Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kedokteran Syiah Kuala ISSN: 1412-1026

Volume 23, Number 1, Maret 2023 E-ISSN: 25500112


Pages: 163-167 DOI: 10.24815/jks.v23i1.27722

Satu laporan kasus sifilis laten lanjut dalam kehamilan


1*
Qaira Anum, 1Yosep Prabowo
1
Departemen dermatologi dan venereologi,
1
fakultas kedokteran, universitas andalas / RSUP Dr. M. Djamil, Padang
*Email: yosepina.dr2@gmail.com

Abstrak. Sifilis laten lanjut tidak menunjukkan gejala dan hanya menunjukkan hasil pemeriksaan serologis yang
reaktif. Sifilis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus berulang, morbiditas dan mortalitas neonatus. Satu kasus,
pasien perempuan yang telah menikah usia 34 tahun dengan kehamilan ke 3 usia kehamilan 22-23 minggu, tidak ada
mengeluhkan bercak kemerahan pada telapak tangan, kaki maupun bagian tubuh lainnya. Riwayat didiagnosis dan
mendapatkan terapi sifilis juga tidak ada. Status dermatologikus dan venereologikus dalam batas normal. Hasil
pemeriksaan laboratorium VDRL/RPR reaktif 1:2. TPHA reaktif 1:160. Perempuan hamil dengan tes serologik sifilis
positif tanpa ada riwayat pengobatan sebelumnya harus dianggap terinfeksi sifilis laten lanjut dan harus mendapatkan
terapi. Benzatin penisilin merupakan terapi utama dalam pengobatan sifilis pada wanita hamil. Reaksi alergi dan reaksi
Jarisch-Herxheimer tidak menghalangi pemberian obat tersebut. Evaluasi kembali secara klinis serta serologis pada
1, 3, 6, 9 dan 12 bulan setelah pengobatan sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan pengobatan. Jika titer
nontreponemal meningkat atau tidak menurun empat kali dalam 6-12 bulan setelah pengobatan, maka pengobatan
dianggap gagal.

Kata kunci: sifilis laten lanjut, VDRL, TPHA

Abstract. Late latent syphilis is asymptomatic and only shows reactive serological results. Syphilis in pregnancy can
cause repeated abortions, neonatal morbidity and mortality. This case presents a married female patient aged 34 years
with a 3rd gestational age of 22-23 weeks of gestation, none of them complaining of reddish spots on the palms of the
hands, feet or other body parts. There was also no history of being diagnosed and treated for syphilis. Dermatological
and venereological findings were within normal limits. The results of laboratory tests for reactive VDRL/RPR 1:2.
TPHA reactive 1:160. Pregnant women with a positive syphilis serologic test without a history of previous treatment
should be considered infected with late latent syphilis and should receive treatment. Benzathine penicillin is the
mainstay of therapy in the treatment of syphilis in pregnant women. Allergic reactions and Jarisch-Herxheimer
reactions do not preclude the administration of the drug. Clinical and serological re-evaluation at month 1, 3, 6, 9 and
12 after treatment is necessary to determine the success of treatment. If the nontreponemal titer increases or does not
decrease four times in the 6-12 months after treatment, the treatment is considered a failure.

Keywords: late laten syphilis, VDRL, TPHA

Pendahuluan Sifilis laten merupakan stadium penyakit sifilis yang


dimulai dengan hilangnya manifestasi sifilis primer
Sifilis merupakan penyakit infeksi menular seksual ataupun sekunder pada penderita yang tidak
yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. mendapatkan pengobatan. Diagnosis ditegakkan
Sifilis juga disebut sebagai “the great imitator” berdasarkan atas hasil uji serologis treponemal dan
dimana infeksi ini dapat menyerang semua organ tubuh non-treponemal yang reaktif. Diagnosis sifilis laten
serta memberikan gambaran klinis yang menyerupai dini ditegakkan bila dalam 12 bulan terakhir
banyak penyakit. Sifilis dapat ditularkan melalui ditemukan satu atau lebih dari tanda-tanda berikut ini
hubungan seksual, transfusi darah serta ditularkan dari : peningkatan titer VDRL/RPR sebanyak empat kali
ibu ke janin. Sifilis dapat diklasifikasikan menjadi atau lebih; pada anamnesis didapatkan riwayat gejala
sifilis didapat dan kongenital. Sifilis didapat terdiri atas sifilis primer atau sekunder; riwayat kontak seksual
stadium primer, sekunder, dan tersier, serta periode dengan seseorang dengan tes VDRL atau RPR dan
laten diantara stadium sekunder dan tersier.1,2 TPHA reaktif. Penderita yang tidak memenuhi

