan dicari terlebih dahulu.
Dalam pencatatannya, kita dapat memilih antara 3, yaitu menggunakan sistem kode,
menggunakan narrative description ataupun ingin menggunakan gabungan dari 2 cara
pencatatan sebelumnya yaitu kode dan narrative description. Bantzen mengatakan bahwa
event sampling dikatakan sebagai observasi yang tertutup atau terbuka. Dapat dikatakan
tertutup jika dicatat melalui system kode, dan dikatakan terbuka jika dicatat dengan
menggunakan metode narrative description yang menyajikan data lengkap. Event
sampling mempunyai derajat selektivitas yang amat tinggi, karena sebelumnya kita sudah
memutuskan tingkah laku apa yang akan kita amati saat proses observasi (Bantzen, 2000).

Event sampling menyajikan tahapan tingkah laku yang diamati atau diobservasi,
hal ini mengakibatkan teknik event sampling ini bisa untuk mengukur tingkah laku yang
berbeda-beda yang dengan gampang untuk diidentifikasi kapan mulai dan berakhirnya.
Event sampling kurang cocok digunakan untuk mengobservasi tingkah laku yang intensitas
terjadinya sering atau disebut sebagai high-rate behaviors serta bervariasi durasinya.

a. Kuantifikasi Data dalam Event Sampling


Hitungan frekuensi merupakan data primer yang didapatkan dari observasi
event sampling. Hitungan frekuensi ini yaitu jumlah tingkah laku yang terjadi
selama proses observasi tertentu. Ada juga data lain yang dapat diukur selain
frekuensi, yaitu mengukur rate of behaviour, durations of behavior, intency of
behavior, serta latency of behaviour (Sattler, 2006).
Tampilan rata-rata didapatkan dengan cara menghitung jumlah tingkah laku
lalu dibagi dengan waktu kejadian observasi berlangsung. Tampilan rata-rata ini
sangat berguna guna melihat adanya perubahan-perubahan tingkah laku, terlebih
lagi jika kita melakukan beberapa kali observasi di waktu yang berbeda. Lamanya
perilaku berlangsung bisa diketahui dengan melihat berapa lama waktu
berlangsungnya tingkah laku. Untuk mengukur berapa lama tingkah laku
berlangsung kita dapat menghitungnya dengan 2 cara, yaitu dengan melihat
persentase lama waktu dan dengan melihat rata-rata lama waktu tingkah laku ini
terjadi. Intensitas tingkah laku bisa ditemukan dengan membagi tingkah ke derajat-

8
derajat frekuensi. Latency of behaviour bisa didapatkan dengan menuliskan jarak
waktu ataupun jumlah waktu yang muncul sejak diserahkan perintah sampai
terjadinya suatu tingkah laku.

b. Data Kualitatif Event Sampling


Menurut Kusdiyati & Fahmi (2015), apabila tujuan kita adalah ingin
mengetahui target behavior, lengkap dengan kapan tingkah laku itu muncul,
bagaimana rangkaian kejadian di lingkungan sehingga target behavior dapat
muncul, dan bagaimana reaksi lingkungan terhadap munculnya target behavior,
hal-hal apa saja yang terjadi di lingkungan sehingga target behavior bertahan tetap
muncul, maka kita sebaiknya mencatat event secara apa adanya dengan
menggunakan metode narrative description. Namun, dalam melakukan hal ini
harus disesuaikan terlebih dahulu dengan tujuan dilakukannya observasi.

c. Bagaimana Mendesain Event Sampling


Sattler (2006) menyatakan bahwa saat merencanakan observasi dengan
metode sampel peristiwa, kita perlu memutuskan beberapa hal penting seperti
berikut:
1) Seberapa sering individu akan diobservasi?
2) Berapa total durasi waktu observasi?
3) Berapa kali observasi akan dilakukan?
4) Target behavior apa yang akan diamati?
5) Metode pencatatan data apa yang akan digunakan?
Ada beberapa hal yang akan memengaruhi jumlah observasi yang akan kita
lakukan pada seorang individu, yaitu usia, setting, serta alasan dilaksanakannya tes,
total waktu observasi, serta kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan observasi.
Target behavior atau perilaku khusus apa yang akan diketahui, diambil dengan
berdasarkan pada hasil interview sebelumnya, pertanyaan-pertanyaan penunjuk,
atau hasil dari asesmen individu sebelumnya. Respon perilaku bisa dicatat dengan
banyak cara, bisa dengan checklist, hitung tanga, menghitung manual, ataupun alat
mekanik yang lainnya. Selain itu, bisa juga dengan menggunakan paper dan pencil

