Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KONTRASTIF SIMBOL METAFORA DAN BUDAYA DALAM

TAKHAYUL MASYARAKAT JEPANG DAN INDONESIA

Febi Ariani Saragih


Universitas Brawijaya
febiwahyusantoso@gmail.com

Diella Fortuna Riyadi


Universitas Brawijaya
natsunoshoujo@gmail.com

Abstrak

Takhayul merupakan pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak


isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib. Masyarakat Jepang dan Indonesia
hingga saat ini masih ada yang percaya terhadap takhayul. Salah satunya takhayul
yang menggunakan kata hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol
hewan yang sama-sama digunakan pada takhayul masyarakat Jepang dan Indonesia,
serta mengetahui alasan persamaan dan perbedaan simbol metafora dan budaya
dalam takhayul tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori metafora
milik Lakoff dan Johnson tentang hubungan antara metafora dan budaya serta teori
budaya milik Jandt tentang penyebab adanya perbedaan budaya. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan sumber data takhayul yang ada
dalam buku Shireba Osoroshii Nihonjin no Fuushuu, artikel lain dari internet yang
di dalamnya terdapat takhayul dari Indonesia. Dari hasil penelitian ini ditemukan
tujuh simbol hewan yang ada di Jepang dan Indonesia yaitu kucing, burung gagak,
anjing, ular, sapi, katak, dan ayam. Persamaan antara takhayul Jepang dan
Indonesia adalah karena nilai-nilai yang paling mendasar dalam budaya akan
koheren dengan struktur metafora dari konsep yang paling mendasar dalam budaya
itu sendiri. Sedangkan perbedaan dikarenakan budaya yang dibedakan melalui cara
berpikir kelompok tersebut secara keseluruhan, praktik, pola perilaku, persepsi,
nilai dan asumsi dalam hidup mereka yang mengarahkan perilaku tersebut.
Kata kunci: analisis kontrastif; simbol budaya; simbol metafora; takhayul

A. Pendahuluan masyarakat pasti memiliki folklor.


1. Latar Belakang Menurut pakar folklor Indonesia,
Kebudayaan memiliki peranan Danandjaja (2002:16), folklor adalah
penting dalam membentuk pola pikir sebagian kebudayaan suatu kolektif,
dan mengajarkan bagaimana cara yang tersebar dan diwariskan turun-
seseorang hidup di tengah masyarakat. temurun, di antara kolektif macam
Oleh karena itu, setiap kebudayaan apa saja, secara tradisional, dalam
yang dimiliki oleh suatu kelompok versi yang berbeda, baik dalam

114
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

bentuk lisan maupun contoh yang manusia sering menggunakan segala


disertai dengan gerak isyarat atau alat sesuatu yang dapat ditemukan di alam
pembantu pengingat (mnemonic maupun di sekitar mereka sebagai
device). Folklor memiliki beberapa asal dari suatu simbol dan kemudian
macam bentuk yang meliputi mitos, memberi makna simbol tersebut.
legenda, dongeng, kepercayaan, dan Salah satu contoh jenis hewan
takhayul. yang sering digunakan sebagai simbol
Takhayul adalah salah satu jenis di dalam takhayul adalah kucing.
folklor yang terdapat di dalam Masyarakat di beberapa negara di
masyarakat. Takhayul merupakan dunia memiliki kepercayaan terhadap
pernyataan yang bersifat lisan kucing terutama kucing hitam sebagai
ditambah dengan gerak isyarat yang salah satu hewan yang dipercaya
dianggap mempunyai makna gaib dapat membawa keberuntungan atau
(Danandjaja, 2002:16). Walaupun hal yang buruk. Pada zaman dahulu,
kebenaran takhayul sering di Eropa ada sebuah anggapan bahwa
diperdebatkan karena dianggap tidak penyihir menggunakan kucing hitam
sesuai dengan fakta-fakta ilmiah, sebagai hewan pembantu para
namun sebagian besar masyarakat penyihir atau yang disebut sebagai
masih mempercayai takhayul. familiar dan juga anggapan bahwa
Dalam takhayul sering penyihir menggunakan ilmu sihirnya
menggunakan simbol. Simbol untuk menyamar sebagai kucing
merupakan tanda berdasarkan hitam. Oleh karena itu, di beberapa
konvensi, peraturan, atau perjanjian daerah di Eropa kucing hitam
yang disepakati bersama (Tinarbuko, kemudian dikaitkan dengan sihir dan
2012:16). Simbol baru dapat pertanda buruk. Simbol metafora
dipahami jika seseorang sudah adalah hasil pengembangan dari
mengerti arti yang telah disepakati makna konotatif. Dalam hal ini,
sebelumnya. Simbol dapat digunakan anggapan bahwa kucing hitam di
sebagai lambang yang memiliki suatu Eropa sebagai pertanda buruk
makna khusus. Untuk membuat merupakan contoh pengembangan
simbol dapat diterima secara luas, makna kucing hitam menjadi hewan