170
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 23 (1): 170-174, Maret 2023

kriteria ini harus dianggap mengidap sifilis laten KOH, tidak ditemukan elemen jamur dan tidak
lanjut.3 ditemukan kuman diplokokus gram negatif
intraseluler/ekstraselular. Pemeriksaan serologi sifilis
Manifestasi klinis sifilis pada perempuan hamil dan VDRL/RPR : Reaktif dengan titer 1:2. TPHA :
tidak hamil, tidak berbeda. Pada perempuan seringkali Reaktif, dengan titer 1:160. Pemeriksaan untuk rapid
tidak terdeteksi karena gejala asimptomatik. Insiden HIV hasilnya non-reaktif. Pemeriksaan kultur dan
sifilis pada kehamilan menurut Center for Disease sensitivitas tes dengan media Thayer Martin hasilnya
Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat tidak ditemukan organisme Nesseria Gonorrhoe.
tahun 2015 sebesar 1,8 kasus per 100.000 perempuan
hamil. Data dari Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pasien kami diagnosis dengan sifilis laten lanjut
Pencegahan Penyakit Menular Kementrian Kesehatan dengan kehamilam 22-23 minggu. Pasien diterapi
Republik Indonesia (Dirjen P2P Kemenkes RI) dengan injeksi benzatin penisilin 2,4 juta IU im,
terdapat 3.295 perempuan dengan diagnosis sifilis sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu.
pada kehamilan dari 39.660 perempuan hamil yang
melakukan skrining saat antenatal care (ANC) di Diskusi
Indonesia tahun 2017.4,5
Perjalanan penyakit sifilis bervariasi terdiri dari
Pada ibu hamil yang menderita sifilis, bakteri beberapa stadium yang diklasifikasikan menurut
Treponema pallidum dapat ditransmisikan dari ibu ke gejala dan waktu sejak infeksi awal. Penentuan
fetus melalui pembuluh darah kapiler plasenta. stadium yang tepat penting karena dapat menilai
Akibatnya, muncul berbagai manifestasi klinis yang sejauh mana infeksi T. pallidum serta untuk
berupa Adverse Pregnancy Outcomes (APOs), terdiri menentukan durasi terapi. Sifilis dibagi menjadi sifilis
dari stillbirth, kematian dini pada fetus, bayi berat lahir stadium dini dan lanjut pada orang dewasa dan sifilis
rendah, prematur, kematian neonatal, infeksi atau kongenital pada bayi. Sifilis stadium dini terbagi
penyakit pada bayi baru lahir (bayi dengan serologi menjadi sifilis primer, sekunder, dan laten dini. Sifilis
reaktif) sehingga diagnosis yang tepat waktu dan primer bermanifestasi klinis berupa ulkus, sedangkan
manajemen infeksi yang tepat pada wanita hamil sifilis sekunder ditandai dengan terdapat lesi di
sangat penting untuk mencegah hasil yang mukokutan, dan atau disertai limfadenopati, dengan
merugikan.4,6 empat jam sebelum berolahraga.1,2 atau tanpa keterlibatan organ dalam. Sedangkan yang
termasuk sifilis stadium lanjut adalah sifilis laten
Kasus lanjut dan sifilis tersier. Sifilis tersier merupakan
sifilis lanjut yang dapat bermanifestasi sebagai suatu
Seorang pasien perempuan usia 34 tahun, telah late benign syphilis, sifilis kardiovaskular, atau
menikah dengan kehamilan usia 22-23 minggu, datang neurosifilis.1,3,7
ke Poliklinik rumah sakit dengan membawa rujukan Sifilis laten merupakan sifilis dengan hasil serologi
dari dokter puskesmas dengan hasil laboratorium untuk positif (seroreaktif) tanpa gejala klinis infeksi
skrining pemeriksaan sifilis yang reaktif. Riwayat treponemal baik sifilis primer, sekunder, maupun
bercak kemerahan yang tidak terasa gatal atau nyeri tersier. Menurut CDC 2021, seseorang dapat
pada telapak tangan, telapak kaki, mulut dan kemaluan menerima diagnosis sifilis laten dini jika, selama 1
tidak ada. Riwayat rambut rontok setempat tidak ada, tahun sebelum diagnosis, terdapat serokonversi yang
riwayat luka atau tukak pada kemaluan sebelumnya terdokumentasi atau peningkatan titer tes
tidak ada. Riwayat pernah didiagnosis dan nontreponemal empat kali lipat atau lebih pada orang
mendapatkan pengobatan untuk penyakit sifilis yang diobati sebelumnya; gejala sifilis primer atau
sebelumnya tidak ada. Riwayat kontak seksual selain sekunder yang jelas; atau pasangan seks yang
dengan suami tidak ada. Riwayat suami menderita menderita sifilis laten primer, sekunder, atau dini. Bila
penyakit sifilis sebelumnya tidak ada. Riwayat hamil tidak adanya kondisi ini, orang tanpa gejala harus
anak pertama meninggal dalam kandungan dengan usia dianggap memiliki sifilis laten dengan durasi yang
7 bulan tanpa diketahui penyebabnya. Pasien juga tidak diketahui atau sifilis laten lanjut (durasi >1
dengan riwayat persalinan dengan SC pada anak kedua tahun). Titer serologis nontreponemal biasanya lebih
karena ketuban pecah dini 3,5 tahun yang lalu. tinggi pada awal perjalanan infeksi sifilis.3
Pemeriksaan fisik, tanda vital dan status generalisata Pada kasus ini didapatkan satu kasus seorang
dalam batas normal. Status dermatologikus dan perempuan berusia 34 tahun dengan usia kehamilan
venereologikus dalam batas normal dan tidak terdapat 22-23 minggu dengan hasil serologis non treponemal
pembesaran kelenjar getah bening regional. 1:2 dan treponemal 1:160. Pasien terdeteksi sifilis dari
Pemeriksaan duh uretra dengan perwarnaan gram dan

