Kel 1 IAD (Minggu Ke-2)
Kel 1 IAD (Minggu Ke-2)
Disusun oleh:
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang dengan ridho serta
pertolongannya-Nya kami dapat meneyelesaikan makalah untuk mata kuliah
IAD/ISD/IBD secara tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukan arah dari jalan
kegelapan menuju jalan terang benderang yaitu addinul islam dan semoga beliau
memberikan syafaatnya kepada kita di hari kiamat.
Kami menyadari bahwa makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan.
Maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih kepada bapak
M.Dliyaul Muflihin, ME selaku dosen pengampu mata kuliah IAD/ISD/IBD atas
bimbingannya. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia adalah salah satu makhluk Allah SWT. Hal yang membedakan
manusia dengan makhluk lain adalah adanya akal. Perbedaan akal manusia
dengan hewan terletak pada kemampuannya untuk menentukan mana yang benar
dan mana yang salah. Karena adanya akal tersebut, manusia dapat berfikir
dengan baik dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Manusia yang menggunakan akalnya dengan baik, dapat membawa
manusia ke taraf kehidupan yang lebih baik. Sehingga melahirkan peradapan
yang semakin maju. Kemajuan tersebut tentunya menghasilkan dampak yang
baik dan buruk. Maka dari itu dengan adanya akal, manusia diharuskan
menggunakan akalnya dengan tepat untuk meminimalisir masalah-masalah yang
timbul
Dalam berfikir manusia melewati proses demi proses yang mana proses
tersebut dapat berkembang jika manusia berusaha untuk mencari informasi baru.
Ketika manusia sudah mampu berfikir secara logis, maka dia tidak akan mulai
memikirkan diri sendiri, melainkan juga memikirkan lingkungan dan akibat
yang muncul atas perbuatannya.
Dalam islam, manusia diperintahkan supaya menggunakan akalnya dalam
memikirkan hal hal yang terjadi disekitarnya. Melalui akal tersebut, manusia
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Ayat ayat Al quran ternyata mampu
di buktikan oleh para ilmuwan melalui ilmu pengetahuan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk hidup yang
berakal?
2. Bagaimana proses lahirnya pemikiran manusia?
3. Bagaimana tahapan pemikiran manusia?
4. Bagaimana ilmu pengentahuan dalam perspektif islam?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari manusia sebagai makhluk yang berakal.
2. Menjelaskan proses lahirnya pemikiran manusia.
3. Menjelaskan tahapan pemikiran manusia.
4. Menjelaskan ilmu penegtahuan dalam perspektif islam.
BAB 2
PEMBAHASAN
Potensi kehidupan yang dimaksud disini adalah ciri khas yang diberikan
oleh Sang Pencipta. Apabila diperhatikan secara mendalam, potensi kehidupan
terdiri dari dua macam, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluri. Sedangkan
akal yang dimiliki oleh manusia tidak termasuk ke dalam potensi kehidupan. Hal
itu dikarenakan, jika akal telah hilang dalam diri manusia, ia masih bisa tetap
hidup tanpa akal. Misalnya adalah orang gila dan anak kecil yang akalnya belum
sempurna. Akal merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada
manusia sehingga ia mampu membedakan mana manusia dan mana mahluk
lainnya.
1) Kebutuhan Jasmani
2. Naluri
ۚ َو َلَقْد َهَّم ْت ِبِهۖ َو َهَّم ِبَها َلْو اَل َأْن َر َأٰى ُبْر َهاَن َر ِّبِهۚ َك َٰذ ِلَك ِلَنْص ِر َف َع ْنُه الُّس وَء َو اْلَفْح َشاَء
ِإَّنُه ِم ْن ِعَباِد َنا اْلُم ْخ َلِص يَن
Artinya :
3. Akal
Kata akal berasal dari Bahasa Arab, yaitu al- aqlu. Akal adalah
sebuah kemampuan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia dan
melekat pada fungsi otak. Akal ini membuat manusia memiliki
keistimewaan untuk mengaitkan fakta yang didapat melalui indera dengan
informasi. Berbeda dengan otak yang dimiliki hewan, dimana otak hewan
tidak memiliki kemampuan untuk mengaitkan fakta yang diindera dengan
informasi. Hal itulah yang menyebabkan hewan tidak dapat dididik
tingkah lakunya supaya menjadi baik dan sopan. Hewan juga tidak mampu
membuat kesimpulan.
a) MITOS
Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap fiktif karena manusia
menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada di sekitarnya. Mitologi
berarti pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos.