115
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

pembawa sial. Hal ini mengandung hitam memiliki simbol metafora


makna konotatif sehingga kucing pembawa sial atau pertanda buruk.
hitam adalah pembawa sial Berbeda dengan masyarakat
merupakan simbol metafora. Indonesia yang terpengaruh dengan
Sedangkan, simbol budaya takhayul masyarakat Eropa yang
merupakan simbol yang membawa menganggap kucing hitam sebagai
unsur budaya di dalamnya. Misalnya, simbol dan pertanda datangnya hal
dalam contoh simbol kucing hitam di yang buruk, Jepang memiliki
atas adalah pendapat masyarakat pandangan sebaliknya terhadap
Eropa yang menganggap kucing kucing hitam. Kucing hitam di Jepang
hitam adalah pembantu penyihir dianggap sebagai simbol pembawa
ataupun penyihir yang sedang keberuntungan atau pertanda baik.
menyamar sebagai hewan. Simbol Contohnya adalah pada zaman Edo
tersebut membawa unsur kebudayaan ada sebuah takhayul yang
di dalamnya karena tidak semua berkembang di masyarakat Jepang
masyarakat di dunia sependapat tentang kucing hitam yaitu apabila
dengan hal ini. Simbol ini hanya seseorang memelihara kucing hitam
berlaku untuk masyarakat Eropa saja. di rumahnya, maka orang tersebut
Takhayul tentang kucing hitam akan sembuh dari penyakit
dari Eropa ini kemudian juga tuberkulosis. Dari takhayul ini, dapat
berkembang di Indonesia sehingga di disimpulkan bahwa kucing hitam
Indonesia, kucing hitam juga disebut memiliki simbol metafora pembawa
sebagai simbol akan terjadinya hal keberuntungan atau pertanda baik.
yang buruk. Contohnya adalah Kucing hitam dalam takhayul di
takhayul jika saat seseorang berjalan Jepang ternyata memiliki simbol
dan melihat kucing hitam melintas di budaya yang berbeda dari Indonesia.
depannya, maka usaha yang akan Penelitian ini menggunakan
dilakukan orang tersebut hari itu analisis kontrastif untuk
menjadi sia-sia. Dari takhayul ini, membandingkan simbol hewan dari
dapat disimpulkan bahwa kucing takhayul kedua negara tersebut.
Menurut Lado (1979:2), analisis

116
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

kontrastif bukan saja untuk b. Mendeskripsikan persamaan dan


membandingkan unsur-unsur perbedaan simbol metafora dan
kebahasaan dan sistem kebahasaan budaya pada takhayul
dalam bahasa pertama (B1) dengan masyarakat Jepang dan Indonesia
bahasa kedua (B2). Akan tetapi, yang menggunakan simbol
analisis ini sekaligus untuk hewan yang sama.
membandingkan dan
mendeskripsikan latar belakang 4. Manfaat Penelitian
budaya dari kedua bahasa tersebut, a. Bagi Pembaca:
sehingga hasilnya dapat digunakan menambah pengetahuan tentang
pengajaran bahasa kedua atau bahasa budaya Jepang dan Indonesia yang
asing. berkaitan dengan takhayul.
b. Bagi Peneliti:
2. Rumusan Masalah sebagai tambahan materi
a. Hewan apa sajakah yang pembelajaran yaitu membandingkan
digunakan sebagai simbol dalam dan mendeskripsikan latar belakang
takhayul masyarakat Jepang dan budaya dari kedua bahasa tersebut,
Indonesia? sehingga hasilnya dapat digunakan
b. Bagaimanakah persamaan dan pengajaran bahasa kedua atau bahasa
perbedaan antara simbol asing.
metafora dan budaya pada
takhayul masyarakat Jepang dan B. Landasan Teori
Indonesia yang menggunakan 1. Penelitian Terdahulu
simbol hewan yang sama? Sejauh pengamatan penulis,
belum ada penelitian yang mengkaji
3. Tujuan Penelitian simbol hewan dalam takhayul Jepang
a. Mendeskripsikan hewan-hewan dan Indonesia. Penelitian yang
yang digunakan sebagai simbol dijadikan acuan tambahan untuk
dalam takhayul masyarakat mengetahui hubungan antara
Jepang dan Indonesia. penelitian terdahulu dan penelitian
yang akan dilakukan adalah

117
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

penelitian yang dilakukan oleh memungkinkan kita untuk


Fitriani (2016), yang berjudul menentukan apakah objek nyata atau
Simbolisasi Hewan dalam Dongeng imajiner tertentu, yang disebut kucing
Le Petit Poucet, Peau d'Ane, dan merupakan “hewan berkaki empat
Cendrillon karya Charles Perrault. yang dipelihara manusia”. Kata
Dari penelitian ini disimpulkan kucing dapat dikembangkan hingga
bahwa ada dua simbolisasi yang meliputi serangkaian rujukan lainnya
terkandung dalam hewan yang ada seperti “pembawa keberuntungan”
dalam dongeng-dongeng ini yaitu ataupun “pembawa sial” seperti yang
simbol metafora dan simbol budaya. ada dalam takhayul sesuai dengan
Dari lima belas hewan yang ada di analogi berdasarkan hubungan yang
dalam dongeng, tidak semua hewan sudah biasa atau menjadi tradisi
termasuk dalam kedua simbol dalam kebudayaan Jepang dan
tersebut namun, ada enam hewan Indonesia. Proses pengembangan ini
yang hanya menjadi pelengkap cerita. disebut konotasi. Dari hasil
Berbeda dengan penelitian pengembangan makna secara
sebelumnya, pada penelitian kali ini, konotasi ini maka dapat ditentukan
lebih menitikberatkan pada apakah hewan tersebut menjadi
perbandingan simbol metafora dan sebuah simbol metafora atau budaya.
budaya dalam takhayul masyarakat Metafora dalam bahasa Jepang
Jepang dan Indonesia yang disebut dengan in’yu (隠喩). メタフ
menggunakan simbol hewan. ァー(隠喩)とは,未知であった
り抽象的であったりする事物など,
2. Metafora
理解が難しい領域を目標領域
Hewan kucing yang muncul
(target domain) とし,具体的な物
dalam takhayul masyarakat Jepang
や既知の物などすでに理解してい
dan Indonesia menurut pikiran
manusia memiliki makna “hewan る領域を起点領域 (base/source

yang dipelihara manusia”. Definisi domain) として,類似要素を手掛


untuk makna semacam ini dikenal かりに写像(mapping) によって目
sebagai denotasi. Hal ini 標領域の理解を得ようとする認知

