Anda di halaman 1dari 25

MANUSIA DAN PEMIKIRAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IAD/ISD/IBD

Disusun oleh:

1. Firda Ananda S (G92219094)

2. Mudrika Ahmad (G92219101)

3. Nabila Amalia (G92219104)

4. Shinta Dewi F (G92219121)

Dosen Pengampu : M. Dliyaul Muflihin, ME

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang dengan ridho serta
pertolongannya-Nya kami dapat meneyelesaikan makalah untuk mata kuliah
IAD/ISD/IBD secara tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukan arah dari jalan
kegelapan menuju jalan terang benderang yaitu addinul islam dan semoga beliau
memberikan syafaatnya kepada kita di hari kiamat.

Kami menyadari bahwa makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan.
Maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih kepada bapak
M.Dliyaul Muflihin, ME selaku dosen pengampu mata kuliah IAD/ISD/IBD atas
bimbingannya. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat

Surabaya, 24 Agustus 2019

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia adalah salah satu makhluk Allah SWT. Hal yang membedakan
manusia dengan makhluk lain adalah adanya akal. Perbedaan akal manusia
dengan hewan terletak pada kemampuannya untuk menentukan mana yang benar
dan mana yang salah. Karena adanya akal tersebut, manusia dapat berfikir
dengan baik dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Manusia yang menggunakan akalnya dengan baik, dapat membawa
manusia ke taraf kehidupan yang lebih baik. Sehingga melahirkan peradapan
yang semakin maju. Kemajuan tersebut tentunya menghasilkan dampak yang
baik dan buruk. Maka dari itu dengan adanya akal, manusia diharuskan
menggunakan akalnya dengan tepat untuk meminimalisir masalah-masalah yang
timbul
Dalam berfikir manusia melewati proses demi proses yang mana proses
tersebut dapat berkembang jika manusia berusaha untuk mencari informasi baru.
Ketika manusia sudah mampu berfikir secara logis, maka dia tidak akan mulai
memikirkan diri sendiri, melainkan juga memikirkan lingkungan dan akibat
yang muncul atas perbuatannya.
Dalam islam, manusia diperintahkan supaya menggunakan akalnya dalam
memikirkan hal hal yang terjadi disekitarnya. Melalui akal tersebut, manusia
dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Ayat ayat Al quran ternyata mampu
di buktikan oleh para ilmuwan melalui ilmu pengetahuan.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk hidup yang
berakal?
2. Bagaimana proses lahirnya pemikiran manusia?
3. Bagaimana tahapan pemikiran manusia?
4. Bagaimana ilmu pengentahuan dalam perspektif islam?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari manusia sebagai makhluk yang berakal.
2. Menjelaskan proses lahirnya pemikiran manusia.
3. Menjelaskan tahapan pemikiran manusia.
4. Menjelaskan ilmu penegtahuan dalam perspektif islam.
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Manusia Sebagai Mahluk yang Berakal

Manusia merupakan mahluk hidup ciptaan Allah SWT yang memiliki


karakteristik yang khas. Sehingga berbeda dari mahluk hidup lainnya. Untuk
memahami manusia, perlu dikaji sebagai objek yang menyeluruh dan mendalam.
Pengkajian tersebut dilakukan dengan memahami potensi kehidupan yang
berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

Potensi kehidupan yang dimaksud disini adalah ciri khas yang diberikan
oleh Sang Pencipta. Apabila diperhatikan secara mendalam, potensi kehidupan
terdiri dari dua macam, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan naluri. Sedangkan
akal yang dimiliki oleh manusia tidak termasuk ke dalam potensi kehidupan. Hal
itu dikarenakan, jika akal telah hilang dalam diri manusia, ia masih bisa tetap
hidup tanpa akal. Misalnya adalah orang gila dan anak kecil yang akalnya belum
sempurna. Akal merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada
manusia sehingga ia mampu membedakan mana manusia dan mana mahluk
lainnya.

Potensi kehidupan manusia dijelaskan sebagai berikut :

1) Kebutuhan Jasmani

Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan mendasar yang dimiliki oleh


manusia dan merupakan hasil kerja struktur organ tubuh manusia. Manusia
memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhan ini tanpa melalui proses
belajar Jika kebutuhan jasmani manusia ini tidak terpenuhi, maka bisa
menyebabkan gangguan organ tubuh bahkan kematian. Contoh dari
kebutuhan jasmani adalah makan dan minum. Jika manusia kekurangan
air, maka akan menyebabkan terganggunya ginjal. Jika manusia
kekurangan makan, maka akan menyebabkan munculnya penyakit maag.
Oksigen juga termasuk sebagai kebutuhan jasmani manusia. Jika
manusia kekurangan oksigen untuk bernafas, maka ia akan mengalami
sesak nafas yang bisa berujung pada kematian. Dengan kata lain,
kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan organ tubuh yang berkaitan
dengan kadar tertentu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada
manusia dan juga hewan. Maka dari itu, pemenuhan kebutuhan jasmani ini
tidak bisa kurang ataupun berlebih. Karena jika kebutuhan jasmani
diberikan secara berlebih juga bisa menimbulkan penyakit. Misalnya
makan dengan porsi berlebih setiap hari dapat menyebabkan obesitas.

