Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI II

PEMERIKSAAN BLEEDING TIME DAN CLOTTING TIME

Oleh :

Nama : I Putu Sindhunata Upadhana

NIM : P07134018 058

Kelas : II B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2019/2020
I. TUJUAN
a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bleeding time
b. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan clotting time
c. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk pemeriksaan Bleeding Time
(BT) dan beserta nilai normalnya
d. Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk pemeriksaan Clotting Time
(CT) dan beserta nilai normalnya
e. Untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi pembekuan darah

II. METODE
a. Pada pemeriksaan BT ( Bleeding Time ) menggunakan dua metode yaitu
Metode Duke dan Metode Ivy
b. Pada pemeriksaan CT ( Clotting Time ) menggunakan dua metode yaitu Cara
dengan tabung (Modifikasi dari cara Leee & White) dan Cara dengan Kaca
Objek

III. PRINSIP
A. Pemeriksaan BT (Bleeding Time)
1. Metode Duke

Waktu perdarahan adalah waktu antara terjadinya perdarahan


setelah dilakukan penusukan pada kulit cuping telinga dan terhentinya
perdarahan tersebut secara spontan.

2. Metode Ivy

Masa perdarahan adalah waktu antara terjadinya perdarahan


setelah dilakukan penusukan pada voler lengan bawah setelah diadakan
pembendungan dan terhentinya perdarahan secara spontan.
B. Pemeriksaan CT (Clotting Time)
1. Cara dengan tabung (Modifikasi dari cara Leee & White)

Menghitung waktu dari saat perdarahan pertama tampak (mulai


dari masuknya darah kedalam spuit) sampai darah tersebut membeku
dalam tabung dengan ukuran tertentu.

2. Cara dengan Kaca Objek

Masa pembekuan berdasarkan terbentuknya benang fibrin pada


tetesan darah pada obyek glass

IV. DASAR TEORI

Tes Preoperative Bleeding Time (BT) dan Clotting Time (CT) diharapkan
untuk mendeteksi gangguan hemostatik okultisme. Sebaliknya diasumsikan
bahwa hasil BT-CT normal tidak termasuk kelainan hemostatik. Anggapan ini
adalah dasar memilih BT-CT sebagai tes skrining (Bhardwaj, et al., 2001)

Tes waktu perdarahan harus dilakukan dengan Metode Templat Standar


atau metode Ivy. Standarisasi sangat penting karena bahkan penyimpangan kecil
seperti perubahan ukuran manset sphygmomanometer dapat mengubah
hasilnya. Metode yang dimodifikasi yang biasa digunakan di rumah sakit layanan
(Bhardwaj, et al., 2001) terlalu kasar dan tidak dapat diandalkan untuk informasi
berharga apa pun. Tidak ada korelasi antara waktu perdarahan templat kulit,
waktu perdarahan visceral tertentu, hasil BT pra operasi dan kebutuhan
kehilangan darah atau transfusi bedah (Rodgers and Levin, 1990). Trauma ke
sistem vaskular, bukan gangguan hemostatik, menyebabkan sebagian besar
kehilangan darah perioperatif.

Waktu pembekuan darah keseluruhan mengukur waktu yang diperlukan


untuk pembentukan jejak trombin pertama yang cukup untuk menghasilkan
gumpalan yang terlihat. CT abnormal hanya dengan defisiensi faktor koagulasi
yang parah (serendah 10-15%). Ini adalah tes skrining yang buruk yang jarang
memberikan informasi yang tidak diperoleh oleh tes lain yang lebih andal. Tes
CT dengan metode kapiler seperti yang dilakukan di rumah sakit layanan, sangat
tidak dapat diandalkan (Bhardwaj, et al., 2001).

V. ALAT DAN BAHAN


A. Pemeriksaan BT (Bleeding Time)
1. Metode Duke

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu Disposable Lanset


steril, Kertas Saring bulat, Stop Watch, Kapas alcohol 70%.