118
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

手段である。‘Metafora adalah cara sendiri (Lakoff dan Johnson,


untuk mendapatkan pemahaman 1980:22). Hal ini dikaitkan dengan
tentang wilayah target dengan metode divergensi dalam pengalaman hidup
pemetaan (mapping) menggunakan sebagai variasi yang dibatasi budaya
elemen serupa sebagai petunjuk. lainnya. Dapat dikatakan pula bahwa
Segala hal yang bersifat abstrak, perbedaan budaya juga akan
belum diketahui, dan sulit dimengerti mempengaruhi perbedaan metafora
disebut wilayah target, sedangkan karena adanya perbedaan pengalaman,
daerah yang sudah dimengerti secara baik secara geografis maupun
garis besar disebut dengan wilayah keadaan sosial.
awal (Okimoto, 2009:64). Budaya dibedakan melalui cara
Metafora pada setiap budaya berpikir kelompok tersebut secara
berbeda-beda karena konsep keseluruhan, praktik, pola perilaku,
pemikiran masyarakat pada setiap persepsi, nilai dan asumsi dalam
budaya pun berbeda-beda. Budaya hidup mereka yang mengarahkan
dalam hal ini juga termasuk berbagai perilaku tersebut serta evolusi melalui
pengalaman hidup yang senantiasa interaksi dengan budaya lainnya
mempengaruhi penciptaan metafora. (Jandt dalam Emma Nhlapo dan
Oleh karena itu, untuk mengetahui Roelien Goede, 2010:273-280). Hal
makna sebenarnya dari sebuah tersebut menyebabkan budaya setiap
metafora, seseorang harus kelompok bahkan negara mengalami
mengetahui konteks dan budaya perbedaan. Selain itu, evolusi melalui
tempat metafora tersebut muncul. interaksi dengan budaya lain juga
Apabila tidak diketahui konteks dan dapat menimbulkan persamaan
budaya, maka interpretasi terhadap antarbudaya atau kelompok.
makna sebenarnya dalam sebuah Persamaan ini disebabkan adanya
metafora dapat menjadi keliru. proses pengambilan unsur simbol
Nilai-nilai yang paling mendasar kebudayaan lain untuk digunakan
dalam budaya akan koheren dengan sebagai simbol budaya lokal.
struktur metafora dari konsep yang Cina tidak hanya menjadi
paling mendasar dalam budaya itu pembawa pengaruh besar terhadap

119
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

Jepang dalam pembentukan 1) 「夜に口笛を吹いて


kebudayaannya. Jepang juga はならない」
“Yoru ni kuchibue wo
mendapatkan pengaruh dari negara fuite wa naranai.”
barat dengan proses westernisasi yang ‘ “Tidak boleh bersiul di
malam hari.” ’
terjadi pada zaman Meiji. Hal ini juga
berlaku pada Indonesia yang secara Walaupun dalam takhayul ini

historis memiliki hubungan secara tidak dijelaskan secara eksplisit,

langsung dengan kebudayaan Eropa namun dalam beberapa versi takhayul

akibat penjajahan Portugis, Spanyol, ini dijelaskan bahwa alasan seseorang

Belanda, dan Inggris. Westernisasi tidak boleh bersiul di malam hari

diartikan sebagai satu peniruan gaya karena dapat memanggil ular (蛇が出
hidup orang barat yang dilakukan る), dapat memanggil hantu (幽霊が
masyarakat secara berlebihan, 出 る ), dan memanggil pemangsa
pergaulan, kebiasaan, proses gaya manusia (人さらいが来る). Selain
hidup dan lain sebagainya
itu, ular memiliki kanji yang dapat
(Koentjaraningrat, 2000:142). Hal ini
dibaca ja seperti kanji 邪 yang berarti
menyebabkan banyak simbol-simbol
kejahatan. Jadi, simpulannya adalah
budaya milik negara-negara tersebut
bersiul di malam hari mengakibatkan
yang diadaptasi ke dalam simbol
terjadinya hal yang tidak baik,
budaya Jepang dan Indonesia. Selain
sehingga lebih baik tidak dilakukan.
itu, Indonesia juga memiliki
Dalam hal ini, pada pemikiran
hubungan historis dengan Jepang
masyarakat Jepang ular merupakan
akibat penjajahan Jepang selama
hewan yang dianggap menakutkan
masa Perang Dunia II, sehingga
dan berbahaya. Sedangkan, Indonesia
terdapat kemiripan simbol budaya
memiliki takhayul yaitu ular berbisa
yang dimiliki Jepang dan Indonesia
yang masuk ke dalam rumah malam
termasuk dalam takhayul. Salah satu
hari merupakan pertanda bahwa
contohnya adalah takhayul pada buku
pemilik rumah akan tertimpa berbagai
Shirereba Osoroshii Nihonjin no
macam halangan.
Fuushuu yang berbunyi:

120
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

Dari penjelasan di atas dapat berupa takhayul yang berkembang di


disimpulkan bahwa ular selain Jepang dan Indonesia.
merupakan hewan yang berbahaya Dalam bahasa Jepang, takhayul
karena memiliki bisa yang dapat disebut dengan meishin ( 迷 信 ).
membunuh manusia juga merupakan Definisi meishin (迷信) dalam Nihon
hewan yang dapat menyebabkan
Kokugo Daijiten (日本国語大辞典)
kesialan bagi seseorang. Dalam hal
adalah:
ini, pada pemikiran masyarakat
誤って信じること。誤信。
Indonesia ular juga merupakan hewan
“Ayamatte shinjiru koto. Goshin.”
yang dianggap memiliki kesan negatif.
(‘Kepercayaan terhadap hal yang
Dari takhayul-takhayul tersebut dapat
salah. Kepercayaan yang salah.’)
diketahui bahwa terdapat kesamaan
現在の科学的見地から見て不
simbol budaya masyarakat Jepang
合理であると考えられる言伝えや
dan Indonesia yang menganggap ular
adalah hewan yang bersifat negatif. 対象物を信じ、時代の人心に有害

Dari penjelasan di atas dapat に な る 信 仰 。 “Genzai no


disimpulkan bahwa budaya adalah kagakuteki kenchi kara mite fugouri
segala hasil pemikiran dan ide de aru to kangaerareru iitsutae ya
manusia yang diwariskan secara taishoubutsu wo shinji, jidai no
turun-temurun dalam bentuk simbol. jinshin ni yuugai ni naru shinkou.”
Dengan kata lain, simbol budaya (‘Kepercayaan terhadap hal yang
merupakan hasil pemikiran dan ide dianggap tidak rasional oleh ilmu
manusia yang berkembang di suatu pengetahuan modern, kepercayaan
wilayah dan memengaruhi pola pikir yang berbahaya bagi seseorang.’)
manusia yang hidup di wilayah Analisis kontrastif atau biasa
tersebut. Dalam penelitian ini, disebut linguistik kontrastif yang
penulis akan mencari persamaan dan dalam bahasa Jepangnya disebut
perbedaan simbol budaya berupa taishou gengogaku ( 対 照 言 語 学 ),
pandangan masyarakat Jepang dan taishou bunseki ( 対 照 分 析 ), atau
Indonesia terhadap suatu hewan
taishou kenkyuu (対 照 研 究 ), yaitu
dengan menggunakan sumber data
salah satu cabang linguistik yang

121
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

mengkaji dan mendeskripsikan buku dan artikel yang terdapat hewan


persamaan dan perbedaan struktur di dalamnya.
atau aspek-aspek yang terdapat dalam Analisis data menggunakan
dua bahasa atau lebih (Sutedi, model Miles and Huberman
2009:116). Dengan demikian, (Sugiyono, 2014:337). Analisis
penelitian ini mencari persamaan dan dilakukan pada saat pengumpulan
perbedaan dalam konteks budaya data berlangsung, dan setelah selesai
dalam masyarakat Jepang dan pengumpulan data dilakukan dengan
Indonesia prosedur berikut: 1) mengumpulkan
takhayul yang akan dianalisis, 2)
C. Metode Penelitian reduksi data yaitu takhayul yang
Metode penelitian yang terdapat di Jepang dan di Indonesia,
digunakan untuk menganalisis data 3) menganalisis persamaan dan
adalah metode penelitian kualitatif. perbedaan simbol metafora dan
Sedangkan teknik pengumpulan data simbol budaya takhayul yang
menggunakan teknik dokumentasi menggunakan simbol hewan, 4)
berupa tulisan-tulisan (Sugiyono, paparan data dengan cara
2014:329). Metode ini dilaksanakan mendeskripsikan persamaan dan
dengan langkah-langkah sebagai perbedaan dari simbol metafora dan
berikut: 1) membaca buku dan artikel- simbol budaya pada simbol hewan
artikel tentang takhayul di Jepang dan yang muncul dalam takhayul
Indonesia, 2) menandai hewan-hewan masyarakat Jepang dan Indonesia, 5)
yang muncul pada takhayul yang membuat simpulan terhadap hasil
terdapat di dalam buku dan artikel, 3) analisis.
mencatat ulang takhayul di dalam

122
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

D. Analisis Data
Tabel 1. Takhayul dalam Masyarakat Jepang-Indonesia
No. Simbol Hewan dalam Takhayul Jepang Indonesia
1. Kucing 6 data 6 data
2. Burung gagak 2 data 1 data
3. Anjing 2 data 2 data
4. Ular 2 data 3 data
5. Belut 1 data -
6. Sapi 2 data 1 data
7. Kupu-kupu - 1 data
8. Burung gereja - 1 data
9. Katak 1 data 2 data
10. Burung bangau - 1 data
11. Laba-laba 1 data -
12. Kuda 1 data -
13. Singa 1 data -
14. Ayam 1 data 2 data

Dari analisis data, ditemukan 14 “Karasu ga murete


naku to, dareka ga
binatang dalam takhayul, namun yang
nakunaru.”
dipakai baik di masyarakat Jepang ‘Apabila kawanan
burung gagak berkicau,
maupun Indonesia hanya ada 7
maka akan ada orang
binatang, yaitu: kucing, burung gagak, yang meninggal.’
anjing, ular, sapi, katak, dan ayam.
Analisis simbol metafora:
Persamaan dan perbedaan simbol
Di Indonesia, suara burung gagak
metafora dan simbol budaya adalah
dipercaya sebagai pembawa berita
sebagai berikut:
buruk yang salah satunya berkaitan
1) Burung gagak
dengan kematian. Hal serupa juga
カラス が群れて鳴く
と、誰かが亡くなる。 ditemukan di Jepang dengan adanya
takhayul yang menyatakan bahwa