Mitologi banyak muncul dalam zaman prasejarah. Manusia menyusun mitos atau
dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan, yakni pengetahuan yang tidak
objektif melainkan subjektif. Mitos ini diciptakan untuk memuaskan rasa ingin
tahu manusia untuk menjawab keterbatasan manusia tentang alam. Dalam alam
pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya
khayal, intuisi atau imajinasi. Biasanya disampaikan dari mulut ke mulut.
Menurut C.A. van Peursen, mitos ialah suatu cerita yang memberikan pedoman
atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat
pula diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang dan sebagainya
Inti cerita ialah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman
manusia, juga lambang kejahatan dan kebaikan, hidup dan kematian, dosa dan
penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akhirat. Pada tahap teologi ini,
manusia menemukan identitas dirinya. Manusia sebagai subjek yang masih
terbuka dikelilingi oleh objek, yakni alam sehingga manusia mudah sekali
dimasuki oleh daya dan kekuatan alam. Manusia belum mampu memandang objek
atau realita dengan indranya sehingga manusia dan alam lebur menjadi satu.
Lewat mitos, manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-
kejadian alam sekitarnya dan dapat juga menanggapi daya kekuatan alam.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam sebagai berikut.
1. Mitos Sebenarnya
Contoh: Apakah pelangi itu? Karena tak dapat menjawab, mereka mereka-reka
dengan jawaban bahwa pelangi ialah selendang bidadari. Jadi, muncul
pengetahuan baru yakni bidadari.
2. Cerita Rakyat
3. Legenda
Adapun cerita yang berdasarkan mitos disebut legenda. Dalam legenda
dikemukakan seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu
daerah.Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun yang
bersangkutan dihubungkan dengan apa yang terdapat di suatu lingkungan,
sebagai bukti kebenaran suatu legenda.
Manusia pada tahap teologi (menurut A. Comte) atau pada tahap mitos
(C.A. van Peursen), belum dapat melihat realita ini dengan indranya. Manusia
belum dapat mengetahui dan menangkap peristiwa (objek) dengan alam
pikirannya maka manusia beranggapan bahwa dewa, hantu, setan atau
makhluk gaib lainnya yang dianggap sakti atau berkuasa sedang murka.
Dahulu, mitos sangat berpengaruh, bahkan sampai saat ini pun kepercayaan
akan mitos masih belum sepenuhnya hilang. Cara mencari jawaban atas
masalah seperti itu ialah dengan menghubungkannya dengan makhluk-
makhluk gaib. Cara berpikir seperti itu disebut berpikir secara irasional.
Tentu saja pengetahuan yang diperoleh secara irasional belum dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap mitos
menanggapi realita dengan mengadakan selamatan, tari-tarian atau
menyanyikan lagu-lagu. Dalam tari-tarian atau lagu-lagu tersebut, terkandung
cerita tentang riwayat para dewa yang sedang mengatur peristiwa-peristiwa
alam. Lewat cerita ini, manusia merasa aman dan merasa dapat
menghindarkan diri dari keganasan peristiwa alam.
Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi
dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang
sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat
awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.
a. Alat penglihatan
b. Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai
frekuensi dari 30 sampai 30,000 hertz per detik. Getaran di bawah 30
atau di atas 30,000 hertz per detik tidak akan terdengar oleh telinga
manusia.
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun
yang diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa,
yakni rasa manis, asin, asam dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-
bauan lain dapat dikenal oleh hidung kita, bila konsentrasinya di udara
lebih dari sepersepuluh juta ppm. Melalui bau, manusia dapat
membedakan satu benda dengan benda yang lainnya. Namun, tidak
semua orang bisa melakukannya.
d. Alat perasa
Pada zaman Babylonia, yakni kurang lebih 700 sampai 600 SM.
Orang-orang Babylonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai
ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya, sedangkan
langit-langit dengan bintang merupakan atapnya.Namun, yang
menakjubkan ialah, mereka telah mengenal ekliptika atau bidang edar
matahari dan telah menetapkan perhitungan satu tahun, yakni satu kali
matahari beredar sampai kembali ke tempat semula, yakni selama 365,25
hari. Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga
berasal dari zaman Babylonia ini. Masyarakat waktu itu bahkan mungkin
masih ada juga pada masa kini yang dapat menerimanya. Hal tersebut
disebabkan karena pengetahuan yang mereka peroleh dari kenyataan
berdasarkan pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan untuk
memecahkan masalah hidup yang mereka hadapi sehari-hari.
B. ZAMAN PURBA
1) Otak : Fungsi dari komponen ini adalah mencerna setiap fakta yang diterima
oleh indera. Sehingga bisa menghasilkan suatu kesimpulan yang benar
berdasarkan fakta.
2) Indera : Komponen ini dibutuhkan manusia supaya dapat menyerap fakta fakta
yang akan dipikirkan. Misalnya, mata menyerap fakta yang dilihat, telinga
menyerap fakta yang didengar dan sebagainya.