2. Metode Ivy

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu Tensimeter,


Disposable lanset steril dengan ukuran 2 mm dan 3 mm, Stop Watch,
Kertas saring bulat, Kapas alcohol 70 %

B. Pemeriksaan CT (Clotting Time)


1. Cara dengan tabung (Modifikasi dari cara Leee & White)

Alat dan Bahan : Torniquet, spuit 5 ml, kapas alcohol 70%, kapas
kering, gabus tempat tabung, tabung reaksi diameter 7 – 8 mm atau 8 x 75
mm = 3 buah, Stop Watch

2. Cara dengan Kaca Objek

Alat dan Bahan : Disposable Lanset steril, kapas alcohol, objek glass
VI. CARA KERJA
A. Pemeriksaan BT (Bleeding Time)
1. Metode Duke
a. Bersihkan daun telinga dengan kapas alcohol 70%, biarkan mongering
b. Tusukkan pinggir anak daun telinga itu dengan lanset steril, sedalam 2
mm
c. Jika terlihat darah mulai keluar jalankan Stop Watch
d. Isaplah tetes darah yang keluar itu tiap 30 detik dengan kertas saring
bulat tetapi jangan sampai menyentuh luka / jagalah jangan sampai
menekan kulit pada waktu menghisap darah
e. Bila perdarahan berhenti, hentikan Stop Watch dan catatlah waktu
perdarahan

Catatan :

a. Bilaperdarahan 10 menit, hentikan perdarahan dengan menekan luka


dengan kapas alcohol. Dianjurkan untuk diulang dengan cara yang
sama atau dengan metode Ivy.
b. Digunakan untuk bayi dan anak – anak.
c. Kepekaannya kurang.

2. Metode Ivy
a. Pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompakan tensimeter
samapai 40 mm Hg selama pemeriksaan. Bersihkan permukaan volar
lengan bawah dengan kapas alcohol 70%. Pilih daerah kulit yang tidak
ada vena superfisial, kira – kira 3 jari dari lipatan siku.
b. Rentangkan kulit dan lukailah dengan lebar 2 mm dalam 3 mm.
c. Tepat pada saat terjadi perdarahan Stop Watch dijalankan
d. Setiap 30 detik hapuslah bintik darah yang keluar dari luka. Hindari
jangan sampai menutup luka
e. Bila perdarahan berhenti (diameter < 1mm) hentikan Stop Watch dan
lepaskan manset tensimeter. Catat waktu perdarahan dengan
pembulatan 0,5 menit.

Catatan :

a. Bila perdarahan sampai 15 menit belum berhenti, tekanlah lukanya.


Tes diulangi lagi terhadap lengan lainnya. Bila hasilnya sama, hasil
dilaporkan bahwa masa perdarahan > 15 menit.
b. Kesulitan dalam membuat luka yang standar. Jika hasil < 2 menit tes
diulang.

B. Pemeriksaan CT (Clotting Time)


1. Cara dengan tabung (Modifikasi dari cara Leee & White)
a. Tentukan dahulu lokasi vena yang akan diambil darahnya (biasanya
vena mediana cubiti).
b. Lakukan pembendungan dengan baik, desinfeksi, fiksasi vena, lalu
tusuklah vena secara langsung
c. Begitu darah tampak mulai masuk ke dalam semprit, stopwatch
dihidupkan.
d. Ambil sampel darah secukupnya
e. Masing – masing tabung (I,II,III) diisi dengan 1,5 ml sampel darah
tadi.
f. Biarkan 4 menit, lalu mulai dari tabung I miring – miringkan tabung
90o tiap 30 detik, untuk melihat apakah darah sudah beku. Bila sudah
beku catat waktunya dan lanjutkan dengan cara yang sama pada
tabung II dan tabung III.
g. Hasil : nilai rata – rata dari ketiga tabung percobaan tadi
2. Cara dengan Kaca Objek
a. Tusuklah Ujung jari atau anak daun telinga sehingga darah leluasa
keluar
b. Apuslah kedua tetes pertama darah yang keluar.
c. Taruhlah terpisah 2 tetes darah besar bergaris tengah kira – kira 5 mm
diatas kaca objek yang kering dan bersih
d. Tiap 30 detik ujung jarum digerakkan melalui tetes pertama itu sampai
terlihat adanya fibrin
e. Periksalah kemudian dengan cara sama tetes darah yang kedua
f. Masa pembekuan ialah saat adanya benang fibrin dalam tetes darah
yang kedua terhitung mulai dari darah mulai keluar dari tusukkan
kulit.

