Anda di halaman 1dari 23

PENGAMATAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Asesmen Tes dan Non Tes Bimbingan
dan Konseling”
Dosen Pengampu : Noffiyanti, S.Sos., M.A

Disusun Oleh
KELOMPOK 7

Anisa Riskia Nasution (1941040177)

Annisa Zatil Aqmar (1941040180)

KELAS B

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengamatan" dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Asesmen Tes dan Non
Tes BK. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang manusia
prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi kami.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Noffiyanti selaku dosen Mata


Kuliah Asesmen Tes dan Non Tes BK. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 20 Oktober 2021

KELOMPOK 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................5
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan.................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

A. Konsep Dasar Pengamatan.................................................................7


B. Kelebihan dan Kekurangan.................................................................8
C. Peran dan Fungsi Konselor.................................................................9
D. Jenis Pengamatan
- Berdasarkan Peran Observer.......................................................11
- Berdasarkan Sifatnya..................................................................12
- Berdasarkan Situasi....................................................................13
E. Alat Pencatat Pengamatan

- Daftar Cek (checklist).................................................................13


- Skala Penilaian (rating scale)......................................................15
- Catatan Anekdot (anecdotal records)..........................................17

F. Langkah Penyusunan Pedoman Pengamatan


- Penyusunan Pedoman Pengamatan.............................................19
- Pelaksanaan observasi.................................................................19

3
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................21
B. Saran.................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hampir seluruh layanan BK tidak akan berjalan dengan baik tanpa
didahului pemahaman diri dan lingkungan siswa. Pengumpulan data
dikatakan merupakan kegiatan yang utama dan pertama dalam layanan BK.
Asesmen merupakan langkah yang biasa dilakukan guru BK dalam
pengumpulan data, dimana salah satu bentuknya adalah dengan menggunakan
Observasi. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap
gejala objek yang diteliti. Pengumpulan data bermakna sebagai hal yang
utama dan tak dapat ditinggalkan karena dengan memiliki data/ informasi
siswa yang komprehensif sangatlah penting bagi terciptanya tujuan layanan
yang optimal. Pengumpulan data merupakan kegiatan terawal sebelum
layanan BK diberikan.
Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran.
Asesmen terbagi menjadi dua, teknik test dan teknik non-test, yang
didalamnya diperlukan instrumen atau alat pengumpul data. Observasi ini
merupakan salah satu teknik non-test yang ada pada assesmen tersebut. Non-
test adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa
menguji peserta didik dengan tes tetapi diantara dengan melakukan
pengamatan secara sistematis. Teknik ini umumnya untuk menilai kepribadian
anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan
lain-lain.
Dengan menggunakan observasi dalam pengumpulan data
memungkinkan kita untuk mendapatkan gambaran deskripsi objek secara
berututan sesuai kronologi peristiwa. Observasi juga dinilai mampu

5
menjelaskan proses peristiwa yang berlangsung dan dapat menguji kualitas,
memperkirakan mengapa sesuatu terjadi dalam seting nyatanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar pengamatan?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan pengamatan?
3. Apa saja fungsi dan peran konselor dalam metode pengamatan?
4. Apa saja Jenis-jenis pengamatan?
5. Apa alat pencatat pengamatan?
6. Bagaimana langkah penyusunan pedoman pengamatan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar pengamatan.
2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan metode pengamatan.
3. Untuk mengetahui fungsi dan peran konselor.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pengamatan.
5. Untuk mengetahui alat pencatat pengamatan.
6. Untuk mengetahui langkah penyusunan pedoman pengamatan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENGAMATAN


Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data
atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha
pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. Sedangkan
menurut Kamus Ilmiah Populer dalam Suardeyasasri, 2010:9) kata observasi
berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan secara berulang-
ulang. Metode observasi seperti yang dikatakan Hadi dan Nurkancana (dalam
Suardeyasasri, 2010:9) adalah suatu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis baik secara langsung maupun secara tidak langsung pada tempat
yang diamati.1 Menurut Notoatmojo (dalam Sandjaja, 2011:1) bahwa
observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk
menyadari adanya rangsangan dalam menemukan fakta.2 Rangsangan tadi
setelah mengenai indra menimbulkan kesadaran untuk melakukan
pengamatan. Pengamatan tersebut tidak hanya sekedar melihat saja melainkan
juga perlu keaktifan untuk meresapi, mencermati, memaknai dan akhirnya
mencatat. Tindakan terakhir ini penting dilaksanakan, karena daya ingat
manusia sangat terbatas untuk menyimpan semua informasi tentang apa yang
akan diobservasi dan hasil pengamatannya. Catatan yang berisi hal-hal yang
harus diobservasi.
Dinamakan panduan observasi. Sedangkan catatan yang merekam
hasil observasi dapat berupa gambar dan catatan panjang sebagai potret saat
observasi dilakukan, dengan memberikan tanda yang merupakan suatu daftar

