Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Asesmen Tes dan Non Tes Bimbingan
dan Konseling”
Dosen Pengampu : Noffiyanti, S.Sos., M.A
Disusun Oleh
KELOMPOK 7
KELAS B
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengamatan" dengan tepat
waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asesmen Tes dan Non
Tes BK. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia
prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
KELOMPOK 7
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan.................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................21
B. Saran.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hampir seluruh layanan BK tidak akan berjalan dengan baik tanpa
didahului pemahaman diri dan lingkungan siswa. Pengumpulan data
dikatakan merupakan kegiatan yang utama dan pertama dalam layanan BK.
Asesmen merupakan langkah yang biasa dilakukan guru BK dalam
pengumpulan data, dimana salah satu bentuknya adalah dengan menggunakan
Observasi. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap
gejala objek yang diteliti. Pengumpulan data bermakna sebagai hal yang
utama dan tak dapat ditinggalkan karena dengan memiliki data/ informasi
siswa yang komprehensif sangatlah penting bagi terciptanya tujuan layanan
yang optimal. Pengumpulan data merupakan kegiatan terawal sebelum
layanan BK diberikan.
Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran.
Asesmen terbagi menjadi dua, teknik test dan teknik non-test, yang
didalamnya diperlukan instrumen atau alat pengumpul data. Observasi ini
merupakan salah satu teknik non-test yang ada pada assesmen tersebut. Non-
test adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa
menguji peserta didik dengan tes tetapi diantara dengan melakukan
pengamatan secara sistematis. Teknik ini umumnya untuk menilai kepribadian
anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan
lain-lain.
Dengan menggunakan observasi dalam pengumpulan data
memungkinkan kita untuk mendapatkan gambaran deskripsi objek secara
berututan sesuai kronologi peristiwa. Observasi juga dinilai mampu
5
menjelaskan proses peristiwa yang berlangsung dan dapat menguji kualitas,
memperkirakan mengapa sesuatu terjadi dalam seting nyatanya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar pengamatan?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan pengamatan?
3. Apa saja fungsi dan peran konselor dalam metode pengamatan?
4. Apa saja Jenis-jenis pengamatan?
5. Apa alat pencatat pengamatan?
6. Bagaimana langkah penyusunan pedoman pengamatan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar pengamatan.
2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan metode pengamatan.
3. Untuk mengetahui fungsi dan peran konselor.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pengamatan.
5. Untuk mengetahui alat pencatat pengamatan.
6. Untuk mengetahui langkah penyusunan pedoman pengamatan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara Hlm
124
2
Ade, Sanjaya. (2011) . Model – Model Pembelajaran. Hlm, 1
7
yang berisi subyek dan gejala-gejala yang harus diamati berikut penilaiannya
dinamakan alat bantu observasi. Pada jaman ini beberapa alat bantu lain sering
dipergunakan misalnya, kamera, tape recorder dan alat-alat perekam
elektronik lainnya. Cara metode observasi dalam meningkatkan keterampilan
proses sains pada penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2012:33) yaitu
dengan mengamati seluruh proses tindakan yang akan dinilai dari indikator-
indikator keterampilan proses sains yang telah ditentukan.3
Jadi kesimpulannya, Observasi merupakan metode pengumpulan data
yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan
pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti.
3
Pratama, I. 2012. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa Tentang Konsep Energi, Hlm. 33
8
g. Data observasi mencakup berbagai aspek kepribadian masing-
masing individu peserta didik.
4
Anna Djumhana 1983, Metode Observasi Dalam Konseling, Hlm. 207-209
9
Melalui jabat tangan observer bisa merasakan kondisi itu misalnya
dingin, berkeringat, halus kasar yang kesemuanya dapat mencerminkan
kondisi orang tersebut.
Cara duduk dan jarak antara konseli dengan konselor
Cara duduk yang rapi posisi duduk yang tepat dan tidak berubah,
sembarangan atau yang banyak bergerak dapat mencerminkan pengeendalian
diri yang baik, sikap kaku, menarik perhatian, gelisah dan sebagainya. Cara
dududk dengan tubuh agak condong kemuka biyasanya menandakan
perhataian, keakraban, dan kesedian berkomunikasi.
Cara berbicara dan nada suara
Kesan tulus ogah ogahjuga bisa di perhatikan dari nada suaranya.
Nada suara dapat mencerminkan keadaan emosional saat orang berbicara.
Cara berbicara yang lambat dan pelan bisa jadi mengambarkan perasaan yang
ramah.
Bentuk perawakan dan penampilan pada umumnya.
Bentuk perawakan bisa mngambarkan mengenai perwatakan bila di
hubungkan dengan tipologi kretschmer. Kelainan hormonal juga bisa terlihat
dari bentuk perwatakanya. Penampilan umum bisa memberikan kesan tertentu
misalnya rapi, serasi, sederhana, yang kesemuanya memberikan gambaran
tent ang corak relasi sosialnya. Dan cara berpakaian yang sembarangan dan
jorok mungkin tercermin sikap acuh tak acuh pada dirinya sendiri dan orang
lain.
Ekspresi wajah
Seseorang bisa menyembunyikan kesedihan dengan tersenyum dan
mungkin juga dengan make up. namun demikian konselor haruslah tahu
tentang kadaan yang sebenarnya dari konseli dengan melihat gejala gejala dari
keseluruhan wajah. Para ahli memandang mata sebagai bagian yang penting
dalam pengambaran keadaan yang yang dialami oleh konseli. Misal mata
10
orang yang lagi berbahagia pasti akan berbeda dengan mata orang yang
sedang marah ataupun sedih.
Reaksi reaksi emosional
Dalam situasi konseling reaksi reaksi konseli misalnya kaku, tegang,
kecendrungan menantang, humor bisa di pahami sebagai indikator bahwa
konseli sebenarnya percaya, ragu ragu, atau bahkan tidak percaya terhadap
konselor.
Bahasa bahasa non verbal
Bahasa isyarat badan, muka, mata, (kinesics), perseppsi tentang waktu
(crhonemics), nada suara (paralangguage), arti diam (silence), cara berpaikan
dan penampilan, komunikasi melalui indra penciuman (alfactics), isyarat mata
(aculesics).
D. JENIS-JENIS PENGAMATAN
Berdasarkan Peran Observer :
1. Observasi Partisipan
yaitu bila pihak yang melakukan observasi (observer) turut serta atau
berpartisipasidalam kegiatan yang sedang dilakukan oleh subyek yang
sedang diobservasi(observee). Observasi partisipan juga sering
digunakan dalam penelitian eksploratif
2. Observasi Non-Partisipan
yaitu bila observer tidak terlibat secara langsung atautidak
berpartisipasi dalam aktivitas yang sedang dilakukan oleh
observee.Observasi non-partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu
observer bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail dan
cermat terhadap segala akitivitasyang dilakukan observee. Di sisi lain,
bentuk ini juga memiliki kelemahan yaitu bila observee mengetahui
bahwa mereka sedang diobservasi, maka perilkunya biasanya dibuat-
11
buat atau tidak wajar. Akibatnya obsever tidak mendapatkan datayang
asli
3. Observasi Kuasi-Partisipan
yaitu bila observer terlibat pada sebagian kegiatanyang sedang
dilakukan oleh observe sementara pada sebagian kegiatan yang
lainobserver tidak melibatkan diri. Bentuk ini merupakan jalan tengah
untukmengatasi kelemahan kedua bentuk observasi di atas, dan
sekaligus memanfaatkankelebihan dari kedua bentuk tersebut.
Menurut penulis, persoalan utama tetapterletak pada tahu atau
tidaknya observee bahwa mereka sedang diamati, jikamereka
mengetahui bahwa mereka sedang diamati, maka sangat mungkin
perilakuyang muncul masih ada kemungkinan tidak wajar. Pengamat
tidak terlibat secara langsung dalam situasi dari individu yang sedang
diamati. Pengamat hanya menjadi penonton. Pengamat dapat
mengamati setiap tingkah laku individu.
Berdasarkan Sifatnya :
1. Pengamatan Sistematis/Terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pengamatan sistematis,
pengamatan terhadap sifat, gejala, atau perilaku individu yang diamati
telah ditentukan kategorinya.
2. Pengamatan Nonsistematis
Pengamatan tetap menggunakan kerangka rencana yang sebelumnya
tetapi fokus hal yang akan diamati tidak dibatasi dengan kategorisasi.
Pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam proses
pengamatan.
12
Berdasarkan Situasi :
1. Free Situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi.
Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas siswa di
sekolah dalam satu hari.
13
diobservasi. Daftar cek ini dapat digunakan untuk mengobservasi individu
atau kelompok individu.
- Tahap persiapan, pada tahap ini lazim dilakukan dalam rangka merancangbangun
pedoman daftar cek, mencakup Langkah-langkah berikut:
14
(e) penyusunan pernyataan/item.
(b) penentuan posisi observasi yaitu observer mengambil posisi yang tepat agar
mudah mengamati perilaku observee dan tidak menimbulkan perhatian observee,
(c) pelaksanaan pengamatan yaitu mencatat dan menandai perilaku observee yang
muncul pada format DC, dan (d) pencatatan terhadap perilaku observee
(siswa/konseli yang diobservasi).
(a) skoring,
(c) kesimpulan.
Skala penilaian pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi
ciri-ciri tingkah laku atau sifat yang harus dicatat secara bertingkat sehingga
15
observer hanya memberikan tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri
tingkah laku itu muncul. Berdasarkan pada alternatif skala yang dipakai untuk
menilai dan menggo-longkan gejala perilaku individu atau situasi, maka skala
penilaian dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan
grafis. Skala penilaian deskriptif adalah suatu alat observasi yang digunakan
untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi dalam
mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-kata.Skala penilaian
grafis adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala
atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya
dijabarkan dalam bentuk grafis (garis).
Pada dasarnya Skala Penilaian ini bermanfaat bagi kepentingan pemahaman diri
konseli melalui teknik observasi yang lebih khas diukur dari derajat penilaian.
Manfaatnya adalah
16
(a) penetapan topik,
(b) penentuan posisi observasi yaitu observer mengambil posisi yang tepat agar
mudah mengamati perilaku observee dan tidak mengganggu perhatian observee,
(c) pelaksanaan pengamatan yaitu mencatat derajat perilaku observee yang muncul
pada format SP
(a) skoring
(c)kesimpulan.
17
menghentikan observasi untuk kemudian melakukan observasi dengan cara
yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya. Catatan berkala
dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi yang
melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan
singkat dan objektif.
Di samping, kegunaan catatan anekdot bagi pemahaman diri individu, maka catatan
anekdot ini pun berguna bagi:
(iii) bagi konselor untuk memberikan layanan konseling bahkan untuk mengadakan
pertemuan kasus (konferensi kasus).
- Tahap persiapan (merancangbangun) ini tidak seperti umumnya dilakukan pada alat
rekam observasi yang lain, melainkan lebih mengarah pada persiapan pelaksanaan,
meliputi langkah-langkah:
18
(a) penetapan siapa observe
5
Esty Aryani Safithry. 2018. Asesmen Teknik Tes dan Non Tes. Purwokerto: CV IRDH
19
Menetapkan jadwal dan tempat dilakukannya observasi
Menetapkan jumlah individu yang akan diobservasi
Menetapkan petugas atau observer sesuai dengan kebutuhan
Mempersiapkan format pencatat hasil observasi
Menetapkan posisi yang aman tidak terlihat oleh individu yang diobservasi
Selama proses observasi, hendaknya fokus melakukan pengamatan terhadap
situasi dan tingkah laku yang diamati. Segera mencatat pada format alat
pencatat yang telah disiapkan, semua situasi dan tingkah laku yang terjadi, apa
adanya dengan tidak memasukkan pendapat, penilaian pribadi. Selanjutnya
untuk menjaga kerahasiaan semua hasil pengamatan perlu didokumentasikan.
Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil observasi atau
melakukan diskusi apabila observasi melibatkan beberapa petugas.
Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan semua hasil pengamatan perlu
didokumentasikan.6
6
Gantina Komalasari, dkk. 2011. Assmen Teknik Non Tes dalam Prespektif BK Komprehensif.
Jakarta: PT. Indeks.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
21
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas
22
DAFTAR PUSTAKA
Esty Aryani Safithry. 2018. Asesmen Teknik Tes dan Non Tes. Purwokerto: CV IRDH
23