171
Qaira at al.- Satu laporan kasus sifilis

hasil skrining pemeriksaan antenatal yang dilakukan untuk perempuan hamil sedangkan eritromisin kurang
fasilitas kesehatan layanan primer. Pasien tidak efektif karena tidak dapat menembus sawar darah
mempunyai riwayat menderita luka pada kemaluan plasenta. Terapi yang direkomendasikan pada
ataupun bercak kemerahan yang tidak terasa gatal pada perempuan hamil dengan alergi penisilin adalah
telapak tangan dan kaki atau bagian tubuh lain desensitisasi penisilin. Desensitisasi penisilin
sebelumnya. Pasien juga hanya melakukan kontak merupakan prosedur dimana pasien dipaparkan
seksual dengan pasangan/suami pasien yang tidak ada penisilin dengan dosis bertahap hingga mencapai
mengeluhkan luka pada kemaluan, bercak merah dosis efektif. Setelah itu pasien diberikan terapi
ditelapak tangan, kaki ataupun bagian tubuh lainnya penisilin yang sesuai. Prosedur desensitisasi harus
dan tidak pernah didiagnosis oleh suatu penyakit sifilis, dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dengan
sehingga dalam hal ini maka pasien dinyatakan ketersediaan alat untuk menangani reaksi
didiagnosis dengan sifilis laten lanjut dalam anafilatik.3,9,10
kehamilan.
Pada kasus ini, pasien diinjeksi benzatin penisilin 2,4
Penisilin merupakan terapi baku emas untuk infeksi juta IU secara IM yang diberikan sebanyak 3 kali
sifilis pada ibu hamil. Hingga saat ini belum ditemukan dengan interval 1 minggu karena pasien didiagnosis
adanya strain T. pallidum yang resisten terhadap sebagai sifilis laten lanjut dalam kehamilan. Pasien
penisilin secara signifikan. Tujuan terapi penisilin pada kontrol dengan teratur sehingga tidak ada
ibu hamil adalah untuk menangani penyakit ibu, pengulangan dosis. Selama pemberian injeksi
mencegah transmisi pada janin dan menangani antibiotik benzatin penisilin, pasien tidak mengalami
penyakit sifilis yang telah terjadi pada janin. reaksi alergi.
Kepatuhan mengenai pengobatan, pengamatan
lanjutan, serta pemeriksaan pasangan seksual sangat Terapi sifilis perempuan hamil dapat memicu reaksi
penting dalam penatalaksanaan sifilis. Rekomendasi Jarisch-Herxheimer. Reaksi ini merupakan reaksi
pengobatan sifilis dilakukan berdasarkan Pedoman febris akut disertai nyeri kepala, atralgia, dan mialgia.
Penatalaksanaan IMS Kementerian Kesehatan RI. Reaksi Jarisch-Herxheimer bukan suatu reaksi
Pada penderita sifilis laten dini diberikan dosis tunggal hipersensitivitas melainkan adanya sitokin yang
injeksi benzatin penisilin G dengan dosis 2.4 juta IU dicetuskan oleh lipoprotein T. pallidum yang mati.
secara IM, sedangkan pada penderita sifilis laten lanjut Reaksi ini diduga akibat pelepasan lipoprotein,
atau yang tidak diketahui durasinya, dosis tersebut sitokin, dan kompleks imun dari organisme yang mati.
diberikan tiga kali dengan interval pemberian satu Reaksi umumnya mulai muncul 1-2 jam setelah
minggu. Bila pengobatan terlewat satu dosis, maka terapi, mencapai puncak pada 8 jam dan berkurang
pengobatan dapat terus dilanjutkan (tidak perlu dalam 24-48 jam. Reaksi ini dapat memicu kontraksi
diulang), asalkan interval antara penyuntikan yang uterus, kelahiran prematur, dan gangguan denyut
pertama dan yang kedua tidak lebih dari 2 minggu, jantung janin, namun risiko terjadi reaksi Jarisch-
namun pada ibu hamil, dosis harus diulang. Herxheimer bukan merupakan kontra indikasi
Pengobatan sifilis pada wanita hamil yang tidak alergi pemberian penisilin pada perempuan hamil. Hampir
terhadap penisilin, pengobatannya sama dengan pasien seluruh kejadian ini dapat ditangani dengan edukasi
yang tidak hamil dan sesuai dengan stadium kepada pasien dan terapi suportif seperti pemberian
penyakitnya. Penderita sifilis dengan infeksi HIV, parasetamol.9,10
diberikan pengobatan yang sama dengan penderita Pada kasus ini, setelah pemberian injeksi benzatin
sifilis dengan HIV-negatif.1,3,8 penisilin, pasien tidak ada mengeluhkan demam,
Reaksi alergi penisilin dapat berupa urtikaria, nyeri kepala, nyeri sendi dan nyeri otot. Pasien
angioedema, atau syok anafilaksis. Syok anafilaksis sebelumnya juga telah dijelaskan mengenai adanya
memiliki gejala obstruksi saluran napas atas, kemungkinan reaksi Jarisch-Herxheimer ini sebelum
bronkospasme, atau hipotensi. Terapinya epinefrin dilakukan injeksi benzatin penisilin.
(adrenalin) 1:1000 IM, 0,5 mL. Alergi penisilin Evaluasi titer serologis antibodi nontreponemal harus
dilaporkan terjadi pada 5-10% perempuan hamil. Pada dilakukan dalam 1, 3, 6, 9, 12, dan 24 bulan setelah
perempuan hamil dengan sifilis, penggunaan antibiotik terapi. Titer tes nontreponemal biasanya turun setelah
lain tidak direkomendasikan. Beberapa antibiotik lain terapi dan menjadi nonreaktif seiring waktu, namun
telah dievaluasi untuk terapi sifilis seperti doksisiklin pada beberapa orang, antibodi ini dapat persisten
(level of evidence and strength of recommendation 3B) untuk waktu yang lama, dinamakan reaksi serofast.
dan eritromisin (level of evidence and strength of Respons terhadap terapi nampaknya lebih
recommendation 5D). Doksisiklin kontraindikasi berhubungan dengan stadium sifilis dan titer awal tes

172
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 23 (1): 170-174, Maret 2023

nontreponemal. Sifilis stadium dini cenderung mudah manifestasinya dapat diklasifikasikan menjadi sifilis
turun hingga 4 kali lipat dan menjadi negatif. Titer kongenital dini dan sifilis kongenital lanjut.
awal yang rendah cenderung sulit turun 4 kali lipat Manifestasi sifilis kongenital dini yang tersering
dibandingkan titer tinggi. Jika terapi efektif, maka berupa ruam bulosa, rinitis hemoragik (bloody
dapat diharapkan titer berkurang 4-6 kali dalam 6 bulan snuffles), laringitis, limfadenopati generalisata,
pasca terapi dan menjadi non reaktif dalam 12 hingga hepatosplenomegali, kelainan tulang (periostitis dan
24 bulan. Titer yang meningkat hingga 4x atau tidak osteokondritis), kondiloma lata, fisura perioral,
berkurang menunjukan kegagalan terapi atau glomerulonefritis, kelainan neurologis (meningitis),
reinfeksi.3,11 Jika hasil RPR reaktif, TPHA reaktif, dan mata korioretinitis.13 Manifestasi sifilis
terdapat riwayat terapi sifilis dalam 3 bulan terakhir kongenital lanjut berupa keratitis interstitial,
dan pada anamnesis tidak ada ulkus baru, pasien tidak Clutton’s joints, gigi Hutchinson dan molar mulberi,
perlu diterapi. Dilakukan observasi terhadap pasien rhagades (fisura perioral), arkus palatal tinggi, tuli
dan tes diulang tiga bulan kemudian. Jika titer RPR sensorineural, penonjolan mandibula, penebalan
tetap atau turun, tidak perlu diterapi lagi dan tes sternoklavikula, deformitas saddle nose, dan
diulang tiga bulan kemudian. Apabila hasil RPR tidak keterlibatan neurologis.13
reaktif atau reaktif rendah (serofast), pasien dinyatakan
sembuh. Jika ditemukan titer naik, berikan terapi Kesimpulan
sebagai infeksi baru/sifilis aktif.8 Dilaporkan satu kasus sifilis laten lanjut dalam
Sifilis pada kehamilan dapat ditularkan dari ibu ke kehamilan dengan usia kehamilan saat terdeteksi
janin saat stadium primer, sekunder, dan laten. Bakteri seroreaktif 22-23 minggu. Pasien didiagnosis
T. pallidum dapat melewati plasenta sejak usia gestasi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan
10-12 pekan dan risiko infeksi janin meningkat seiring pemeriksaan penunjang. Pasien ditatalaksana sesuai
usia gestasi. Jika seorang perempuan hamil terinfeksi dengan stadium sifilisnya. Pasien perlu dilakukan
sifilis maka kemungkinan 70-80% menularkan infeksi kontrol rutin setelah pengobatan dan kolaborasi
ke janin dan dapat menyebabkan keguguran, lahir dengan bagian obstetri dan ginekologi untuk
prematur, berat badan lahir rendah, lahir mati, atau mewaspadai terjadinya sifilis kongenital. Skrining
sifilis kongenital. Menurut Centers for Disease pada trimester pertama dengan tes nontreponema
Control and Prevention (CDC) 2021, rekomendasi kombinasi dengan tes treponema merupakan hal
skrining sifilis pada ibu hamil meliputi; skrining penting pada setiap perempuan hamil. Selain sebagai
dilakuan pada semua ibu hamil pada kunjungan alat diagnostik, tes serologis juga dapat digunakan
pertama prenatal; jika ibu hamil memiliki risiko tinggi, sebagai follow-up respons terapi. Stadium sifilis
maka tes ulang secara dini dilakukan pada trimester sangat penting dalam diagnosis untuk menentukan
ketiga kehamilan dan pada saat persalinan.1,3 dosis terapi. Deteksi dini dan terapi adekuat dengan
Sedangkan pada kasus ini, pasien terdeteksi titer injeksi benzatin penisilin penting untuk mencegah
serologi antibodi nontreponemal dan treponemal yang transmisi infeksi sifilis dari ibu ke janin. Reaksi alergi
reaktif yaitu pada usia kehamilan 22-23 minggu atau dan reaksi Jarisch-Herxheimer tidak menghalangi
pada trimester kedua kehamilan sehingga pemantauan untuk diberikannya obat tersebut.
akan resiko lahir prematur, berat badan lahir rendah,
lahir mati atau sifilis kongenital perlu diwaspadai. Daftar Pustaka
Kolaborasi dengan bagian obstetri ginekologi perlu
dilakukan untuk evaluasi keadaan janin dalam 1. Katz KA. Syphilis. In: Goldsmith LA., Katz SI,
kandungan. Evaluasi ultrasonography (USG) dapat Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, eds.
dilakukan pada usia gestasi > 20 minggu untuk Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine.
melihat tanda sifilis kongenital seperti hepatomegali, 8th ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2012.
penebalan plasenta, hidramnion, asites, hidrops fetalis, p. 2471-92.
dan peningkatan arteri serebri media.12 Pada kasus ini, 2. Williams JW. Sexually transmitted infection. In
kondisi janin masih dalam batas normal di usia Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Dashe
gestasinya 28 minggu dari hasil pemeriksaan dokter JS, Hoffman BL, Casey BM, et al. Williams
spesialis obstetri dan ginekologi. obstetrics. 25th ed. New York: McGraw-Hill
Medical; 2018. p. 1967-73
Sebanyak 2/3 kehamilan dengan sifilis memberikan 3. CDC. Recommendation and reports: Sexually
gejala asimtomatis saat bayi lahir, namun infeksi tetap transmitted disease treatment guidelines. MMWR.
ada dan dapat bermanifestasi segera setelah lahir 2021;70(4):39-59.
ataupun bertahun-tahun paska kelahiran. Adapun