1
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina Aksara Hlm
124
2
Ade, Sanjaya. (2011) . Model – Model Pembelajaran. Hlm, 1

7
yang berisi subyek dan gejala-gejala yang harus diamati berikut penilaiannya
dinamakan alat bantu observasi. Pada jaman ini beberapa alat bantu lain sering
dipergunakan misalnya, kamera, tape recorder dan alat-alat perekam
elektronik lainnya. Cara metode observasi dalam meningkatkan keterampilan
proses sains pada penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2012:33) yaitu
dengan mengamati seluruh proses tindakan yang akan dinilai dari indikator-
indikator keterampilan proses sains yang telah ditentukan.3
Jadi kesimpulannya, Observasi merupakan metode pengumpulan data
yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan
pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENGAMATAN


Beberapa kelebihan dari teknik observasi sebagai instrument bimbingan
konseling antara lain:
a. Teknik langsung dapat digunakan untuk memperoleh data bebagai
aspek tingkah laku siswa,
b. Lebih meringankan siswa dibanding apa bila mereka mengisi
angket dan menjawab pertanyaan wawancara,
c. Memungkinkan dilalukan pencacatan yang serempak dengan
terjadinya peristiwa yang penting,
d. Dapat dilakukan sebagai crooss check terhadap data hasil angket
dan wawancara,
e. Observer tidak memerlukan bahasa verbal untuk memperoleh data,
f. Data observasi didapatkan langsung dari lapangan, data yang
demikian bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek
kepribadian peserta didik menurut kenyataannya,

3
Pratama, I. 2012. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa Tentang Konsep Energi, Hlm. 33

8
g. Data observasi mencakup berbagai aspek kepribadian masing-
masing individu peserta didik.

Sedangkan beberapa kelemahan dari teknik observasi sebagai instrument bimbingan


konseling antara lain:

a. Jika guru kurang cakap dalam melakukan observasi, maka


observasinya menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya.
b. Kepribadian dari observer atau evaluator seringkali mempengaruhi
penilaian yang dilakukan dengan cara observasi.
c. Data yang diperoleh dari observasi umumnya baru mengungkap “kullit
luar”nya saja.

C. FUNGSI DAN PERAN KONSELOR


 Fungsi observasi dalam konseling Observasi dalam konseling mempunyai
funsi diantaranya adalah:
a. Sebagai alat kontrol (triangulasi) terhadap kebenaran informasi yang
disampaikan konseli .
b. Bisa dijadikan validitasi terhadap informasi yang disampaikan konseli.
 Hal hal yang diobservasi konselor
Meskipun prilaku konseli perlu diamati tapi menurut Anna Djumhana
(1983 : 207-209) mendasarkan pendapat para ahli menunjukan beberapa aspek
saja yang perlu di observasi diantaraya:4
 Cara konseli masuk ruang dan menemui konselor
Ciri ciri tingkah laku konseli dapat memberi kesan bagi observer
bahwa konseli pribadi yang tegas, berani, malu malu, menarik perhatian,
penurut dan tak bersemangat.
 Cara konseli berjabat tangan dengan konselor