123
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

kicauan burung gagak merupakan sudah mati, sehingga menyebabkan


pertanda akan ada seseorang yang munculnya pandangan negatif tentang
meninggal. Hal ini membuktikan burung gagak sebagai hewan yang
terdapat persamaan simbol metafora berhubungan dengan kematian. Dari
tentang pola pikir masyarakat kedua pernyataan di atas, dapat diketahui
negara yang menganggap burung bahwa terdapat persamaan simbol
gagak merupakan pembawa berita budaya antara takhayul Jepang dan
buruk yaitu kematian. Indonesia terkait burung gagak
Selain itu, ada kemungkinan sebagai simbol pertanda kematian.
bahwa ada seseorang yang meninggal Hal ini sesuai dengan pendapat Jandt
setelah orang-orang mendengar suara (dalam Emma Nhlapo dan Roelien
burung gagak, sehingga walaupun hal Goede, 2010:273-280) yang
tersebut hanya terjadi secara mengatakan bahwa budaya dibedakan
kebetulan, namun burung gagak melalui evolusi melalui interaksi
dianggap memiliki kekuatan yaitu dengan budaya lainnya. Interaksi
membawa berita kematian. dengan budaya lain dapat
Pengalaman ini merupakan asal-usul memunculkan persamaan
terjadinya takhayul seputar burung antarbudaya yang berbeda.
gagak sebagai pertanda terjadinya 2) Ular
Jepang:
kematian seseorang. Persamaan ini
夜口笛を吹くと、蛇
sesuai dengan pendapat Lakoff dan が出る 。
Johnson (1980:22) yang menyatakan “Yoru kuchibue wo fuku
to, hebi ga deru.”
bahwa nilai-nilai yang paling ‘Bersiul di malam hari
mendasar dalam budaya akan koheren dapat memanggil ular.’

dengan struktur metafora dari konsep Indonesia:


yang paling mendasar dalam budaya Bila ada ular
berbisa masuk ke dalam
itu sendiri. rumah pada malam hari
Analisis simbol budaya: maka akan ada halangan
yang menimpa pemilik
Burung gagak di berbagai negara rumah dalam segala hal.
di dunia dikenal sebagai hewan
Analisis simbol metafora:
pemakan bangkai hewan lain yang

124
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

Di Jepang, bersiul di malam hari itu sendiri. Hal ini dikaitkan dengan
dilarang karena berbagai alasan. Pada divergensi dalam pengalaman hidup
zaman dahulu kala dikatakan bahwa sebagai variasi yang dibatasi budaya
pencuri melakukan pencurian dengan lainnya.
cara bersiul untuk memberi kode Analisis simbol budaya:
kepada rekannya. Selain itu, huruf Takhayul tentang bersiul di
kanji ular (蛇) memiliki onyomi ja (じ malam hari memiliki beberapa versi

ゃ) yang memiliki bunyi yang sama misalnya bersiul di malam hari dapat
memanggil makhluk halus,
dengan kanji kejahatan (邪). Kanji 邪
memanggil pemakan manusia,
juga memiliki arti “meninggalkan
memanggil roh jahat, mempercepat
jalan” sehingga anak-anak yang
kematian orang tua, dan sebagainya.
bersiul di malam hari dikhawatirkan
Indonesia juga memiliki takhayul
nantinya akan tumbuh menjadi orang
pantangan bersiul di malam hari yaitu
yang tidak baik. Hal ini menyebabkan
suara siulan tersebut dapat
bersiul di malam hari dianggap
memanggil kemamang, salah satu
sebagai sesuatu yang buruk.
jenis makhluk halus. Jika tiba-tiba
Sebaliknya, Indonesia memiliki
kita mendengar suara balasan, itu
takhayul yang mengatakan bahwa
artinya ada makhluk halus yang
ular berbisa yang masuk ke dalam
terganggu, dan juga merupakan
rumah malam hari akan membuat
pertanda buruk. Persamaan simbol
pemilik rumah tertimpa halangan
budaya antara Jepang dan Indonesia
dalam berbagai hal. Dua takhayul ini
dari takhayul ini adalah tentang cara
menunjukkan simbol metafora yang
penggambaran ular sebagai hal yang
berbeda antara penggambaran ular di
negatif. Hal ini sesuai dengan
Jepang dan Indonesia. Perbedaan ini
pendapat Jandt (dalam Emma Nhlapo
sesuai dengan pendapat Lakoff dan
dan Roelien Goede, 2010:273-280)
Johnson (1980:22) yang menyatakan
yang mengatakan bahwa budaya
bahwa nilai-nilai yang paling
dibedakan melalui cara berpikir
mendasar dalam budaya akan koheren
kelompok tersebut secara keseluruhan,
dengan struktur metafora dari konsep
praktik, pola perilaku, persepsi, nilai
yang paling mendasar dalam budaya

