Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

HUKUM PERDATA

Disusun Oleh :

NAMA : RESKY PERMANDA, HS

NIM : 051110844

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM S1


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)

UNIVERSITAS TERBUKA

2024
1. Jaminan fidusia adalah suatu bentuk jaminan yang diberikan oleh debitur kepada
kreditur atas suatu barang tertentu, dimana kepemilikan barang tetap pada debitur,
tetapi hak atas barang tersebut dialihkan kepada kreditur sebagai jaminan atas
pelunasan utang. Dalam konteks PT Adira Finance dan produk Multiguna Maxi
yang Anda sebutkan, jaminan fidusia diberikan atas BPKB kendaraan motor/mobil
yang menjadi objek pembiayaan.

Dalam penerapan jaminan fidusia, terdapat beberapa permasalahan hukum yang


sering muncul, termasuk:

- Ketidak jelasan Objek Jaminan: Terkadang terjadi ketidakjelasan mengenai


barang yang dijaminkan, seperti adanya sengketa mengenai kepemilikan atau
status hukum dari barang yang dijadikan jaminan.

- Ketidakpatuhan Terhadap Prosedur: Permasalahan ini dapat muncul jika


terdapat ketidakpatuhan terhadap prosedur yang diatur dalam Undang-
Undang Jaminan Fidusia (UU JF) atau peraturan terkait lainnya, seperti
prosedur pendaftaran jaminan fidusia.

- Pelanggaran Hak Debitur: Ada kemungkinan bahwa kreditur melanggar hak-


hak debitur yang diatur dalam UU JF, seperti hak untuk mengetahui informasi
mengenai penggunaan jaminan fidusia, hak untuk memperoleh peringatan
sebelum terjadi penyitaan, atau hak untuk mendapatkan penjelasan mengenai
hak dan kewajiban debitur.

- Penyalahgunaan Wewenang: Kreditur dapat disalahgunakan wewenangnya


dalam hal pelaksanaan jaminan fidusia, misalnya dengan melakukan
penyitaan barang jaminan secara tidak sah atau menetapkan tingkat bunga
yang tidak wajar.

- Perselisihan Pengutang dan Penerima Manfaat: Terkadang, terjadi


perselisihan antara pengutang dan pihak lain yang memiliki kepentingan
dalam jaminan fidusia, seperti pihak ketiga yang memiliki kepentingan pada
barang jaminan.

Untuk menghindari permasalahan hukum dalam penerapan jaminan fidusia,


penting bagi pihak-pihak yang terlibat untuk memahami dan mematuhi ketentuan
yang diatur dalam UU Jaminan Fidusia serta peraturan terkait lainnya, serta
menjalankan proses dengan itikad baik dan transparansi yang tinggi.
2. Dalam kasus ini, pertanyaan tentang apakah Lucinta berhak atas warisan dapat
dijawab dengan mengacu pada hukum di Indonesia, khususnya dalam hal
pewarisan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Pewarisan.

Menurut hukum di Indonesia, anak yang dilahirkan di luar perkawinan secara


otomatis dianggap sebagai anak di luar perkawinan, kecuali jika kemudian
diakui oleh ayahnya. Namun, untuk anak yang lahir di luar nikah, pengakuan
dari ayahnya menjadi penting dalam menentukan hak-hak warisnya.

Lucinta diakui anak oleh ayahnya. Dengan demikian, berdasarkan hukum di


Indonesia, Lucinta memiliki hak atas warisan Ayahnya, meskipun dia
dilahirkan di luar nikah. Hal ini sejalan dengan prinsip bahwa anak yang diakui
oleh ayahnya, baik itu anak sah maupun anak di luar nikah, memiliki hak yang
sama dalam hal pewarisan.

Namun demikian, perlu dicatat bahwa dalam prakteknya, proses pewarisan dan
pembagian harta warisan seringkali melibatkan berbagai pertimbangan dan
potensi konflik antara ahli waris. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa
hak-hak waris setiap pihak dihormati, disarankan untuk berkonsultasi dengan
ahli hukum atau notaris yang kompeten dalam hal hukum pewarisan.
DAFTAR PUSTAKA

 Modul Hukum Perdata / HKUM4202


 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia.
 Soerjono Soekanto, Fajar Wibowo, "Hukum Perusahaan Indonesia", Penerbit
PT RajaGrafindo Persada, 2018.
 Bambang Suharnoko S., "Hukum Jaminan Fidusia", Penerbit PT Citra Aditya
Bakti, 2005.

Anda mungkin juga menyukai