4
Anna Djumhana 1983, Metode Observasi Dalam Konseling, Hlm. 207-209

9
Melalui jabat tangan observer bisa merasakan kondisi itu misalnya
dingin, berkeringat, halus kasar yang kesemuanya dapat mencerminkan
kondisi orang tersebut.
 Cara duduk dan jarak antara konseli dengan konselor
Cara duduk yang rapi posisi duduk yang tepat dan tidak berubah,
sembarangan atau yang banyak bergerak dapat mencerminkan pengeendalian
diri yang baik, sikap kaku, menarik perhatian, gelisah dan sebagainya. Cara
dududk dengan tubuh agak condong kemuka biyasanya menandakan
perhataian, keakraban, dan kesedian berkomunikasi.
 Cara berbicara dan nada suara
Kesan tulus ogah ogahjuga bisa di perhatikan dari nada suaranya.
Nada suara dapat mencerminkan keadaan emosional saat orang berbicara.
Cara berbicara yang lambat dan pelan bisa jadi mengambarkan perasaan yang
ramah.
 Bentuk perawakan dan penampilan pada umumnya.
Bentuk perawakan bisa mngambarkan mengenai perwatakan bila di
hubungkan dengan tipologi kretschmer. Kelainan hormonal juga bisa terlihat
dari bentuk perwatakanya. Penampilan umum bisa memberikan kesan tertentu
misalnya rapi, serasi, sederhana, yang kesemuanya memberikan gambaran
tent ang corak relasi sosialnya. Dan cara berpakaian yang sembarangan dan
jorok mungkin tercermin sikap acuh tak acuh pada dirinya sendiri dan orang
lain.
 Ekspresi wajah
Seseorang bisa menyembunyikan kesedihan dengan tersenyum dan
mungkin juga dengan make up. namun demikian konselor haruslah tahu
tentang kadaan yang sebenarnya dari konseli dengan melihat gejala gejala dari
keseluruhan wajah. Para ahli memandang mata sebagai bagian yang penting
dalam pengambaran keadaan yang yang dialami oleh konseli. Misal mata

10
orang yang lagi berbahagia pasti akan berbeda dengan mata orang yang
sedang marah ataupun sedih.
 Reaksi reaksi emosional
Dalam situasi konseling reaksi reaksi konseli misalnya kaku, tegang,
kecendrungan menantang, humor bisa di pahami sebagai indikator bahwa
konseli sebenarnya percaya, ragu ragu, atau bahkan tidak percaya terhadap
konselor.
 Bahasa bahasa non verbal
Bahasa isyarat badan, muka, mata, (kinesics), perseppsi tentang waktu
(crhonemics), nada suara (paralangguage), arti diam (silence), cara berpaikan
dan penampilan, komunikasi melalui indra penciuman (alfactics), isyarat mata
(aculesics).

D. JENIS-JENIS PENGAMATAN
 Berdasarkan Peran Observer :
1. Observasi Partisipan
yaitu bila pihak yang melakukan observasi (observer) turut serta atau
berpartisipasidalam kegiatan yang sedang dilakukan oleh subyek yang
sedang diobservasi(observee). Observasi partisipan juga sering
digunakan dalam penelitian eksploratif
2. Observasi Non-Partisipan
yaitu bila observer tidak terlibat secara langsung atautidak
berpartisipasi dalam aktivitas yang sedang dilakukan oleh
observee.Observasi non-partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu
observer bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail dan
cermat terhadap segala akitivitasyang dilakukan observee. Di sisi lain,
bentuk ini juga memiliki kelemahan yaitu bila observee mengetahui
bahwa mereka sedang diobservasi, maka perilkunya biasanya dibuat-

11
buat atau tidak wajar. Akibatnya obsever tidak mendapatkan datayang
asli
3. Observasi Kuasi-Partisipan
yaitu bila observer terlibat pada sebagian kegiatanyang sedang
dilakukan oleh observe sementara pada sebagian kegiatan yang
lainobserver tidak melibatkan diri. Bentuk ini merupakan jalan tengah
untukmengatasi kelemahan kedua bentuk observasi di atas, dan
sekaligus memanfaatkankelebihan dari kedua bentuk tersebut.
Menurut penulis, persoalan utama tetapterletak pada tahu atau
tidaknya observee bahwa mereka sedang diamati, jikamereka
mengetahui bahwa mereka sedang diamati, maka sangat mungkin
perilakuyang muncul masih ada kemungkinan tidak wajar. Pengamat
tidak terlibat secara langsung dalam situasi dari individu yang sedang
diamati. Pengamat hanya menjadi penonton. Pengamat dapat
mengamati setiap tingkah laku individu.

 Berdasarkan Sifatnya :
1. Pengamatan Sistematis/Terstruktur
Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan kerangka rencana
yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pengamatan sistematis,
pengamatan terhadap sifat, gejala, atau perilaku individu yang diamati
telah ditentukan kategorinya.

2. Pengamatan Nonsistematis
Pengamatan tetap menggunakan kerangka rencana yang sebelumnya
tetapi fokus hal yang akan diamati tidak dibatasi dengan kategorisasi.
Pengamat bisa mencatat hal-hal yang dianggap penting dalam proses
pengamatan.

12
 Berdasarkan Situasi :
1. Free Situation
Pengamatan yang dilakukan pada situasi bebas, tidak dibatasi.
Misalnya melakukan pengamatan terhadap berbagai aktivitas siswa di
sekolah dalam satu hari.

2. Manipulated situation/ experimental situation


Pengamatan yang dilakukan dengan mengendalikan situasi. Pengamat
memberikan beberapa faktor atau variabel kondisi agar memunculkan
perilaku yang diharapkan.

3. Partially Controlled Situation Observation


Gabungan dari kedua pengamatan diatas. Sebagian situasi sengaja
dikondisikan sehingga sifatnya terkontrol dan sebagian lagi tetap
dalam situasi bebas.

E. ALAT PENCATAT PENGAMATAN


Ada beberapa alat bantu yang dapat dimanfaatkan oleh observer dalam
menggunakan metode observasi, yaitu :

 Daftar Cek (checklist)

Daftar cek adalah suatu daftar pernyataan yang memuat aspek-aspek


yang mungkin terdapat dalam suatu situasi, tingkah laku, atau kegiatan
individu yang sedang diamati. Semua aspek yang akan diobservasi dijabarkan
dalam suatu daftar sehingga pada waktu observasi, observer (pengamat)
tinggal membubuhkan tanda cek terhadap ada atau tidak adanya aspek-aspek
yang menjadi pusat perhatian bagi diri individu atau kejadian yang

13
diobservasi. Daftar cek ini dapat digunakan untuk mengobservasi individu
atau kelompok individu.

Gejala-gejala perilaku atau tingkah laku seseorang yang dapat


diobservasi dengan teknik ini antara lain: kebiasaan belajar, aktivitas belajar
dan bekerja, kepemimpinan dan kerjasama, pergaulan, dan topik lain yang
relevan dengan kegiatan akademik dan nonakademik dalam kehidupan
sekolah.

a. Manfaat Daftar Cek

Berbagai manfaat Daftar Cek untuk kepentingan pemahaman diri


konseli diantaranya adalah

(a) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku secara sistematis,

(b) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam waktu singkat,


(c) mencatat kemunculan perilaku di dalam dan/atau di luar sekolah,

(d) mencatat kemunculan perilaku individu dan kelompok sekaligus.

b. Pengadministrasian Pedoman Daftar Cek

Pengadministrasian pedoman Daftar Cek dilakukan melalui tiga tahap,


yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis hasil.

- Tahap persiapan, pada tahap ini lazim dilakukan dalam rangka merancangbangun
pedoman daftar cek, mencakup Langkah-langkah berikut:

(a) penetapan topik,

(b) penentuan variabel,

(c) penentuan indikator,

(d) penentuan prediktor,

14
(e) penyusunan pernyataan/item.

- Tahap pelaksananaan/implementasi pedoman daftar cek dalam asesmen layanan


bimbingan dan konseling meliputi langkah-langkah berikut:

(a) penyiapan pedoman/format DC,

(b) penentuan posisi observasi yaitu observer mengambil posisi yang tepat agar
mudah mengamati perilaku observee dan tidak menimbulkan perhatian observee,

(c) pelaksanaan pengamatan yaitu mencatat dan menandai perilaku observee yang
muncul pada format DC, dan (d) pencatatan terhadap perilaku observee
(siswa/konseli yang diobservasi).

- Tahap analisis data mencakup langkah-langkah berikut:

(a) skoring,

(b) analisis dan interpretasi,

(c) kesimpulan.

 Skala Penilaian (rating scale)

Skala penilaian sangat erat hubungannya dengan daftar cek.Jika daftar


cek untuk memberikan cek ada atau tidaknya gejala atau sifat yang
diobservasi, maka pada skala penilaian didapatkan adanya tingkatan-
tingkatan. Dengan kata lain, skala penilaian merupakan alat pengumpul data
yang dipergunakan dalam observasi untuk menjelaskan, menggolongkan, dan
menilai individu atau situasi. Dalam skala penilaian, aspek yang diobservasi
dijabarkan dalam bentuk skala.