125
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

dan asumsi dalam hidup mereka yang kumpulan sapi akan berbondong-
mengarahkan perilaku tersebut. bondong mencari tempat berteduh
3) Sapi saat mereka mengetahui akan turun
Jepang:
hujan. Dia akan menggerak-gerakkan
食べてすぐに寝ると、
牛になる。 ekornya lebih sering.
“Tabete sugu ni neru to, Hal ini menunjukkan bahwa
ushi ni naru.”
‘Jika seseorang tidur terdapat perbedaan simbol metafora
setelah makan, akan dalam takhayul yang berhubungan
berubah menjadi sapi.’
dengan sapi. Perbedaan ini sesuai
Indonesia: dengan pendapat Lakoff dan Johnson
Sapi akan
menunjukkan (1980:22) yang menyatakan bahwa
kegelisahannya, dan nilai-nilai yang paling mendasar
kumpulan sapi akan
berbondong-bondong dalam budaya akan koheren dengan
untuk mencari tempat struktur metafora dari konsep yang
berteduh saat mereka
mengetahui hujan akan paling mendasar dalam budaya itu
turun. sendiri. Hal ini dikaitkan dengan

Analisis simbol metafora: divergensi dalam pengalaman hidup

Di Jepang, orang yang tidur sebagai variasi yang dibatasi budaya

setelah makan akan berubah menjadi lainnya.

sapi. Hal ini merupakan metafora dari Analisis simbol budaya:

kebiasaan sapi yang sering terlihat Di Jepang, berbaring setelah

makan dalam posisi duduk kemudian makan dianggap sebagai perilaku

tertidur. Bagi orang Jepang, hal ini yang tidak baik. Selain itu, tidur

merupakan cerminan dari sifat malas setelah makan juga dipercaya dapat

sehingga dibuatlah takhayul tersebut membuat seseorang menjadi gemuk

untuk mengingatkan manusia agar sehingga lebih baik dihindari. Namun,

tidak bermalas-malasan seperti sapi. ada juga pandangan secara kesehatan

Sedangkan di Indonesia, sapi yang mengatakan berbaring setelah

dianggap sebagai salah satu hewan makan merupakan hal yang baik

yang dapat memprediksi hujan. Sapi namun yang tidak boleh adalah

menunjukkan kegelisahannya dan apabila seseorang tertidur saat

126
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

berbaring. Sedangkan di Indonesia, merupakan pertanda


bahwa akan terjadi hal
kumpulan sapi akan berbondong-
yang buruk.’
bondong untuk mencari tempat
Indonesia:
berteduh saat mereka mengetahui
Bila anjing
hujan akan turun. Selain itu, sapi-sapi peliharaan melolong
sepanjang malam maka
juga akan terlihat gelisah dan
akan terdengar kabar
menggerak-gerakan ekornya lebih yang kurang baik
pertanda salah satu
sering, atau berbaring di padang
anggota keluarga ada
rumput untuk menjadikan tanah lebih yang sakit atau tertimpa
musibah.
kering. Sapi berbaring untuk menjaga
tubuhnya tetap hangat saat hujan Analisis simbol metafora:
turun. Hal ini menunjukkan bahwa Di Jepang, anjing yang melolong
terdapat perbedaan simbol budaya di malam hari dipercaya sebagai
dalam takhayul yang berhubungan pertanda terjadinya hal yang buruk.
dengan sapi antara Jepang dan Sebaliknya, Indonesia memiliki
Indonesia. Hal ini sesuai dengan banyak takhayul seputar anjing yang
pendapat Jandt (dalam Emma Nhlapo melolong di malam hari, contohnya
dan Roelien Goede, 2010:273-280) adalah lolongan anjing sepanjang
yang mengatakan bahwa budaya malam merupakan pertanda bahwa
dibedakan melalui cara berpikir akan ada kabar yang kurang baik
kelompok tersebut secara keseluruhan, seperti ada anggota keluarga yang
praktik, pola perilaku, persepsi, nilai sakit atau tertimpa musibah. Hal ini
dan asumsi dalam hidup mereka yang menunjukkan bahwa di Indonesia
mengarahkan perilaku tersebut. lolongan anjing bisa diartikan sebagai
4) Anjing pertanda beberapa peristiwa buruk.
Jepang:
Kedua takhayul ini menunjukkan
夜、犬が遠吠えを始
めたら不吉なことが adanya persamaan simbol metafora
起こる。 antara Jepang dan Indonesia yang
“Yoru, inu ga tooboe wo
hajimetara fukou na berhubungan dengan anjing yang
koto ga okoru.” melolong di malam hari. Persamaan
‘Anjing yang melolong
di malam hari ini sesuai dengan pendapat Lakoff

127
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

dan Johnson (1980:22) yang menunjukkan adanya perbedaan


menyatakan bahwa nilai-nilai yang simbol budaya antara Jepang dan
paling mendasar dalam budaya akan Indonesia yang berhubungan dengan
koheren dengan struktur metafora anjing yang melolong di malam hari.
dari konsep yang paling mendasar Hal ini sesuai dengan pendapat Jandt
dalam budaya itu sendiri. (dalam Emma Nhlapo dan Roelien
Analisis simbol budaya: Goede, 2010:273-280) yang
Lolongan anjing yang menjadi mengatakan bahwa budaya dibedakan
pertanda kesialan dalam takhayul melalui cara berpikir kelompok
Jepang merupakan salah satu tersebut secara keseluruhan, praktik,
pengaruh kebudayaan negara lain pola perilaku, persepsi, nilai dan
terhadap kebudayaan Jepang. Ketika asumsi dalam hidup mereka yang
restorasi zaman restorasi Meiji, mengarahkan perilaku tersebut.
Jepang membuka diri terhadap negara 5) Kucing
Jepang:
lain. Kemungkinan budaya yang
猫を殺すと祟る。
masuk ke Jepang tidak hanya seperti “Neko wo korosu to
fashion atau makanan saja yang tataru.”
‘Apabila seseorang
terpengaruh barat, tapi budaya atau membunuh kucing,
pola pikir semacam takhayul juga maka orang tersebut
akan dikutuk.’
masuk. Di beberapa negara di dunia,
lolongan anjing di malam hari Indonesia:
Jika kucing hitam
dianggap memiliki dapat membawa dipukul hingga mati,
kesialan. Sedangkan di Indonesia, maka orang yang
memukulnya akan
lolongan anjing memiliki makna tertimpa kesialan
sendiri-sendiri sesuai waktu kapan selama tiga bulan
berturut-turut kecuali ia
anjing tersebut melolong. Contohnya, mandi kembang tujuh
anjing yang melolong tepat jam 12 rupa sebelum enam jam
kematian kucing
malam merupakan pertanda akan ada tersebut.
keluarga yang sakit dan kurang dari
Analisis simbol metafora:
jam 12 malam merupakan pertanda
Apabila seseorang membunuh
ada roh gentayangan. Hal ini
kucing di Jepang maka orang tersebut