173
Qaira at al.- Satu laporan kasus sifilis

4. Newman L, Kamn M, Hawkes S, Gomez G, Say L,


Seuc A, et al. Global estimates of syphilis in
pregnancy and associated adverse outcomes:
analysis of multinational antenatal surveillance
data. Plos Med. 2016; 10(2): 110.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis, dan Hepatitis B
dari Ibu ke Anak. 2017.
6. Hawkes, S. J., Gomez, G.B., & Broutet, N. Early
antenatal care: does it make a difference to
outcomes of pregnancy associated with syphilis? A
systematic review and meta-analysis. PLOS ONE.
2013;8(2): e56713.
7. Sparling PF, Morton NS, Daniel MM, Bernardine
PH. Clinical manifestations of syphilis. In: Holmes
KK, Sparling PF, Stamn WE, Piot P, Wasserhait
JN, dkk, eds. Sexually transmitted disease. 4th Ed.
New York: McGrow-Hill; 2008 .p. 661-84.
8. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman tata laksana
sifilis untuk pengendalian sifilis di layanan
kesehatan dasar Indonesia. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta: Kemenkes RI; 2013 .p. 21-3
9. Wahab AA, Ali UK, Mohammad M, Madiana E,
Rahman MM. Syphilis pregnancy. Pak J Med Sci
2015; 31(1): 217-9.
10. Jin J. Screening for syphilis in pregnant women. J
Am Med Ass. 2018; 320(9): 1-2
11. Nayak S, Acharjya B. VDRL test and its
interpretation. Indian J Dermatol Venereol.
2012;57(1):3.
12. Pasquini L, Malosso ER, Cordioso A, Trotta M,
Tomasso M. Latent syphilis infection in pregnancy:
an ultrasound diagnosed case of penicillin
treatment failure. Case Rep Obstet Gynecol. 2018;
8: 1-3.
13. Kingston M, French P, Higgins S, McQuillan O,
Sukthankar A, Stott C, et al. UK National
guidelines on the management of syphilis 2015. Int
J STD AIDS.2015;27(6):4216.

174

Anda mungkin juga menyukai