Skala penilaian pada umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi
ciri-ciri tingkah laku atau sifat yang harus dicatat secara bertingkat sehingga

15
observer hanya memberikan tanda cek pada tingkat mana gejala atau ciri-ciri
tingkah laku itu muncul. Berdasarkan pada alternatif skala yang dipakai untuk
menilai dan menggo-longkan gejala perilaku individu atau situasi, maka skala
penilaian dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: kuantitatif, deskriptif, dan
grafis. Skala penilaian deskriptif adalah suatu alat observasi yang digunakan
untuk mengamati gejala atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi dalam
mana alternatif skalanya dijabarkan dalam bentuk kata-kata.Skala penilaian
grafis adalah suatu alat observasi yang digunakan untuk mengamati gejala
atau ciri-ciri tingkah laku individu atau situasi di mana alternatif skalanya
dijabarkan dalam bentuk grafis (garis).

a. Manfaat Skala Penilaian

Pada dasarnya Skala Penilaian ini bermanfaat bagi kepentingan pemahaman diri
konseli melalui teknik observasi yang lebih khas diukur dari derajat penilaian.
Manfaatnya adalah

(a) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku secara sistematis,

(b) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam waktu singkat,

(c) mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku dalam derajat penilaian,

(d) mencatat kemunculan perilaku di dalam dan/atau di luar sekolah, serta

(e) mencatat kemunculan perilaku individu dan kelompok sekaligus.

b. Pengadministrasian Skala Penilaian

Pengadministrasian observasi dengan pedoman Skala Penilaian dilakukan


melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis hasil.

- Tahap persiapan (merancangbangun) mencakup langkah-langkah berikut:

16
(a) penetapan topik,

(b) penentuan variabel,

(c) penentuan indikator,

(d) penentuan prediktor,

(e) penyusunan pernyataan/item.

- Tahap pelaksananaan meliputi langkah-langkah berikut:

(a) penyiapan pedoman/format SP

(b) penentuan posisi observasi yaitu observer mengambil posisi yang tepat agar
mudah mengamati perilaku observee dan tidak mengganggu perhatian observee,

(c) pelaksanaan pengamatan yaitu mencatat derajat perilaku observee yang muncul
pada format SP

(d) pencatatan terhadap perilaku observe (siswa/konseli yang diobservasi).

- Tahap analisis hasil mencakup langkah-langkahberikut:

(a) skoring

(b) analisis dan interpretasi

(c)kesimpulan.

 Catatan Anekdot (anecdotal records)

Catatan anekdot biasa juga dikenal dengan catatan berkala.Dalam


catatan berkala, observer tidak mencatat kejadian-kejadian yang luar biasa,
melainkan mencatat kejadian pada waktu-waktu yang tertentu.Apa yang
dilakukan oleh observer adalah mengadakan observasi atas cara anak
bertindak dalam jangka waktu yang tertentu dan kemudian observer
memberikan kesan umum yang ditangkapnya. Setelah itu, observer

17
menghentikan observasi untuk kemudian melakukan observasi dengan cara
yang sama pada waktu lain seperti waktu-waktu sebelumnya. Catatan berkala
dilakukan terhadap peristiwa yang dianggap penting dalam suatu situasi yang
melukiskan perilaku dan kepribadian seseorang dalam bentuk pernyataan
singkat dan objektif.

a. Manfaat Catatan Anekdot

Berbagai manfaat Catatan Anekdot adalah:

(a) dapat memperoleh diskripsi perilaku individu yang lebih tepat

(b) dapat memperoleh gambaran sebab-akibat perilaku tipik individu

(c) dapat mengembangkan cara-cara penyesuaian diri dengan masalahmasalah dan


kebutuhan individu secara mendalam.

Di samping, kegunaan catatan anekdot bagi pemahaman diri individu, maka catatan
anekdot ini pun berguna bagi:

(i) guru baru dalam rangka penyesuaian diri dengan siswa

(ii) guru yang berminat untuk memahami problema-problema siswa

(iii) bagi konselor untuk memberikan layanan konseling bahkan untuk mengadakan
pertemuan kasus (konferensi kasus).

b.Pengadministrasian Catatan Anekdot

Pengadministrasian Catatan Anekdot terhadap peristiwa/perilaku tipik


dilakukan dalam 3 tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis hasil.

- Tahap persiapan (merancangbangun) ini tidak seperti umumnya dilakukan pada alat
rekam observasi yang lain, melainkan lebih mengarah pada persiapan pelaksanaan,
meliputi langkah-langkah:

18
(a) penetapan siapa observe

(b) bentuk catatan anekdot yang digunakan

(c) berapa banyak observer yang terlibat selama proses pengamatan.

- Tahap pelaksanaan mencakup langkah-langkah:

(a) menyiapkan format CA

(b) menentukan posisi observasi

(c) mencatat perilaku observer.

- Tahap analisis hasil yaitu memberi komentar dan interpretasi.5

 Alat - Alat Mekanik / Elektrik


seperti : tape recorder, handphone, handycam, camera CCTV)

F. LANGKAH PENYUSUNAN PEDOMAN PENGAMATAN

1. Penyusunan Pedoman Pengamatan


Sebelum melakukan observasi, konselor perlu merancang pedoman observasi
terlebih dahulu. Tahapannya adalah sebagai berikut:
 Menetapkan tujuan observasi
 Menetapkan bentuk format pencatat hasil observasi sesuai dengan tujuan.
 Membuat format pencatat hasil observasi, apakah akan digunakan catatan
anekdot, daftar cek, dan skala penilaian.
2. Pelaksanaan observasi
Sebelum pelaksanaan dimulai, observer perlu memperhatikan beberapa hal:
 Menetapkan individu yang akan diobservasi

5
Esty Aryani Safithry. 2018. Asesmen Teknik Tes dan Non Tes. Purwokerto: CV IRDH

19
 Menetapkan jadwal dan tempat dilakukannya observasi
 Menetapkan jumlah individu yang akan diobservasi
 Menetapkan petugas atau observer sesuai dengan kebutuhan
 Mempersiapkan format pencatat hasil observasi
 Menetapkan posisi yang aman tidak terlihat oleh individu yang diobservasi
 Selama proses observasi, hendaknya fokus melakukan pengamatan terhadap
situasi dan tingkah laku yang diamati. Segera mencatat pada format alat
pencatat yang telah disiapkan, semua situasi dan tingkah laku yang terjadi, apa
adanya dengan tidak memasukkan pendapat, penilaian pribadi. Selanjutnya
untuk menjaga kerahasiaan semua hasil pengamatan perlu didokumentasikan.
 Menutup pengamatan dengan membuat kesimpulan hasil observasi atau
melakukan diskusi apabila observasi melibatkan beberapa petugas.
Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan semua hasil pengamatan perlu
didokumentasikan.6

6
Gantina Komalasari, dkk. 2011. Assmen Teknik Non Tes dalam Prespektif BK Komprehensif.
Jakarta: PT. Indeks.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang


dilakukan secara sistematis dan sengaja, melalui pengamatan dan pencatatan terhadap
gejala-gejala yang diselidiki. Tujuan observasi atau pengamatan adalah mendapatkan
data dari obyek pengamatan yang sesuai dengan tujuan dilakukannya observasi.

Observasi hendaknya dilakukan secara intens atau sering dengan terlebih


dahulu menetapkan kriteria spesifik terhadap tujuan observasi. Misalnya ingin
mengobservasi sikap seorang mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan. Maka perlu
ditetapkan secara spesifik apa yang dimaksud dengan sikap tersebut, apakah
mahasiswa tersebut mengikuti perkuliahan dengan sikap positif atau sikap negatif,
dan harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang spesifik. Seperti sikap positif
yang ditunjukkan mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan ditandai dengan turut serta
memberikan sumbangan pemikiran, mengajukan pertanyaan kepada dosen, dan sikap
negatif yang ditunjukkan seperti: diam menundukkan kepala sambil memainkan pena,
mengobrol dengan teman sebelah, melamun, dan lain lain. Dan data yang diperoleh
melalui hasil observasi hendaknya diintegrasikan bersama dengan data yang
diperoleh melalui instrumen lain agar dapat dianalisa secara komprehensif.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis

21
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas

22
DAFTAR PUSTAKA

Ade, Sanjaya. (2011). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Djumhana, Anna. 1983. Metode Observasi Dalam Konseling, (Kumpulan naskah


dalam : Materi dasar Pendidikan Program Bimbingan dan Konseling
diPerguruan Tinggi). Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikti

Esty Aryani Safithry. 2018. Asesmen Teknik Tes dan Non Tes. Purwokerto: CV IRDH

Gantina Komalasari, dkk. 2011. Assmen Teknik Non Tes dalam Prespektif  BK


Komprehensif. Jakarta: PT. Indeks.

Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina


Aksara Hlm 124

Pratama, I. 2012. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk


Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Energi, Hlm. 33

23

Anda mungkin juga menyukai