2. Naluri

Allah SWT selain menciptakan kebutuhan jasmani juga


menciptakan naluri pada manusia. Atau yang disebut dengan (Al-
Gharizah). Naluri ini terbagi lagi menjadi tiga yaitu : Naluri beragama
(Gharizatut Taddayun), Naluri mempertahankan diri (Gharizatul baqa) dan
naluri melangsungkan keturunan (Gharizatun Nau’)

Kebutuhan naluri jika tidak dipenuhi tidak akan menyebabkan


kematian layaknya kebutuhan jasmani. Hanya saja, jika manusia
kekurangan kebutuhan naluri maka bisa menjadikan manusia tersebut
menjadi gelisah. Sehingga kebutuhan naluri ini juga perlu diperhatikan
pemenuhannya.

Naluri beragama (Gharizatut Taddayun) akan mendorong


manusia untuk menganggap suci sesuatu yang mereka anggap sebagai
perwujudan dari Sang Pencipta. Hal inilah yang menyebabkan pada diri
manusia ada kecenderungan untuk beribadah kepada Allah SWT, merasa
lemah, kurang dan membutuhkan kepada yang lainnya.

Namun, ada pula manusia yang salah dalam memenuhi kebutuhan


nalurinya. Misalnya adalah manusia yang menyembah berhala,
mensucikan pohon keramat, keris bahkan menyembah sesama manusia.
Seorang atheis pun yang berkata tidak mempercayai adanya Tuhan
ternyata mensucikan orang orang tertentu seperti Stelin dan Lenin. Hal ini
menjadi bukti bahwa naluri beragama yang diberikan oleh Allah SWT
sebagai Sang Pencipta. Adanya kebutuhan untuk beragama ini sebenarnya
telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam al-quran.

Kedua adalah naluri mempertahankan diri atau yang disebut


dengan Gharizatul Baqa. Perwujudan dari naluri ini adalah manusia
terdorong untuk melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka
melestarikan kelangsungan hidupnya. Karena adanya naluri ini, maka
dalam diri manusia terdapat rasa takut, ingin menguasai, cinta pada bangsa
dan sebagainya. Hal itu mereka lakukan supaya ia bisa terus
mempertahankan diri dan terbebas dari gangguan.

Adanya naluri untuk mempertahankan diri ini telah dijelaskan oleh


Allah dalam Al- Quran surat Yaasin ayat 71.

Ketiga, naluri melangsungkan keturunan (Gharizatun Nau).


Perwujudan dari naluri ini adalah manusia selalu ingin untuk
melangsungkan keturunan dari jenisnya. Manusia akan memiliki
kecenderungan seksual, saling mencintai, rasa keibuan, rasa kebapakan,
cinta pada anak anak dan cinta pada orang lain lain. Adanya naluri ini
dijelaskan oleh Allah SWT dalam al-qur’an surat Yusuf : 24

ۚ ‫َو َلَقْد َهَّم ْت ِبِهۖ َو َهَّم ِبَها َلْو اَل َأْن َر َأٰى ُبْر َهاَن َر ِّبِهۚ َك َٰذ ِلَك ِلَنْص ِر َف َع ْنُه الُّس وَء َو اْلَفْح َشاَء‬
‫ِإَّنُه ِم ْن ِعَباِد َنا اْلُم ْخ َلِص يَن‬

Artinya :

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan


itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah,
agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.
Maka dari itu dalam beberapa agama yang melarang pengikutnya
untuk memenuhi kebutuhan seksualnya bisa menyebabkan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran asusila di berbagai tempat yang suci. Sehingga
naluri ini seharusnya tidak dianjurkan untuk dilarang. Karena tiap manusia
pasti butuh untuk memenuhi naluri ini.

3. Akal

Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai mahluk yang


sempurna, dikarenakan hanya manusia lah yang diciptakan memiliki akal.
Dengan adanya akal ini, dapat mengangkat kedudukan manusia sekaligus
menjadikannya mahluk hidup yang paling utama.

Di dalam al-quran disebutkan sekitar 49 kali tentang pengertian


akal. Dari kesemua ayat tersebut menganjurkan dan mensyaratkan
penggunaan akal itu dalam rangka mencapai kesuksesan hidup.
Sebaliknya, untuk orang yang tidak berakal atau tidak berfungsi dengan
baik akalnya, maka Allah melepaskan orang tersebut dari segala kewajiban
yang dibebankan pada manusia yang berakal.