VII. NILAI RUJUKAN


A. Pemeriksaan BT (Bleeding Time)
1. Metode Duke : 1 – 3 menit
2. Metode Ivy : 1 – 7 menit

B. Pemeriksaan CT (Clotting Time)


1. Cara dengan tabung (Modifikasi dari cara Leee & White): 5 – 15 menit
2. Cara dengan Kaca Objek : 2 – 6 menit
VIII. PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan)
1. Pengertian Bleeding Time (Waktu Perdarahan)

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk


menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang
dibuat secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan
koagulasi. Masa perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan
dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.
Pemeriksaan ini terutama mengenai trombosit, yaitu jumlah dan
kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk
agregasi (Juliantisilaen, 2014).

Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan pemeriksaan rutin


yang dilakukan untuk mengetahui jalur koagulasi intrinsik dan ekstrinsik.
Pemeriksaan ini telah dilakukan beberapa dekade dengan menggunakan
metode Duke. Ivy et al dan Mielke et al melakukan modifikasi metode
pemeriksaan waktu perdarahan dan banyak digunakan pertengahan tahun
1980-an, sehingga muncul pertanyaan mengenai validitas pemeriksaan
(Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan PERDATIN, 2011).

Decterina melakukan analisis regresi linier untuk mengetahui


sensitifitas, spesifisitas, nilai prediktif positif dan negatif dari Bleeding
Time (waktu perdarahan). Nilai dari hasil pemeriksaan Bleeding Time
(waktu perdarahan) dipengaruhi oleh jumlah trombosit, dinding pembuluh
darah, hematokrit, kualitas kulit, dan juga teknik yang digunakan
(Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan PERDATIN, 2011).

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) merupakan


pemeriksaan skrining (penyaring) untuk menilai gangguan fungsi
trombosit dan mendeteksi adanya kelainan von willebrand. Pemeriksaan
ini secara langsung dipengaruhi oleh jumlah trombosit terutama dibawah
50.000/mm3, kemampuan trombosit membentuk plug, vaskularisasi dan
kemampuan konstriksi pembuluh darah. Mekanisme koagulasi tidak
mempengaruhi waktu perdarahan secara signifikan kecuali terjadi
penurunan yang cukup parah (Nugraha, 2015).

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) tidak boleh


dilakukan apabila penderita sedang mengkonsumsi antikoagulan atau anti
nyeri aspirin, karena dapat menyebabkan waktu perdarahan memanjang.
Pengobatan harus ditunda selama 3-7 hari atau jika memungkinkan pasien
diberitahu agar tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang rasa
nyeri tanpa resep selama 5 hari sebelum pemeriksaan (Riswanto, 2013)

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) terdapat dua


metode yaitu Ivy dan Duke. Metode duke dinilai kurang teliti dan kurang
akurat, sehingga dilakukan perbaikan berdasarkan metode Ivy. Agar
pemeriksaan terstandarisasi maka dilakukan penyamaan tekanan
pembuluh darah dengan menggunakan sfigmomanometer pada tekanan 40
mmHg. Tusukan dilakukan pada lengan bagian bawah menggunakan
lanset (Nugraha, Gilang, 2015). Metode Duke kurang memberatkan pada
mekanisme hemostasis karena tidak diadakan pembendungan. Namun
metode Duke sebaiknya hanya dipakai pada bayi dan anak kecil saja,
karena pembendungan menggunakan figmomanometer pada lengan atas
tidak mungkin atau susah dilakukan (R.Gandasoebrata, 2010).

Pemeriksaan Bleeding Time (waktu perdarahan) lebih baik dengan


menggunakan metode Ivy, karena dilakukan pada permukaan volar lengan
bawah yang mudah diakses, memiliki pasokan darah superfisial yang
relatif seragam, kurang peka terhadap nyeri, dan mudah terpengaruh oleh
peningkatan ringan tekanan hidrastatik (Riswanto, 2013)
2. Masalah Klinis pada Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu
Perdarahan)
a. Pemendekan waktu Penyakit Hodkin
b. Pemanjangan Waktu
c. Purpura trombositopenia, disarankan untuk memeriksa jumlah
trombosit sebelum melakukan tes waktu perdarahan (v.dacie, sir john
dan lewis S.M)
d. Abnormalitas fungsi trombosit, gangguan ini bisa disebabkan oleh
obat paraprotein atau kelainan trombosit (v.dacie, sir john dan lewis
S.M)
e. Abnormalitas vaskular
f. Leukemia
g. Penyakit hati kronis
h. DIC (disseminated intravascular coagulation)
i. Anemia aplastik
j. Defisiensi faktor (V, VII, XI)
k. Penyakit christmas