128
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

akan dikutuk. Sebaliknya, di juga larangan membunuh hewan yang


Indonesia terdapat takhayul yang diatur dalam hukum.
mengatakan bahwa jika seseorang Sementara itu di Indonesia,
memukul kucing hitam hingga mati, kutukan orang yang memukul kucing
ia akan dikutuk sehingga ia ditimpa hingga mati dapat dihindari apabila
kesialan selama tiga bulan. seseorang tersebut mandi kembang
Persamaan simbol metafora antara tujuh rupa sebelum enam jam
Jepang dan Indonesia dari kedua kematian kucing tersebut. Hal ini
takhayul tersebut adalah terdapat menunjukkan perbedaan simbol
anggapan bahwa kucing dapat budaya antara Jepang dan Indonesia
membawa kutukan terhadap orang yang di Jepang tidak dijelaskan
yang telah membunuhnya. Persamaan apakah kutukan kucing tersebut dapat
ini sesuai dengan pendapat Lakoff dihindari atau tidak, sedangkan di
dan Johnson (1980:22) yang Indonesia terdapat cara untuk
menyatakan bahwa nilai-nilai yang menghindari kutukan. Hal ini sesuai
paling mendasar dalam budaya akan dengan pendapat Jandt (dalam Emma
koheren dengan struktur metafora Nhlapo dan Roelien Goede,
dari konsep yang paling mendasar 2010:273-280) yang mengatakan
dalam budaya itu sendiri. bahwa budaya dibedakan melalui cara
Analisis simbol budaya: berpikir kelompok tersebut secara
Di Jepang, kucing merupakan keseluruhan, praktik, pola perilaku,
hewan yang dianggap spesial persepsi, nilai dan asumsi dalam
terutama kucing hitam yang hidup mereka yang mengarahkan
dipercaya dapat membawa perilaku tersebut.
keberuntungan. Jepang juga memiliki 6) Katak
Jepang:
kuil-kuil yang menyembah dewa
蛙 が鳴くと、雨がふ
berbentuk kucing. Jadi, orang yang る。
membunuh kucing dapat dikatakan “Kaeru ga naku to, ame
ga furu.”
akan terkena kutukan hingga tujuh ‘Apabila katak bersuara,
turunan. Bahkan di Jepang, muncul maka akan turun hujan.’

sebuah larangan menyiksa kucing dan Indonesia:

129
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

Katak yang hujan, tekanan udara akan merendah


bersuara dengan nyaring
sehingga katak akan mulai bersuara.
merupakan pertanda
bahwa hujan akan turun Pada zaman dahulu petani di berbagai
atau musim hujan akan
negara menggunakan katak sebagai
datang.
cara untuk mengetahui kapan hujan
Analisis simbol metafora:
akan turun. Hal ini menunjukkan
Di Jepang, katak dipercaya
adanya persamaan simbol budaya
sebagai hewan yang dapat
antara Jepang dan Indonesia. Hal ini
menentukan cuaca salah satunya
sesuai dengan pendapat Jandt (dalam
adalah hujan. Di Jepang terdapat
Emma Nhlapo dan Roelien Goede,
takhayul bahwa suara katak
2010:273-280) yang mengatakan
merupakan pertanda hujan. Sama
bahwa budaya dibedakan melalui cara
halnya dengan Jepang, di Indonesia
berpikir kelompok tersebut secara
katak yang bersuara dengan nyaring
keseluruhan, praktik, pola perilaku,
juga dipercaya sebagai pertanda
persepsi, nilai dan asumsi dalam
turunnya hujan dan datangnya musim
hidup mereka yang mengarahkan
hujan. Hal ini menunjukkan adanya
perilaku tersebut.
persamaan simbol metafora di Jepang
7) Ayam
maupun Indonesia tentang suara Jepang:
三の酉がある年は、
katak sebagai pertanda hujan.
火事が多い。
Perbedaan ini sesuai dengan pendapat “San no tori ga aru toshi
Lakoff dan Johnson (1980:22) yang wa, kaji ga ooi.”
‘Pada tahun yang
menyatakan bahwa nilai-nilai yang memiliki tiga tanggal
paling mendasar dalam budaya akan ayam, sering terjadi
kebakaran.’
koheren dengan struktur metafora
dari konsep yang paling mendasar Indonesia:
Bila ada ayam
dalam budaya itu sendiri. jantan yang masuk ke
Analisis simbol budaya: dalam rumah pada pagi
hari dan berkokok maka
Katak merupakan hewan yang akan ada kabar buruk
peka terhadap perubahan tekanan yang akan diterima
pemilik rumah dengan
udara dan kelembaban. Sebelum