Kata akal berasal dari Bahasa Arab, yaitu al- aqlu. Akal adalah
sebuah kemampuan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia dan
melekat pada fungsi otak. Akal ini membuat manusia memiliki
keistimewaan untuk mengaitkan fakta yang didapat melalui indera dengan
informasi. Berbeda dengan otak yang dimiliki hewan, dimana otak hewan
tidak memiliki kemampuan untuk mengaitkan fakta yang diindera dengan
informasi. Hal itulah yang menyebabkan hewan tidak dapat dididik
tingkah lakunya supaya menjadi baik dan sopan. Hewan juga tidak mampu
membuat kesimpulan.

Otak manusia adalah organ yang terdapat dalam tempurung kepala.


Benda ini dikelilingi dengan tiga selaput, yang dilengkapi dengan jalinan
rangkaian syarat yang jumlahnya tidak terhitung. Rangkaian tersebut
berfungsi untuk menghubungkan informasi ke seluruh inera dan bagian
bagian tubuh manusia. Otak manusia memiliki timbangan mencapai 200
gram untuk orang dewasa dan menghabiskan 25% oksigen yang diperoleh
dari paru paru.

Para ilmuwan telah mengambil kesimpulan melalui penelitian yang


dilakukan dengan alat elektrik pengukur kerja otak. Dengan hasil yaitu
otak merupakan organ yang berfungsi untuk berpikir. Melalui penelitian
yang menggunakan alat tersebut, dapat diketahui bahwa jika seseorang
sedang berpikir, grafik yang tertulis pada alat tersebut akan naik. Sebagian
saintis bahkan telah sampai pada kesimpulan, bahwa informasi yang dapat
mencapai tidak kurang dari 90 juta informasi. Inilah keistimewaan otak
manusia yang tidak dimiliki oleh hewan.

Dengan begini, maka menjadi sebuah kesalahan besar jika


membahas tentang akal kemudian berkesimpulan bahwa akal adalah organ
berbentuk fisik dalam otak, kepala ataupun hati. Karena fakta telah
membuktikan bahwa hewan juga memiliki hati, namun tidak memiliki
akal. Maka dari itu disimpulkan bahwa akal adalah kekuatan yang
menghasilkan keputusan tentang sesuatu. Dan kekuatan ini bukan
merupakan kerja satu organ tubuh manusia seperti otak saja.

2. Proses Perkembangan Pola Pikir Manusia

a) MITOS

Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah


keingintahuan untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam
pikirannya. Jadi, tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pengamatan
maupun pengalamannya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka-
reka sendiri jawabannya. Berdasarkan sejarah perkembangan jiwa manusia baik
sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, menurut A. Comte (1798–1857)
ada tiga tahap, sebagai berikut.
1. Tahap Teologi atau Fiktif
Pada tahap teologi atau fiktif ini, manusia berusaha untuk mencari
dan menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari
segala sesuatu dan selalu dihubungkan dengan kekuatan gaib. Setiap
gejala alam yang terjadi yang menarik perhatiannya selalu diletakkan
dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak sehingga manusia selalu
beranggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasai dan diatur
oleh para dewa atau kekuatan gaib lainnya.
2. Tahap Filsafat, Metafisik atau Abstrak
Pada tahap ini, manusia masih tetap mencari sebab utama dan
tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyandarkan diri kepada
kepercayaan akan adanya kekuatan gaib, melainkan kepada akalnya
sendiri, yakni akal yang telah mampu melakukan abstraksi guna
menemukan hakikat dari segala sesuatu yang ingin diketahuinya.
3. Tahap Positif atau Tahap Ilmu
Tahap positif merupakan tahap kemampuan manusia yang telah
mampu berpikir secara positif atau ilmiah atas dasar pengetahuan yang
telah dicapai dan dikembangkan secara positif melalui pengamatan,
percobaan, dan perbandingan.

Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap fiktif karena manusia
menciptakan mitos untuk memahami gejala alam yang ada di sekitarnya. Mitologi
berarti pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos.
Mitologi banyak muncul dalam zaman prasejarah. Manusia menyusun mitos atau
dongeng untuk mengenal realita atau kenyataan, yakni pengetahuan yang tidak
objektif melainkan subjektif. Mitos ini diciptakan untuk memuaskan rasa ingin
tahu manusia untuk menjawab keterbatasan manusia tentang alam. Dalam alam
pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya
khayal, intuisi atau imajinasi. Biasanya disampaikan dari mulut ke mulut.
Menurut C.A. van Peursen, mitos ialah suatu cerita yang memberikan pedoman
atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat
pula diungkapkan lewat tari-tarian atau pementasan wayang dan sebagainya
Inti cerita ialah lambang-lambang yang mencetuskan pengalaman
manusia, juga lambang kejahatan dan kebaikan, hidup dan kematian, dosa dan
penyucian, perkawinan dan kesuburan, firdaus dan akhirat. Pada tahap teologi ini,
manusia menemukan identitas dirinya. Manusia sebagai subjek yang masih
terbuka dikelilingi oleh objek, yakni alam sehingga manusia mudah sekali
dimasuki oleh daya dan kekuatan alam. Manusia belum mampu memandang objek
atau realita dengan indranya sehingga manusia dan alam lebur menjadi satu.
Lewat mitos, manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-
kejadian alam sekitarnya dan dapat juga menanggapi daya kekuatan alam.

Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam sebagai berikut.

1. Mitos Sebenarnya

Manusia berusaha sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya


menerangkan gejala alam yang ada, namun belum tepat karena kurang
pengetahuannya sehingga untuk bagian tersebut orang mengaitkannya dengan
seorang tokoh atau dewa-dewi.

Contoh: Apakah pelangi itu? Karena tak dapat menjawab, mereka mereka-reka
dengan jawaban bahwa pelangi ialah selendang bidadari. Jadi, muncul
pengetahuan baru yakni bidadari.

2. Cerita Rakyat

Mitos yang merupakan cerita rakyat ialah usaha manusia mengisahkan


peristiwa penting yang menyangkut kehidupan masyarakat. Oleh karena cerita
rakyat hanya disampaikan dari mulut ke mulut maka sulit dipercaya
kebenarannya. Akan tetapi, gejala yang ada dalam masyarakat memang ada
dan agar meyakinkan, seorang tokoh dikaitkan dalam cerita tersebut.

Contoh: Lutung Kasarung dari daerah Pasundan, Bawang Merah, Bawang


Putih dan Timun Emas dari Jawa Tengah.

3. Legenda
Adapun cerita yang berdasarkan mitos disebut legenda. Dalam legenda
dikemukakan seorang tokoh yang dikaitkan dengan terjadinya suatu
daerah.Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun yang
bersangkutan dihubungkan dengan apa yang terdapat di suatu lingkungan,
sebagai bukti kebenaran suatu legenda.

Contoh: Sangkuriang yang dikaitkan dengan Gunung Tangkuban Perahu


dan Dataran Tinggi Bandung yang dahulunya merupakan danau.

Manusia pada tahap teologi (menurut A. Comte) atau pada tahap mitos
(C.A. van Peursen), belum dapat melihat realita ini dengan indranya. Manusia
belum dapat mengetahui dan menangkap peristiwa (objek) dengan alam
pikirannya maka manusia beranggapan bahwa dewa, hantu, setan atau
makhluk gaib lainnya yang dianggap sakti atau berkuasa sedang murka.
Dahulu, mitos sangat berpengaruh, bahkan sampai saat ini pun kepercayaan
akan mitos masih belum sepenuhnya hilang. Cara mencari jawaban atas
masalah seperti itu ialah dengan menghubungkannya dengan makhluk-
makhluk gaib. Cara berpikir seperti itu disebut berpikir secara irasional.
Tentu saja pengetahuan yang diperoleh secara irasional belum dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Manusia pada tahap mitos
menanggapi realita dengan mengadakan selamatan, tari-tarian atau
menyanyikan lagu-lagu. Dalam tari-tarian atau lagu-lagu tersebut, terkandung
cerita tentang riwayat para dewa yang sedang mengatur peristiwa-peristiwa
alam. Lewat cerita ini, manusia merasa aman dan merasa dapat
menghindarkan diri dari keganasan peristiwa alam.

Mitos itu timbul akibat seperti berikut. :

1. Keterbatasan Pengetahuan Manusia

Pada saat manusia masih terbatas pengetahuannya, belum banyak


yang mereka ketahui. Pengetahuan mereka peroleh dari cerita orang karena
seseorang mengetahui sesuatu hal. Kemudian memberitahukannya lagi
kepada orang lain. Apakah yang diketahui itu sudah benar atau belum,
merupakan permasalahan. Dari hal yang tidak benar, kemudian disalahkan
setelah ada kebenaran maka pengetahuan orang tentang sesuatu jadi
bertambah.

2. Keterbatasan Penalaran Manusia

Manusia memang mampu berpikir, namun pemikirannya perlu


terusmenerus dilatih. Pemikiran itu sendiri dapat benar dapat pula salah.
Akhirnya penalaran yang salah akan kalah oleh penalaran yang benar.
Untuk itu diperlukan waktu guna meyakinkan bahwa penalaran itu benar
adanya.

3. Keingintahuan Manusia yang telah Dipenuhi untuk Sementara

Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi
dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang
sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan masyarakat
awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.

4. Keterbatasan Alat Manusia

a. Alat penglihatan

Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak


tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan sepuluh gambar
yang berbeda satu dengan yang lain dalam satu detik. Jika ukuran
partikel jauh maka mata tak mampu melihatnya.

b. Alat pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai
frekuensi dari 30 sampai 30,000 hertz per detik. Getaran di bawah 30
atau di atas 30,000 hertz per detik tidak akan terdengar oleh telinga
manusia.

c. Alat pencium dan pengecap

Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun
yang diciumnya. Manusia hanya bisa membedakan empat jenis rasa,
yakni rasa manis, asin, asam dan pahit. Bau seperti parfum dan bau-
bauan lain dapat dikenal oleh hidung kita, bila konsentrasinya di udara
lebih dari sepersepuluh juta ppm. Melalui bau, manusia dapat
membedakan satu benda dengan benda yang lainnya. Namun, tidak
semua orang bisa melakukannya.

d. Alat perasa

Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau


dingin, namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat
observasi.

Alat-alat tersebut, sangat berbeda-beda kepekaannya di antara


manusia. Ada yang sangat tajam penglihatannya, ada yang tidak.
Demikian juga ada yang tajam penciumannya, ada yang lemah. Akibat
dari keterbatasan alat kita maka mungkin timbul salah informasi, salah
tafsir dan salah pemikiran. Latihan dapat meningkatkan ketepatan alat ,
namun tetap sangat terbatas.
Selain itu manusia secara terus menerus mengembangkan
pengetahuannya tidak hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan yang
menyangkut kelangsungan hidupnya saja, tetapi juga untuk mengetahui
mana yang benar, mana yang salah, mana yang bagus atau mana yang
jelek. Mereka harus terus berpikir sehingga dapat menarik kesimpulan dan
memperoleh pengetahuan.

Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk berpikir, merasa,


bersikap dan bertindak. Proses berpikir dalam nearik kesimpulan yang
benar disebut penalaran. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang logis
dan analitis. Jadi kesimpulan atau pengetahuan yang tidak logis dan
analitis tidak berdasarkan penalaran, di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Pengambilan kesimpulan berdasarkan perasaan.


2) Intuisi. Pendapat yang berdasarkan intuisi timbul dari
pengetahuanpengetahuan yang terdahulu melalui suatu proses berpikir
yang tidak disadari.
3) Wahyu. Pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia
melalui para nabi yang diutus-Nya.
4) Trial dan error. Suatu cara untuk memperoleh pengetahuan secara
cobacoba atau untung-untungan.

Pada zaman Babylonia, yakni kurang lebih 700 sampai 600 SM.
Orang-orang Babylonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai
ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya, sedangkan
langit-langit dengan bintang merupakan atapnya.Namun, yang
menakjubkan ialah, mereka telah mengenal ekliptika atau bidang edar
matahari dan telah menetapkan perhitungan satu tahun, yakni satu kali
matahari beredar sampai kembali ke tempat semula, yakni selama 365,25
hari. Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan juga
berasal dari zaman Babylonia ini. Masyarakat waktu itu bahkan mungkin
masih ada juga pada masa kini yang dapat menerimanya. Hal tersebut
disebabkan karena pengetahuan yang mereka peroleh dari kenyataan
berdasarkan pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan untuk
memecahkan masalah hidup yang mereka hadapi sehari-hari.

B. ZAMAN PURBA

Pengetahuan yang dikumpulkan pada zaman purba berasal dari


kemampuan mengamati, membeda-bedakan, dan dari hasil percobaan yang
sifatnya trial and error. Semua pengetahuan yang diperoleh diterima begitu saja
tanpa mencari tahu sebab akibatnya. Pada saat manusia mulai memiliki
kemampuan menulis, membaca, dan berhitung maka pengetahuan yang terkumpul
dicatat secara tertib dan berlangsung terus-menerus. Misalnya, dari pengamatan
dan pencatatan peredaran matahari, ahli astronomi Babylonia menetapkan
pembagian waktu seperti, tahun dibagi dalam 12 bulan, minggu dibagi dalam 7
hari dan hari dalam 24 jam. Selanjutnya, jam dibagi dalam 60 menit dan menit
dalam 60 detik. Kemudian satuan enam puluh ini juga digunakan untuk
pengukuran sudut, 60 detik sama dengan 1 menit, 60 menit sama dengan 10 dan
satu lingkaran penuh ialah 3600.

Demikian pula para ahli Babylonia dapat meramalkan terjadinya gerhana


matahari, tiap 18 tahun tambah sepuluh atau sebelas hari. Ini terjadi kira-kira 3000
SM. Pada tahun 2980 – 2950 SM, manusia dapat membangun piramid di Mesir
untuk menghormati dewa agar tidak terjadi bahaya banjir di sungai Nil.
Pembangunan piramid itu menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bangunan dan
matematika, khususnya geometri dan aritmatika telah maju. Kurang lebih tahun
1600 SM, orang Mesir telah menghitung keliling lingkaran sama dengan tiga kali
garis tengahnya, sedang luas lingkaran sama dengan seperdua belas kuadrat
kelilingnya.

C. PENGETAHUAN YANG BERKEMBANG PADA ZAMAN


BABYLONIA (600–200 SM)
Pengetahuan perbintangan pada masa itu memang sedang berkembang.
Kelompok bintang atau rasi seperti rasi Scorpio, Virgo, Pisces, Leo
dan sebagainya, yang masih kita kenal kini, berasal dari zaman
Babylonia. Pengetahuan orang-orang Babylonia itu, setengahnya
berasal dari hasil pengamatan maupun pengalaman. Namun,
setengahnya berupa dugaan,imajinasi, kepercayaan atau mitos.
Pengetahuan semacam itu, dapat kita sebut sebagai pseudo science
yang artinya mirip sains tapi bukan sains. Suatu pola berpikir yang satu
langkah lebih maju daripada mitos dan pseudo science ialah
penggabungan antara pengamatan, pengalaman dan akal sehat atau
rasional. Contohnya ialah ajaran-ajaran orang Yunani pada sekitar
tahun 600 - 200 SM. Sebagai tonggak sejarah, dapat disebutkan di sini
seorang ahli pikir Bangsa Yunani yang bernama Thales (624–546 SM),
seorang astronom yang juga ahli di bidang matematika dan teknik. Ia
yang pertama berpendapat bahwa bintang-bintang mengeluarkan
sinarnya sendiri, sedangkan bulan hanya sekadar memantulkan cahaya
dari matahari. Ia juga berpendapat, bahwa bumi merupakan suatu
piring yang datar yang terapung di atas air. Thales juga
mempertanyakan asal usul dari semua benda yang kita lihat di alam
raya ini. Ia berpendapat bahwa adanya keanekaragaman benda di alam,
sebenarnya merupakan gejala alam saja. Bahan dasarnya amat
sederhana dan sama. Unsur dasar itu, membentuk benda yang beraneka
ragam melalui proses. Jadi, tidak terbentuk begitu saja. Unsur dasar
tersebut menurut Thales ialah air. Pendapat itu, sungguh merupakan
perubahan besar dari alam pikiran manusia masa itu. Orang-orang
beranggapan bahwa aneka ragam benda di alam diciptakan oleh para
dewa seperti apa adanya karena kemampuan berpikir manusia makin
maju dan disertai pula oleh perlengkapan pengamatan, seperti teropong
bintang yang makin sempurna maka mitos dengan berbagai
legendanya makin ditinggalkan orang. Mereka cenderung
menggunakan akal sehat atau rasional.
3. Tahapan Pemikiran Manusia

Supaya manusia bisa berfikir, mereka membutuhkan beberapa komponen,


antara lain :

1) Otak : Fungsi dari komponen ini adalah mencerna setiap fakta yang diterima
oleh indera. Sehingga bisa menghasilkan suatu kesimpulan yang benar
berdasarkan fakta.

2) Indera : Komponen ini dibutuhkan manusia supaya dapat menyerap fakta fakta
yang akan dipikirkan. Misalnya, mata menyerap fakta yang dilihat, telinga
menyerap fakta yang didengar dan sebagainya.

3) Fakta : Fakta merupakan sesuatu yang benar benar ada atau terjadi. Komponen
ini berfungsi sebagai objek berfikir manusia.

4) Informasi sebelumnya : Tanpa adanya informasi, manusia tidak bisa


memahami fakta yang ada dihadapannya. Sehingga berarti bahwa informasi
sebelumnya adalah suatu hal yang penting untuk dimiliki manusia supaya bisa
memahami sesuatu. Di dalam Al-Qur’an, ayat yang menjelaskan tentang
komponen informasi sebelumnya tertera pada surat Al-Baqarah ayat 31-33 :

‫َو َع َّلَم آَد َم اَأْلْس َم اَء ُك َّلَها ُثَّم َع َر َض ُهْم َع َلى اْلَم اَل ِئَك ِة َفَقاَل َأْنِبُئوِني ِبَأْس َم اِء َٰه ُؤاَل ِء ِإْن ُكْنُتْم َص اِدِقيَن‬

Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-
orang yang benar!"

‫َقاُلوا ُسْبَح اَنَك اَل ِع ْلَم َلَنا ِإاَّل َم ا َع َّلْم َتَناۖ ِإَّنَك َأْنَت اْلَعِليُم اْلَحِكيُم‬
Artinya : “Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

‫َقاَل َيا آَد ُم َأْنِبْئُهْم ِبَأْس َم اِئِهْم ۖ َفَلَّم ا َأْنَبَأُهْم ِبَأْس َم اِئِه ْم َقاَل َأَلْم َأُقْل َلُك ْم ِإِّني َأْعَلُم َغْيَب الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو َأْعَلُم َم ا‬
‫ُتْبُد وَن َو َم ا ُكْنُتْم َتْكُتُم وَن‬

Artinya : “Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-


nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama
benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang
kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”

Menurut Auguste Comte, pemikiran manusia itu berkembang dari tahap


terendah menuju ke tahap yang lebih tinggi. Proses perkembangan tersebut
bersifat spontan-otomatis, tak terelakan dan berlaku universal 1. Proses tersebut
terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Tahap Teologi (Agama) :

Ketika masih berada pada tahap ini, manusia belum mempunyai


kemampuan akal budi untuk memahami dan menjelaskan dirinya sendiri maupun
objek lain. Manusia memandang alam semesta memiliki fikiran, kemauan,
perasaan, dan mampu bertindak seperti manusia. Hal itu yang menjadi awal
keyakinan manusia tentang adanya Tuhan.

Fetisyisme, animisme merupakan bentuk paling awal kepercayaan manusia


terhadap suatu hal yang Maha Kuasa. Menurut keyakinan tersebut, semua yang
ada di bumi ini memiliki roh yang bisa bertindak layaknya manusia. Sehingga
manusia melakukan penyembahan, memberi penghormatan seperti sesajen dengan
harapan supaya roh tersebut bisa melindungi dan tidak mengganggu manusia.
1
Amir Syarifuddin, “Filsafat Positivisme dan Aliran Hukum Positif”, Legalitas, Vol. 07 No. 1, 2015,
hal. 4.
2. Tahap Metafisik :

Auguste Conte menganggap tahap metafisik ini sebagai modifikasi tahap


teologi. Hal ini dikarenakan pada tahap teologi, semua peristiwa alam dianggap
sebagai realisasi kehendak Tuhan. Sedangkan pada tahap metafisik, manusia
telah membuat konsep abstrak seperti, “Hukum alam”, “Kodrat manusia” dan
sebagainya.

3. Tahap Positif :

Tahap ini adalah tahap tertinggi dalam pemikiran manusia. Fenomena


alam yang terjadi sudah dapat dijelaskan berdasarkan teori yang dapat diuji dan
dibuktikan secara empiris. Suatu hal dinyatakan benar apabila hal tersebut sesuai
dengan kenyataan yang dapat diamati melalui panca indera. Ketika memasuki
tahap ini, peranan agama telah diambil oleh ilmu pengetahuan. Zaman modern
yang disebut juga dengan zaman rasionalitas dianggap sebagai manifestasi dari
tahap positif.

Tokoh lain yang membagi tahapan berfikir manusia adalah Taqiyuddin An-
Nabhani, dalam bukunya yang berjudul Hakekat Berpikir, tahapan berpikir
manusia yang dimulai dari terendah adalah sebagai berikut :

1) Berpikir dangkal (at-tafkir as-sathi)

Pada tahapan ini, manusia memperoleh pengetahuan hanya dengan cara


melihat sesuatu tanpa disertai dengan pemahaman. Fakta yang ada diterima oleh
otak tanpa dikaitkan dengan informasi apapun. Sehingga manusia yang berada
pada tahap ini tidak berusaha untuk memikirkan lebih lanjut tentang fakta yang
didapat. Misalnya, orang melihat fenomena terjadinya hujan namun tidak
memikirkan penyebab dari kejadian tersebut. Sehingga dianggap sebagai sesuatu
yang biasa saja.

2) Berpikir mendalam (al fikru al ‘amiq)


Pada tahap yang kedua ini, manusia sudah berusaha untuk lebih
memahami fakta yang diterima. Tak hanya itu, manusia juga sudah mulai
mengaitkan informasi lain untuk mendalami fakta tersebut. Ketika sudah
memasuki tahap ini, manusia akan berpikir secara berulang ulang supaya bisa
mengembangkan suatu fakta. Misalnya, fenomena turunnya hujan tidak lagi
dianggap biasa saja bagi manusia yang berpikir mendalam. Mereka akan berfikir
lebih lanjut sampai akhirnya menemukan proses terjadinya hujan.

3) Berpikir cemerlang (al fikru al mustanir)

Berpikir cemerlang adalah berpikir mendalam yang ditambah dengan


segala sesuatu yang ada di sekitar fakta dan yang berkaitan dengan fakta untuk
bisa sampai pada kesimpulan yang benar2. Oleh karena itu, setiap proses berpikir
cemerlang merupakan proses berpikir mendalam. Namun, proses berpikir
cemerlang tidak mungkin berasal dari berpikir dangkal. Dan tidak setiap berpikir
mendalam merupakan berpikir cemerlang.

Contoh dari berpikir mendalam namun tidak cemerlang adalah, ketika seorang
ahli atom yang menyembah kayu. Seandainya jika ahli atom tersebut mampu
berpikir cemerlang, ia tidak akan menyembah kayu karena tidak ada manfaatnya.
Berpikir mendalam saja tidak cukupuntuk meningkatkan taraf pemikiran manusia,
melainkan diperluka pemikiran cemerlang supaya terwujudnya kemuliaan
berpikir.

D. Ilmu pengetahuan dalam islam

Al-Quran dan hadist merupakan dasar petunjuk bagi umat manusia dan
bias dikatakan dasar pengetahuan ilmuwan ilmuwan sejak abad ke-13 dikarenakan
banyak manusia menemukan kesesuaian al-Quran dengan fakta yang mereka

2
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, “Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu
Budaya Dasar.” (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2018). Hal.16
dapatkan . perintah membaca dalam al-Quran merupakan ayat pertama yang turun
menjadi pintu awal mencari dan membahas ilmu pengetahuan.