(Nugraha, 2015)

3. Manfaat Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan) dalam


Klinik

Bleeding Time (waktu perdarahan) dalam laboratorium klinik


bermanfaat untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya
extravaskuler, tetapi keadaan dinding kapiler dan jumlah trombosit juga
berpengaruh. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang dasar, apabila
ditemukan kelainan maka dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih khusus
untuk mencari suatu kelainan tertentu (R.Gandasoebrata,2010)
4. Metode Pemeriksaan Bleeding Time (Waktu Perdarahan)
a. Metode Ivy

Ikatan spigmomanometer dikenakan pada lengan atas dengan


tekanan 40 mmHg. Penusukan bagian lengan bawah kira-kira 3 jari
dibawah lipat siku dengan kedalaman tusukan 3mm
(R.Gandasoebrata,2010). Insisi harus dibuat di tempat yang sudah
dibersihkan, bebas dari penyakit kulit dan jauh dari vena (Riswanto,
2013)

Prinsip metode Ivy : Dibuat perlukaan standar pada permukaan


volar lengan bawah. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat
sebagai waktu perdarahan (Riswanto, 2013).

Nilai normal masa pendarahan dengan metode IVY antara 1


dan 6 menit. Apabila lewat 10 menit peradarahan belum berhenti,
hentikanlah percobaan karena tidak ada gunanya untuk
melanjutkannya. Perdarahan yang berlangsung lebih dari 10 menit
telah membuktikan adanya suatu kelainan dalam mekanisme
hemostasis. Setelah dibuktikan bahwa masa perdarahan memanjang
perlu mencari lebih lanjut dengan tes-tes lain dimana letaknya kelainan
hemostasis. Akan tetapi perlu juga menyadari kemungkinan lain
apabila masa perdarahan melebihi 10 menit, yaitu tertusuknya 1 vena
maka pada pemeriksaan ini ulangilah pada lengan lain (Gandasoebrata,
2007).

Tusukan harus cukup lama sehingga salah satu bercak darah


pada kertas saring menjadi berdiameter 5 mm atau lebih. Percobaan
batal jika tidak didapat bercak sebesar itu. Percobaan batal juga jika
masa perdarahan kurang dari 1 menit. Kedua hal itu disebabkan karena
penusukan kurang dalam.
b. Metode Duke

Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan tusukan pada


bagian cuping telinga dengan kedalaman 2 mm (R.Gandasoebrata,
2010). Prinsip metode Duke : Dibuat perlukaan standar pada daun
telinga. Lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat sebagai waktu
perdarahan (Riswanto, 2013).

Nilai normal masa perdarahan dengan metode duke antara 1-3


menit. Cara duke kurang memberatkan kepada mekanisme hemostasis
karena tidak diadakan pembendungan, hasil tes menurut Ivy lebih
dapat dipercaya. Janganlah melakukan masa perdarahan menurut duke
itu pada ujung jari, hasilnya terutama pada orang dewasa tidak boleh
dipercaya, (Gandasoebrata, 2007) dan lebih baik ditusuk pada cuping
telinga karena hasilnya lebih akurat.

Kerugian dengan metode Duke adalah bahwa tekanan pada


vena darah di daerah menusuk tidak konstan dan hasil yang dicapai
kurang dapat diandalkan. Keuntungan dengan metode Duke adalah
bahwa bekas luka tidak tetap setelah ujian. Metode lain dapat
menyebabkan bekas luka, garis rambut kecil di mana luka tersebut
dibuat. Namun, ini adalah sebagian besar perhatian kosmetik. Tidak
ada persiapan khusus yang dibutuhkan pasien untuk tes ini. Daerah
yang akan ditusuk harus dibersihkan dengan alkohol. Alkohol harus
ditinggalkan di kulit cukup lama untuk membunuh bakteri pada tempat
luka. Alkohol harus dikeluarkan sebelum menusuk lengan karena
alkohol akan berdampak buruk hasil tes oleh pembekuan menghambat.
B. Pemeriksaan Clooting time

Clooting time adalah waktu yang diperlukan darah untuk membeku


atau waktu yang diperlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan. Terdapat tiga kelompok dalam faktor pembekuan darah, yaitu
kelompok fibrinogen, kelompok prothrombin, dan kelompok kontak.
Kelompok fibrinogen terdiri dari faktor I, V, VIII, dan XIII, Kelompok
prothrombin terdiri dari faktor II, VII, IX, dan X. Kelompok kontak terdiri
dari faktor XI, XII (Kiswari, 2014).

Pembekuan darah (koagulasi) adalah suatu proses kimiawi dimana


protein- protein plasma berinteraksi untuk mengubah molekul protein plasma
besar yang larut, yaitu fibrinogen menjadi gel stabil yang tidaklarut yang
disebut fibrin. Koagulasi terjadi melalui tiga langkah utama. Pertama, sebagai
respon terhadap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan sel darah itu
sendiri. Rangkaian reaksi kimiawi kompleks yang melibatkan lebih dari 12
faktor pembekuan terjadi dalam darah. Hasil akhirnya adalah aktivator
protrombin. Kedua aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan
protrombin menjadi trombin, selanjutnya thrombin akan bekerja sebagai
enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang merangkai
trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan. Kecepatan
pembentukan serta banyaknya jendalan fibrin yang terbentuk diatur oleh
mekanisme inhibitor dan sistem fibrinolitik.

Pembekuan terjadi melalui tiga langkah utama. Pertama, sebagai


respon terhadap rupturnya pembuluh darah atau kerusakan sel darah itu
sendiri dan terjadi rangkaian reaksi kimiawi kompleks yang dapat
dikelompokkan menjadi jalur ekstrinsik dan intrinsik, pada rangkaian reaksi
ini melibatkan banyak faktor pembekuan yang hasil akhirnya adalah aktivator
prothrombin. Kedua, aktivator prothrombin yang mengkatalisis tabung,
menggoyang-goyangkan tabung yang tidak sedang diperiksa, semprit atau
tabung kotor, serta pemakaian obat yang mempengaruhi hasil. Semakin lebar
tabung, semakin lama waktu pembekuan (Pramudianti, 2011). Penetapan
masa pembekuan dengan menggunakan darah lengkap sebenarnya satu tes
yang kasar, membutuhkan waktu yang lama, ketelitian yang buruk dan
sensitive hanya pada defisiensi faktor pembekuan yang berat, tapi diantara tes-
tes yang menggunakan darah lengkap cara ini dianggap yang terbaik
(R.Gandasoebrata, 2010).

Waktu perdarahan saat ini adalah satu-satunya tes komprehensif yang


tersedia secara klinis untuk mengeksplorasi hemostasis primer. Saat ini
sebagian besar dilakukan sebagai prosedur penyaringan sebelum operasi,
untuk mendeteksi cacat yang tidak diketahui dalam interaksi dinding
trombosit, tetapi penggunaannya dalam pengaturan khusus ini telah
dipertanyakan secara serius oleh analisis ulang literatur terbaru yang
diterbitkan sebelumnya. Kami mempelajari hubungan waktu perdarahan dari
sayatan kulit terstandarisasi dengan parameter perdarahan lain yang diperoleh
dari analisis kurva waktu perdarahan dan secara prospektif menyelidiki
kemungkinan korelasi dari parameter alternatif ini, serta waktu perdarahan,
dengan sejumlah indeks. perdarahan yang sebenarnya selama atau setelah
operasi bypass koroner. Empat parameter (waktu perdarahan, total
perdarahan, angka puncak pendarahan, dan waktu untuk puncak perdarahan)
berasal dari analisis kurva waktu perdarahan yang mengukur kehilangan darah
dari sayatan kulit standar pada interval 30 detik pada 118 subjek. Parameter
dari kurva waktu perdarahan kemudian diperoleh dalam rangkap dua sebagai
penilaian pra operasi pada 40 pasien dengan riwayat perdarahan negatif dan
tidak ada asupan obat antiinflamasi non-steroid yang menjalani operasi bypass
koroner murni elektif yang dilakukan oleh operator yang sama. Parameter-
parameter ini dikorelasikan dalam analisis regresi linier sederhana dengan
perkiraan perdarahan bedah (drainase tabung dada, persyaratan transfusi,
persentase hematokrit, persentase penurunan tingkat trombosit, dan waktu
untuk hematokrit dan nadir tingkat trombosit) dan kemudian, dalam analisis
regresi berganda, dengan indeks kompleksitas operasi (jumlah bypass, durasi
total operasi, dan durasi sirkulasi ekstrakorporeal). Waktu perdarahan secara
signifikan berkorelasi, antara parameter yang berasal dari kurva waktu
perdarahan, dengan total perdarahan dan laju perdarahan puncak, tetapi tidak
dengan waktu untuk puncak pendarahan. Waktu perdarahan, total perdarahan,
dan angka puncak pendarahan sama-sama dipengaruhi oleh intervensi akut
dengan aspirin intravena (500 mg) dan nitrogliserin sublingual (0,3 mg). Tak
satu pun dari parameter ini, yang diperoleh dalam rangkap dua pada setiap
pasien sebelum operasi, secara signifikan terkait dengan indeks perdarahan
aktual pada operasi. Dengan demikian, pada pasien dengan riwayat negatif
perdarahan dan tidak ada asupan obat antiinflamasi non-steroid, nilai yang
lebih tinggi untuk waktu perdarahan dan parameter terkait waktu perdarahan
tidak terkait dengan indeks perdarahan perioperatif dan pasca operasi yang
lebih tinggi pada operasi bypass koroner. Oleh karena itu, kami tidak
merekomendasikan penggunaan tes dalam pengaturan ini untuk memprediksi
perdarahan perioperatif atau pasca operasi.

IX. SIMPULAN

Bleeding time (waktu perdarahan) adalah uji laboratorium untuk


menentukan lamanya tubuh menghentikan perdarahan akibat trauma yang dibuat
secara laboratoris. Pemeriksaan ini mengukur hemostasis dan koagulasi. Masa
perdarahan tergantung dari ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu
koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit.

Sedangkan Clooting time (CT) adalah waktu yang diperlukan darah untuk
membeku atau waktu yang diperlukan saat pengambilan darah sampai saat
terjadinya pembekuan. Terdapat tiga kelompok dalam faktor pembekuan darah,
yaitu kelompok fibrinogen, kelompok prothrombin, dan kelompok kontak.
Kelompok fibrinogen terdiri dari faktor I, V, VIII, dan XIII, Kelompok
prothrombin terdiri dari faktor II, VII, IX, dan X. Kelompok kontak terdiri dari
faktor XI, XII.
DAFTAR PUSTAKA

Bhardwaj JR, Swamy GLN, Subramanya H, Nagendra A, Arora MM, editors. Vol. 1.
Armed Forces Medical College; Pune, India: 2001. Laboratory investigation
of haemorrhagic and purperic disorders; pp. 41–54. (Laboratory Manual of
The Armed Forces).

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Perhimpunan Dokter Spesialis


Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN). (2011). Jurnal Anestesiologi
Indonesia. Jawa Tengah : Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Perhimpunan Dokter
Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN).

Gandasoebrata. (2007). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Juliantisilaen. (2014). Waktu Perdarahan [internet]. Tersedia dalam


http://www.slideshare.net/juliantisilaen/waktu-perdarahan [diakses 28 Mei
2014].

Kiswari, R. 2014. Hematologi Dan Tranfusi. Jakarta : Erlangga.

Lind SE. The bleeding time does not predict surgical bleeding. Blood. 1991;77:2547.

Nugraha, Gilang. (2015). PanduanPemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.


Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.

Pramudianti, M. I . D . 2011 “Pemeriksaan Hemostasis dan Pranalitik “. Makalah di


Sajikan dalam Workshop Hematologi PITX PDS PATKLIN. Pontianak, 22
September.

R.Gandasoebrata. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.

Riswanto. (2013). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta : Alfamedia &


Kanal Medika

Rodgers RPC, Levin J. A critical reappraisal of the bleeding time. Semin Thromb
Hemost. 1990;16:1.
V. Dacie, Sir John dan Lewis S.M. (2015). Practical Haematology. Ameika serikat :
Churchill Livingstone Ine.

Anda mungkin juga menyukai