130
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

tempo yang tidak begitu rumah dan berkokok merupakan


lama.
pertanda buruk. Walaupun terdapat
perbedaan, namun terdapat
Analisis simbol metafora:
persamaan simbol metafora ayam di
Di Jepang, ada sebuah tradisi di
Jepang dan Indonesia sebagai
daerah Asakusa yang disebut Tori no
pertanda hal yang negatif. Persamaan
Ichi (酉の市). Tori ni Ichi merupakan
ini sesuai dengan pendapat Lakoff
perayaan yang ada sejak zaman Edo
dan Johnson (1980:22) yang
di desa Hanamata (sekarang wilayah
menyatakan bahwa nilai-nilai yang
Adachi-ku Tokyo). Para petani
paling mendasar dalam budaya akan
membawa persembahan ayam ke kuil
koheren dengan struktur metafora
Otori supaya panen padi berlimpah.
dari konsep yang paling mendasar
Burung yang dijadikan persembahan
dalam budaya itu sendiri.
setelah selesai upacara, dibawa ke
Analisis simbol budaya:
Kuil Sensouji Asakusa kemudian
Istilah tanggal ayam berasal dari
dilepaskan di Kanno-do. Acara atau
penanggalan berdasarkan zodiak Cina
festival ini dilaksanakan setiap bulan
yang masih digunakan hingga saat ini.
November pada hari ayam. Ada
Pada zaman Edo, kebakaran
takhayul yang mengatakan bahwa
merupakan musuh besar masyarakat
apabila pada bulan November tahun
dan November merupakan bulan
tersebut terdapat tiga kali hari ayam,
pergantian musim gugur menuju
maka ada banyak kebakaran.
musim dingin. Ini adalah waktu saat
Takhayul ini kemudian dimanfaatkan
orang-orang akan menggunakan alat-
para istri untuk mengingatkan
alat yang menggunakan api, sehingga
suaminya agar tidak pergi di malam
kemungkinan terjadinya kebakaran
hari menuju Yoshiwara yang
meningkat dan kebakaran pada
merupakan tempat prostitusi di Edo
perayaan Tori no Ichi bukanlah
(Tokyo).
disebabkan oleh tanggal ayam yang
Sedangkan di Indonesia, terdapat
muncul tiga kali pada bulan
takhayul yang mengatakan bahwa
November.
ayam jantan yang masuk ke dalam

131
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133

Indonesia tidak memiliki tradisi budaya lain dalam membentuk pola


Tori no Ichi seperti di Jepang pikir dan kebudayaan baru.
sehingga terdapat perbedaan simbol
budaya antara Jepang dan Indonesia. Daftar Pustaka
Namun, zodiak Cina merupakan salah Chiba, Koji. 2016. Shireba
Ososroshii Nihonjin no
satu bentuk kebudayaan Cina yang
Fuushuu. Tokyo: Kawade
masih dapat ditemukan di Indonesia, Bunko.
sehingga tahun ayam masih dikenal
Danandjaja, James. 2002. Folklor
sebagian masyarakat Indonesia. Hal Indonesia: Ilmu Gosip,
Dongeng, dan lain-lain.
ini menunjukkan persamaan simbol
Jakarta: Grafiti.
budaya antara Jepang dan Indonesia.
Fitriana, Dinia Nur. 2016. Simbolisasi
Hal ini sesuai dengan pendapat Jandt
Hewan dalam Dongeng Le
(dalam Emma Nhlapo dan Roelien Petit Poucet, Peau d'Ane,
dan Cendrillon karya
Goede, 2010:273-280) yang
Charles Perrault.
mengatakan bahwa budaya dibedakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
melalui evolusi melalui interaksi
dengan budaya lainnya. Kitahara, Yasuo. 2000. Nihon Kokugo
Daijiten. Tokyo:
Shougakukan.
E. Simpulan
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan,
Dari penelitian ini dapat ditarik
Mentalitas dan
simpulan bahwa dari 14 data yang Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
ditemukan terdapat tujuh simbol
hewan yang ditemukan baik dalam Lado, Robert. 1979. Linguistics
Across Cultures.
takhayul masyarakat Jepang dan
Terjemahan. Bandung:
Indonesia yaitu kucing, burung gagak, Ganaco NV
anjing, ular, sapi, katak, dan ayam.
Lakoff, George & Johnson, Mark.
Beberapa persamaan dan perbedaan 1980. Metaphors We Live By.
Chicago: The University
simbol metafora dan simbol budaya
of Chicago Press.
disebabkan adanya perbedaan
Nhlapo, Emma & Goede, Roelien.
kebudayaan dan pola pikir
2010. Intercultural
masyarakat serta interaksi dengan Communication in

132
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...

Information System
Development Teams.
Academic Conferences
International Limited: 273-
280.

Okimoto, Masanori. 2009.


Shintaibuishi no Hiyuteki
Imi Kakuchou to Kao no
Ninshiki. (Published
Tomakomai Kougyou
Koutou Senmon Gakkou
Kiyou Dai 44 Gou).
Tomakomai National
College of Technology,
Tomakomai, Japan

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.

Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian


Pendidikan Bahasa Jepang.
Bandung: Humaniora.

Tinarbuko, Sumbo. 2012. Semiotika


Komunikasi Visual.
Yogyakarta: Jalasutrazz

133

Anda mungkin juga menyukai