9
recording. Selain hal diatas, ada hal terpenting yang harus diperhatikan terlebih
dahulu, apakah tujuan dari penggunaan metode event sampling ini.

d. Kelebihan Event Sampling


Kazdin (1981) dan Nay (1979) dalam Sattler (2002, 2006) berpendapat
bahwa, event sampling sangat berguna untuk mengukur low-rate behavior (tingkah
laku yang munculnya tidak sering). Selain itu, event sampling juga memfasilitasi
penelitian tentang berbagai tingkah laku atau event yang berbeda. Penggunaan
waktu dan personel akan lebih efisien ketika kita menggunakan event sampling.
Event sampling juga mengakomodasi beragam teknik pencatatan yang berbeda dan
menyediakan informasi tentang perubahan tingkah laku dalam waktu tertentu dan
perubahan jumlah tingkah laku yang ditampilkan.
Menurut Bentzen (2000), event sampling memberikan banyak informasi,
terutama ketika teknik pencatatan yang digunakan adalah narrative description.
Event sampling dinilai sangat praktis dan penggunaan event sampling dianggap
sebagai sebuah metode yang sesuai untuk mengamati tingkah laku yang tidak sering
terjadi.
Wright (1960 dalam Bentzen, 2000) mengemukakan pendapatnya bahwa
event sampling memberikan struktur lapangan observasi ke dalam unit tingkah laku
yang natural dan ke dalam situasi yang akan diamati. Unit yang natural
mengarahkan kita untuk meneliti hubungan antara tingkah laku dan konteksnya.

e. Keterbatasan Event Sampling


Sattler (2006) berpendapat bahwa event sampling menyediakan gambaran
yang kurang mendalam tentang rangkaian tingkah laku dengan memisahkan
kejadian masa kini dari kondisi masa lalu yang mungkin bisa memunculkan
kejadian pada masa kini. Event sampling juga kurang mengungkap
rangkaian/urutan atau pola-pola temporal tingkah laku, kecuali ketika waktu
munculnya tingkah laku dicatat. Event sampling dapat memutus kesinambungan
tingkah laku dengan dipakainya kategori-kategori yang terbatas dan event sampling
tidak cocok untuk mencatat tingkah laku yang tidak diskrit. Reliabilitas event

10
sampling akan sulit dicapai ketika observer yang digunakan lebih dari satu. Event
sampling mempersyaratkan observer untuk memelihara level atensinya untuk tetap
optimal selama periode observasi yang panjang, karena sedikitnya
tanda/isyarat/cue digunakan dan respons yang muncul mungkin tidak ajeg. Selain
itu, ketika waktu periode observasi tidak konstan, maka kita akan kesulitan untuk
membandingkan data event sampling.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi observasi narrative type merupakan teknik pencatatan observasi untuk
mencatat deskripsi atau gambaran tingkah laku seorang individu secara apa adanya dalam
suatu konteks tertentu. Saat melakukan pencatatan dengan menggunakan teknik narrative,
observer harus memperoleh gambaran perilaku secara detail dan objektif tanpa ada
penyimpulan, interpretasi, atau penilaian. Pencatatan narrative types ini memiliki beberapa
jenis yaitu, diary description, specimens description, dan anecdotal record. Event sampling
mengacu kepada tiap-tiap perilaku khusus yang menjadi target behavior ataupun
menuliskan event apa saja yang terjadi selama proses observasi berlangsung, dalam artian
bahwa strategi event sampling ini menjadikan event atau kejadian menjadi titik sentralnya.
Event sampling menyajikan tahapan tingkah laku yang diamati atau diobservasi, hal ini
mengakibatkan teknik event sampling ini bisa untuk mengukur tingkah laku yang berbeda-
beda. Hitungan frekuensi merupakan data primer yang didapatkan dari observasi event
sampling.

B. Saran
Sebagai penulis kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam
makalah ini, dengan itu kami memohon saran dari pembaca agar makalah ini dapat menjadi
lebih baik lagi serta bisa memberikan informasi dan pengetahuan bagi seluruh pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA
Kusdiyati S., Fahmi I. (2015). Observasi Psikologi. PT Remaja Rosdakarya.

13

Anda mungkin juga menyukai