3) Fakta : Fakta merupakan sesuatu yang benar benar ada atau terjadi. Komponen
ini berfungsi sebagai objek berfikir manusia.
َو َع َّلَم آَد َم اَأْلْس َم اَء ُك َّلَها ُثَّم َع َر َض ُهْم َع َلى اْلَم اَل ِئَك ِة َفَقاَل َأْنِبُئوِني ِبَأْس َم اِء َٰه ُؤاَل ِء ِإْن ُكْنُتْم َص اِدِقيَن
َقاُلوا ُسْبَح اَنَك اَل ِع ْلَم َلَنا ِإاَّل َم ا َع َّلْم َتَناۖ ِإَّنَك َأْنَت اْلَعِليُم اْلَحِكيُم
Artinya : “Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
َقاَل َيا آَد ُم َأْنِبْئُهْم ِبَأْس َم اِئِهْم ۖ َفَلَّم ا َأْنَبَأُهْم ِبَأْس َم اِئِه ْم َقاَل َأَلْم َأُقْل َلُك ْم ِإِّني َأْعَلُم َغْيَب الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو َأْعَلُم َم ا
ُتْبُد وَن َو َم ا ُكْنُتْم َتْكُتُم وَن
3. Tahap Positif :
Tokoh lain yang membagi tahapan berfikir manusia adalah Taqiyuddin An-
Nabhani, dalam bukunya yang berjudul Hakekat Berpikir, tahapan berpikir
manusia yang dimulai dari terendah adalah sebagai berikut :
Contoh dari berpikir mendalam namun tidak cemerlang adalah, ketika seorang
ahli atom yang menyembah kayu. Seandainya jika ahli atom tersebut mampu
berpikir cemerlang, ia tidak akan menyembah kayu karena tidak ada manfaatnya.
Berpikir mendalam saja tidak cukupuntuk meningkatkan taraf pemikiran manusia,
melainkan diperluka pemikiran cemerlang supaya terwujudnya kemuliaan
berpikir.
Al-Quran dan hadist merupakan dasar petunjuk bagi umat manusia dan
bias dikatakan dasar pengetahuan ilmuwan ilmuwan sejak abad ke-13 dikarenakan
banyak manusia menemukan kesesuaian al-Quran dengan fakta yang mereka
2
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, “Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Budaya Dasar.” (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2018). Hal.16
dapatkan . perintah membaca dalam al-Quran merupakan ayat pertama yang turun
menjadi pintu awal mencari dan membahas ilmu pengetahuan.
Jika ilmu pengetahuan dalam islam dapat diperoleh melaui 3 sumber yaitu indra,
akal , dan hati namun dalam ilmu filsafat barat sumber ilmu hanya berasl dari dua
yaitu indra dan akal.
Masa Keemasan
Sejarah dunia islam dibagi menjadi tiga periode yaituperiode klasik atau
pada tahun sekitar (650-1250M), periode pertengahan (1250-1800M), dan periode
modern (1800-sampai sekarang). Dari ketuga tersebut yang menjadi periode
keemasan yaitu periode klasik, yang ditandai dengan etos keilmuan yang tinggi,
hal in dapat dilihat dari pesatnya perkembangan keilmuan di masa itu, bahkan
menjadi rujukan keilmuan di dunia pada jaman itu. Sampai sekarang pun banyak
filsafat atau ilmuawan pada jaman itu yang tetap harum namanya.
Masa Kemunduran
Yang sering disebut sebut sebagai masa kemunduran umat islam dalam
pengembangan ilmu adalah kritik imam al-Ghozali terhadap para filosof yang
dinilainya menyimpang jauh dari ajaran islam. Karena kritikan tersebut
mengakibatkan berkurangnya para filosof muslim. Namun apaakah benar jika
mundurnya pemikiran dan perkembangan ilmu islam di akibat oleh kritikan al-
Ghozali? Jawabanya masih pro kontra.menurut nurcholis madjid yang mengjawab
penyebab kemunduran umat islam adalah pertama, penyelesaian oleh al-Ghazali
mengenai problema di atas, meskipun ternyata tidak sempurna namun
konprehensif dan sangat memuaskan. Kedua, ilmu kalam asy’ari dengan konsep
al-kasb(acquistion), yang cenderumg lebih dekat kepda paham jabaraiyyah yang
dianut dan didukung al-Ghazali juga sangat memuaskan, dan telah berhasil
menimbulkam equilibrium sosial yang tiada taranya. Ketiga, keruntuhan baghgad
oleh bangsa mongol amat traumatis dan membuat umat islam tidak lagi sanggup
bangkit, konon sampai sekarang.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran