2155-Article Text-6555-1-10-20200105
2155-Article Text-6555-1-10-20200105
Abstrak
114
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
115
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
116
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
117
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
118
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
119
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
diartikan sebagai satu peniruan gaya karena dapat memanggil ular (蛇が出
hidup orang barat yang dilakukan る), dapat memanggil hantu (幽霊が
masyarakat secara berlebihan, 出 る ), dan memanggil pemangsa
pergaulan, kebiasaan, proses gaya manusia (人さらいが来る). Selain
hidup dan lain sebagainya
itu, ular memiliki kanji yang dapat
(Koentjaraningrat, 2000:142). Hal ini
dibaca ja seperti kanji 邪 yang berarti
menyebabkan banyak simbol-simbol
kejahatan. Jadi, simpulannya adalah
budaya milik negara-negara tersebut
bersiul di malam hari mengakibatkan
yang diadaptasi ke dalam simbol
terjadinya hal yang tidak baik,
budaya Jepang dan Indonesia. Selain
sehingga lebih baik tidak dilakukan.
itu, Indonesia juga memiliki
Dalam hal ini, pada pemikiran
hubungan historis dengan Jepang
masyarakat Jepang ular merupakan
akibat penjajahan Jepang selama
hewan yang dianggap menakutkan
masa Perang Dunia II, sehingga
dan berbahaya. Sedangkan, Indonesia
terdapat kemiripan simbol budaya
memiliki takhayul yaitu ular berbisa
yang dimiliki Jepang dan Indonesia
yang masuk ke dalam rumah malam
termasuk dalam takhayul. Salah satu
hari merupakan pertanda bahwa
contohnya adalah takhayul pada buku
pemilik rumah akan tertimpa berbagai
Shirereba Osoroshii Nihonjin no
macam halangan.
Fuushuu yang berbunyi:
120
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
121
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
122
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
D. Analisis Data
Tabel 1. Takhayul dalam Masyarakat Jepang-Indonesia
No. Simbol Hewan dalam Takhayul Jepang Indonesia
1. Kucing 6 data 6 data
2. Burung gagak 2 data 1 data
3. Anjing 2 data 2 data
4. Ular 2 data 3 data
5. Belut 1 data -
6. Sapi 2 data 1 data
7. Kupu-kupu - 1 data
8. Burung gereja - 1 data
9. Katak 1 data 2 data
10. Burung bangau - 1 data
11. Laba-laba 1 data -
12. Kuda 1 data -
13. Singa 1 data -
14. Ayam 1 data 2 data
123
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
124
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
Di Jepang, bersiul di malam hari itu sendiri. Hal ini dikaitkan dengan
dilarang karena berbagai alasan. Pada divergensi dalam pengalaman hidup
zaman dahulu kala dikatakan bahwa sebagai variasi yang dibatasi budaya
pencuri melakukan pencurian dengan lainnya.
cara bersiul untuk memberi kode Analisis simbol budaya:
kepada rekannya. Selain itu, huruf Takhayul tentang bersiul di
kanji ular (蛇) memiliki onyomi ja (じ malam hari memiliki beberapa versi
ゃ) yang memiliki bunyi yang sama misalnya bersiul di malam hari dapat
memanggil makhluk halus,
dengan kanji kejahatan (邪). Kanji 邪
memanggil pemakan manusia,
juga memiliki arti “meninggalkan
memanggil roh jahat, mempercepat
jalan” sehingga anak-anak yang
kematian orang tua, dan sebagainya.
bersiul di malam hari dikhawatirkan
Indonesia juga memiliki takhayul
nantinya akan tumbuh menjadi orang
pantangan bersiul di malam hari yaitu
yang tidak baik. Hal ini menyebabkan
suara siulan tersebut dapat
bersiul di malam hari dianggap
memanggil kemamang, salah satu
sebagai sesuatu yang buruk.
jenis makhluk halus. Jika tiba-tiba
Sebaliknya, Indonesia memiliki
kita mendengar suara balasan, itu
takhayul yang mengatakan bahwa
artinya ada makhluk halus yang
ular berbisa yang masuk ke dalam
terganggu, dan juga merupakan
rumah malam hari akan membuat
pertanda buruk. Persamaan simbol
pemilik rumah tertimpa halangan
budaya antara Jepang dan Indonesia
dalam berbagai hal. Dua takhayul ini
dari takhayul ini adalah tentang cara
menunjukkan simbol metafora yang
penggambaran ular sebagai hal yang
berbeda antara penggambaran ular di
negatif. Hal ini sesuai dengan
Jepang dan Indonesia. Perbedaan ini
pendapat Jandt (dalam Emma Nhlapo
sesuai dengan pendapat Lakoff dan
dan Roelien Goede, 2010:273-280)
Johnson (1980:22) yang menyatakan
yang mengatakan bahwa budaya
bahwa nilai-nilai yang paling
dibedakan melalui cara berpikir
mendasar dalam budaya akan koheren
kelompok tersebut secara keseluruhan,
dengan struktur metafora dari konsep
praktik, pola perilaku, persepsi, nilai
yang paling mendasar dalam budaya
125
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
dan asumsi dalam hidup mereka yang kumpulan sapi akan berbondong-
mengarahkan perilaku tersebut. bondong mencari tempat berteduh
3) Sapi saat mereka mengetahui akan turun
Jepang:
hujan. Dia akan menggerak-gerakkan
食べてすぐに寝ると、
牛になる。 ekornya lebih sering.
“Tabete sugu ni neru to, Hal ini menunjukkan bahwa
ushi ni naru.”
‘Jika seseorang tidur terdapat perbedaan simbol metafora
setelah makan, akan dalam takhayul yang berhubungan
berubah menjadi sapi.’
dengan sapi. Perbedaan ini sesuai
Indonesia: dengan pendapat Lakoff dan Johnson
Sapi akan
menunjukkan (1980:22) yang menyatakan bahwa
kegelisahannya, dan nilai-nilai yang paling mendasar
kumpulan sapi akan
berbondong-bondong dalam budaya akan koheren dengan
untuk mencari tempat struktur metafora dari konsep yang
berteduh saat mereka
mengetahui hujan akan paling mendasar dalam budaya itu
turun. sendiri. Hal ini dikaitkan dengan
tertidur. Bagi orang Jepang, hal ini yang tidak baik. Selain itu, tidur
merupakan cerminan dari sifat malas setelah makan juga dipercaya dapat
dianggap sebagai salah satu hewan makan merupakan hal yang baik
yang dapat memprediksi hujan. Sapi namun yang tidak boleh adalah
126
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
127
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
128
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
129
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
130
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
131
Jurnal Ayumi, Vol. 6 No. 2, September 2019:114-133
132
FEBI ARIANI SARAGIH & DIELLA FORTUNA RIYADI: ANALISIS KONSTRASTIF...
Information System
Development Teams.
Academic Conferences
International Limited: 273-
280.
133