Al-Quran mengajak dan mengajarkan kepada seluruh manusia untuk selalu


berfikir dan menggunakan akal mereka sesuai fumgsinya agar memperoleh
pengetahuan yang benar.Islam sangat menghargai dan menjunjung tinggi adanya
ilmu pengetahuan. Islam sendiri merupakan agama dan sumberv ilm pengetahuan
maka dari itu islam sangat memuliakan orang-orang berilmu. Menurit islam
dengan pengetahuan manusia akan mampu menggenggang dunia,dengan ilmu
pengetahuan hidup menjadi mudah dan dengan agama hidup akan terarah.

Jika ilmu pengetahuan dalam islam dapat diperoleh melaui 3 sumber yaitu indra,
akal , dan hati namun dalam ilmu filsafat barat sumber ilmu hanya berasl dari dua
yaitu indra dan akal.

Perkembangan Ilmu pengetahuan dalam Islam

Dalam perspektif sejarah, ilmu pengetahuan dalam islam sempat


mengalami pasang surut. Pernah mengalami masa kejayaan dan pernah pula
mengelami masa kemunduran.

Masa Keemasan

Sejarah dunia islam dibagi menjadi tiga periode yaituperiode klasik atau
pada tahun sekitar (650-1250M), periode pertengahan (1250-1800M), dan periode
modern (1800-sampai sekarang). Dari ketuga tersebut yang menjadi periode
keemasan yaitu periode klasik, yang ditandai dengan etos keilmuan yang tinggi,
hal in dapat dilihat dari pesatnya perkembangan keilmuan di masa itu, bahkan
menjadi rujukan keilmuan di dunia pada jaman itu. Sampai sekarang pun banyak
filsafat atau ilmuawan pada jaman itu yang tetap harum namanya.

Pesatnya perkembahgan ilmu di era ini di sebabkan beberapa faktor,


yaitu:pertama etos keilmuan umat islma yang tinggi, kedua merupakan agama yang
rasionalyang memberak pirsi besar terhadap akal, Ketiga berkembangnya ilmu
pengetahuan di Kalangan umat islam klasik adaldh sebagai dampak dari kewajiban
umat islam untuk memahami alam raya ciptaan

Masa Kemunduran

Yang sering disebut sebut sebagai masa kemunduran umat islam dalam
pengembangan ilmu adalah kritik imam al-Ghozali terhadap para filosof yang
dinilainya menyimpang jauh dari ajaran islam. Karena kritikan tersebut
mengakibatkan berkurangnya para filosof muslim. Namun apaakah benar jika
mundurnya pemikiran dan perkembangan ilmu islam di akibat oleh kritikan al-
Ghozali? Jawabanya masih pro kontra.menurut nurcholis madjid yang mengjawab
penyebab kemunduran umat islam adalah pertama, penyelesaian oleh al-Ghazali
mengenai problema di atas, meskipun ternyata tidak sempurna namun
konprehensif dan sangat memuaskan. Kedua, ilmu kalam asy’ari dengan konsep
al-kasb(acquistion), yang cenderumg lebih dekat kepda paham jabaraiyyah yang
dianut dan didukung al-Ghazali juga sangat memuaskan, dan telah berhasil
menimbulkam equilibrium sosial yang tiada taranya. Ketiga, keruntuhan baghgad
oleh bangsa mongol amat traumatis dan membuat umat islam tidak lagi sanggup
bangkit, konon sampai sekarang.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1) Manusia adalah makhluk yang berakal, dengan adanya akal inilah


yang membedakan dengan makhluk lain.dengan akal ini pula
manusia mampu berkreasi, dan menguasai dunia dena pengetahuan
yang dimiliki.
2) Proses pemikiran manusia diawali denga rasa ingun tahu,
kemudian dia berpikir, melakukan penelitian, kemudian melakuakn
penyelidkna untuk memperoleh kebenaran.
3) Pemikiran manusia mempunyai beberapa tingkatan, sebagian ahli
membaginya menjadi dangkal, mendalam, dan cemerlang. Ada
pula yang membagi berdasarkan mitos, rasional dan ilmiah.
4) Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan karean islam
sendiri merupakan sumber pengetahuan. Oleh karean itu islam
sanat memuliakan orang berilmu.

2. Saran

Sebagai manusia yang berakal seharusnya kita mampu menggunakan akal


pikiran kita dengan baik agar mampu meningkatkan kehidupan menjadi lebih baik
dari sebelumnya.
Daftar pustaka:

Muhammad, Kosim. (2008),’Ilmu Pengetahuan Islam”. Tadris. Vol3,. Nomor 2

Amir Syarifuddin, “Filsafat Positivisme dan Aliran Hukum Positif”, Legalitas,


Vol. 07 No. 1, 2015, hal. 4.
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, “Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu
Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar.” (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2018).
Hal.16

Anda mungkin juga menyukai